Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suratno
Abstrak :
ABSTRAK
Udara yang stabil dan Berdasarkan konsep kesetimbangan energi spektral dua dimensi dalam arah dan frekuensi telah dikembangkan suatu model numerik untuk prakiraan permukaan gelombang laut di perairan Indonesia dan sekitarnya, meliputi perairan dengan batas lintang 20° S-20°N dan batas bujur 900E-1450E.

Persamaan dalam model mengandung fungsi sumber yang terdiri dari proses utama masukan dan atmosfir dan tiga macam proses disipasi. Proses utama masukan dari atmosfir adalah pertumbuhan eksponensial gelombang. Sedangkan ketiga macam proses disipasi adalah disipasi gesekan, disipasi angin berlawanan dan disipasi gelombang pecah. Perhitungan dilakukan dengan metoda beda-hingga yang telah dikoreksi dari Eiji dan Isozaki (1972).

Masukan bagi model adalah angin permukaan yang diestimasi dari angin lapisan 850 produk NWP. Hasil eksperimen dengan produk NWP dari ECMWF dalam bulan Januari dan bulan Agustus 1996, menunjukkan bahwa hasil prakiraan gelombang mempunyai korelasi yang baik dengan data kapal.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tajan
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan model struktur kecepatan gelombang P, koreksi stasiun dan kajian tektonik tiga wilayah BMG ( BMG Wilayah I - III ). Model struktur kecepatan dan koreksi stasiun ditentukan dengan metoda inversi kuadrat terkecil. Sedangkan kajian tektonik dilakukan berdasarkan analisis distribusi hiposenter dan stres gempa dari data mekanisme fokus. Model struktur kecepatan yang dihasilkan umumnya lebih cepat dari pada model struktur Jeffrey-Mien maupun model Curray dan Fauzi kecuali pada kedalaman 0-34 km. Kecepatan gelombang P pada kedalaman 0-34 km untuk BMG Wilayah I lebih lambat dari pada BMG Wilayah II dan lebih Iambat dari pada BMG Wilayah III. Koreksi stasiun berkisar antara -0,96 hingga 0,22 detik untuk BMG Wilayah I, -0,19 hingga 0,43 detik untuk BMG Wilayah II dan -0,23 hingga 0,10 detik untuk BMG Wilayah III. Kemiringan penunjaman lempeng tektonik BMG Wilayah I berkisar antara 44 ° - 50 0, BMG Wilayah II antara 53 ° - 65 ° , sedangkan BMG Wilayah III antara 60 ° - 65 Stres gempa BMG Wilayah I bagian Tenggara cenderung berarah Selatan Barat Daya - Utara Timur Laut dan berubah ke Barat Laut - Tenggara di bagian Barat Laut. Pada bagian Barat BMG Wilayah II stres gempa cenderung berarah Selatan Barat Daya - Utara Timur Laut dan semakin ke Timur bergeser ke arah Barat Laut - Tenggara. Sedangkan di BMG Wilayah III mempunyai dua pola, yang cenderung berarah Timur - Barat pada daerah yang makin ke Timur, yang mungkin disebabkan oleh perubahan arah penunjaman. Stres gempa yang dominan pada BMG Wilayah I kedalaman 0 - 150 km adalah down dip compression, pada BMG Wilayah II kedalaman 0 - 100 km adalah down dip compression , dan pada kedalaman 100 - 300 km adalah down dip tension . Sedangkan pada BMG Wilayah III kedalaman 0 - 100..km adalah down dip compression, 100 300km down dip tension dan pada kedalaman yang lebih dari 300 kin adalah down dip ' compression.
ABSTRACT Velocity Structures, Station Corrections And Study For The Tectonic Of Three Meteorological And Geophysical Regions (Sumatera, Java And Nusatenggara)We have determined the model of P-wave velocity structures, station corrections and study for the tectonic of three Meteorological and Geophysical Regions ( Region I, II and III). P-wave velocity structures and station corrections have been computed by the method of the least-squares inversion , whereas the tectonic research has been done by analysis of hypocenters and stress distributions. The obtained velocity structure model was lower than.the model of Jeffrey-Sullen, or Curray and Fauzi for 0 - 34 km deep and faster for the deeper layer. P-wave velocity at 0-34 km deep for the Region I was lower than the Region II and Region III. The station corrections were obtained -0.96 to 0.22 seconds for the Region I , -0.19 to 0.44 seconds for the Region II and -0.23 to 0.10 seconds for the Region III. The dipping of the tectonic plate of Region I was 44°-50 °, Region II was 53 0-65 ° and Region III was 60 °-65 °. Stresses at Southeast of Region I had trend to Southsouthwest - Northnortheast direction and changed to Northwest-Southeast at Northwestern part. In the Western of Region II stresses had trend to South southwest - Northnortheast and changed to Northwest - Southeast at the Eastern part, while in Region III had two patterns with trend to East - West direction at Eastern part, due to the change of direction of subduction. In Region I the down-dip compression dominated the slab down to the depth of 150 km. In Region II the down-dip compression dominated the slab down to the depth of 100 km, while down-dip tension occured at 100 to 300 km deep. In Region III the down-dip compression dominated the slab down to the depth of 100 km,down-diptensions dominated the slab from 100.to 300 km deep, while below this depth the earthquakes were dominated by the down-dip compression.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalif Atma
Abstrak :
Model "Quasi-geostropik dua-lapisan" adalah model Prakiraan Cuaca Numeris (Numerical Weather Prediction, NWP) dengan pendekatan geostropik yang biasanya digunakan di lintang sedang, yang menerima keadaan atmosfir baroklinik dengan membolehkan interaksi antara dua lapisan udara. Sedangkan "Wilayahterbatas" (Limited Area Model, LAM) sebenarnya adalah suatu rekayasa untuk membatasi wilayah yang dianalisis sehingga tidak terlalu luas. Variabel cuaca yang dibahas dalam penelitian dengan model ini adalah medan angin (V). Variabel yang lainnya (medan massa, P,T dan p) walaupun dapat dihitung dari medan angin dengan prinsip keseimbangan antara medan angin dan medan massa, tidak dibahas di sini. Dalam tulisan ini, medan angin "Quasigeostropik" disajikan dalam bentuk fungsi arus (streamfunction, Ψ) dan daerah yang dibahas meliputi 45° LU-45° LS dan 90° BT-180° BT, pada lapisan 250 mb dan 750 mb. Sebagai data awal dan data pembanding digunakan data angin dari European Centre for Medium range Weather Forecast (ECMWF) mulai tanggal 11 sampai dengan 23 Desember 1995. Hasil prakiraan menunjukkan bahwa pola gerak angin di belahan bumi utara yang sedang mengalami musim dingin cenderung stabil, sedangkan di belahan bumi selatan terjadi perubahan gerak walupun sangat sedikit. Model "Quasi-geostropik" dengan semi-implicit time differencing menghasilkan perhitungan yang sangat stabil dan tidak terjadi peningkatan maupun penyusutan amplitudo gerak. Verifikasi model ini dihitung dengan kesalahan statistik (RMSE dan Absolut korelasi) antara hasil prakiraan dengan data aktualnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Marsono
Abstrak :
Metoda dekonvolusi dan inversi diterapkan pada rekaman seismogram gempa Biak 17 Februari 1996 untuk mendapatkan informasi distribusi spasial dan temporal momen seismik pada bidang sesar. Bidang sesar direpresentasikan dengan bidang planar seluas 200 x 100 Km berdasarkan distribusi gempa susulan dengan orientasi sesuai dengan solusi bidang sesar (4)5=129°, 5=18°, X=73° ; USGS). Pada bidang sesar tersebut dibuat grid 20 x 20 Km sebagai tempat kedudukan subevent. Menggunakan rekaman seismogram fase P periode panjang untuk jarak teleseismik ( 30° < A < 90°) dan 8 stasiun, metoda inversi dilakukan dengan menerapkan kombinasi rise time T1 = 5 detik dan rupture time r2 = 11 detik. Dari hasil perhitungan diperoleh 9 subevent signifikan yang menyertai gempa Biak dengan waktu yang terkonsentrasi pada detik ke 13 - 42 setelah gempa utama. Subevent ini menyebar ke arah Barat Laut - Barat - Barat Daya. Dengan membandingkan hasil tersebut dengan momen seismik gempa-gempa sebelumnya, diperkirakan bahwa momen seismik gempa-gempa sebelumnya ini tidak cukup "kuat" untuk membuat slip daerah ini secara signifikan. Diperlukan gempa sebesar gempa Biak 1996, dengan momen seismik total 6.849 x 10v dyne-cm untuk membuat daerah ini mengalami slip yang cukup berarti. Dari model distribusi momen seismik diperkirakan bahwa bidang sesar terdiri atas bagian asperities dan bagian barrier. Bagian asperities yang merupakan bagian lemah, terdapat di sebalah timur pada kedalaman 20 Km memanjang ke arah tenggara-barat daya sekitar 40 - 60 Km, di bagian tengah bidang sesar dan cenderung melingkar, serta bagian kecil di bagian barat, sedangkan bagian barrier merupakan bagian terbesar di bidang sesar. ......Deconvolution and inversion method are applied to Biak earthquake record to determine the spatio-temporal seismic moment distribution information over the fault plane. This plane is represented by planar of 200 x 100 Km base on the aftershock distribution, oriented following the Focal Mechanism Solution (4 = 129°, 8 = 18°, X = 73° , USGS). This plane is gridded by 20 x 20 Km to place some sub events. Using the teleseismic ( 30° < A < 90°) long period P fase record from 8 stations, inversion method is applied with the combination of rise time = 5 sec and rupture time = 11 sec. We have determined 9 sub events with are concentrated at the second of 13 to 42 following the first nucleation time. These sub events were scattered in NW - SW direction. We also have determined that the seismic moment of several events prior to Biak earthquake are not sufficient to slip the area significantly. It needed to have a great event as Biak earthquake with the total seismic moment of 6.849 x 1027 dyne-cm to make significant slip over the area. Base on this distribution, we have estimated that the area consisted of asperities and barrier. The asperities are in the eastern part with the depth and width of 20 and 20 to 40 Km respectively, clustering at the center, and in small area at the western part, while the barrier is in the most part of the plane.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatim
Abstrak :
ABSTRAK
Udara yang stabil dan angin lemah merupakan kondisi-kondisi yang memudahkan untuk terjadinya gejala haze.

Adanya haze yang tebal dapat mengurangi jarak pandang dan mengganggu lalu-lintas udara, laut dan kehidupan manusia sehari-hari. Haze dapat berasal dari asap kebakaran dan partikel-partikel padat yang halus akibat musim kemarau panjang serta dari debu letusan gunung berapi.

Catatan data meteorologi menunjukkan bahwa pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober tahun 1991 wilayah Sumatera bagian selatan sampai Kalimantan bagian barat mengalami gangguan haze yang parah dengan jarak penglihatan mendatar kurang dari 1 kilometer.

Hasil analisis data suhu udara atas, arah dan kecepatan angin serta kemarau yang kering yang diikuti oleh terbakarnya hutan di beberapa wilayah Indonesia, menunjukkan bahwa wilayah-wilayah tersebut memang memenuhi kondisi untuk terjadi haze. Sedangkan akibat adanya haze yang tebal, curah hujan di wilayah-wilayah tersebut meningkat cukup besar.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Riyanto
Abstrak :
Prakiraan Jangka panjang terutama prakiraan musim untuk daerah Tropis masih sangat sulit dilakukan dan hasilnya masih sangat jauh dari kebenarannya. Banyak model dipakai untuk membuat prakiraan tersebut, dan hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Di Indonesia banyak model yang dipakai untuk membuat prakiaan jangka menengah dan jangka panjang, hasilnya juga kurang menggembirakan. Model-model yang dominan dipakai di Indonesia adalah model statistik murni ( yang dominan adalah time series). Dengan memakai Power Spectrum Analysis pada daerah penelitian (Pulau Jawa) ternyata daerah tersebut mempunyai periodisitas dominan tiga sampai lima tahunan untuk musim kemarau dan tidak kelihatan periodisitasnya dengan jelas pada musim penghujan. Untuk membuat prakiraan musim di P. Jawa , pada penelitian ini digunakan kaidah monsoon dan hubungan tendensi tekanan dalam pernilihan prediktor, yang dapat ditulis melalui persamaan : Y = A + B,X1 + B:X2 + BA, Y = Curah hujan (variabel tak bebas) Xi , X2, X, = Unsur klimatologi lainnya (variabel bebas) Dari kaidah muson dapat dipilih prediktor-prediktor yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim tersebut. Ada lima katagori yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim antara lain Energi matahari, Muson barat atau timur, kecepatan angin, Hujan dan suhu muka laut. Karena prediktor-prediktor yang dipilih dalam pengolahan kurang lebih 25 unsur maka dengan mempergunakan Step Wise Analysis dicari prediktor mana yang mempunyai korelasi paling tinggi secara berurutan sehingga persamaan diatas bisa lebih ringkas dan ketepatannya semakin baik. Setelah didapat persamaan sebagai model, ramalan dapat diperoleh dengan mencari harga Y setelah variabel bebas X di Subtitusikan ke persamaan tersebut. Diperoleh hasil untuk musim kemarau 1995 mempunyai ketepatan 66%, dan musim hujan 1994/1995 mempunyai ketepatan 72 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Riyadi
Abstrak :
ABSTRAK Metoda gaya berat secara cepat dapat digunakan dalam eksplorasi untuk mengetahui daerah jebakan baluan kontak yang terkaolinisasi ataupun cekungan tua yang diperkirakan mengandung mineral yang bernilai ekonomis. Untuk pemisahan anomali regional-sisa diterapkan metoda pencocokan permukaan ( surface fitting ) menggunakan polinomial non-ortogonal dalam koordinat " geografi " X dan Y yang dikenal sebagai Trend Surface Analysis. Penafsiran data gaya berat menggunakan pemodelan tiga dimensi metoda Talwani & Ewing dilakukan untuk mendapatkan model geometri bawah permukaan di daerah penelitian ( Pemali-Bangka ), dengan ditunjang oleh data geologi daerah tersebut sebagai data kontrol. Hasil pemodelan menggunakan metoda Talwani dan Ewing membuktikan aclanya struktur jebakan kontak antara granit dan metasedimen. Batuan kontak ini berbentuk topi ( kopula ) yang menutupi tonjolan granit. Batuan kontak ini secara geologi banyak mengandung timah.
ABSTRACT The Gravity methods are used for preliminary in geophysical interpretation to delineate mineral deposit. The surface fitting method using non-orthogonal polynomial was applied for separation of the regional-residual anomaly in the geographical coordinate (){,Y) which is known as Trend Surface Analysis. The gravity data interpretation was used by three dimensional model of Talwani & Ewing ( 1960 ) to obtain the geometrical model of anomaly body under surface at the research area in Pemali-Bangka, this interpretation is supported by the geological map of the area as the reference. The result by this method showed that there is a structure between the granite and metasedimen. This structures form a cap covered the granite intrusion that geologically contain tin deposit. ;The Gravity methods are used for preliminary in geophysical interpretation to delineate mineral deposit.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library