Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afif HM
Abstrak :
Pesantren sebagai lembaga pendidikan pada umumnya merupakan komplek yang cenderung dibangun tanpa perencanaan yang matang. Pada umumnya tata bangunan pesantren di dalam menurut kebutuhan. Hal tersebut dikarenakan beberapa hal amtara lain yaitu pesantren sebagai lembaga pendidikan lebih menekankan kemandirian dan kesederhanaan. Komplek pesantren yang terdiri dari bangunan; rumah kiai, pondok (asrama) santri, masjid, dan beberapa sarana penunjang lain (jamban, tempat mandi, cuci, dapur, kakus) yang pada awal-awal lebih bersifat "darurat" atau sementara. Beberapa kendala yang dihadapi pesantren untuk menyediakan atau dalam pengadaan fasilitas fisik (gedung dan saran lainnya) yang sesuai dengan kebutuhan adalah masih terbatas kemampuan dalam penyediaan areal bagi perluasan komplek, dan keterbatasan dana karena sumber dana yang terbatas dan minim. Pesantren dengan sistem asrama/pondok (boarding school) dihadapkan berbagai permasalahan dalam memenuhi kebutuhan bagi Para santri yang tinggal di pesantren asrama (pondok), penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari (mimum, masak, mandi, cuci, wudlu) sarana mandi, cuci, dan kakus (MCK) dan tempat pembuangan limbah (padat dan cair). Pada gilirannya, hal tersebut memberi pengaruh terhadap kehidupan masyarakat pesantren secara keeeluruhan, yaitu bagaimana masyarakat pesantren mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan dukungan dari lingkungan hidupnya. Di sisi lain, bagaimana lingkungan hidup pesantren mampu memberi dukungan tanpa memberi pengaruh negatif bagi kehidupan masyarakat pesanten Karena pada dasarnya interaksi lingkungan hidup dengan kehidupan manusia adalah sating bergantung satu dengan lainnya (interdependensi). Dengan demikian masih banyak dijumpai beberapa pesantren yang dilihat dari alat bangunan fisik terkesan tak beraturan, bahkan terkesan seadanya. Misalnya, asrama/pondok yang sempit dengan jumlah santri yang cukup banyak, bahkan melebihi kapasitas daya tampung. Penyediaan air bersih yang belum mencukupi kebutuham sehari-hari, serta tempat pembuangan kotoran manusia dan limbah yang belum memadai. Keadaan tersebut di atas akan memberikan dampak pada aspek kehidupan masyarakat pesantren secara keseluruhan. Aspek kehidupan yang diduga akan terkena pengaruh adalah kesehatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Dengan demikian pengelolaan linglamgan hidup menjadi suatu yang penting untuk meningkatkan kemampuan fungsi daya dukung lingkungan hidup bagi upaya mowujudkan keadaan "hidup sehat" warga pesantren. Secara hipotetis jawaban bagi upaya mewujudkan lingkungan hidup terhadap keadaan hidup sehat memerlukan "kesadaran" dari masyarakat pesantren. Kesadaran masyarakat pesantren, yang dalam hal ini para santri, terhadap kesehatan linkungan dapat diketahui dari aspek: pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap lingkungan hidup yang mendukung terhadap kesehatan. Di samping faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat bagi upaya pengelolaan lingkungan hidup yang mendukung kesehatan. Penelitian dilakukan di pesantren Ma'haduttholabah, Babakan, Tegal, Jawa Tengah, dengan tujuan:
1. Mengetahuai pengetahuan, sikap dan perilaku warga pesantren kususnya para santri dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berpotensi menunjang kesehatan.
2. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan warga pesantren untuk mewujudkan kondisi lingkungan hidup yang berpotensi bagi kesehatan.
3. Mengetahui faktor-faktor pendukung dan kendala dalam pengelolaan lingkungan hidup yang berdampak terhadap kesehatan. Penelitian bersifat studi kasus (case study) yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan (wholeness) dari obyek yang diteliti. Data dikumpulkan dan dipelajari sebagai suatu kesatuan yang utuh (terintegrasi). Tujuannya untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang diteliti. Studi kasus sebagai suatu metode penelitian bukan untuk tujuan generalisasi. Data dikumpulkan melalui observasi terlibat (participant observation), wawancara mendalam (indepth interview) dan penyebaran kuesioner kepada para santri yang dipilih dengan teknik proporsional sampling. Sampel berjumlah 120 dengan perincian santri kalong 15 orang, dan santri mukim 105 orang dari populasi 1.200 santri.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Piping Setia Priangga
Abstrak :
ABSTRAK Sebagai pemikiran, perhatian para environmentalis terhadap masalah lingkungan telah sampai kepada akar permasalahaanya, yaitu masalah lingkungan sosial. Lebih Bari ita, telah menunjukkan adanya kecenderungan yang mengarah kepada penggunaan nilai-nilai agama dalam pengelolaan lingkungan. Namun demikian, pelaksanaan pengelolaan lingkungan analisanya belum sebagaimana pemikiran yang harus dijadikan landasannya. Permasalahannya adalah terletak pada perumusan tentang kualitas lingkungan sosialnya. Hal apanya yang dinilai, mengapa hal itu yang dinilai dan apa-apa raja indikator-indikatornya di dalam mengukur kualitas lingkungan sosial tersebut. Tesis ini bertujuan untuk nenjawab permasalahan di atas berdasarkan Mushehaf al-Qur?an. Yaitu peranan konsep lingkungan sosial menurut Mushchaf al-Qur?an, menganalisis ke dalan unsur-unsurnya, dan menentukan indikator indikator kualitas untuk masing-masing umurnya dalam garis-garis besar. Dengan menggunakan metode penelitian yang dalam tradisi Tafsir Mushaf al-Qur?an dikenal sebagai Metode Tafsir Mawdhuw', di dalam penelitian ini adalah menghapalkan dan menafsirkan keseluruhan ayat-ayat Mushaf al-Qur'an yang mengandung konsep ash-Shiraath secara sistematis. Diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara konseptual, lingkungan sosial berdasarkan Muahchaf a1-Qur'an adalah interaksi refleksi indikator berbagai hubungan antar bermacam-macam setting pola kelakuan spiritual dan berbagai tingkatan kadar spiritual individu atau kelompok individu yang ada di dalam masyarakat dalam hubungannya dengan Surat al Fathihah sebagai deklarasi kosmopalitanisme. 2. Unsur-unsur dari sudut keragaman pola kelakuan spiritualnya terdapat tiga setting pola kelakuan: (1) Setting pola kelakuan Iymaan, (2) Setting pola kelakuan kufawr, dan (3) Setting kelakuan an-Naas. 3. Unsur-unsur dari sudut keragaman kadar spiritualnya terdiri atas: (1) as-Sufahaa'u min an Naas, (2) al-Mu'tashimuwn dan al-kuffaar, (3) al-Mutawakkiluwn dan al-Mukadzdzibuwn, (4) al-Mutara'bbishuwn dan an-Naakibuwn, (5) al-Mu' allas dan al-Jachiym, (6 ) al-Muchay, dan (7) al-Maasyi. 4. Indikator-indikator pola kelakuan spiritual adalah: (1) Iqaamahtan, (2) Infaaqan (3) Mu?manan-, (4) syi'aaran-, dan (5) 'ilman-. 5. Indikator-indikator kadar-kadar spiritual tingkat: (1) al-Mu'tashimuwn dan al-Kuffaar adalah relasi-relasi sosial al-Muwallaa1-Qaabil, almachkuwmu 1-Mukhtalif, dan al-Murabbabu 1-'Aabid. (2) al-Mutawakkiluwn dan al-Mukadsdsibuwn adalah relasi-relasi sosial al-Nu'takhids dan asy-Syaakir. (3) al-Nutarabbishuwn dan an-Naakibuwn adalah relasi-relasi soaial al-Muttabi'uwn dan al-Mukhbit. (4) al-Mu' allam dan al-Jachiym adalah relasi-relasi social ar-Raa'iyn, al-Mubahiruwn, dan al-Chaakimu 1-Chaqq. (5) al-Muchay adalah relasi-relasi social al-Mustaamsik dan an-Nuwr. (6) al-Maasyi adalah relasi-relasi sosial al-.Mukibb dan as-Sawiyy. 6. Secara operasional, lingkungan sosial berdasarkan Mushchaf al-Qur' an adalah interaksi refleksi indikatif berbagai hubungan antar tingkatan kadar Iman, antar tingkatan kadar Kufuwr, den antar an-naas secara sendiri-sendiri serta antara pola kelakuan Iymaan dengan pola kelakuan kufuwr, antara pola kelakuan Iymaan dengan kelakuan an-Naas dan antara pola kelakuan kufuwr dengan kelakuan an-Nass baik secara sendiri-sendiri maupun secara kolektif ketentuannya. Daftar Kepustakaan: 40(1977-1993)
As reflection , the interest of environmentalists in environmental problems have come to the roots of the issue. More than that there are indications of a trend to use religious values in environmental management. Even so , the application of the social environmental management nott yet in accor dance with reflection which ought to become i ts foundations. The problems r emain on def ining the social environmental quality. What has to be assessed and why is it that these are particul&rly that need assessment, and what are their indicators in measuring the social environmental quality. This thesis has objective to answer the above problems based on Mushchaf al-Quraan. These aEe defining social environment concept according to Mushchaf al Quran analising it into its components, and find ing quality indicators for each components globally. By using research method which in the tradition of Tatsir Mushchaf al-Quraan is called the method of tafsir Mawdhuw', in this research it is to collect all verses .of the Qu.raan in which ayaht-ayaht Mushchaf al-Quraan are found, namely those containing the concept of ashshiraath systematically. The following conclusions were found : 1. Conceptually, Social environment based on Mushchaf is- an interaction of reflection which gives indication of all relationships among spiritual behavioral patterns and various levels of behavior of an individual or group. in a society in relation to Suwraht al-Faatichaht as a cosmopolitan declaration. 2. The components of the apiritual behavioral patterns' variables include three spiritual behavioral patters' sets : (1) Iymaan behavioral patterns' set, (2) Ku. fuwr behavioral patters set, and ( 3) an-Naa.s: behavioral entity. 3. The components of the varied spiritual intensity are : ( 1) as-Su£ahaa'u min an-Naas., (2) al-Mu'tashim and al-Kuffaar, al-Mutawakkil and al-Mukadzdzib, (4) al-Mutarabbish and. an-Naakib, (5) al-Mu'allam and aJ.-Jachiym, (6) al-Muchay, and (7) al-Maasyi. 4. The indicator of the spiritual behavioral patterns are : (1) Iqaamaht, (2) Infaaq, (3) Mu'man, (4) Syi' aar, and (5) 'Ilm. 5. The indicators of the spiritual intensity levels of components at level : (1) al-Mu'tashim and al-Kuffaar are the social relations of al-Muwalla 1-Qaabil, al-Machkumu Al-Mukhtali. t' and al-Murabbabu 1-' Aabid. (2) al-Mutawakkil and al-Mukadzdzib are the social relations of al-Mu'takhidz and aay-Syaakir. (3) al-Mutarabbish and an-Naakib are the social relations of al-Muttabi and al-Mukhbit. ( 4) al-Mu' all am and al-J achiym are the social relations of ar-Raa' , al-Mu bshir, and al-Chaakimu Al-Chaqq (5) al-Muchay are the social relations of al-Mustamsik and an-Nuwr. (6) al-Maasy are the social relations of al-Mukibb and aa-Sawiyy. 6. Operationally, social environment based on Muahchaf al-Qur'aan is the interaction of indicative reflection of various interelationships between Iymaan intensity level, between Kufuwr intensity level, and among an-Naas respectively and between Iymaan behavioral patterns' sets and Kufuwr behavioral patterns' sets, between Iymaan behavioral patterns sets and intensity of an-Naas, and between Kufuwr behavioral patterns sets and intensity of an-Naas both individually as well as collectivly.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retnowati Wahyuning Dyas Tuti
Abstrak :
ABSTRAK Volume sampah di DKI Jakarta yang cukup besar sekitar 21.234: m3 per hari (1988) memerlukan pengelolaan yang lebih baik. Sedangkan sarana prasarana yang dimiliki oleh Pemda untuk mengelola sampah tersebut masih terbatas. Namun demikian Pemda tetap harus menanganinya, karena selain sampah merupakan masalah lingkungan yang cukup serius juga karena Pemda adalah pengemban fungsi "Public Service" yang harus mampu menangani kebersihan sampah secara menyeluruh. Oleh karena itu Pemda mengambil inisiatif mengadakan swastanisasi sarnpah. Keberadaan Swasta sebagai mitra Pemda dalam pengelolaan sarnpah ini sangat dibutuhkan. Dari jumlah kelurahan yang ada di DKI Jakarta sebanyak 261 kelurahan pada tahun 1988/1989 baru 8 kelurahan dan Kawasan Monas yang diswastakan, dengan dikelola oleh empat (4) Perseroan Terbatas (PT). Penambahan daerah pelayanan yang dikelola oleh Swasta kurang cepat, terbukti hingga tahun 1994/1995 baru 28 kelurahan dan Kawasan Monas sedangkan volume sampah bertambah dengan cepat dan sudah mencapai 25.715 m3 (1994/1995). Hal inilah yang antara lain mendorong Penulis memilih topik ini, bagaimanakah efektivitas pengelolaan sampah oleh Swasta ? Tujuan penelitian ini adalah ingin mendapatkan gambaran tentang efektivitas swasta dalam mengelola sarnpah. Ingin mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi efektif atau tidak efektifnya pengelolaan sampah oleh Swasta. Ingin mengetahui apakah kebijaksanaan Swastanisasi pengelolaan sampah ini dapat diteruskan, ditingkatkan dan diperluas daerah pelayanannya atau justru sebaliknya. Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan pada Pemerintah Daerah dalam mengevaluasi kebijaksanaan tentang Penanganan Dan Penanggulangan Sampah Oleh Swasta. Bagi Swasta hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rangsangan untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi kerja. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan Ilmu Lingkungan, khususnya pada perkembangan Menejemen Persampahan. Untuk maksud tersebut, dilakukan penelitian pustaka, penelitian lapangan yang difokuskan pada Swasta dan Pemda di lima Wilayah Kota, dengan jenis penelitian "Policy Research" jika dilihat dari pendekatan penelitian dan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif jika dilihat dari data yang diperoleh. Populasi penelitian ini adalah Pemda, pihak Swasta dan Rumah Tangga yang dilayani oleh Pemda maupun Swasta. Sampel ditarik dari populasi yang ada dengan Teknik "Cluster Purposif Sampling". Responden penelitian ini ditentukan dengan "Quota Random Sampling" pada karyawan PT Swasta, Pegawai Pemda dan Masyarakat yang jasa kebersihan sampahnya dilayani Swasta maupun Pemda. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka serta analisis dokumen mengenai pengelolaan sampah di DKI Jakarta. Cara pengolahan dan analisis data dilakukan dengan analisis komparatif untuk membandingkan antara Swasta dengan Swasta di lima Wilayah Kota dan anatara Pemda dengan Pemda di lima Wilayah Kota dan akhirnya antara Swasta dengan Pemda. Dari hasil analisis diperoleh temuan, bahwa secara umum ternyata Swasta lebih efektif dibandingkan Pemda, dimana dari lima Wilayah Kota, empat diantaranya mendapat nilai lebih tinggi dari Pemda. Kenyataan ini dibuktikan dengan keadaan empat wilayah kota yang cukup bersih dan rapi. sementara satu wilayah kota yaitu Jakarta Utara masih terlihat sampah menumpuk di sumber sampah dan di LPS.Dengan demikian tesis ini memberikan rekomendasi agar semakin banyak kelurahan yang diswastanisasikan jasa kebersihan sampahnya, dengan peningkatan pengawasan dari Pemda, agar yang cukup efektif meningkat menjadi sangat efektif.;
ABSTRACT Waste volume in DKI Jakarta is tremendous (about 21.234 m 3/day) and need better management. The infrastructure owned by the Local Government to manage the waste is limited. However, the local Government cannot evade the issue. Besides an environmental problem, the local Government function is to provide public service that must be capable of handling comprehensive cleanliness. Therefore, the local Government took the initiative in privatizing waste. The presence of private enterprises as the local Government partner in managing this waste is very much needed. From amount of 261 villages in DKI Jakarta on the year 1988/1989, only 8 villages and Monas zone are privatized, the management which is carried out by some 4 limited enterprises. Adding of services area by private management is too slow until on year 1994/1995 just 28 villages and Monas zone are proved while the volume of waste increase 25.715 m3 (1994/1995) fastly. This is, among others, that pushed the author to choose this topic, how the private enterprises to waste manage effectively. The objectives of this study are to get a picture about the effectiveness of private enterprises in managing waste. In addition, the factors influencing the effectiveness or ineffectiveness of waste management by private enterprises, the privatization policy on waste management, could it be continued, promoted or their services extended to other areas or the reverse should be done. This study is hoped to be useful as input to the local Government in assessing its policy on handling and solving the waste problem by private enterprises. For the enterprises, this study may be used as a stimulus to raise their work effectively and efficiency. The results of this study may contribute to the development of environmental science, especially the development of waste management. To achieve results, literature study, field study focused on both private and government in five municipalities were undertaken. The approach taken was policy research. However, seen from the data obtained, it is a qualitative and quantitative study. The population of this study is the local government and private enterprises and the households served by both the local government and private enterprises. The sample was taken by cluster purposive sampling technique. The respondents in this study were deter-mined by quota random sampling on personnel of PT Swasta, local government and the community whose waste cleanliness was served by either of the two. Data collection technique was by using a questionnaire as instrument, interview, observation and literature study as well as documentary analysis on the management of waste in DKI Jakarta. The processing and analysis of data were carried out by comparative analysis to compare private and government achievements in the five municipalities and finally between the private enterprises and local government. The findings obtained include that; in general, private enterprises are more effective compared to the local government. In the five municipalities, four have scored higher than the local government. This fact was proven that four municipalities are clean and ordered, whereas one municipality, namely North Jakarta, showed heaped of waste at the source and temporary locations. It is therefore recommended that more villages became privatized in the field of waste cleansing service. With increasing supervision from the local administration, the sufficiently effective accomplishment would eventually be fully effective.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library