Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Octaviani
Abstrak :
Masalah kemiskinan adaiah salah satu masalah utama untuk sebagian besar negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Berbagai studi yang membahas tentang hal tersebut telah dilakukan oleh sejumlah ahli ekonomi. Salah satunya adalah Cutler dan Katz yang menganalisis tentang pengaruh dari variable-variabel ekonomi makro seperti inflasi, pengangguran dan variable-variabel demografis terhadap kemiskinan. Dalam penelitiannya Cutler dan Katz menemukan bahwa pengangguran memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat kemiskinan, sementara inflasi memberikan pengaruh yang relatif kurang signifikan. Tetapi Powers menemukan bahwa inflasi memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap consumption poverty rate. Dalam penelitian ini penulis menganalisis pengaruh inflasi dan pengangguran terhadap kemiskinan di perkotaan Indonesia, dengan menggunakan dua jenis data yaitu data yang dipublikasikan oleh BPS dan data yang diolah oleh LPEM UI dengan menggunakan metoda Bidani-Ravallion (World-bank 11 method). Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa inflasi dan pengangguran bersama-sama dengan variabel lain yaitu rasio antara garis kemiskinan dengan pendapatan rata-rata, tingkat kemiskinan periode sebelumnya, variable-variabel demografis serta rasio gini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kemiskinan, baik terhadap head-count poverty, poverty gap maupun squared poverty gap. Secara lebih spesifik, pengangguran memberikan pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tingkat kemiskinan sedangkan variabel inflasi memperlihatkan pengaruh yang cenderung tidak konsisten dengan tingkat signifikansi yang iebih rendah. Jika menggunakan data BPS terlihat bahwa inflasi memberikan pengaruh yang cukup signifikan, tetapi bila menggunakan data alternatif terdapat kecenderungan inflasi memberikan pengaruh yang tidak signifikan. Lebih lanjut, penelitian ini secara implisit juga memperlihatkan kompleksnya masalah kemiskinan di Indonesia. Dengan demikian usaha untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia tidak dapat dilakukan hanya dengan satu jenis program tertentu saja, tetapi harus merupakan sejumlah program yang bersifat saling melengkapi dengan penekanan utama pada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok masyarakat termiskin, yaitu kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan jauh di bawah garis kemiskinan. Penelitan ini tidak membahas secara rinci pengaruh dari masing-masing variabel dan program-program pengentasan kemiskinan untuk setiap kelompok masyarakat miskin. Diharapkan hal tersebut dapat dilakukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfandi Aprianto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang gambaran adversity quotient dan Spiritualitas Islam terhadap aktivis lingkungan hidup Muslim. Aktivis lingkungan hidup menjadi salah satu profesi yang paling banyak mendapatkan kesulitan dalam menjalani perannya. Peneliti ingin memahami lebih jauh peran Adversity quotient (AQ) sebagai kekuatan untuk mampu bertahan menghadapi kesulitan dan bagaimana hubungannya dengan nilai spiritualitas para aktivis. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode mixed-method. Alat ukur kuantitatif menggunakan Adversity quotient Response Profile dari Paul G Stolz, sementara Spiritualitas Islam diadaptasi dari The Muslim ReligiosityPersonality Inventory (MRPI). Untuk kualitatif menggunakan wawancara mendalam semi-struktur. Hasilnya terdapat hubungan positif antara Adversity quotient dengan Spiritualitas Islam. Sementara hasil kualitatif mampu mengungkapkan alasan untuk menjelaskan hasil hubungan positif tersebut.  ......This study discusses to explain the results of the results of the difficulties and the spirituality of Islam towards Muslim environmental activists. Researchers see the role in the environment as needed. However, it is not easy to be an environmental activist. Various kinds of obstacles they face. Starting economic losses, legal threats, to loss of safety. In order for environmental activists to survive and be able to face their difficulties, readiness is needed to overcome, overcome, overcome the difficulties or problems they face. This is where the role of Adversity quotient (AQ) is needed to support the environment, such as the need to be able to overcome difficulties. Not only that, it turned into an activist. The environment also influenced activist spirituality. They are able to find the meaning behind their activities to become a supporter of the Environment. The method used in this study is a mixed-method method. Quantitative measuring instruments use the Adversity quotient. Profile of Responses from Paul G Stolz, while Islamic Spirituality was adapted from the Inventory of Muslim-Personality Religiosity (MRPI). For qualitative use semi-structured in-depth interviews. The result is a positive relationship between Adversity quotient and Islamic Spirituality. While qualitative results can be revealed the reasons for explaining the results of these positive relationships. 
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yussanti
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman atau gambaran tentang transformasi diri islami yang terjadi pada mu’tamir umrah. Hal yang akan diungkap meliputi proses pelaksanaan umrah, penghayatan atas pengalaman transformatif selama umrah dan juga transformasi diri yang terjadi setelah umrah pada mu’tamir umrah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode ini dipilih karena isu yang diteliti merupakan salah satu isu yang sensitif. Sejumlah empat responden dalam penelitian ini dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria responden berusia di atas 35 tahun, pernah melaksanakan umrah dan pernah mengalami kejadian transformatif selama umrah yang kemudian diwawancarai. Hasil dari penelitian ini semua responden mengalami transformasi diri setelah melaksanakan umrah. Berbagai proses yang dilalui sebelum akhirnya sampai kepada perubahan ini antara lain persiapan sedari awal keberangkatan, selama pelaksanaan, dan akhir perjalanan umrah. Semua responden mengalami pengalaman transformatif selama umrah yang dihayati lewat beberapa tahapan. Hasil transformasi sendiri dapat dilihat dari berbagai aspek dalam kehidupan seperti aspek spiritual, aspek religius serta sosial. Dalam ajaran islam, orang-orang yang menjalankan umrah dengan baik sesuai syarat dan mampu mendapatkan perubahan ke arah yang lebih baik setelahnya dapat dikatakan sebagai umrah yang mabrur atau mencapai transformasi diri islami. ......The aim of this study is to gain an understanding of the self-transformation that occurs during umrah. This study will reveal insights into the process of performing umrah, the transformative experience during umrah, and the self-transformation which occur after umrah. Applying a qualitative approach, 4 respondents over 35 years old, having performed umrah, and having experienced transformative events during umrah were interviewed. The results of the study showed that all respondents experienced self-transformation after carrying out umrah. This change was the result of various processes that were undertaken from the beginning of departure, during the implementation, and at the end of the Umrah trip. The respondents went through several stages of transformative experience during umrah. The transformation was evident in various aspects of life, such as spiritual, religious, and social aspects.
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arifurrahman
Abstrak :
Manusia pada dasarnya memiliki tujuan dan motivasi yang sama, yaitu mencapai kebahagiaan. Abraham Maslow menjembatani manusia untuk meraih kebahagiaanya dengan teori piramida kebutuhan yang berbasis fisiologis dan psikologis. Berbeda dengan Imam Junaid yang menititekankan pada proses ma’rifah yang berbasis spiritual dan transendental. Kedua pendekatan interdisipliner ini diharapkan mampu menghantarkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang paripurna. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptis-komparatif dan analitis berbasis data-data kepustakaan (library research). Upaya mendeskripsikan perbandingan, mencari unsur persamaan atau perbedaan dan implikasi terhadap sebuah pengembangan khazanah psikologi Islam dan analisa filosofis hermeneutik memperhatikan teks masa lampau, konteks dan upaya kontekstualisasi. Abraham Maslow dan Imam Junaid sama-sama menggunakan konstruk piramida dalam mengaplikasikan pandangan-pandangannya secara teoretis. Piramida Maslow menggambarkan kebutuhan-kebutuhan manusia, mulai yang paling mendasar sampai pada yang tertinggi. Sedang Piramida ma'rifah Junaid adalah kontekstualisasi pendalaman dan pembacaan secara tekstual dari karangan-karangannya mengenai konsep atau pandangan beliau mengenai manusia, ma'rifah, tauhid, fana’, baqa’ dan sahwun. Kebahagiaan dalam perspektif Maslow diperoleh melalui pemenuhan kebutuhan manusia. Sedang kebahagiaan menurut Junaid adalah optimalisasi fungsi dan potensi qalbun (hati) manusia dan diperolehnya keadaan sahwun, setelah proses fana’ yang membawa dan menginternalisasi sifat-sifat ilahiyah. ......Humans basically have the same goal and motivation, which is to achieve happiness. Abraham Maslow bridged humans to achieve their happiness with the theory of the pyramid of needs based on physiological and psychological. In contrast to Imam Junaid who emphasizes the ma'rifah process which is based on spiritually and transcendentally. Both of these interdisciplinary approaches are expected to be able to lead humans to achieve complete happiness. This research is a qualitative research with descriptive-comparative and analytical methods based on library data (library research) an effort to describe comparisons, look for elements of similarities or differences and implications for a development of Islamic psychology treasures and hermeneutic philosophical analysis paying attention to past texts, context and contextualization efforts. Abraham Maslow and Imam Junaid both use the pyramid construct in applying their views theoretically. Maslow's pyramid describes human needs, from the most basic to the highest. While the Pyramid of ma'rifah, Junaid is a contextualization of deepening and textual reading of his essays on his concepts or views about humans, ma'rifah, tauhid, fana', baqa' and sahwun. Happiness in Maslow's perspective is obtained through the fulfillment of human needs. Meanwhile, according to Junaid, happiness is optimizing the function and potential of the human heart and obtaining a state of sahwun, after the fana' process which brings and internalizes divine traits.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
Abstrak :
Tesis ini membentuk model makroekonomi regional DKI Jakarta dan rnelihat dampak penurunan penerimaan DAU terhadap perekonomian DKI Jakarta. Model makroekonomi regional ini menggunakan landasan ekonomi mikro dan terdiri atas empat blok, yaitu blok manufaktur, blok nonmanufaktur, dan blok keuangan daerah dan PDRB. Model yang diterapkan diadaptasi dari model ekonometri regional untuk wilayah metropolitan Chicago yang dibuat oleh Doubinis (1981). Model ini terdiri atas 48 persamaan perilaku dan 23 persamaan identitas. Dalam blok manufaktur, perrnintaan output sektor manufaktur dipengaruhi oleh variabel local activity level. Sedangkan penawarannya dipengaruhi oleh kapital/modal dan tenaga kerja. lni merupakan fondasi mikroekonomi yang digunakan dalam skema makroekonomi. Tenaga kerja dipengaruhi oleh upah dan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan seoara nasional. Dalam blok nonmanufaktur, permintaan output sektor nonmanufaktur dipengaruhi oleh PDRB (menurut lapangan usaha) dan tingkat harga. Penawarannya dipengaruhi oleh nilai tambah sektor tersebut pada periode yang lalu dan tenaga kerja. Sementara tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah dan tenaga kerja secara nasional. Dalam blok keuangan daerah, pajak daerah sangat dipengaruhi oleh sektor nonmanufaktur, kecuali konstruksi; dan sektor manufaktur. Retribusi daerah dipengaruhi oleh retribusi periode lalu, dan sektor nonmanufaktur. Dalam blok PDRB, konsumsi RT dipengaruhi oleh PDRB. Investasi swasta dipengaruhi oleh tingkat bunga dan PDRB. Investasi pemerintah dan pengeluaran pemerintah dipengaruhi oleh penerimaan pemerintah. Data yang digunakan adalah data runtun waktu untuk periode 1978-1998 yang telah dipublikasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program komputer Eviews dengan metode TSLS. Indikator daya prediksi dari model makroekonomi regional ini menunjukkan statistical fit yang baik sehingga dapat digunakan untuk melakukan peramalan ke depart, yaitu tahun 1999-2004. Ada 2 skenario yang digunakan, yaitu skenario DAU konstan sebesar Rp 773,02 milyar dan DAU menurun sebesar 20% pada tahun 2003 dan 2004. Penurunan pemberian DAU mempengaruhi pertumbuhan sektor manufaktur dan tenaga kerjanya, investasi pemerintah, pengeluaran dan penerimaan pemerintah, dan perekonomian daerah; tetapi tidak mempengaruhi kegiatan di sektor nonmanufaktur dan tenaga kerjanya, penerimaan pajak daerah dan retribusi, serta pengeluaran konsumsi dan investasi swasta. Meskipun mempengaruhi pertumbuhan kegiatan ekonomi daerah, penurunan pertumbuhan ini diperkirakan jauh lebih kecil daripada penurunan DAU yang sebesar 20%.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangemanan, Lyndon
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan pendapatan penduduk periode tahun 1980 -1996 (PelitaIII -Pelita V), atau semasa kepemimpinan orde baru. Berdasarkan studi Iiteratur dan penelitian - penelitian yang telah dilakukan, maka di putuskan untuk dianalisa dan dibahas selanjutnya adalah faktor -faktor yang mempengaruhi ketidakmerataan pendapatan di Philipina oleh Esiudilo .1.P. (1997) akan direplikasikan di Indonesia, Selanjutnya dikomhinasikan dengan faktor komponen ekonomi berdasarkan studi .literatur. Setelah dilakukan sludi-studi awal, mengenai ketersediaan data dan kondisi wilayah Indonesia, maka dilakukan beberapa modifikasi, mengenai variabel dan model, .sehingga diduga variabel-varabel berikut ini; 1) proporsi penduduk yang berusia > 60 tahun(X2) ; 2) proporsi jumlah anggota rumah tangga yang terdidik/ tingkat keahlian (X3) ,- 3) proporsi jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di sektor industri ( X4) ; 4) pertumbuhan ekonomi ( X5) ; dan 5) kontribusi pendapatan dari sektor industri pengolahan terhadap total pendapatan(X6). Selanjutnya dari variabel diatas maka variabel ,(1),(2) dan (3) dikelompok dalam komponen demograf/ kependudukan serta variabel (I) dan (5) dikelompokan dalam komponen ekonomi. Untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dari penelitian maka digunakan adanya keragaman wilayah Indonesia sebagai informasi untuk dianalisa dan dibahas.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T20640
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ai Nurhasanah
Abstrak :
Stres akademik merupakan permasalahan yang sering dialami mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa yang tinggal di Pondok Pesantren. Kondisi ini merupakan tekanan akibat dari proses belajar yang dapat memberi pengaruh pada aspek fisik maupun psikologis. Penelitian terdahulu mengungkapkan sejumlah variabel yang dapat mengurangi stres akademik, diantaranya adalah variabel efikasi diri akademik dan pola pikir positif. Husnudzan sebagai pola pikir positif dalam islam, dipandang memiliki pengaruh pada berbagai aspek psikologis seperti kesehatan mental, resiliensi, penerimaan diri dan kecemasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menyebarkan adaptasi skala stres akademik (SSI), skala husnudzan dan skala efikasi diri akademik (TASES). Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan pada ketiga skala tersebut, dengan nilai 0.922 dan 0.959 untuk skala stress akademik, 0.876 dan 0.796 untuk skala husnudzan serta 0.905 dan 0.951 untuk skala efikasi diri akademik. Analisis data dilakukan dengan melakukan uji korelasi dan uji mediasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Universitas Islam Negeri Bandung. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang signifikan pada variabel husnudzan dan efikasi diri (r = 0.480 dengan p < 0.01). Sedangkan pada variabel lainnya tidak terdapat korelasi yang signifikan, dengan nilai r = -0.147 (p = 0.193) untuk efikasi diri akademik dan stres akademik, serta r = -0.169 (p = 0.135) untuk husnudzan dan stres akademik. Berdasarkan uji mediasi, hasil penelitian menunjukkan efikasi diri akademik tidak berperan sebagai mediator dalam hubungan husnudzan dan stres akademik dimana nilai yang diperoleh pada indirect effect adalah -0.0944, yang memiliki rentang antara BootLLCI (-0.3656) dan BootULCI (0.1986) melewati nilai 0. ......Academic stress is a problem experienced mostly by students including those who live in Islamic boarding schools. This condition happens because of the learning process presssure which can affects them physically and psychologically. Many previous studies examined a number of variables that can reduce academic stress, including the variables of academic self-efficacy and positive mindset. Husnudzan, a positive mindset in Islam, is considered to have an influence on various psychological aspects such as mental health, resilience, self-acceptance and anxiety. The method used in this study is a quantitative method by distributing the adaptation of the academic stress scale (SSI), the husnudzan scale and the academic self-efficacy scale (TASES). The validity and reliability scores are 0.922 and 0.959 for academic stress scale, 0.876 and 0.796 for husnudzan scale, also 0.905 and 0.951 for academic self-efficacy scale. Data analysis was carried out by conducting correlation and mediation analyses. A total of 80 undergraduate students from State Islamic University of Sunan Gunung Djati Bandung (UIN Bandung) participated in the study. The results demonstrated that husnudzan significantly correlated with academic self-efficacy (r = 0.480 and p<0.01). In contrast, there was no significant correlation not only on academic self-efficacy and stress academic r = -0.147 (p = 0.193) but also on husnudzan and stress academic r = -0.169 (p = 0.135). The mediation test results showed that academic self-efficacy could not mediate the relationship between husnudzan and academic stress with indirect effect score -0.0944 (BootLLCI = -0.3656 and BootULCI = 0.1986).
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Primanugrah Shakanti
Abstrak :
Individu yang hendak menikah harus siap untuk menjalani kehidupan perkawinan, karena ketidaksiapan menikah dapat memicu terjadinya konflik dan perceraian. Di Indonesia banyak perceraian terjadi karena alasan ketidaksiapan menikah. Selain itu juga banyak terjadi penundaan menikah, salah satu alasannya adalah individu ingin memastikan diri sudah benar-benar siap sebelum memutuskan menikah. Perlu dilakukan kajian mengenai kesiapan menikah untuk mendalami fenomena-fenomena tersebut. Perkawinan merupakan suatu anjuran dalam agama Islam, sehingga ada baiknya dilakukan kajian mengenai hubungan dan pengaruh religiusitas terhadap kesiapan menikah. Melihat adanya perbedaan peran dan pengalaman antara laki-laki dan perempuan di masyarakat, maka kesiapan menikah ditinjau dari jenis kelamin juga perlu diteliti. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian dilakukan terhadap emerging adults (18-25 tahun) beragama Islam yang belum menikah. Responden yang diteliti berasal dari wilayah Jabodetabek. Pengambilan data dilakukan menggunakan kuesioner online. Alat ukur kesiapan menikah yang digunakan adalah adaptasi California Marriage Readiness Evaluation (CMRE). Alat ukur religiusitas yang digunakan adalah adaptasi The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan metode statistik menggunakan SPSS. Analisis data dilakukan dengan independent sample t-test, uji korelasi, uji koefisien determinasi, dan uji regresi linear sederhana. Hasil penelitan menunjukkan adanya perbedaan kesiapan menikah yang tidak signifikan antara emerging adults laki-laki dan perempuan, baik secara umum maupun di masing-masing kategori kesiapan menikah. Terdapat hubungan positif antara religiusitas dan kesiapan menikah. Artinya, semakin tinggi religiusitas seseorang, maka semakin tinggi pula kesiapan menikahnya. Masing-masing dimensi religiusitas juga memiliki hubungan dengan masing-masing kategori kesiapan menikah. Kontribusi religiusitas terhadap kesiapan menikah emerging adults adalah sebesar 19,3%. ......Individuals who want to marry must be ready to live a married life, because being unprepared for marriage could lead to conflicts and divorces. In Indonesia, a lot of divorce cases are caused by being unprepared for marriage. There are also people who delay marriages, with one of the reasons being one needs to be make sure that they are ready to marry, before deciding to tie the knot. To understand the phenomena better, a study about marriage readiness is to be done. As marriages are advised in Islam, the correlation between religiosity and marriage readiness as well as the contribution of religiosity towards marriage readiness must be studied. In addition to that, marriage readiness difference between the two sexes must also be studied considering the different roles and experiences between men and women. The method of this study is quantitative method. The respondents are unmarried Muslim emerging adults (18-25 years of age) from around the Jabodetabek area. The data collection is done through an online questionnaire. The instrument for measuring the marriage readiness is an adaptation of The California Marriage Readiness Evaluation (CMRE) and for measuring religiosity is an adaptation of The Revised Muslim Religiosity Personality Inventory (R-MRPI). The data collected from the questionnaire were processed with statistical method using SPSS. The data analysis is conducted with an independent sample t-test, Pearson correlation test, coefficient of determination test, and simple linear regression test. The result of the study showed that there is an insignificant difference between the marriage readiness of male and female emerging adults, both generally and in every marriage readiness category. A positive correlation between religiosity and marriage readiness is also found through the study. In other words, a higher religiosity resulted in a higher marriage readiness. Each religiosity dimension also correlates with each marriage readiness category. The result also showed that religiosity contributes to 19,3% of marriage readiness in emerging adults.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scientia Afifah Taibah
Abstrak :
Tingginya data perceraian di Indonesia menjadi indikasi permasalahan dalam pembentukan dan kekokohan keluarga. Resiliensi keluarga yang menggambarkan kemampuan keluarga untuk menghadapi tantangan dan masalah, dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya religiusitas dan spiritualitas. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada konsep tadayyun yang secara komprehensif mengeksplorasi keberagamaan, mencakup aspek religiusitas dan spiritualitas berlandaskan prinsip monoteisme (al-tauḥīd). Di antara nilai yang ditanamkan dalam ajaran agama adalah kebersyukuran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara tadayyun dan resiliensi keluarga, dengan kebersyukuran berperan sebagai mediator. Desain penelitian ini berupa metode kuantitatif yang melibatkan 268 responden dengan menggunakan Skala Tadayyun, Skala Walsh Family Resilience Quesionnaire, dan Skala Syukur. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dan analisis mediasi dengan menggunakan PROCESS pada SPSS. Temuan penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara tadayyun dan kebersyukuran (r = 0,672, p <0,01). Selain itu, hubungan yang signifikan juga terdapat di antara kebersyukuran dan resiliensi keluarga (r = 0,612, p <0,01), serta antara tadayyundan resiliensi keluarga (r = 0,646, p <0,01). Analisis mediasi menghasilkan kesimpulan bahwa kebersyukuran memainkan peran mediasi dalam hubungan antara tadayyun dan resiliensi keluarga, dengan nilai efek tidak langsung sebesar 0,403, yang berada dalam rentang BootLLCI (0,2422) dan BootULCI (0,5667) dan tidak termasuk 0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh hipotesis alternatif diterima dan mendukung penelitian terdahulu.  ......The high divorce rate in Indonesia is an indication of problems in family formation and stability. Family resilience, which describes the ability of a family to face challenges and problems, is influenced by various factors, including religiosity and spirituality. In this study, the researcher focused on the concept of Tadayyun, which comprehensively explores religiosity, including aspects of religiosity and spirituality based on the principle of monotheism (al-tauḥīd). Among the values instilled in religious teachings is gratitude. The aim of this study is to examine the relationship between Tadayyun and family resilience, with gratitude playing a mediating role. The research design is a quantitative method involving 268 respondents using the Tadayyun Scale, Walsh Family Resilience Questionnaire, and Gratitude Scale. Data analysis used Pearson correlation and mediation analysis using PROCESS on SPSS. The research findings indicate a significant relationship between Tadayyun and gratitude (r = 0,672, p <0.01). In addition, there is a significant relationship between gratitude and family resilience (r = 0,612, p <0.01), as well as between Tadayyun and family resilience (r = 0,646, p <0.01). Mediation analysis concludes that gratitude plays a mediating role in the relationship between Tadayyun and family resilience, with an indirect effect value of 0.403, which is within the BootLLCI (0.2422) and BootULCI (0.5667) range and does not include 0. The research results show that all alternative hypotheses are accepted and support previous research.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia Wardani Fauzyyah
Abstrak :
Tahapan perkembangan usia remaja umumnya berada pada usia siswa SLTA yang dibekali dengan tugas perkembangan untuk memiliki identitas diri yang baik. Penelitian sebelumnya menyebutkan adanya anggapan masyarakat bahwa salah satu bentuk pencapaian identitas diri siswa yang berhasil adalah mereka berhasil menjadi mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Demi memenuhi ekspektasi yang sempurna tersebut, sebagian siswa berusaha untuk istiqomah dalam belajar dengan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Dengan menggunakan penelitian kuantitatif dan pengambilan data menggunakan purposive random sampling, penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana hubungan antara istiqomah belajar dan perfekstionisme siswa SLTA peserta bimbingan belajar serta mencoba untuk melihat pengaruh self-compassion sebagai variable moderator. Data yang diperoleh dari 90 responden menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara istiqomah belajar dengan perfeksionisme siswa (r = 0.417, p = 0.00), terdapat hubungan negatif antara perfectionism dan self-compassion (r = -0.329, p = 0.002), sementara self-compassion sebagai moderator tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungan kedua variable lainnya ((Int_1 t= -0.3052, p = 0.7609). ......The stages of adolescent development are generally at the age of high school students who are equipped with developmental tasks to have a good self-identity. Previous research mentioned that there was a public opinion that one form of achieving successful students' self-identity is that they succeed in becoming students at the State Higher Education Universities (PTN). In order to meet these perfect expectations, some students try to be istiqomah in learning by following tutoring program outside of school. By using quantitative research and data collection using purposive random sampling, this research tries to see how the relationship between istiqomah learning and perfectionism of high school students participating in tutoring and trying to see the effect of self-compassion as a moderator variable. Data obtained from 90 respondents showed that there is a significant relationship between Istiqomah learning and student perfectionism (r = 0.417, p = 0.00), there is a negative relationship between perfectionism and self-compassion (r = -0.329, p = 0.002), while self-compassion as a moderator has no significant effect on the relationship between the other two variables (Int_1 t= -0.3052, p = 0.7609).

 

Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library