Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bani Bacan Hacantya Yudanagara
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan perilaku kekerasan antara remaja laki-laki yang memiliki orang tua dengan gaya pengasuhan otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved. Penelitian ini menggunakan penggolongan gaya pengasuhan yang dikemukakan oleh Baumrind dan terdiri dari dua dimensi, yaitu control dan warmth. Sedangkan daftar perilaku kekerasan dibuat berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya tentang kekerasan remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, partisipan penelitian sebanyak 163 orang yang terdiri dari narapidana dan siswa SMP dan SMA dengan rentang usia 12 sampai 19 tahun. Dari hasil perhitungan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara skor perilaku kekerasan dengan gaya gaya pengasuhan orang tua otoritatif, otoritarian, permisif, dan uninvolved.

The purpose of this research is to indicate that there is a difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent. This research uses classification of parenting style from Baumrind, which consist of two dimension, control and warmth. The list of violence behavior is made from previously research about youth violence. This research uses quantitative method. The participants of this research consist of 163 participant from jail, junior high school, and senior high school, whose age 12-19 years old. This research indicate that there is difference of violence behavior between participants who have authoritative, authoritarian, permissive, and uninvolved parent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46541
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asteya Prima Percaya
"Belajar di negara asing akan membuat seorang mahasiswa asing menghadapi berbagai tuntutan yang dapat menimbulkan distres. Salah satunya adalah untuk membangun hubungan sosial yang baru. Untuk dapat membangun hubungan sosial dibutuhkan keterampilan sosial yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara expressivity, yaitu emotional expressivity dan social expressivity, dan distres psikologis pada mahasiswa asing di Universitas Indonesia.
Penelitian ini melibatkan 101 responden, yang dijaring melalui teknik accidental sampling. Untuk mengukur distres psikologis digunakan the Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25), sedangkan untuk mengukur expressivity digunakan alat ukur Social Skills Inventory (SSI). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara distres psikologis dan expressivity baik emotional expressivity dan social expressivity.

Studying abroad may make an international student have to face various challenges that may cause distress. One of these challenges is to build new social relationships. To be able to build social relationships, good social skills are needed. The aim of this study is to see if there is a significant relationship between expressivity and psychological distress among international students in Universitas Indonesia.
This study involves 101 respondents who were sought using accidental sampling. The Hopkins Symptom Checklist (HSCL-25) was used to measure psychological distress and the Social Skills Inventory (SSI) was used to measure expressivity. The result of this study shows that there is not a significant relationship between expressivity social skills and psychological distress.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Puspita Sari
"Latar Belakang: Orangtua perlu berperan aktif dalam pengasuhan dimulai sejak masa awal kehidupan bayi. Sejauh ini, pengasuhan sendiri lebih banyak dihubungkan dengan ibu daripada ayah. Hal ini membuat ayah kurang terlibat dalam pengasuhan bayi. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya adalah sikap ibu terhadap pengasuhan oleh ayah.
Metode: Penelitian ini akan melihat perbandingan sikap dan gambaran jarak sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling. Peneliti menganalisis 102 data pasangan ayah dan ibu.
Analisis Statistik: Peneliti menggunakan uji T-Test dependent sample untuk membandingkan sikap orangtua terkait pengasuhan oleh ayah pada bayi usia 0 - 12 bulan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dalam sikap orangtua terhadap pengasuhan oleh ayah yang memiliki bayi 0 ? 12 bulan. Selanjutnya, mayoritas pasangan tidak memiliki perbedaan sikap terhadap pengasuhan oleh ayah. Hal ini berarti jika ibu memiliki sikap yang positif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap positif. Begitu juga sebaliknya, jika ibu memiliki sikap yang negatif terhadap pengasuhan bayi oleh ayah, maka ayah cenderung memiliki sikap yang negatif pula.
Kesimpulan: Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ibu memiliki sikap yang lebih positif terhadap pengasuhan oleh ayah daripada ayah. Sikap ayah yang rendah bisa dikarenakan kurang percaya diri terhadap kemampuannya dalam merawat bayi dan juga karena kurangnya umpan balik positif atas aktifitas perawatan bayi yang dilakukannya. Berdasarkan analisis tambahan, sikap ayah terhadap pengasuhan tidak dipengaruhi oleh pengetahuan ayah. Ayah juga memiliki sikap positif pada beberapa kegiatan di dalam pengasuhan anak, seperti mengetahui penyakit bayi, mengantarkan bayi ke dokter, mengetahui makanan yang dikonsumsi bayi dan mengajak bayi bermain.

Background: Parents need to be active in child rearing activities from the beginning of the baby?s life. So far, child rearing activities more related to mother than father. That?s why fathers not involved in baby rearing activities. Many factor influenced father involvement in child rearing activities, one of the factor is mother's attitude toward father involvement.
Methods: this research will compare attitude difference and gap between fathers and mothers toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. This research used quantitative methods with accidental sampling as sampling methods. Researcher analyzed 102 data of fathers and mothers.
Statistical analysis: researcher used T-Test dependent sample for compare fathers and mothers attitude toward father involvement in child rearing activities.
Result: research showed significance difference in parents attitude toward father involvement in child rearing activities among couples with 0-12 months old babies. Most of the couples didn?t have difference attitude toward father involvement in child rearing activities. It means if mothers have positive attitude toward father involvement, fathers will also have positive attitude. And if mothers have negative attitude toward fathers involvement in child rearing activites, fathers will have negative attitude.
Conclusion: this research found that mothers had more positive attitude toward father involvement rather than father. The reason why fathers have lower attitude rather than mothers because of lack of confidence and lack of positive feedback in child rearing activities. Based on additional analysis, father's attitude in child rearing activities not affected by fathers knowledge. Fathers also positive attitude in some child rearing activities, such as knowing child disease, accompany baby to the doctor, knowing which food that can be consume by baby and play with baby.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Dumaria
"ABSTRAK
Latar Belakang : Peran ayah telah mengalami pergeseran makna dari masa ke masa. sehingga pada abad ke-20 dimunculkan sebuah istilah baru yaitu "new nurturant father". Istilah ini menekankan peran ayah yang aktif dalam kehidupan anak (Griswold dalam Lamb, 2010). Ayah yang ikut terlibat dalam pengasuhan bayi 0 - 12 bulan memiliki dampak yang positif maupun negatif bagi ayah. Salah satu dampak negatif yang dirasakan ayah ketika ikut terlibat dalam pengasuhan bayi usia 0 - 12 bulan adalah psychological distress.
Metode :Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat hubungan antara skorpaternal involvement dan skor psychological distress. Penelitian ini menggunakanmetode kuantitatif dengan cara accidental sampling sebagai metode sampling.Data yang dianalisis oleh peneliti berjumlah 100 data ayah.
Analisis Statistik : Peneliti menggunakan pearson correlation untukmembandingkan keterlibatan ayah pada pengasuhan bayi berusia 0 - 12 bulandengan psychological distress ayah.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara variabel keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi berusia 0 - 12 bulan dengan variabel psychological distress ayah.
Kesimpulan : Keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi berusia 0 - 12 bulan tidak menyebabkan munculnya psychological distress. Hal ini tidak sejalandengan hasil penelitian yang dilakukan di luar negri yang menyatakan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi usia 0 - 12 bulan berhubungan dengan psychological distress. Penyebaran responden berdasarkan usia, jenis pekerjaan,dan juga tingkat sosioekonomi dapat menjadi faktor yang menyebabkan hasil penelitian berbeda dengan hasil pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berdasarkan analisis tambahan yang dilakukan, diketahui bahwa banyak ayah cenderung memilih untuk tidak melakukan aktivitas-aktivitas yang langsung berhubungan dengan perkembangan anak.

ABSTRACT
Background : Paternal involvement has endured the shifting of meaning from time to time. In the 20th century, a new definition is introduced, "new nurturant father".This definition stresses in active father’s involvement in child's life (Lamb, 2010). An involved father in 0 to 12 months-aged baby parenting has a positive and negative impact to the father. One of the negative impact which is experienced by the father is psychological distress.
Methods : in this research, the author focuses on paternal involvement's score and psychological distress' score. The research uses quantitative methods with accidental sampling as the sampling's methods. The sum of the data which will be used is 100 father's data.
Statistical Analysis : The authors uses Pearson Correlation to compare the paternal involvement in 0-12 months-aged baby parenting with Father's Psychological Distress.
Results : The result shows that there is no significant relationship between paternal involvement variable and the father's psychological distress' variable.
Conclusion : paternal involvement in 0 to 12 months- aged baby parenting does not cause the psychological distress. This does not meet the research result which has been conducted overseas which states that father's involvement in 0 to 12 months-aged baby parenting is related to psychological distress. The respondent's spreading based on age, occupation, and also the socio-economical level may be the main reasons which cause the contradictive result of this research and the previous research results. Based on the additional analysis, the author finds out that most of the fathers intend to not to get involve in doing activities that related directly to child's development.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah Kusumowardani
2010
T37825
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ary Nurani
"Defisit empati dianggap sebagai faktor penting yang berperan dalam penyerangan seksual oleh remaja. Mereka mengalami defisit dalam empati, terutama empati terhadap korban spesifik mereka (victim empathy). Atas dasar tersebut, sebagian besar intervensi bagi pelaku kekerasan seksual mengikutsertakan empati dalam programnya. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa empati pelaku kekerasan seksual terhadap korbannya terhambat oleh distorsi kognitif sehingga pelaku mengalami defisit pada victim empathy (Barnett dan Mann, 2013b). Salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk menyasar distorsi kognitif adalah rational emotive behavioral therapy (REBT). Dalam penelitian ini, REBT bertujuan mengidentifikasi dan mengubah irrational belief pada remaja pelaku penyerangan seksual yang menghambat proses victim empathy mereka. Dengan demikian, mereka diharapkan mampu mengidentifikasi emosi dan kognisi secara lebih tepat sehingga mereka mampu melihat pengalaman orang lain secara tepat. Partisipan yang terlibat adalah dua orang tahanan remaja pria berusia 17 dan 19 tahun. Intervensi dilakukan dalam 6 sesi. Kedua partisipan mengalami peningkatan victim empathy dan general empathy, diketahui dari perbaikan skor victim empathy, interpersonal reactivity index (IRI), dan evaluasi kualitatif. Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa irrational belief yang melandasi kekerasan seksual yang dilakukan oleh kedua partisipan adalah low tolerance belief dan selfdepreciation/other-depreciation belief.

Empathy deficit is considered as an important factor that contributes in juvenile sex offending. They have deficit in empathy, especially empathy for their specific victim (victim empathy). Recent research suggests that lack of victim empathy in them occur as a result of cognitive distortion (Barnett dan Mann, 2013b). One of the interventions that could be used to target cognitive distortions is rational emotive behavior therapy (REBT). In this study, REBT aims to identify and change the irrational belief in juvenile sex offenders which inhibit victim empathy. Thereby, they are expected to be able to identify their emotion and cognition accurately so that they are able to understand and feel others? experience appropriately. Participants involved were two adolescent male prisoners aged 17 and 19. Interventions conducted in 6 sessions. Result shows that both participants reported an increase in victim empathy and general empathy which is indicated by improvement in victim empathy score, interpersonal reactivity index (IRI) score, and qualitative evaluation. This research also found that irrational belief which underlies sexual offending for both participants is the low tolerance belief and self-depreciation/other-depreciation belief."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41796
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Shafira Keumala
"Pada mahasiswa, depresi merupakan suatu hal yang sangat umum dialami. Bahkan, ditemukan 50% siswa sedang berusaha menyelesaikan Depresi kompilasi dimulai masa perkuliahan. Depresi merupakan suatu keadaan subjektif yang dapat dilakukan menimbulkan berbagai dampak, hingga pikiran untuk mengeluarkan diri. Penelitian ini Terkait dengan memahami hubungan kualitas pertemanan, kesepian, dan faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, pengaturan tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Sampel diambil dengan metode non probability sampling, dan diperoleh 230 partisipan. Alat ukur yang digunkaan adalah HSCL-25, de Jong-Gierveld Loneliness Scale, dan MFQ-FF. Analisis data dialakukan dengan chi-square, ANOVA satu arah, dan pikirkan pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) Ada interaksi positif yang signifikan antara kesepian (kesepian emosional dan sosial kesepian) dengan depresi pada mahasiswa UI, (2) tidak ada pertimbangan yang signifikan antara kualitas pertemanan dengan depresi pada mahasiswa UI, dan (3) tidak terkait dengan yang signifikan antara faktor demografis (jenis kelamin, angkatan, mengatur tempat tinggal, dan fakultas) dengan depresi pada Mahasiswa UI.

Depression is a common thing for students. In fact, 50% of students start get depressed once they start their studies. Depression is subjective conditions that can have many effects, including the idea of ​​suicide. This lesson aims to find out the relationship between the qualities of friendship, loneliness, and demographic factors (gender, class or group, housing arrangement, and faculty) and depression in University of Indonesia (UI) students. The sample is selected by the non-probability sampling method, of which 230 participants were present was obtained. The measuring instruments used in this study are as follows HSCL-25, de Jong-Giervelds Lonely Scale, and MFQ-FF. Data analysis is performed using chi-square correlation, one-way ANOVA, and Pearson. Results research shows that; (1) there is a significant positive correlation between lonely (emotional and social), (2) there is no significant correlation between the quality of friendship and depression in UI students, and (3) nothing significant correlation between demographic factors (gender, class or group, housing) settings, and faculty) and depression in UI students."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Patricia Roulina
"Kesejahteraan psikologis (PWB) dapat membantu remaja mengatasi stres dan kesulitan. Penelitian ini melihat apakah komponen iklim sekolah (SC) serta jenis kelamin dapat memprediksi PWB remaja di pedesaan Indonesia. Studi epidemiologi dilakukan terhadap 1.023 siswa SMP di Banyuwangi dengan pendekatan berbasis sekolah. Analisis multiple linear regression menunjukkan bahwa siswa laki-laki yang menilai hubungan antar siswa di sekolah baik, harapan sekolah terhadap siswa jelas, peraturan di sekolah adil, dan tingkat perundungan di sekolah rendah memiliki tingkat PWB yang lebih tinggi (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). Penelitian ini menunjukkan pentingnya fokus pada komponen SC tertentu serta memberi dukungan yang berfokus pada perbedaan gender untuk meningkatkan PWB siswa SMP di Banyuwangi.

Psychological Well-Being (PWB) is beneficial for adolescents during times of stress and difficulties. This study examines whether components of School Climate (SC) and gender can predict the PWB of rural Indonesian adolescents. An epidemiological study was conducted on 1.023 junior high school students in Banyuwangi. Multiple linear regression analysis showed that male students who perceive positive relationships among students at school, clear school expectations toward students, fair school regulations, and low levels of bullying at school have higher levels of PWB (F(5,1017) = 48,069, p < ,001, R2 = 0,191). This study shows the importance of focusing on specific components of SC as well as providing support that focuses on gender differences to improve the PWB of middle school students in Banyuwangi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>