Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adi Supriyanto
"ABSTRAK
Sindrom metabolik merupakan faktor predisposisi penyakit kardiovaskular dan tingginya tingkat insidens sindrom metabolik pada pekerja menyebabkan biaya ekonomi perusahaan meningkat. Sindrom metabolik diindikasikan berhubungan dengan kerja gilir. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kerja gilir terhadap insidens sindrom metabolik pada pekerja laki-laki di perusahaan kimia. Penelitian kohort retrospektif dengan median follow-up 5 tahun ini menggunakan metode Nelson-Aalen untuk analisis hazard function. Dengan kriteria sindrom metabolik menggunakan modifikasi Definisi Harmonisasi, hasil penelitian mendapatkan tingkat insidens sindrom metabolik pada 355 pekerja gilir 62/1.000 orang-tahun, tidak ada perbedaan signifikan dengan tingkat insidens pekerja non gilir 59/1.000 orang-tahun RR=1,05; IK95 =0,80-1,39 . Kumulatif hazard function pekerja gilir 0,33 lebih besar dibandingkan dengan pekerja non gilir 0,29, perbedaan juga tidak signifikan HR=1,13; p>0,05 . Pekerja umur >30 tahun mempunyai kumulatif hazard function lebih besar daripada pekerja umur 50 tahun=3,36; p

ABSTRACT
Metabolic syndrome is a predisposing factor for cardiovascular disease and high incidence rate of metabolic syndrome in workers contributes to an increase in organization rsquo s economic cost. Metabolic syndrome was indicated to be associated with shiftwork. This study aimed to assess shiftwork rsquo s effect on the metabolic syndrome incidence among male workers in a chemical company. This retrospective cohort study with median follow up 5 years, was utilizing Nelson Aalen method for hazard function analysis. Using a modified Harmonization Definition to define metabolic syndrome, results found that the metabolic syndrome incidence rate of 355 shift workers was 62 1,000 person year, no significant difference with that of day workers 59 1,000 person year RR 1.05 95 CI 0.80 1.39 . Cumulative hazard function for shift workers 0.33 was higher in comparison with day workers 0.29, but the difference was also not significant HR 1.13 p 0.05 . Workers aged 30 years old had higher cumulative hazard function than workers aged 50 years old 3.36 p"
2016
T55630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trise Kurniasari
"Latar Belakang: Performans dan kesehatan pekerja terpajan panas bergantung pada tiga aspek, yaitu heat strain, status hidrasi dan penyakit yang berhubungan dengan panas.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan prevalensi kelelahan kronik pada pekerja dengan pajanan tekanan panas ge;30°C dan pajanan panas

Background.The performance and health of heat exposed workers depends on three aspects, namely heat strain, hydration status and heat related disease. The purpose of this study was to examine the differences in the prevalence of chronic fatigue in workers with exposure to heat pressure ge 30°C and heat exposure "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo Rini Utami
"Latar Belakang : Gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko ergonomi sering ditemukan pada tempat kerja. Berbagai penelitian dilakukan namun penelitian menggunakan NMQ self administered versi Indonesia belum dilakukan pada pekerja di RS. Tujuan penelitian ini mendapatkan prevalensi gangguan muskuloskeletal dan faktor-faktor yang berhubungan pada pegawai di RSUD melalui skrining menggunakan NMQ self administered versi Indonesia.
Metode : Penelitian cross sectional menggunakan Skor Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Self Administered versi Indonesia, di RSUD pada Desember 2013 dengan 360 responden.
Hasil : Prevalensi gangguan muskuloskeletal sebesar 244 responden (67,8%). Hubungan faktor individu terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada usia, IMT Obese I serta tidak bermakna pada jenis kelamin,sisi tangan dominan.Hubungan faktor pekerjaan terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada posisi kerja dan pekerjaan medis serta tidak bermakna pada masa kerja, lama kerja dan shift kerja.Faktor dominan gangguan muskuloskeletal adalah jenis pekerjaan (ORsuaian=3,798;95%CI=1,008-14,310),posisi kerja (ORsuaian=2,948; 95% CI=1,740-4,997) serta usia (ORsuaian=0,495; 95% CI=0,269-0,911)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian disarankan untuk pekerja melaksanakan olah raga, mini break, peregangan ringan,berobat bila gangguan otot. Untuk manajemen RS melakukan follow up dan promosi kesehatan, pendidikan internal mengenai ergonomi, untuk pekerja dengan gangguan muskuloskeletal ditempatkan yang tidak berisiko, menyediakan alat kerja yang ergonomis dilengkapi Standar dan Instruksi Kerja. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat penelitian lain.

ABSTRACT Name : Sulistyo Rini Utami Study Program : Magister Occupational Medicine Title : The prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee in Public Hospital. Skrining using Self Administered Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Indonesian version. Background :Musculoskeletal Disorders due to ergonomics risk factor is often found in the workplace.Various studies conducted, but studies using self-administered NMQ Indonesian version has not been carried out on workers in the hospital.The purpose of this study getting the prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee at the hospital through screening using self-administered NMQ Indonesian version. Methods : a cross sectional study using Score of self Administered Nordic Musculoskeletal Quessionaire Indonesian version, a public hospital in December 2013 with 360 respondents. Results: The prevalence of musculoskeletal disorders 244 respondents (67.8%).The relationship of individual factors on musculoskeletal disorders significantly in age, BMI Obese I and not significant for gender,the dominant hand. Relationship factors work against musculoskeletal disorders significant at the working position and medical work.Not significantly on years of service, duration of employment, shift work. The dominant factor is the type of work musculoskeletal disorders (OR=3.798;95%CI=1.008-14.310),working position (OR=2.948; 95% CI=1.740-4.997), age (OR=0.495; 95% CI=0,269-0,911). Conclusion: From these results it is advisable to carry workers for sports, mini-break, stretching and treatment.For hospital management with health promotion, for hospital worker with musculoskeletal disorders were not placed at risk, provide ergonomic work tools include Standards and Work Instructions.For further research using other research methods and tools. Keywords: hospital worker;musculoskeletal disorders;NMQ "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Yuliana Kusaeri
"Tujuan: Mengetahui efek pemberian nutrisi enteral dua jam pra sectio caesarea terhadap perubahan kadar hsIL-6 pasca sectio caesarea
Metode: Penelitian ini merupakan uji klik paralel, yang subyek penelitiannya dipilih secara consecutive sampling, yang dibagi menjadi dua kelompok melalui randomisasi blok masing-masing terdiri dari 10 orang subyek. Data karakteristik awal penelitian meliputi usia, indikasi SC, status gizi berdasarkan KMS ibu hamil dan LiLA, asupan energi dan protein pra SC, lama operasi, jumlah perdarahan, dan hsIL-6 prabedah adalah homogen. Untuk melihat perbedaaan perubahan kadar hsIL-6 dilakukan pemeriksaan hsIL-6 setelah 6 jam pasca insisi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t. Batas kemaknaan 5%.
Hasil: Peningkatan rerata dan simpang baku kadar hsIL-6 meningkat pada kedua Kelompok. Peningkatan kadar hsIL-6 ( p <0,05) dan perubahan kadar hsIL-6 lebih besar bermakna pada kelompok kontrol dibandingkan kelompok perlakuan (p <0,05).
Simpulan: Pemberian nutrisi enteral dua jam pra secfio caesarea dapat menekan peningkatan kadar hsIL-6.

Objective: To investigate the effect of enteral nutrition that given two hour before caesarean section on changes hsIL-6 levels after caesarean section.
Methods: The design study was a parallel clinical trial, in which the subject were selected by consecutive sampling, each proup consisted of ten subjects. The subject were divided into two groups using block randomization. Data collected including age, indication of CS, nutritional status based on MUAC and KMS chart in pregnancy, energy and protein intakes, duration of surgery, amount of blood loss during surgery, and hsIL-6 serum preoperative, were matched at baseline. To investigated the changes of hsIL-6 levels, the concentrations to assessed six hours post CS. Statistical analysis was measured by t-test. The significance levcl was 5%.
Results: There was a significant increasc of hsIL-6 levels (p = 0,001) in both groups. The increased and changes of hsIL-6 levels in the control group was significantly higher than in the treatment group. (p<0.05, and p <0,05 respectively).
Conclusion: Enteral nutrition that was given two hour before caesarean section can suppress the increased of hsIL-6 levels.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Joice Widiastuti
"Tujuan: Penelitian ini adalah studi potong lintang untuk mengetahui hubungan antara kadar vitamin E serum dan aktivitas superoxide dismutase (SOD) eritrosit pada penderita HIV/AIDS.
Bahan dan cara: Pengumpulan data dilakukan pada pasien rawat jalan di klinik Pokdisus, RSUPNCM Jakarta selama akhir Februari 2013 sampai bulan Maret 2013. Subyek diperoleh dengan metode consecutive sampling. Sebanyak 52 subjek memenuhi kriteria penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara, rekam medis, dan pengukuran antropometri untuk menilai status gizi, dan pemeriksaan laboratorium yaitu kadar vitamin E serum dan aktivitas SOD eritrosit.
Hasil: Sebagian besar subjek adalah laki-laki (51,9%), usia rata-rata adalah 34 ± 4,84 tahun. Malnutrisi terjadi pada 55,8% dari subyek dan semua subyek (100%) memiliki asupan vitamin E yang kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Dalam penelitian ini, sebagian besar subjek telah mendapatkan terapi ARV (94,2%). Jumlah CD4 <200sel/uL ditemukan pada 17 subyek (32,7%). Kadar vitamin E serum yang rendah didapat pada semua subyek (100%) dengan nilai rata-rata kadar vitamin E serum 3,84 (1,77-7,32) umol / L, sementara aktivitas SOD eritrosit yang cukup ditemukan pada 53,8% dari subyek dengan nilai rata-rata 1542,1 ± 281,04 U / g Hb.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar serum vitamin E dan aktivitas SOD ditemukan dalam penelitian ini. (R = 0,047, p = 0,742).

Objective: The aim of this cross sectional study was to find a correlation between serum level of vitamin E and erythrocyte superoxide dismutase (SOD) activity in HIV/AIDS patients.
Material and method: Data collection was conducted at Pokdisus outpatient clinic, RSUPNCM Jakarta, from late February 2013 to March 2013. Subjects were obtained with the consecutive sampling method. A total of 52 subjects had met the study criteria. Data were collected through interviews, medical records, and anthropometry measurements to assess the nutritional status, and through laboratory examination (i.e. serum level of vitamin E and erythrocyte SOD activity).
Results: The majority of the subjects were male (51,9%) with a mean age of 34 ± 4.84 years. Malnutrition occured in 55.8% of the subjects and all subjects (100%) had vitamin E intake that is less than the Indonesian recommended dietary allowance (RDA). In this study, most subjects had already been on ARV therapy (94.2%). Low CD4 cell count was found in 17 subjects (32.7%). Vitamin E deficiency was found in all subjects (100%) with a median value of serum level of vitamin E of 3.84 (1.77 to 7.32) μmol / L, while normal SOD activity was found in 53.8% of the subjects with a mean value of 1,542.1 ± 281.04 U / g Hb.
Conclusion: No significant correlation between serum level of vitamin E and SOD activity was found in this study (r = 0.047, p = 0.742).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library