Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simamora, Sontang
"Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. GGT (Gagal Ginjal Terminal) merupakan bentuk lanjut dari GGK GGT ditetapkan berdasarkan bersihan kreatinin dibawah 5 mL/menit. Salah satu gejala pada GGT adalah terjadinya osteodistrofi renal yang dihubungkan dengan masalah penurunan kadar Ca dan peningkatan kadar fosfat darah. Sehubungan dengan hal ini GGK pada umumnya diberikan terapi kalsitriol, diet rendah fosfat dan pengikat fosfat. GGT memerlukan terapi pengganti, seperti dialisis.
Pengaturan homeostasis Ca dan fosfat darah dilakukan oleh hormon kalsitriol dan hormon paratiroid. Pada pasien GGK homeostasis tersebut terganggu oleh karena berkurangnya sintesis kalsitriol dan timbulnya retensi fosfat. Penurunan kadar kalsitriol menyebabkan penurunan absorbsi Ca dari usus. Retensi fosfat menimbulkan peningkatan kadar fosfat yang akan mengikat Ca. Kedua hal diatas menyebabkan terjadinya penurunan kadar Ca darah. Pada penderita GGT kerusakan masa gnjal menyebabkan penurunan kadar kalsitriol sehingga tetjadi gangguan homeostasis Ca darah terutama kadar ion Ca. Hal iru menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hormon paratiroid. Pada penelitian ini akan dibuktikan bahwa pemberian kalsitriol secara oral dapat menurunkan kadar hormon paratiroid (PTH) dan menormalkan kadar ion Ca darah.
Dilakukan studi experimental pada pasien GGT yang mengikuti dialisis. Pasien yang diteliti adalah pasien yang tidal( mendapat pengobatan kalsitriol, tapi mengikuti diit rendah fosfat. Pasien GGT dengan hiperparatiroid sekunder diberikan kalsitriol 0,25 ug oral, tiap hari selama 2 minggu. Pada akhir pemberian kalsitriol diperiksa ulang kadar PTH, Ca, fosfat dan alkali fosfatase.
Hasil dan Kesimpulan: Setelah perlakuan terdapat penurunan kadar PTH secara bermakna p<0,015 dari 397 menjadi 149 pg/mL. Peningkatan kadar ion Ca secara bermakna p<0,020, dari 1,08 menjadi 1,16 mMoVL yang dihitung berdasarkan rumus. Penurunan fosfat bermakna dengan p<0,024, dari 4,18 mg/di, menjadi 3,65 mgldL serta penurunan alkali fosfatase bermakna dengan p<0,002, dari 250 menjadi 173 UIL."
2001
T8250
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juweni
"Tujuan: Mengetahui pengaruh suplementasi formula tempo terhadap kadar malondialdehida dan F2-Isoprostan serum pada penderita ipedcolesterolemia.
Tempat: P.T. National Gobel, Jakarta.
Bahan dan cara: Penelitian eksperimental pada dua kelompok. Kelompok perlakuan dan kontrol masing-masing 17 subyek yang telah memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan diberikan formula tempo (100 gram) per oral, sekali sehari selama 42 hari. Data yang dikumpulkan meliputi data rasio demografi, data nutrisi, data antropometri, data laboratorium, yaitu: malondialdehida (MDA) dan F2-Isoprostan serum.
Hasil : Nilai median MDA serum kelompok perlakuan lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu 0,88 (0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL. Narnun uji statistik terhadap perbedaan ini tidak bermakna. Nilai median F2 Isoprostan serum kelompok perlakuan 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL lebih tinggi dibandingkan nilai median kelompok kontrol 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL dengan analisis staliatik tidak berbeda bermakna. Pada kelompok perlakuan subyek perokok didapatkan korelasi kuat antara kadar MDA dan F2-lsoprostan serum, sedangkan pada kelompok kontrol tidak didapatkan korelasi bermakna.
Keshnpulan: Pengaruh suplementasi formula tempe yang mengandung isofavon terhadap penurunan kadar MDA dan F2-Isoprostan serum belum dapat dibuktikan walaupun terlihat kecenderungan penurunan rentangan kadar MDA serum setelah suplementasi formula tempe selama 42 hari.

Objective: To identify the effect of tempe formulae supplementation on the level of serum malondialdehide and F2-Isoprostane of the hypercholesterolemic subjects.
Place: P .T. National Gabel, Jakarta.
Materials and methods: An experimental study of two groups was carried out 17 subject's of treatment and control group fulfilled the criteria of the selection. The subjects were given 100 gram of tempe formulae orally, once a day for 42 days. The data collected were socio-demographic, nutritional, anthropometric and laboratory data such as: malondialdehide (MDA) and F2- Isoprostane.
Results: The median value of the serum MDA for the treatment group lower than the control group 0,88(0,44 - 3,04) nmol/mL vs 1,07(0,39 - 2,02) nmol/mL although statistical tests concerning this difference are not significance. The median value of serum F2-Isoprostane was 793,0 (100,9 - 6316,25) pg/mL for the treatment group higher compared to median value of 391,75 (100,9 - 10172,5) pg/mL for the control group. According to statistical analysis this difference was not significant. Subjetcs in the treatment group who were smokers showed a strong correlation between the level of MDA and F2-Isoprostane, whereas the control group did not show any significant correlation.
Conclusion: The effect of tempe formulae supplementation containing isoflavon on lowering the level of serum MDA and F2-lsoprostane have not been proven, although a tendency towards a decrease in the level of serum MDA was observed after 42 days supplementation of tempe formulae.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
T3401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library