Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Wulan Ardiani
1997
S2782
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Isnaniah
Abstrak :
ABSTRAK
Keterampilan berbahasa Inggris sangat diperlukan untuk inen^iadapi
era globalisasi yang melanda di segala bidang. Oleh karena itu banyak
oraiig yang mengikuti kursus-kursus. Mmsusnya di LB-LIA, untuk
meningkatkan kemampuan merelsa dalam berbahasa Inggris.
Ketrampilan berbaliasa Inggris tidak lianya ditekankan pada kemampuan
lisan. tetapi iuga kemampuan menulis. Menurut Wright (1993)
kemampuan menulis adalali kemampuan yang paling sulit dipelajari oleh
siswa. Di LB-LIA, prestasi yang dituniukJcan siswa dalam pelajaran
menuUs belum menunjukkan kemampuan siswa yang sebenamya. Hal
ini diduga terjadi karena siswa memiliki derajat self-efficacy rendah pada
pelajaran menulis. Self-efficacy adalah keyakinan seseorang akan
kemampuannya dalam melakukan suatu tugas. Menurut Stipek (1993)
siswa yang memiliki self-efficacy rendali pada suatu tugas cenderung
untuk mengatribusikan kegagalan atau keberhasilannya dalam
melakukan tugas tersebut pada faktor-faktor di luai- diiinya (faktor
ekstemal).
Salah satu faktor ekstemal itu adalali umpan balik yang dibenkan gum
mengenai unjuk kerja siswa pada tugas tersebut. Dalam pelajaran
menulis ada dua jenis umpan balik vang biasa digunakan oleh guru untuk memberikaii unipan balik pada vuijuk keria siswa (Sliennaii. 1994).
Umpan balik itu adalah: (1) Error marked and corrected but without
explanation, yang bersifat iiifonnatif ; dan (2) Error marked and
corrected with explanation, yang sifatnya korektif. Menurut Shennan
(1994) pula. nmpan balik yang baik adalah unipan balik yang bergmia
dan dapat digimakan oleh siswa. Bagi siswa yang memiliki derajat selfefficacy
rendalu unipan balik korektif yang diberikan gum ini sangat
membanhi karena umpan balik korektif ini difokuskan pada unjuk kerja
siswa dan bukan pada kemampuan dirinya. Sehingga dengan pemberian
umpan balik korektif ini siswa tidak merasa terancam konsep dirinya.
Dari mnpan balik korektif ini siswa secara obyektif dapat mengetahui
kesalahan yang dilakukannya dan cara-cara untuk memperbaiki
kesalalian yang sama di masa datang. Seperti mnpan balik jenis lainnya,
umpan balik korektif dapat diinterprestasikan secara berbeda oleh
penerina dan pemberi mnpan balik. Banyaknya coretan yang berisi
penielasan yang dituliskan gum pada kertas menulis siswa mungkin akan
diinteiprestasikan oleh siswa sebagai penegesan atau hukuman atas
ketidak mamapuaimya dalam melakukan tugas menulis. Bila hal ini
ter^jadi. maka siswa tersebut semakin tidak man menunjukkan usalia yang
sungguh-sungguh dalam m-alakukan tugas yang sama di masa yang akan
datang. Sebagai akaibatnya prestasinya pada tugas tersebut di masa
datang juga akan semakin menurun. Oleh karena itu, maka penelitian ini
bertujuan meneliti efektivitas dari pemberian umpan bahk korektif
terhadap prestasi menulis siswa yang memiliki taraf self-efficacy rendah.
PeneUtian ini adalali penelitian eksperimen dua kelompok yang
menggunakan desain dua kelompok randomised pre-post control group.
Penempatan subyek ke dalam dua kelompok. yaitu kelompok kontiol dan
kelompok eksperimen dilakukan secara random. Pada kedua kelompok dilalcukaii pre dmi post test. Data hasil peiielitiaii iiii diolali dengaii
menggimakan t-test.
Penelitiaii iiii membuktikaii baliwa Ho yang menyatakan baliwa tidak
ada perbedaan yang signifikan antaia gain skor menulis kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol ditolak (t = 6.14 ; a =0.05). Sehingga
Ha yang menyatakan baliwa gain skor menulis kelompok eksperimen
lebih besar secara signifikan dibandingkan gain skor menulis kelompok
kontrol diterima. Jadi dalam penelitian ini terbukti baliwa umpan balik
korektif efektif untuk meningkatkan prestai menulis dalam bahasa
Inggris siswa dengan derajat self-efficacy rendali
1998
S2943
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Muhammad Fikri Yafie
Abstrak :
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengendara sepeda motor di Indonesia didominasi oleh pengendara dewasa muda. Salah satu faktor penyebab kecelakaan dari sisi manusia adalah kemampuan untuk mempersepsi bahaya (hazard perception ability). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara visual spatial ability sebagai salah satu komponen kognitif yang berperan di dalam mengendara dan hazard perception ability. Penelitian ini melibatkan 130 pengendara sepeda motor berusia 17-34 tahun (Mean usia = 21.56, SD = 2.36). Partisipan diminta untuk mengisi alat ukur visual spatial ability yang terdiri atas tes card rotation untuk mengukur kemampuan spatial orientation, dan tes paper folding untuk mengukur kemampuan visualization, dan juga alat ukur hazard perception ability yang terdiri atas tes hazard detection, dan tes threat appraisal yang diberikan secara daring (dalam jaringan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara komponen visual spatial ability dan hazard perception ability. Semakin tinggi kemampuan spatial orientation dan visualization pengendara sepeda motor, semakin tinggi kemampuan hazard detection dan threat appraisal yang dimiliki. Implikasi dari temuan ini adalah adanya peluang mengukur hazard perception ability pada mereka yang akan mengambil Surat Izin Mengemudi (SIM) dengan mengukur visual spatial ability jika pengukuran terhadap hazard perception ability tidak dapat dilaksanakan.
......
Young adult riders dominate traffic accidents that involved Indonesian motorcyclists. One of the human factors which can potentially cause an accident is hazard perception ability. This study aims to investigate the role of visual-spatial skill as one of the cognitive components, which plays a role in hazard perception ability while riding on the road. The participants of this study are 130 motorcyclists aged 17-34 years old (Mage = 21.56, SD = 2.36). The participants were asked to fill in visual-spatial ability measurement tools that consisted of rotation card test to measure spatial orientation ability, and paper folding test which measured visualization ability. Also, they were asked to fill in a hazard perception ability test that consisted of hazard detection test, and threat appraisal test. All tests were done online. The results of this study show that there is a positive relationship between visual spatial ability component and hazard perception ability. The higher the motorcyclists' spatial orientation and visualization skills, the higher the hazard detection and threat appraisal abilities. The implication of these findings is the opportunity to measure hazard perception ability on driving license test takers by measuring visual-spatial skill if hazard perception ability measurement cannot be conducted.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Imran Irwandy Yasin MS
Abstrak :
Tingginya angka kecelakaan yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar melibatkan pengendara sepeda motor. Kecelakaan yang terjadi di jalan raya antara lain disebabkan oleh kurangnya atensi terhadap hal-hal yang diamati disekitar (visual attention) yang dimiliki ketika mengendarai sepeda motor sehingga terjadi kesalahpahaman pengguna jalan bermotor dalam mengidentifikasi situasi berbahaya (hazard perception). Kepada 133 pengendara sepeda motor berusia 17-34 tahun (Mean usia = 21.56, SD = 2.36) diminta untuk mengisi kuesioner yang mengukur tentang kemampuan visual attention dan kemampuan hazard perception yang terdiri atas komponen hazard detection dan threat appraisal, yang diberikan secara daring.
Hasil penelitian menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara visual attention dan hazard detection maupun antara visual attention dan threat appraisal pada pengendara sepeda motor dewasa muda. Namun ditemukan bahwa adanya hubungan yang positif antara hazard detection dan threat appraisal. Analisis deskriptif menunjukkan kemampuan hazard detection yang cukup baik pada partisipan pengendara sepeda motor, namun kemampuan threat appraisal yang cenderung masih rendah. Implikasi dari temuan ini adalah diperlukannya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kemampuan hazard perception.
......
For the past few years, a rising number of accidents in Indonesia involved a significant number of motorcyclists. Some of the accidents are caused by the motorcyclists lack of attention to the surrounding area when riding a motorcycle. Therefore, motorcyclists misinterpret a dangerous situation hazard perception. We asked 133 motorcyclists aged 17-34 (Mage = 21.56, SD = 2.36) to fill in an online questionnaire, which measured visual attention and hazard perception abilities. The hazard perception includes hazard detection and threat appraisal measurement.
The result of this study shows that there is no relationship between visual attention and hazard detection, also between visual attention and threat appraisal on young adult motorcyclists. However, we find a positive correlation between hazard detection and threat appraisal. Descriptive analyses show that the participants performed hazard detection quite well, but they indicated a low level of threat appraisal skill. The implication of this study is to encourage socialization to motorcyclists about the importance of hazard perception ability.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Christina Ardelia
Abstrak :
Dengan adanya kemajuan teknologi dan kemudahan berbelanja secara daring (online shop), kita sering menghadapi berbagai pilihan atau yang biasa disebut dengan intertemporal choice. Pilihan yang bernilai lebih kecil dan diperoleh lebih cepat disebut dengan smaller-sooner (SS) sedangkan pilihan yang bernilai lebih besar dan diperoleh lebih lama disebut dengan larger-later (LL). Salah satu faktor yang dapat memengaruhi intertemporal choice adalah emosi.
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan apakah mahasiswa dengan tingkat arousal emosi negatif yang tinggi akan memilih SS dalam intertemporal choice secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa dengan tingkat arousal emosi negatif yang rendah. Sebanyak 82 mahasiswa Universitas Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini.
Desain penelitian ini adalah randomized between-subject two groups design dengan membandingkan kelompok emosi marah (n = 35) dan sedih (n = 47). Tingkat arousal emosi dimanipulasi melalui autobiographical recall. Hasil analisis chi-square for independence menunjukkan bahwa mahasiswa kelompok marah tidak memilih SS secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok sedih (χ2(1) = 2,377, p = 0,119, d = -0,170).
......With the advances of technology and the convenience of online shopping, we often face a variety of choices or what is commonly referred to as intertemporal choices. Choices that are valued smaller and can be directly obtained are called smaller-sooner (SS), while those that are valued larger and can be obtained later are called larger-later (LL). One factor that can influence intertemporal choice is emotion.
This experimental study aimed to prove whether college students with high levels of negative emotion’s arousal would significantly choose SS in intertemporal choices higher than students with low levels of negative emotion’s arousal. A total of 82 University of Indonesia students participated in this study.
The design of this study was randomized between subject two groups design which compared angry (n = 35) and sad group (n = 47). Arousal emotions are manipulated through autobiographical recall. Chi-square for independence analysis showed that the college students in angry group did not choose the SS significantly higher than the sad group (χ2 (1) = 2.337, p = 0.119, d = -0.170).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Atikah
Abstrak :
Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa Universitas ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara hambatan kontekstual dan efikasi diri dalam keputusan karier pada mahasiswa Universitas Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan sampel 518 mahasiswa Universitas Indonesia S1 regular angkatan 2013. Penelitian kuantitatif ini menggunakan alat ukur CDSE-SF (Taylor dan Betz, 1983) untuk mengukur efikasi diri dalam keputusan karier dan alat ukur contextual barriers scale (Lent dan Brown, 2001) untuk mengukur hambatan kontekstual. Hasilnya penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan negatif antara hambatan kontekstual hambatan kontekstual dan efikasi diri dalam keputusan karier. Artinya, semakin tinggi hambatan kontekstual yang dihadapi mahasiswa Univesitas Indonesia, maka semakin rendah efikasi diri dalam keputusan karier yang dimiliki mahasiswa Universitas Indonesia. Perbandingan besarnya kontribusi dimensi-dimensi hambatan kontekstual terhadap efikasi diri dalam keputusan karier menunjukkan bahwa dimensi lingkungan perguruan tinggi memiliki kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Sedangkan dimensi keluarga merupakan dimensi dengan kontribusi terrendah. Berdasarkan hasil penelitian ini, Badan Konseling Mahasiswa (BKM) bekerja sama dengan Career Development Center (CDC) dan pihak fakultas disarankan membentuk pelatihan-pelatihan yang membekali mahasiswa Universitas Indonesia untuk dapat menghadapi berbagai hambatan kontekstual dalam pekembangan karier.
This research was conducted to examine the relationship between contextual barriers and career decision self-efficacy on students at University of Indonesia. This research was conducted with a sample of students at University of Indonesia S1 2013. This quantitative study uses CDSE-SF (Taylor dan Betz, 1983) to measure career decision self-efficacy and contextual barriers scale (Lent dan Brown, 2001) to measure contextual barriers. The result of research showed a significant negative correlation between contextual barriers and career decision self-efficacy. That is, the higher of contextual barries faced by students at University of Indonesia, the lower career decision self-efficacy owned by students at University of Indonesa. Comparisons of contribution of dimension of contextual barriers to career decision self-efficacy shows that the education environmental dimension have a greater contribution than the other dimensions. While the family dimension is the dimension with the lowest contribution. Based on the result, Badan Konseling Mahasiswa (BKM) in collaboration with Career Development Center (CDC) and the faculy recomended form of training which equip students at University of Indonesia to be able to confront various contextual barriers in career development.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60457
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library