Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zuraida G. Soepoetro
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1983
S2211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanesthi Hardini
"Saat ini perempuan berjilbab bukan merupakan hal yang aneh lagi. Padahal sekitar tahun 1980-an, banyak kejadian tidak menyenangkan yang menimpa para perempuan berjilbab, misalnya tekanan dari pihak sekolah yang melarang para sisiwi muslim untuk berjilbab, isu-isu yang tidak benar tentang perempuan berjilbab atau juga teror yang ditujukan pada mereka. Selain itu ada juga para perempuan berjilbab yang mendapat tekanan dari orang tuanya berupa larangan untuk berjilbab. Larangan in diwujudkan dalam berbagai pedakuan dengan tujuan agar anak perempuannya itu tidak lagi berjilbab.
Pedakuan-pedakuan tidak menyenangkan sebagai bentuk dad larangan bisa Hiniki oleh perempuan berjilbab tersebut sebagai hal yang menekan atau mengancam keberadaannya. Penilaian atas keadaan ini bisa menimbulkan stres, terutama bila perempuan tersebut tidak memJliki kemampuan dan dukungan untuk mengatasi hal ini (Sarafino, 1994). Munculnya frustrasi dan konflik akibat adanya larangan orang tua merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan stres (Lazarus, 1969). Perlakuan orang tua yang kemungkinan besar berubah juga merupakan hal yang potensial menyebabkan stres, apalagi bila hal ini bedangsung dalam jangka waktu yang cukup lama (Mirowsky dan Ross, 1989).
Untuk dapat memahami stres ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu pendekatan yang berorientasi stimulus, pendekatan yang berorientasi respon, dan yang ketiga adalah pendekatan transaksionaL Pendekatan transaksional memandang stres sebagai basil interaksi antara individu dan lingkungan, sehingga dalam proses ini individu merupakan pihak yang aktif yang dapat mempengaruhi akibat dari stres melalui strategi-strategi tingkah laku, kognitif maupun emosi (Sarafino, 1994).
Interaksi antara individu dan lingkungannya menimbulkan penilaian kognitif yang dilakukan individu untuk mengevaluasi situasi atau tuntutan yang potensial menyebabkan stres. Selain menilai situasi yang potensial menyebabkan stres, penilaian ini juga mengevaluasi sumber-sumber yang dimilikinya untuk mengatasi tuntutan tersebut (Lazarus dan Folkman, dalam Johnson, 1986). Perbedaan individual yang memperngaruhi proses penilaian kognitif ini menyebabkan perbedaan dalam mengevaluasi stces dan sumber-sumber yang dimilikinya untuk mengatasi stres tersebut.
Betdasatkan uraian di atas, akan diteliti lebih lanjut bagatmana proses stres yang oleh perempuan berjilbab yang pemah mendapat larangan dari orang tua untuk berjilbab serta perilaku coping apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalab tersebut.
Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan kualitatif, karena dengan pendekatan ini akan didapatkan pemahaman yang mendalam atas suatu fenomena (Poerwandari, 1998). Selain itu karena masalah yang akan diungkap merupakan masalab yang unik dan sensitif, maka pendekatan kuabtatif merupakan pendekatan yang sesuai (Patton, dalam Perwandari, 1998). Subyek penebtian berjumlab empat orang dan pengambilan sampel akan dilakukan secara purposif. Pengambilan data akan Hilalcnkan dengan metode wawancara mendalam.
Dari basil wawancara dapat disimpulkan babwa tiga orang subyek sudab mengalami stres pada masa sebelum berjilbab dan terus berlanjut sampai mereka sudab berjilbab (pada masa pelarangan). Sedangkan satu orang subyek yang lain baru mengalami stres setelab berjilbab (pada masa pelarangan). Tuntutan-tuntutan yang dibadapi pada masa sebelum berjilbab adalab tuntutan internal, berupa keingman yang kuat untuk berjilbab; dan tuntutan ekstemal, berupa larangan dari orang tua untuk berjilbab. Sumber-sumber stres yang ditemui adalab terjadinya konflik internal, konflik ekstemal, dan anggapan orang tua yang negatif tentang perempuan berjilbab.
Reaksi-reaksi yang muncul pada masa ini adalab sedib dan kecewa, dan timbul keragu-raguan, dan bingung karena ada konflik internal. Adapun strategi coping yang banyak dipakai pada masa ini adalab prohkm-focused coping^ yaitu active coping dan seeking social support for instrumental reasons strategi emotional-focused coping juga dilakukan, yaitu seeking social srtpportfor emotional reasotr, ada pula subyek yang melakukan strategi coping maladaptif, yaitu mental disengagement. Pada masa pelarangan, tuntutan utama yang barus dibadapi oleb keempat subyek adalab ketidaksetujuan orang tua atas kepututsan mereka untuk berjilbab.
Dari tuntutan ini sumber-sumber stres yang ditemiai adalab perlakuan orang tua yang tidak menyenangkan pada subyek, dan anggapan orang tua yang negatif terbadap perempuan berjilbab. Reaksi-reaksi yang muncul adalab rasa sedib, malas pulang ke rumab, kecewa dan kesepian. Strategi coping yang HilaVukan adalab prohkm-focused coping^ yaitu active coping dan seeking social stppori for instrumental reason^ strategi emotion-focused coping yang dilakukan bersamaan dengan prohkm-focused coping adalab turning to religion, seeking social support for emotional reason, denial, acceptance, dan beberapa perilaku coping unik dari masing-masing subyek.
Untuk penebtian selanjutnya disarankan imtuk menggab masalab ini dari sudut pandang orang tua yang peraab melarang anaknya untuk berjilbab, jadi tidak banya dari sudut pandang perempuan berjilbab yang mempunyai masalah ini saja, sehingga basilnya akan lebih kaya dan komprebensif. Ada baiknya juga bUa dalam penebtian lanjutan dimasukkan teori-teori perkembangan, terutama yang berbubungan dengan psikologi keluarga, sebingga bisa digab dinamika bubungan orang tua dan anak ketika keluarga tersebut sedang mengalami masalab ini."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2466
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Wulandari
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Widowati
"Latah sebagai salah satu culture bound syndrome yang dlkaitkan dengan gangguan psikopatologi yang menunjukkan adanya gangguan kecemasan temyata semakin meluas dan tidak hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Latah adalah suatu bentuk reaksi keterkejutan yang tidak dapat dikendalikan. Fenomena latah ternyata juga muncul dan meluas dalam kelompok seni dan dapat menjadi ciri kelompok tersebut. Berkembangnya latah dalam kelompok menunjukkan bahwa latah dapat 'menular', berarti dalam kelompok tersebut diasumsikan perilaku latah timbul akibat dari suatu proses belajar sosial. Tujuan penelitian ini adalah ingin menelaah proses timbulnya latah dalam suatu kelompok seni tari yang dikaitkan dengan teori belajar sosial dari Bandura serta faktor-faktor yang berpengamh dalam proses timbulnya latah. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai anggota kelompok seni tari mahasiswa yang latah dengan ketentuan minimal telah enam bulan mengalami latah.
Dari penelitian kualitatif ini diperoleh hasil bahwa timbul dan berkembangnya latah pada kelompok seni tersebut dapat diterangkan melalui proses modeling. Kekhususan perilaku latah menarik perhatian sekelilingnya sehingga fenomena tersebut mudah diingat. Kemudian dengan banyaknya stimulasi dalam kelompok yaitu upaya untuk saling mengejutkan sesama anggota kelompok membuat adanya proses latihan sehingga latah menjadi mudah diingat dan menjadi suatu kebiasaan. Diterimanya perilaku latah sebagai suatu ciri kelompok serta dianggap bisa memperluas pergaulan dapat menjadi penguat {reinforcement) bagi pelatah.
Untuk penelitian lanjutan dapat mengunakan pendekatan teori lain seperti psikoanalisa sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang perbedaan bentuk-bentuk reaksi latah."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosario Endah Pandan Arum
"Tokoh pendiri Logoterapi yaitu Viktor Emille Frankl (dalam Fabry, 1980) menyatakan bahwa hidup bermakna terdapat dalam kondisi apapun, termasuk dalam penderitaan. Salah satu bentuk penderitaan yang dapat menimpa seseorang khususnya seorang perempuan adalah menderita kanker payudara. Di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua terbesar penyakit mematikan yang diderita oleh perempuan (Kompas, 6 Februari 2002). Penyakit ini dapat menimbulkan penderitaan, tetapi penderitanya masih dapat menjalani hidup bermakna bila ia berhasil menemukan dan memenuhi makna di balik penderitaannya. Hal ini mungkin dicapai karena setiap manusia memiliki kehendak untuk hidup bermakna dan menjadi bahagia hanya jika merasa telah memenuhinya (Frankl dalam Fabry, 1980).
Dalam penelitian ini, ada empat hal yang ingin diteliti, yaitu: 1) Gambaran penderitaan yang dialami oleh penderita kanker payudara; 2) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi penderitaan tersebut; 3) Makna penderitaan yang berhasil ditemukan dan dipenuhi; 4) Perubahan hidup yang dialami penderita. Untuk menjawab empat permasalahan ini, peneliti menggunakan teori Logoterapi.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena mempelajari suatu fenomena dalam situasi alamiah dan berusaha untuk menginterpretasikannya berdasarkan sudut pandang orang yang diteliti (Denzin & Lincoln, 1994). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Pemilihan subjek berdasarkan kriteria yang telah ditentukan yaitu perempuan berusia di atas 40 tahun, ada indikasi mengalami penderitaan karena penyakitnya, dan ada indikasi telah menemukan makna dari penderitaannya.
Hasil penelitian secara singkat menyimpulkan empat hal, yaitu: 1) Ketiga subyek mengalami penderitaan fisik dan mental; 2) Penderitaan ini berusaha diatasi dengan tiga cara, yaitu menjalani pengobatan medis, usaha yang dilakukan oleh diri sendiri, dan dengan menerima dukungan sosial; 3) Ketiga subyek berhasil menemukan makna penderitaan melalui tiga sumber makna hidup yaitu nilai penghayatan (experiential values), nilai bersikap ('attitudinal values), dan nilai kreatif (Creative values)-, 4) Ketiga subyek mengalami perubahan pada beberapa aspek kehidupan, ada perubahan positif (hubungan dengan Tuhan) dan perubahan negatif (dalam diri sendiri, hubungan dengan teman, dan pekerjaan).
Dari hasil penelitian ini, peneliti menganggap perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang fenomena makna penderitaan pada penderita kanker payudara guna mendapat gambaran dan pemahaman yang lebih baik dan lebih menyeluruh."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rebecca Elviera N
"Masa remaja merupakan masa mencari identitas (Erikson dalam Hurlock, 1993). Identitas diri yang dicari berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya ?. Apabila dikaitkan dengan pembentukan identitas religious belief sebagaimana diisyaratkan oleh krisis Identity vs Identity Diffusion, masa remaja merupakan saat menguatnya kesadaran beragama (Ingersol, 1989). Hal senada juga dikemukakan oleh Hall & James dalam Ingersol, 1989 yang menyatakan masa remaja merupakan periode kritis dalam aspek perkembangan agama.
Seorang remaja membutuhkan agama sebagai suatu keyaldnan yang bermakna dan dapaf menolong dirinya, mengingat remaja merupakan periode yang diwamci oleh ketegangan {strain) dan perasaan tidak aman (insecure) sehingga seorang remaja memerlukan agama yang akan membantunya melalui doa dan memberinya perasaan aman (Hurlock, 1993).
Sebagai reaksi terhadap keadaan ini maka remaja membentuk kepercayaan/keagamaan baru yang dirasakan dapat mengisi kekosongan hidup remaja. Gerakan keagamaan yang muncul bisa saja berkonotasi positif atau negatif, tergantung bagaimana penilaian sosial dan kultur setempat. Saat ini gerakan keagamaan tersebut dapat juga ditemukan di Indonesia dengan pengikut yang cukup banyak seperti Islam Jama'ah. Children of God, Gerakan Kharismatik dan lain sebagainya.
Penelitian ini hendak mengkaji secara spesifik mengenai perbandingan penghayatan makna hidup antara kelompok remaja gereja dan gerakan kharismatik. Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara anggota remaja gereja dan gerakan kharismatik dalam hal penghayatan makna hidupnya. Adapun alasan diangkatnya topik mengenai religius adalah selain senafas dengan falsafah Pancasila yang meletakkan sila KeTuhanan Yang Maha Hsa pada posisi pertama, bidang agama dapal dipandang sebagai jawaban amisipasi daiam upaya menangkal risiko-risiko yang menyertai kemajuan teknologi khususnya bagi generasi muda bangsa Indonesia.
Dalam penelitian ini digunakan metodologi kuantitatif dengan alat ukur berupa Purpose in Life Test (PIL Test) dan kuesioner pembantu. Sedangkan hipotesa penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara anggota reinaja gereja dan gerakan kharismatik dalam hal pencapaian makna hidup.
Hasii penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menjadi anggota gereja, kelompok remaja pada gereja menemukan makna hidupnya dan dengan menjadi ansgota gerakan kharismatik, kelompok remaja pada gerakan kharismatik menemukan makna hidupnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara anggota remaja anuuota gereja dan anggota remaja gerakan kharismatik dimana anggota remaja gerakan kharismatik lebih menemukan makna hidupnya dibandingkan anggota remaja gereja.
Peneliti menyarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan mengenai tipe kepribadian manusia yang bagaimanakah yang terbuka untuk mengikuti gerakan kharismatik, mengingat tidak semua orang bersedia mengikuti gerakan kharismatik! Apakah terdapat korelasi tipe kepribadian dengan gerakan kharismatik, dimana hasil tersebut akan memperkaya penelitian di bidang psikologi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Sjarief
"ABSTRAK
lsyu yang menyertai pembicaraan mengenai agama pada abad keduapuluh ini adalah
adanya kebangkitan agama-agama besar seperti Islam, Kristen, Hindu, Budha, di
berbagai penjuru dunia. Hal ini tengah hangat dibicarakan oleh para pakar ilmu
sosial yang diantaranya ditulis oleh futurolog John Naissbitt dan Patricia Aburdene
(1987) dalam bukunya yang terkenal Megatrends 2000. Dikatakannya bahwa di
penghujung abad kedua puluh dan di awal milenium ketiga agama-agama besar
dunia masih berdiri dengan tegak sejak ribuan tahun lalu, dan bahkan para
penganutnya mendirikan bermacam-macam institusi keagamaan yang memiliki
struktur yang mapan. (Naisbitt & Aburdene, l990). Sosiolog Richard Schaffer
(1994) juga menyatakan bahwa agama-agama besar pada era modem telah
terbentuk dalam beberapa kelompok keagamaan baru (seperti , sekte atau aliran)
yang mempunyai organisasi, dan merupakan denominasi (turunan) dari agama
induknya sebagai cara mereka untuk lebih menjamin kesinambungan ajaran maupun
untuk perekrutan penganut baru.
Suatu fenomena yang menyertai pencarian spiritual manusia dan kebangkitan
agama-agama dunia ini, diantaranya adalah dengan adanya fenomena konversi
agama atau biasa juga dikenal dengan perpindahan agama. Dari adanya tren tentang
kebangkitan agama itu, telah menarik perhatian para pakar studi agama untuk
menelaah proses-proses yang terjadi dalam konversi agama (Rambo, 1993). Selain
tentang prosesnya, yang menarik dari konversi agama ini adalah bahwa menurut
Paloutzian (1996), kebanyakan usia individu yang melakukan konversi agama
adalah pada usia remaja hingga dewasa muda. Rambo (1993) juga menyatakan
bahwa di Amerika Serikat dan Eropa Barat, kelompok-kelompok keagamaan telah
menarik sekitar ribuan pengikut baru dari golongan usia muda, baik lelaki maupun
wanita.
Hasil penelitian Rambo tentang proses konversi agama ini telah dihimpun dalam
buku yang berjudul Understanding Religious Conversion. Dalam buku tersebut
Rambo (1993) mancoba memberikan pemahaman tidak hanya faktor psikologis
yang menyertai proses konversi agama pada individu, tetapi juga mencoba untuk
mengaitkan serta mengeksplorasi konteks dimana perubahan itu terjadi. Hubungan sosial, dan lingkungan tempat dimana potential convert (individu yang melakukan
konversi) berada, adalah hal-hal yang mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh
proses konversi agama yang terjadi. Oleh karena itu menurut Rambo, konversi
dilihat sebagai proses yang kompleks, bertahap dan membutuhkan waktu.
Dari perspektif yang holistik ini, Rambo telah menghasilkan suatu model proses
konversi yang dinamakannya systemic stage model (model tahapan sistemik), dan
terbagi dalam tujuh tahap, yaitu : context, crisis, quest, interaction, encounter,
commitment, dan consequences.
Dari kerangka teori systemic stage model tentang proses konversi agama yang
diungkapkan oleh Rambo (1993), penulis ingin melihat apakah tahapan proses
konversi ini juga berlaku pula pada konversi agama dalam agama Islam dan Kristen,
pada individu usia dewasa yang penulis temui.
Sehubungan dengan hal itu, maka pendekatan penelitian konversi agama dalam
agama Kristen dan Islam, pada individu usia dewasa muda, cocok dengan
menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis, yaitu pendekatan penelitian
yang lebih berusaha untuk mengungkapkan makna, definisi maupun deskripsi dari
berbagai kejadian bagi individu yang mengalaminya.
Dari pendekatan kualitatif ini, tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah tipe penelitian studi kasus yang berusaha untuk mengungkap berbagai
keunikan dari suatu kasus secara menyeluruh dan mendetail, dan bukan bertujuan
untuk membuat peramalan atau pun pembuktian. Alat pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian studi kasus ini adalah dengan melakukan wawancara
mendalam terhadap subyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sehingga
penelitian ini menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif dari data
transkrip wawancara. (Poerwandari, 1998).
Dari penelitian tentang proses konversi agama terhadap empat subyek ini, secara
umum penulis mengambil kesimpulan bahwa memang kerangka teori konversi
agama yang dikemukakan oleh Rambo (1993), berlaku pula pada konversi agama
keempat individu tersebut. Walaupun begitu, tidak semua tahap atau proses konversi
agama yang dikemukakan Rambo (1993) dalam teorinya, terjadi pada subyek yang
diteliti. Dan juga lebih jauh lagi, bahwa tahapan konversi yang ada pada teori
Rambo tidak persis sama tata urutan maupun detailnya dengan tahap konversi yang
dilalui oleh subyek penelitian tersebut.
Penelitian lanjutan maupun penyempurnaan-penyempurnaan pada penelitian
sejenis, dibutuhkan untuk dapat memberikan gambaran yang lebih dalam mengenai
fenomena konversi agama ini. Metodologi penelitian maupun kerangka teori yang
dipakai dalam meneliti femonena konversi agama ini, adalah hal-hal yang menurut
peneliti paiing signifikan untuk dapat menguak fenomena ini dengan lebih
sempurna dan obyektif.

"
2000
S2984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Fajar
"Agama adalah suatu hal yang memiliki banyak pengaruh dalam hidup manusia. Sementara menurut Frankl, motivasi utama manusia adalah untuk mencari dan menemukan makna hidupnya. Suatu jejak pendapat yang dilakukan Gallup menunjukkan bahwa motivasi utama seseorang untuk beragama adalah untuk memberi makna bagi hidupnya. Jejak pendapat lain menunjukkan bahwa teijadi kemerosotan yang tajam pada individu dewasa muda dalam menyikapi agama. Dari sini, penulis mempertanyakan bagaimanakah dengan individu dewasa muda yang malahan melakukan konversi menjadi tidak beragama. Bagaimanakah proses mencari dan menemukan makna hidup yang sedang teijadi padanya?
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan cara pengumpulan data adalah wawancara mendalam kepada tiga orang subyek. Data kemudian diolah dengan analisis inlra kasus dan antar kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaiuh melakukan konversi menjadi tidak beragama menjadi sangat bervariasi antar ketiga subyek.
Penulis tidak menemukan adanya pola khusus yang dapat disimpulkan dalam hal pengaiuh konversi menjadi tidak beragama terhadap proses mencari makna hidup yang sedang dijalani individu. Tetapi penulis melihat bahwa keputusan setiap subyek dalam melakukan konversi adalah bagian dari usahanya untuk memenuhi hal apa yang dipercaya individu sebagai sesuatu yang bernilai, sehingga dapat dikatakan juga melupakan bagian dari proses mencari makna hidup. Selain itu, keputusan untuk melakukan konversi didasari oleh keinginan subyek untuk memenuhi apa yang menjadi hal penting bagi dirinya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa menjadi berstatus tidak beragama juga tidak berarti bahwa individu tak memiliki spiritualisme, tetapi bentuk spiritualisme individu diteijemahkan ke dalam bentuk dan pemahaman yang berbeda bila dibandingkan dengan ajaran agama-agama secara formalitas.
Berdasarkan penelitian, penulis menyarankan supaya ada penelitian lanjutan, untuk menemukan hal-hal baiu yang berkaitan dengan proses mencari dan menemukan makna hidup, serta kaitannya juga dengan perilaku konversi agama. Penulis mengusulkan juga penelitian-penelitian yang dipersiapkan secara lebih matang, serta berdasarkan landasan teoritis yang lebih meluas dan lebih mendalam. Dalam hal praktis, penulis mengusulkan supaya setiap individu lebih mencermati lagi dunia spiritualismenya sendiri sebagai seorang individu yang utuh dan unik, supaya spiritualismenya itu bisa membantunya dalam mencari, menemukan, lalu kemudian memenuhi makna hidupnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Leberty Adi S.
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang proses pencarian makna hidup pada anggota Brimob yang mengalami peristiwa tragis karena bertugas yang mengakibatkan cacat tubuh. Penelitian ini didasarkan pada data anggota Brimob yang dirawat di Rumah Sakit Kepolisian Pusat yang dari waktu ke waktu terus bertambah seiring banyaknya penugasan anggota Brimob khususnya ke daerah konflik. Kebanyakan dari anggota tersebut setelah sembuh lalu dipindah ke bagian staf atau dimutasi dari kesatuan Brimob ke kesatuan lain dalam organisasi Polri. Faktor lain diadakan penelitian ini adalah karena selama ini masih sangat sedikit penelitian mengenai para aparat (khususnya Polri) yang mengalami kecacatan karena bertugas. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian bagi Polri dan juga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Polri dalam memberikan perlakuan yang tepat kepada para anggotanya yang mengalami kecacatan tubuh akibat bertugas.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai metode pengumpulan data utama. Penelitian ini didasarkan pada teori-teori tentang Logoterapi dari Victor Frankl (1985) dan beberapa ahli lain termasuk H.D Bastaman (1996) yang dilakukan pada empat orang anggota Brimob pria berusia dewasa muda dengan beberapa jenis kecacatan tubuh. Selain menggunakan metode wawancara, penelitian ini juga menggunakan metode observasi sebagai metode pelengkap.
Hasil secara umum menunjukkan bahwa keempat subyek saat ini telah menemukan makna dari peristiwa kecacatannya. Semua subyek juga dapat dikatakan mempunyai semua komponen keberhasilan penemuan makna hidup yaitu Komponen Personal, Komponen Sosial, Komponen Nilai dan Komponen Spiritual. Hanya satu orang subyek yang tidak mempunyai Komponen Sosial. Untuk kategori proses penemuan makna hidup, dua subyek pemah mengalami tahap meaningless sedang dua subyek lainnya tidak mengalaminya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan ini adalah keimanan dan kesadaran akan resiko tugas. Secara umum semua subyek mengalami semua tahap penemuan makna hidup yakni Tahap Derita, Tahap Penerimaan Diri, Tahap Penemuan Makna Hidup, Tahap Realisasi Makna dan Tahap Kehidupan Bermakna. Namun demikian, urutan pada setiap subyek tidak persis sama."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asty Saskia Fabianto
"ABSTRAK
Setiap wanita tentunya mendambakan mempunyai suami dan keluarga yang
bahagia. Jika ada alternatif lain , maka keputusan untuk bercerai tentunya sangat
dihindari. Namun apabila seluruh jalan sudah ditempuh , segala macam cara telah
dilakukan oleh seorang istri kepada suami untuk mempertahankan keutuhan rumah
tangga tidak berhasil, maka terpaksa ia harus memutuskan bercerai.
Dalam penulisan skripsi ini, penelitian lebih difokuskan pada subyek wanitawanita
yang berstatus janda yang mengalami hidup tak bermakna, kemudian setelah
melalui proses^ia berhasil mengubah hidupnya menjadi bermakna. Adapun penelitian
ini adalah kualitatif dengan bersumber pada dua orang subyek yang telah menjadi
janda, serta berlandaskan teori Logotherapy dari Viktor Frankl.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dan hal apa yang
dialami oleh wanita-wanita berstatus janda selama ia mengalami hidup tak bermakna
sampai ia dapat dikatakan berhasil merubah kehidupannya menjadi bermakna.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesejalanan antara kasus kedua
orang subyek penelitian dengan tahapan mencapai keberhasilan meraih hidup
bermakna, seperti yang diutarakan oleh teori Viktor Frankl, yaitu;
Tahap-tahap ini dapat digolongkan menjadi lima tahapan sebagai berikut;
a. Tahap Derita (peristiwa tragis, penghayatan tanpa makna)
b. Tahap Penerimaan Diri (pemahaman diri, pengubahan sikap)
c. Tahap Penemuan Makna Hidup (penemuan makna dan penentuan
tujuan-tujuan hidup)
d. Tahap Realisasi Makna (keikatan diri, kegiatan terarah untuk
pemenuhan makna hidup)
e. Tahap Kehidupan Bermakna (penghayatan bermakna,
kebahagiaan)
Yang secara keseluruhan, hasil analisis kedua subyek penelitian, dalam
proses dari kehidupan tak bermakna menjadi bermakna,membutuhkan waktu, effort
yang besar perjuangannya .Dan memerlukan waktu yang cukup lama ."
2004
S3252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>