Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellan Jaya Septiyono
"ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan penggunaan tembakau di kalangan remaja (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Siswa sekolah menengah dianggap yang terbesar kelompok remaja yang menggunakan tembakau. Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai
prediktor penggunaan tembakau; salah satunya adalah masalah kesehatan mental. Tujuan dari ini penelitian adalah untuk menguji efek depresi, melakukan masalah, dan hiperaktif / tidak aktif pada penggunaan tembakau di kalangan siswa sekolah menengah. Di dalam studi longitudinal, kami bertujuan untuk menguji efek distal dan proksimal mental masalah kesehatan pada penggunaan tembakau. Tiga model dinilai dalam penelitian ini; satu distal model dan dua model proksimal. Partisipan penelitian adalah siswa dari 5 SMA sekolah di daerah perkotaan Jakarta (N = 530). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
model-modelnya signifikan; menunjukkan tidak ada efek signifikan dari masalah kesehatan mental penggunaan tembakau di kalangan siswa. Namun, kami menemukan efek signifikan dari perilaku tersebut
masalah di kelas 10 pada penggunaan tembakau di kelas 11 (β = 0,156, df = 1, p <0,05) dan kelas 12 (β = 0,159, df = 1, p <0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menyarankan untuk melakukan penelitian serupa pada remaja yang lebih muda; misalnya di antara sekolah menengah pertama
siswa.

ABSTRACT
In recent years, there has been an increase in tobacco use among adolescents (Indonesian Ministry of Health, 2018). Middle school students are considered the largest group of adolescents who use tobacco. Several factors have been identified as predictor of tobacco use; one of them is a mental health problem. The aim of this study is to examine the effects of depression, doing problems, and hyperactivity / inactivity on tobacco use among middle school students. In a longitudinal study, we aim to examine the distal and proximal effects of mental health problems on tobacco use. Three models were assessed in this study; one distal model and two proximal models. The study participants were students from 5 high schools in urban areas of Jakarta (N = 530). The results of the study showed that none the models are significant; showed no significant effects of mental health problems on tobacco use among students. However, we found a significant effect of this behavior problems in class 10 on tobacco use in class 11 (β = 0.156, df = 1, p <0.05) and grade 12 (β = 0.159, df = 1, p <0.05). Based on the results of this study, we recommend conducting a similar study in younger adolescents; for example among junior high schools
student.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Atalie
"Dukungan sosial pada mahasiswa dapat berasal dari banyak sumber, seperti orang terdekat dan bantuan dari civitas akademik. Meskipun telah mendapatkan dukungan sosial dari banyak sumber, tingkat kecemasan mahasiswa terus mengalami peningkatan. Beberapa studi terdahulu menunjukkan terdapat pengaruh trait extraversion terhadap kecemasan serta dukungan sosial pada mahasiswa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran trait extraversion mempengaruhi peran dukungan sosial yang dipersepsikan dalam mengurangi kecemasan. Sebanyak 780 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia menjadi partisipan dalam penelitian ini. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS), Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), dan Inventory Five Factor Model (IPIP-BFM-25). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perceived social support berkorelasi negatif dengan kecemasan. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara skor trait extraversion yang tinggi dengan kecemasan. Melalui analisis moderasi, ditemukan bahwa trait extraversion tidak memoderasi hubungan perceived social support dan kecemasan.

Social support among college students derived from many sources, such as significant others and faculty services. However, the level of anxiety in college students continue to increase. Past studies found that extraversion trait play significant role between perceived social support and anxiety. This study involving 780 college students from various universities in Indonesia. Psychological measurements used in this study are Multidimensional Scale of Social Support (MSPSS), Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), and Five Factor Model Inventory (IPIP-BFM-25). Results indicate a significant negative correlations between perceived social support and anxiety. However, Extraversion trait is found not significant as a moderator between perceived social support and anxiety. High Extraversion score is also found not correlated with anxiety.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Nadya Maharani Utami
"Emerging adults dihadapkan pada tugas perkembangan untuk melakukan eksplorasi dalam hal cinta sehingga menjalin hubungan berpacaran menjadi hal yang penting. Salah satu faktor yang mempengaruhi hubungan berpacaran yang dijalani adalah kelekatan antara orangtua-anak pada awal kehidupan seseorang. Cara seseorang untuk memulai hubungan yang dekat dengan pasangannya dan pandangan mereka terhadap cinta merupakan refleksi dari hubungan dengan orangtua saat kecil. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepuasan hubungan berpacaran antara emerging adults yang memiliki tipe adult attachment yang berbeda. Variabel adult attachment diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship - Revised (ECR-R) dan variabel kepuasan hubungan berpacaran diukur menggunakan Couple Satisfaction Index - 16 (CSI-16). Terdapat 315 partisipan dalam penelitan ini dengan kriteria; berusia 18-25 tahun, sedang menjalin hubungan berpacaran minimal 6 bulan dan pada usia 0-5 tahun partisipan tinggal dan diasuh oleh orangtua kandung atau pengasuh utama lainnya. Analisis one-way ANOVAmenunjukan bahwa hipotesis pertama diterima yaitu tipe secure attachment memiliki skor kepuasan hubungan berpacaran yang lebih tinggi (M = 67,65, SD = 7,583) dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan tipe preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854) dan fearful attachment (M = 54,83, SD = 8,889). Berdasarkan hasil penelitian ini, penting bagi orangtua atau calon orangtua untuk memahami kualitas hubungan dengan anak mereka sejak kecil akan memiliki dampak positif dan negatif terhadap hubungan berpacaran yang anak jalani di masa dewasanya kelak.

Emerging adults is faced with the developmental task to explore anything related to love which makes having a romantic relationship an important topic. One of the influential factors of a romantic relationship is the closeness in a persons relationship with their parents in their early life stage. A persons way to start a romantic relationship with their partner and their perspective of love are the reflection of their relationship with their parents when they were children. Therefore, this research aims to discover romantic relationship satisfaction differences between emerging adults with different adult attachment styles. The adult attachment variable is measured. The Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R), and the romantic relationship satisfaction variable is measured using Couple Satisfaction Index-16 (CSI-16). There are 315 participants in this research with these criteria; the participants are in the age of 18 to 25 years old and currently in an at least six month romantic relationship; they also have to had lived with and been taken care by their biological parents or other main caregivers in the age of 0 to 5. The one-way ANOVA analysis result showed that hyphothesis was accepted in which secure attachment had a higher mean romantic relationship satisfactions (M = 67,65, SD = 7,583) and significantly different with the preoccupied (M = 63,30, SD = 8,103), dismissing (M = 56,54, SD = 6,854), and fearful attachment.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Rasyida Adriani
"Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan kecenderungan gaya resolusi konflik yang
digunakan dalam menyelesaikan konflik perkawinan, dan hal tersebut dapat
mempengaruhi kepuasan perkawinan. Penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah
terdapat pengaruh yang signifikan gaya resolusi konflik terhadap kepuasan perkawinan
pada laki-laki dan perempuan pada 5 tahun pertama perkawinan, serta mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepuasan perkawinan dan penggunaan gaya
resolusi konflik pada kedua kelompok tersebut. Uji independent sample t test dan
multiple regression dilakukan kepada 625 partisipan (171 laki-laki dan 454 perempuan)
berusia 20 - 40 tahun yang sedang menjalani hubungan perkawinan dengan usia
perkawinan sama dengan atau kurang dari 5 tahun. Resolusi konflik diukur dengan CRSI
(Conflict Resolution Styles Inventory) dan kepuasan perkawinan diukur dengan QMI
(Quality of Marriage Index). Hasilnya, ditemukan perbedaan tingkat kepuasan
perkawinan dimana laki-laki memiliki tingkat kepuasan perkawinan yang lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Selain itu, juga ditemukan perbedaan yang signifikan gaya
resolusi konflik yang cenderung digunakan laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
lebih sering menggunakan gaya positive problem solving dan compliance, sedangkan
perempuan lebih sering menggunakan gaya conflict engagement. Kemudian, juga
ditemukan terdapat pengaruh yang signifikan gaya resolusi konflik conflict engagement,
withdrawal, dan positive problem solving terhadap kepuasan perkawinan, dimana gaya
conflict engagement dan withdrawal berpengaruh secara negatif terhadap kepuasan
perkawinan, sedangkan gaya positive problem solving berpengaruh secara positif
terhadap kepuasan perkawinan. Lalu, gaya resolusi konflik yang paling dapat
memprediksi tingkat kepuasan perkawinan pada laki-laki maupun perempuan adalah
positive problem solving. Disarankan bagi individu yang telah menikah untuk
menerapkan gaya resolusi konflik yang memberikan pengaruh positif agar mereka dapat
mempertahankan atau meningkatkan kepuasan perkawinan mereka.

Men and women have differences in conflict resolution styles that tend to be used to
resolve their marital conflicts, and this can affect their marital satisfactions. This study
was conducted to examine whether there is a significant effect of conflict resolution
styles on marital satisfaction in men and women in the first 5 years of marriage, and also
to know whether there is a significant differences of level of marital satisfaction and the
use of conflict resolution styles between men and women. Independent sample t test and
multiple regression tests were conducted on 625 participants (171 men and 454 women)
aged 20-40 years who were in marital relationships with marital duration equal to or less
than 5 years. Conflict resolution was measured by CRSI (Conflict Resolution Styles
Inventory) and marital satisfaction was measured by QMI (Quality of Marriage Index). It
was found that there was a difference in the level of marital satisfaction that men have a
higher level of marital satisfaction than women. It was also found a significant difference
in conflict resolution styles that tend to be used by men and women, where men more
often use positive problem solving and compliance styles, while women more often use
conflict engagement styles. Then, it was also found that there was a significant effect of
conflict engagement, withdrawal, and positive problem solving style on the level of
marital satisfaction, where conflict engagement and withdrawal styles negatively affected
marital satisfaction, whereas positive problem solving style positively affected marital
satisfaction. Finally, conflict resolution style that can best predict the level of marital
satisfaction in both men and women was positive problem solving. It is recommended for
married individuals to apply a conflict resolution style that has a positive influence so that
they can maintain or increase their marital satisfaction
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Dewianti Putri
"Autism Spectrum Disorder (ASD) merupakan gangguan perkembangan yang jumlahnya terus bertambah termasuk di Indonesia. Masalah perkembangan tersebut membuat anak dengan spektrum autisme (SA) harus bergantung kepada bantuan dan pendampingan dari orang tuanya. Untuk menjaga kepuasan pernikahan meskipun dihadapkan oleh tantangan terkait simtom anak, orang tua dapat menghadapi permasalahan secara bersama atau yang biasa disebut dyadic coping. Penelitian ini menggunakan teknik korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan pernikahan dan dyadic coping serta masing-masing faktornya pada orang tua dari anak dengan SA. Partisipan merupakan 145 orang tua dari anak dengan SA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan secara signifikan antara kepuasan pernikahan dan dyadic coping serta masing-masing faktornya. Dari penelitian ini, diketahui bahwa faktor emotion-focused supportive dyadic coping merupakan faktor yang paling berkontribusi pada kepuasan pernikahan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Sahidah Fitriana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas pendekatan solution focused dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Melalui desain penelitian single subject experimental, intervensi diberikan kepada dua orang partisipan dalam empat kali pertemuan dengan durasi 90-120 menit. Efektivitas intervensi dievaluasi secara kualitatif yaitu melalui pengamatan dan wawancara peneliti terhadap perkataan dan insight partisipan selama menjalani sesi intervensi. Efektivitas juga dievaluasi secara kuantitatif melalui pemberikan kuesioner Marital Attitude Scale dan optimism about relationship pada saat sebelum dan segera setelah intervensi selesai dilakukan. Kedua kuesioner ini dinyatakan berkorelasi secara signifikan dengan kualitas hubungan romantis. Hasil antara kuesioner sebelum dan sesudah intervensi kemudian diperbandingkan.
Berdasarkan hasil intervensi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa intervensi dengan pendekatan solution focused efektif dalam meningkatkan kualitas hubungan romantis pada dewasa muda dari keluarga dengan orangtua bercerai. Partisipan memiliki sikap yang lebih positif terhadap pernikahan dan optimisme yang lebih besar terhadap kesuksesan hubungan romantis di masa depan. Partisipan juga mendapatkan manfaat intervensi berupa mengurangi pikiran-pikiran negatif, mempertahankan perilaku yang bermanfaat dalam hubungan romantis dan meningkatkan kualitas hubungan romantis terutama dalam hal komunikasi dengan pasangan.

The aim of this study is to find out the effectiveness of solution focused approach in enhancing quality of romantic relationship from adult children of divorce. With single subject experimental design, the solution focused approach was given to two participants in four sessions (90 - 120 minutes). Intervention effectiveness were being evaluated qualitatively by observing insight of the participants during intervention sessions. The effectiveness of intervention were also measured quantitavely by giving Marital Attitude Scale and Optimism about relationship scale before and after intervention. And then the results were being compared.
Based on the intervention result, it can be concluded that solution focused approach is effective in enhancing the quality of romantic relationship among adult children of divorce. Participant's attitude and optimism toward romantic relationship and marriage has increased significantly. Participants also gain some benefits from the intervention. The participants utter that their negative thought has decreased. They also can maintain behaviors that support quality of romantic relationship and increasing it through better communication skill toward their spouse.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30575
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuningdyah Sekararum
"Masa perkuliahan merupakan masa-masa yang penuh tuntutan.Mahasiswa harus menghadapi tugas perkembangan maupun masalah-masalah lain yang harus diselesaikan dan seringkali tekanan ini menimbulkan distres psikologis bagi para mahasiswa. Hal ini juga terjadi pada mahasiswa Universitas Indonesia (UI) dan berdasarkan penelitian sebelumnya, diketahui bahwa salah satu sumber distres psikologis yang banyak dialami oleh mahasiswa UI adalah permasalahan dalam hubungan interpersonal. Penelitian memang menunjukkan bahwa tuntutan mahasiswa untuk menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain memiliki pengaruh lebih besar terhadap kesehatan mental dibandingkan dengan pengaruh dari tuntutan akademik. Mahasiswa yang memiliki hubungan interpersonal yang suportif akan jauh lebih sehat mental dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memilikinya. Dengan demikian, penting bagi mahasiswa, termasuk mahasiswa UIuntuk memiliki keterampilan sosial yang baik agar dapat membina hubungan sosial yang optimal. Meskipun sejauh ini UI telah melaksanakan beberapa program serupa pelatihan untuk membekali mahasiswa dalam proses penyesuaian diri mereka di lingkungan perkuliahan, keluhan mengenai permasalahan ini masih tetap muncul. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu program intervensi untuk membantu mahasiswa dengan keterampilan sosial yang kurang baik. Metode intervensi yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan sosial pada penelitian ini adalah Interpersonal Psychotherapy. Partisipan yang terlibat sebanyak dua orang dan keduanya mengikuti intervensi sampai sesi terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi ini efektif meningkatkan keterampilan sosial pada mahasiswa yang mengalami distres psikologis. Ini terlihat dari peningkatan skor keterampilan sosial dan penurunan skor distress psikologis serta refleksi partisipan yang menunjukkan kemampuan untuk dapat nyaman dalam interaksi sosial, berkurangnya emosi negative dan perubahan perilaku saat terlibat dalam interaksi sosial.

Being a college student brings certain pressure. Students must encounter developmental task along with various other problems to be solved which can evoke psychological distress to the students. This also happens to the students of University of Indonesia in which in previous researches it has been established that one of the sources of these psychological distresses is problems on interpersonal relationship. Research had shown that the social pressure to bond with fellow students has a profound and greater effect to the mental health compared to academic pressure. Students who have supportive interpersonal relationship is proven to have significantly better mental health compared to those who lack or unable to foster it. Therefore, it is important for them to develop adequate social skills in order to maintain satisfactory level of social relationship. Although the University of Indonesia has a range of programs similar to trainings designed to help students to adjust to the college environment, a number of complaints regarding this problem still occurs. Based on this ground, there is a need for an intervention program to help students who encountered these social skills problems. The intervention method used to increase the social skills in this research is Interpersonal Psychotherapy. This program involved two participants who were able to go through until the last intervention session. The result suggests that this intervention effectively increased the social skills of participating students with psychological distress. This end result can be measured quantitatively based on the increase of social skills score and the reduction of psychological distress score. It is also reflected from the participant that they show the ability to interact with their surrounding more comfortably along with reduced negative emotion and the change of their behavior to a more positive side."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30583
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Yolanda
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja. Partisipan penelitian ini adalah sebanyak 128 orang ibu bekerja yang tersebar di Jabodetabek. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan dengan menggunakan alat ukur Family Assessment Device (FAD) berdasarkan The McMaster Model of Family Functioning yang dikembangkan oleh Epstein et al. (1983). Parenting selfefficacy diukur dengan menggunakan alat ukur Parenting Sense of Competence (PSOC) subskala efficacy yang dikembangkan oleh Johnston dan Mash (1989). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara keberfungsian keluarga dan parenting self-efficacy pada ibu bekerja ( r = 0.203, p = 0.022, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin efektif keberfungsian keluarga, maka semakin tinggi parenting self-efficacy pada ibu bekerja.

This research was conducted to investigate relationship between family functioning and parenting self-efficacy among working mothers. Paticipants of this research were 128 working mothers in Jabodetabek. Family Functioning was measured using Family Assessment Device (FAD) based on The McMaster Model of Family Functioning who developed by Epstein et.al (1983). Parenting Self-Efficacy was measured by efficacy subscale of Parenting Sense of Competence (PSOC) who developed by Johnston dan Mash (1989). The result of this research showed that family functioning positively correlated significantly with parenting self-efficacy among working mothers ( r = 0.203, p = 0.022, significant at L.o.S 0.05). This result mean, the more effective family functioning, the higher parenting self-efficacy among working mothers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Vania Tertia
"Maternal responsiveness merupakan salah satu domain dari interaksi orangtuaanak. Maternal responsiveness menjelaskan mengenai respon ibu terhadap tanda, emosi, kata, ketertarikan, dan tingkah laku yang dimunculkan oleh anak (Roggman & Innocenti, 2008). Penelitian ini ingin melihat perbedaan maternal responsiveness pada anak usia prasekolah ketika bermain menggunakan media permainan non-elektronik dan media elektronik.
Penelitian dilakukan pada 61 pasang ibu-anak. Maternal Responsivenss yang terdapat dalam interaksi bermain diukur menggunakan alat ukur PICCOLO (The Parents Interacting with Children: Checklist of Observation Linked to Outcomes) pada domain responsiveness. Peneliti juga menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran umum dari kegiatan bermain anak.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan mean yang signifikan pada maternal responsivenes. Maternal responsiveness ketika bermain menggunakan media elektronik lebih rendah dibandingkan ketika bermain menggunakan media non-elektronik. Walaupun begitu, subjek dalam penelitian ini memliki skor maternal responsiveness yang cukup tinggi.

Maternal responsiveness is a domain of parent interaction. Maternal responsiveness describes the mother's response to signs, emotions, words, interests, and behavior displayed by children (Roggman & Innocenti, 2008). This study was conducted to look at the differences in maternal responsiveness in Mother and Preschool Age Children’s Interaction When Playing with Non-electronic Toys Media and Electronic Toys Media.
The participants are 61 pairs of mother-preschool children. Maternal Responsiveness in the interaction when playing were measured using an instrument called PICCOLO (The Parents Interacting with Children: Checklist of Observation Linked to Outcomes) on responsiveness domains. Researcher also used questionnaire to collect information about children playing activity in general.
The results of this study showed a significant mean difference in maternal responsiveness. Maternal responsiveness when the children are playing electronic toys media is lower than when they are playing non-electronic toys media. However, the subjects in this study possess the quite high score maternal responsiveness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rianda Febrianti
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran cyberbullying pada mahasiswa Universitas Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini kuantitatif dengan pengumpulan data melalui kuesioner online. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini hasil adaptasi dari alat ukur Willard yang bernama Student Assessment Survey dengan format dan teknik skoring dari alat ukur Revised Cyber Bullying Inventory (RCBI) yang disusun oleh Topcu dan Baker. Dalam pengolahan data, peneliti menggunakan statistik deskriptif. Jumlah partisipan yang terlibat dalam penelitian ini 133 mahasiswa. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 77% (N=103) mahasiswa UI pernah terlibat dalam cyberbullying. Mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan, berusia 20-25 tahun dan menggunakan internet 21-42 jam per minggu lebih banyak terlibat cyberbullying baik sebagai pelaku maupun korban.

This study was conducted to know the description of cyberbullying of students of the Universitas Indonesia. The method used in this study was quantitative and collecting data through online questionnaires. Measuring instruments were the results of the adaptation of the instrument from Willard, named Student Assessment Survey with format and scoring technique from Cyber Bullying Inventory Revised (RCBI) compiled by Topcu and Baker. In processing the data, the researcher used descriptive statistics. The number of participants involved in this study 133 students. The result of the study showed that 77% of students involved in cyberbullying. Female students, age 20-25 years and using the internet for 21-42 hours per week, are more involved in cyberbullying than other characteristics either as perpetrators or victims."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>