Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Raya Fani
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Karies merupakan penyakit yang paling banyak ditemukan dalam rongga mulut Proses karies diawali dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak merupakan lapisan yang mengandung sel-sel kuman dan bahan-bahan organik yang melekat pada gigi. S. mutans serotipe c merupakan kuman asidogenik yang paling dominan dalam plak dan tahan terhadap lingkungan asam. Kuman ini mensintesis polisakarida (glukan) ekstraseluler yang tidak larut dalam air dan bersifat lengket sehingga dapat membentuk agregrat antar kuman. Pembentukan glukan dikatalisis oleh enzim glukosiltransferase (GTF) yang menggunakan sukrosa sebagai substrat. Selanjutnya kuman-kuman dalam plak menghasilkan asam dari metabolisme karbohidrat makanan yang menyebabkan terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi. GTF diisolasi dari S. mutans serotipe c INA99 untuk menghambat terjadinya karies gigi pada tikus coba. Namun sifat-sifat biokimia GTF dari kuman ini belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mempelajari sifat-sifat GTF dari S. mutans serotipe c 1NA99. GTF diisolasi dari biakan cair S. mutans dalam Brain Heart Infusion Yeast (BHIY). Tahap isolasi selanjutnya menggunakan teknik salting out dan kromatografi afinitas sefarosadekstran T10. Karakterisasi dilakukan dengan menguji aktivitas GTF pada berbagai pH lingkungan, suhu inkubasi, waktu dan suhu penyimpanan.
Hasil dan Kesimpulan:
Pemisahan GTF dari protein lain dengan teknik kromatografi afinitas menghasilkan 1 puncak. Pada pengujian aktivitas GTF diketahui bahwa pH 7 merupakan pH inkubasi optimum dan suhu 37°C merupakan suhu inkubasi optimum. Pengujian aktivitas GTF setelah penyimpanan selama 3 minggu pada suhu -20°C memperlihatkan aktivitas paling tinggi dibandingkan penyimpanan pada suhu 0-4°C dan 25°C. Dari elektroforesis SDSPAGE 10% diperkirakan berat molekul GTF yang berasal dari kuman S. mutans serotipe c INA 99 adalah 98,71kD."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T11298
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Riani
"Ruang lingkup dan cara penelitian :
Likopen (Lycopene) tergolong antioksidan karotenoid yang banyak ditemukan dalam buah dan sayur, terutama pada buah tomat berwarna merah. Likopen dari tomat olahan diserap lebih baik dibanding dengan likopen yang terdapat dalam tomat segar. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efek hepatoprotektif likopen sebagai antioksidan pada tikus yang diracun karbontetraklorida. Penelitian dilakukan terhadap 4 kelompok tikus strain Sprague Dawley. Kelompok I adalah kelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat, kelompok III yang diracun dengan CCl4 dan kelompok N adalah kelompok yang mendapat emulsi tomat sebelum diracun CCl4. Pada penelitian ini tomat terlebih dahulu dibuat menjadi serbuk dengan teknik "drum drier". Sebelum diberikan pada hewan coba serbuk tomat dibuat menjadi emulsi dengan minyak. Efek hepatoprotektif emulsi tomat dinilai dengan menetapkan aktivitas enzim GPT plasma. Pada tikus kelompok III aktivitas enzim GPT lebih tinggi (190,185 U/L) daripada kelompok IV (54,596 U/L), walaupun tidak menyamai aktivitas enzim GPT plasma tikus kelompok kontrol (33,464 U/L). Glutation tereduksi (GSH) dan enzim katalase tergolong antioksidan endogen. Pemberian emulsi tomat pada kelompok tikus sebelum diracun CCla menunjukkan kadar GSH plasma sebesar 2,761 μmol/mL dan GSH jaringan hati sebesar 1,236 μmol/mL lebih tinggi secara bermakna dari kelompok yang diracun dengan CCl4 (2,280 µmol/mL dan 0,669 µmol/mL). Aktivitas katalase plasma pada kelompok tikus yang dilindungi dengan emulsi tomat sebelum diracun CCl4 menunjukkan aktivitas katalase lebih tinggi (0,323 U/mL) dibandingkan kelompok yang diracun dengan CCl4 (0,160 U/mL). Gambaran yang sama juga diperlihatkan oleh aktivitas katalase jaringan hati. Aktivitas katalase jaringan hati yang diberi perlindungan emulsi tomat lebih tinggi secara bermakna (121,328 U/g) dibandingkan yang diberi CCl4 (64,914 U/g). Pemberian emulsi tomat dapat melindungi hati terhadap kerusakan akibat radikal bebas yang disebabkan oleh pemberian CCl4."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nining Restu Kurnianingsih
"Telah dilakukan penelitian tentang profile teofilin dalam plasma
dan urine setelah pemberian.peroral ka psul teofilin yang berisi 300
my teofilin..
Penelitian tersebut dilakukan terhada p 12 orang sukarelawan
yang sehat, berat badan berkisar antara 47 sampal 58 kg. umur
berkisar antara 17 sam pai 28 tahun. Pengambilan darah dilakukan
sebelum obat diberikan, 60, 120, 180, 240, 360, 480 menit setelah
ohat diminum. Urine dikump ulkan pada interval waktu tertentu selama
48 jam. Konsentrasi teofilin daiarn plasma dan urine ditetapkan secara
spektr ofotometri.
Dari hasil penelitian didapatkan kadar terapi teofilin dalam
plasma dapat dicapal dengan pembenian 300 my teofilin. Ada hubungan
antara profil teofilin dalam plasma dan urine dimana waktu untuk
mencapai ekskresi puncak.teofilin dalam urine sama dengan waktu untuk
mencapai kadar puncak teofilin dalam plasma pada t mid. Juga
diperoleh parameter-parameter farmakokinetik seperti waktu oaruh
teofilin (1 1/2), tetapan kece patan eliminasi (Ke), tetapankecepatan
abbsorpsi (Ka) dan ekskresi teofilin dalam urine kumulatif.

The studies of theophylline profile in plasma and urine after
given theophylline orally capsule which contain 300 mg theophylline -
has been carried out.
The studies involved twelve healthy male volunteers, the range
of body weight are beetwen 47 to 58 kg and the ages are between 17 to
28 years old. Blood samples were taken right before the drug was
administered and 60, 120, 180, 240, 360, 480 minutes after that.
Urine samples were collected at regular intervals over 48 hour
periods. The concentration of theophylline in plasma and urine
samples were determined by spectrophotometric method.
From the data obtained, we observed that the therapeutic
concentration of theophylline was reached after given 300 mg
theophylline. There was relationship between theophylline profile in
plasma and urine, in which the time needed to reach the maximum
theophylline excreation in urine was same as the time needed to reach
the maximum theophylline plasma concentration at t mid. From the data
we also observed the pharmacokinetic parameters as the half ii:fe-
(T1/2) elimination rate constant ( Ke ), absorption rate constant (
Ke ) and cumulative urinary excretion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S31821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaga Irawan Nugraha
"Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (PKV) di Indonesia terus meningkat dan tahun ke tahun. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986, kematian yang disebabkan oleh PKV adalah 9,7% dan pada SKRT tahun 1992 angka ini meningkat menjadi 16,4% , kemudian pada SKRT tahun 1995 menjadi 24,2% (Departemen Kesehatan RI, 1997; Departemen Kesehatan RI, 1994).
PKV yang utama adalah penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terbentuknya plak aterosklerotik pada arteri koronaria. Etiologi aterosklerosis bersifat multifaktorial dengan faktor risiko utama adalah dislipidemia (Libby, 2001). Dislipidemia ditandai dengan perubahan profil lipid yang berupa (salah satu atau semua) kenaikan kadar kolesterol total (KT), kolesterol low-density lipoproteins (KLDL) dan trigliserida atau penurunan kolesterol high-density lipoproteins (K-HDL). Sedangkan rasio K-LDL/K-HDL lebih dari 5 dapat meningkatkan risiko PKV (Tribble dan Krauss, 2001; Semiardji, 2000; Konsensus Nasional Pengelolaan Dislipidemia Indonesia, 1995).
Apolipoprotein A-I (apo A-I) merupakan protein utama HDL. Berdasarkan penelitian epidemologis apo A-I mempunyai korelasi negatif terhadap PKV. Oleh sebab itu apo A-I bersama K-HDL digunakan sebagai parameter yang bersifat protektif terhadap risiko terjadinya PKV (Rader, 2003; Walldius dkk, 2001).
Minyak kelapa merupakan minyak yang sejak lama dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, namun kemudian penggunaan minyak kelapa makin menurun seiring dengan adanya anggapan bahwa minyak kelapa yang mengandung tinggi saturated fatty acid (SAFA; 91%) berbahaya untuk digunakan karena dianggap dapat meningkatkan risiko PKV. Selain itu mulai tahun 1981 industri minyak sawit mulai tumbuh dan berkembang makin pesat di Indonesia (BPS, 2003; Gun, 1984; Setyomidjaja, 1984). Pada saat ini minyak kelapa merupakan minyak yang sulit didapatkan balk di pasar tradisional maupun pasar swalayan. Namun demikian ternyata masih ada masyarakat di Kabupaten Ciamis Sawa Barat yang menjadi perajin minyak kelapa yang hanya menggunakan minyak kelapa untuk memasak sehari-hari.
Berbagai penelitian melaporkan bahwa asupan SAFA yang banyak terdapat pada minyak kelapa terbukti meningkatkan KT dan K-LDL. Namun asupan SAFA juga meningkatkan K-HDL, sehingga rasio KT/K-HDL ataupun K-LDL/ K-HDL menjadi lebih rendah secara bennakna dibandingkan dengan asupan minyak kelapa sawit, atau minyak jagung yang kaya MUFA dan PUFA (Mensink dkk, 2003; Enig, 1996; Sundram, 1994).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan pada suku Tokelau yang tinggal di kepulauan New Zealand yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan 34% asupan energinya berasal dari kelapa menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang menderita dislipidemia dan menderita PKV (Prior dkk, 1981)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Simanjuntak, Kristina
"Buah merah (Pandanus Conoideus Lam) telah lama digunakan sebagai bahan makanan dan tanaman herbal oleh masyarakat Papua, Irian Jaya. Minyak buah merah (MBM) telah diteliti mengandung 0-karoten dan a-tokoferol dalam kadar yang tinggi. 0-karoten dan a-tokoferol adalah antioksidan yang berpotensial meredam radikal babas. Pernyataan dari beberapa penderita yang telah mengkonsumsi MBM menyatakan, MBM dapat menyembuhkan berbagai penyakit seperti, sirosis hati, stroke kanker dan HIV/AIDS. Telah dilakukan penelitian mengenai efek hepatoprotektif MBM terhadap kerusakan hati tikus akibat pemberian CCI4. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis efek pemberian MBM terhadap kerusakan hati tikus akibat pemberian CCI4. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus galur Sprague-Dawley, berumur ± 3 bulan dengan berat badan 150-200 gram, yang dibagi secara acak menjadi 4 kelompok. Kelompok perlakuan I (ICPI) adalah kelompok kontroi, kelompok perlakuan II (KP2) adalah kelompok mendapat MBM, kelompok perlakuan I1I (KP3) adalah kelompok yang diberi CCI4 dan kelompok perlakuan IV (KP4) adalah kelompok yang mendapat MBM sebelum pemberian CCl4.Sebagai parameter kerusakan hati dilakukan pengukuran aktivitas GPT plasma. Untuk mengetahui keadaan stres oksidatif dilakukan pengukuran kadar MDA, GSH dan senyawa dikarbonil pada plasma dan jaringan hati. Data yang diperoleh diolah secara statistik.
Aktivitas enzim GPT plasma pada KP3 adalah 155,87 U/L lebih tinggi dibandingkan pada KP1 adalah 22,28 till, KP2 adalah 24,78 UIL, dan KP4 adalah 48,39 UWL. Uji ANOVA terhadap aktivitas enzim GPT plasma pada KP3 berbeda bermakna terhadap KM, , KP2 dan KP4 (p<0,05), sedangkan KP 1 dibandingkan terhadap KP2 tidak berbeda bermakna (p>0,05). Kadar MDA, GSH dan senyawa dikarbonil pada plasma dan jaringan hati pada KP3 berbeda bermakna terhadap KP 1, KP2 dan KP4 (p<0,05), sedangkan KP 1 dibandingkan terhadap KP2 tidak berbeda bermakna (p>0,05). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa MBM selama pemberian 8 hari dapat mencegah dan melindungi hati dari metabalit CCI4.

The red fruit (Pandanus conoideus. Lam) has been used for a long time ago as a daily food and remedies herbal by Papuan, Irian Jaya. The red fruit oil contain a large amount l carotene and a-tocopherol. It was known that 13 carotene and cx-tocopheroI are antioxidant, have capacity to neutralize free radical. Red fruit oil has been proved it can prevent and reduce many diseases such as cirrhosis liver, cancer, stroke and HIV/AIDS. This experiment was performed to study the hepatoprotective effect of red fruit oil on carbon tetrachloride-induced liver damage in rats. Twenty four male rats Sprague-Dawley strain, approximately three months old, weighing 150 - 200 grams were divided randomly into four groups. The first group (KPI) was control, the second group (KP2) received red fruit oil, the third group (KP3) were induced by CCI4 and the fourth group (KP4) received red fruit oil before CC14 treatment. As parameter for liver damage, the activity of plasma GPT was measured. Malondialdehyde (MDA), glutathione (GSH) and dicarbonyl level of plasma and liver tissue were measured as parameter of oxidative stress. All From result research had been achieved, examined by statistically.
Result : The activity of GPT plasma in KP3 was 155.87 U/L, was significantly higher compared to the KPI, KP2 and KP4 which were 22.28 UIL ; 24.78 UIL ; 49.39 UIL respectively (p<0.05). But there was no significantly difference between KPI and KP2 (p>0.05). The plasma and liver tissue concentration of MDA, GSH and dicarbonyl substance of KP3 were different significantly compared to KPI, KP2 and KP4 (p<0,05) and there was no difference between KPI and KP2 (p>0.05). It is concluded that red fruit oil given for eight days concccutively can prevent and protect the liver tissue from CCI4 toxicity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Witri Ardini
"Tujuan: Mengetahui hubungan antara rasio asam arakidonat (AA):asam eikosapentaenoat (EPA) eritrosit serta faktor-faktor lainnya dengan Sindroma Metabolik pada karyawan PT. Krakatau Steel, Cilegon.
Tempat: RS Krakatau Medika, Cilegon.
Metodologi: Penelitian desain potong Iintang pada 76 subyek yang dipilih secara acak dari karyawan PT. Krakatau Steel. Data yang dikumpulkan meliputi karalcteristik demografi, asupan asam lemak omega-3 dan omega-6 dengan metode tanya ulang 1 x 24 jam dan food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitalif 3 bulan terakhir, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, tekanan darah, kadar gula darah puasa, kadar trigliserida, kadar kolesterol HDL, serta kadar AA dan EPA pada membran eritrosit.
Hasil: Nilai tengah usia subyek adalah 46 (37-54) tahun, sebagian besar tergolong kelompok usia 41-50 tahun (80,3%), berpendidikan menengah (85,5%), perokok aktif (63,1%), gaya hidup kurang aktif (44,7%), dan semua subyek berpenghasilan di atas UMK Cilegon. Sebanyak 65,7% tergolong status gizi lebih. Prevalensi SM menurut kriteria ATP III yang dimodifikasi adalah 19,7%. Rerata kadar AA adalah 401,04 ng/mg (40,1-1213,0), kadar EPA 48,06 ng/mg (3,2-96,71), dan rasio AA:EPA adalah 12,8 (3,27-77,24). Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara (1) rasio asupan AL∞6:AL∞3 (p=0,004), (2) asupan kalori total (p=002), (3) indeks massa tubuh/IMT (p=4,012), dan (6) rasio AA:EPA eritrosit (p=0,001) dengan sindroma metabolik. Asupan ikan (OR=0,013) dan kekerapan mengkonsumsi ikan (OR=0,063) merupakan faktor protektif terhadap tingginya rasio AA:EPA eritrosit, sedangkan asupan kalori total (OR=4,216) serta rasio ALw6:ALco3 (OR=4,208) merupakan faktor risiko tingginya rasio AA:EPA eritrosit. Terdapat perbedaan bermakna kadar EPA dan rasio AA:EPA eritrosit sejalan dengan peningkatan frekuensi konsumsi ikan.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara rasio AA:EPA pada membran eritrosit dengan sindroma metabolik. Terdapat perbedaan bermakna kadar EPA clan rasio AA:EPA eritrosit sejalan dengan peningkatan frekuensi konsumsi ikan.

Objective: To determine the relationship between ratio of arachidonic acid (AA):eicosapentaenoic acid (EPA) in erythrocyte membrane and other factors with metabolic syndrome (MS) at PT Krakatau Steel employees, Cilegon.
Location: Krakatau Medika Hospital, Cilegon.
Method: A cross sectional study has been carried out on 76 subjects using random sampling method among PT Krakatau Steel employees. Data collected consist of demography characteristics, omega-3 (m3FA) and omega-6 fatty acid (ea6FA) intake by dietary recall 1 x 24 hr and semiquantitative food frequency questionnaire (FFQ) in the last three months, smoking habit, physical activity, body mass index, waist circumference, blood pressure, fasting glucose, triglyceride, HDL-cholesterol, and fatty acid concentration (AA and EPA) in the erythrocyte membrane.
Result: Median age of subjects is 46 years (37-54), most of them are 41-50 years (80,3%), moderate educational background (85,5%), active smokers (63,1%), less physical activity (44,7%), overweight (65,7%), and all subjects have an income above minimum standard payment in Cilegon district. Mean of AA concentration is 401,04 ng/mg(40,1-1213,0), EPA is 48,06 rig/mg (3,2-96,71), and AA:EPA ratio is 12,8 (3,27-77,24). Bivariat analysis found significant relationship between (1) ratio of ∞6FA∞3FA intake (p=0,004), (2) total calorie intake (p=0,004), (3) BMI (p=0,012), and (4) AA:EPA ratio (p=0,001) with MS. Fish intake (OR=0,013) and fish consumption frequency (OR=0,063) are protective whereas total calorie (OR=4,216) and ratio of ∞6FA∞3FA intake are risk factors for the high AA:EPA ratio. There is a significant relationship between EPA concentration and AA:EPA ratio in accordance with fish consumption frequency.
Conclusion: There is a significant relationship between AA:EPA ratio in erythrocyte membrane and metabolic syndrome. There is a significant relationship between EPA concentration and AA:EPA ratio in accordance with fish consumption frequency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Siswoyo
"Tujuan : Mengetahui manfaat pemberian suplemen kreatin 4x5 g/hari selama 5 hari berturut-turut pada olahraga angkat beban terhadap kadar asam urat darah. Tempat : Pusat Kebugaran ?Fitness One? JI. Jenderal Gatot Subroto Jakarta.
Penelitian eksperimen berpasangan dan tersamar ganda terhadap 34 siswa pria Sekolah Kesehatan TNI Angkaran Laut. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subyek penelitian berdasarkan data demografi (umur), data antropometri (berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh), analisis asupan zat gizi dengan food recall 1x24 jam, data tekanan darah dan frekuensi denyut nadi, gambaran elektrokardiogram, dan data laboratorium ( Hemoglobin, SGOT, SGPT, Ureum, kreatinin darah, kreatinin urin, asam urat darah). Data
dianalisis dan diuji dengan uji t berpasangan dan uji Wilcoxon.
Hasil menunjukkan usia rata-rata 25,65 kurang lebih 3,77 tahun (kelompok kreatin) dan 26,24 kurang lebih 3,73 tahun (kelompok kontrol, IMT 23,76 kurang lebih 2,31 kg/m2 pada kelompok
kreatin, 22,88 kurang lebih 2,14 kg/m2 pada kelompok kontrol. Asupan kalori rata-rata 3017(1796-4385) Kal/hari pada kelompok kreatin dan 3080(2056-4129) Kal/hari pada kelompok kontrol, dengan proporsi energi sesuai dengan menu gizi seimbang. Asupan purin pada kelompok kreatin 285,50(86,50-598,00) mg/hari dan kelompok kontrol 297(118,75-457,00) mg/hari. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok kreatin dengan kelompok kontrol dalam hal asupan energi, makronutrien, protein hewani, dan asupan purin. Fungsi sistem kardiovaskular, fungsi hati dan fungsi ginjal seluruh subyek dalam keadaan normal. Terdapat perbedaan yang bermakna kadar kreatinin darah pada 2 jam pasca perlakuan antara kelompok kreatin (1,19 kurang lebih 0,09 mg/dL) dengan kelompok kontrol(1,08d kurang lebih 0,12 mg/dI,) dengan p=0,005, 24 jam pasca perlakuan pada kelompok kreatin (1,19 kurang lebih 0,11 mg/dL) dan kelompok kontrol (1,11 kurang lebih 0,15 mg/dl.) dengan p=0,04, peningkatan kadar kreatinin urin pasca perlakuan pada kelompok kreatin {457(-580-1179) mg/24jam} am kelompok kontrol 22 (-515-747) mg/24jam} dengan p=0,044, dan peningkatan kadar asam urat darah 2 jam pasca perlakuan pada kelompok kreatin {0,40(-0,40-3,40) mg/dL} dan kelompok kontrol {1,80(0,00-4,30) mg/dL) dengan p=0,024.
Kesimpulan : Suplementasi kreatin 4x5 g/hari selama 5 hari berturut-turut dapat menghambat peningkatan kadar asam urat darah pada 2jam pasca latihan angkat beban."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16225
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hawa Deniati
"Ruang Iingkup dan cara penelitian: Beberapa penelitian membuktikan bahwa buah dan sayur berperan panting dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif dan penuaan dini. Di dalam bahan slam pangan ini banyak terkandung senyawa fitokimia yang berperan sebagai somber antioksidan. Beberapa antioksidan terdapat di dalam bahan alam pangan, seperti vitamin C, vitamin E, karotenoid dan polifenol. Telah banyak dilaporkan bahwa kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan lebih besar dibandingkan vitamin C, E dan karotenoid. Setiap bahan slam pangan memiliki jenis dan aktivitas antioksidan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan menentukan aktivitas antioksidan dan kandungan fenol total yang terkandung dalam ekstrak bahan alam pangan, yaitu jahe, mengkudu, pisang, tomat, bawang merah, bawang putih dan minyak buah merah (MBM), serta menganalisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak tersebut. Aktivitas antioksidan total ditentukan dengan metode penghambatan radikal bebas sintetik 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH'), sedangkan kandungan fend total diukur dengan metode Singleton dan Rossi menggunakan pereaksi Folln Ciocalteu. Analisis kontribusi senyawa fenol terhadap aktivitas antioksidan total ekstrak dilakukan dengan metode statistik analisis regresi. Pengujian diawali dengan mencelupkan bahan ke dalam alkohol mendidih kemudian bahan tersebut dilumatkan, ekstraksi dilakukan dengan aseton 80% atau metanol 70%, sedangkan MBM diekstraksi dengan campuran air dan heksan. Larutan ekstrak kerudian dikeringkan dan residu dilarutkan dengan metanol 50% seterusnya dilakukan pengukuran kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total. Kandungan fenol total dinyatakan sebagai mg ekivalen asam galat/l00 g bahan segar, sedangkan aktivitas antioksidan total dinyatakan sebagai pmo! ekivalen - TROLOX, butil hidroksi toluen (BHT), dan vitamin C/100 g bahan segar. Hasil dan kesimpulan: Kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total untuk semua bahan (kecuali MBM) yang diekstraksi dengan aseton 80% dibandingkan dengan metanol 70% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Jahe mempunyai kandungan fenol total yang paling tinggi, diikuti mengkudu, bawang merah, bawang putih, pisang, tomat dengan pembanding asam galat. Sedangkan kandungan fenol total MBM hampir tidak terdeteksi. Antioksidan sintetik TROLOX mempunyai kekuatan antioksidan yang lebih besar dibandingkan vitamin C dan BHT dalam menangkal radikal bebas DPPH. Jahe mempunyai aktivitas antioksidan yang paling tinggi, diikuti mengkudu, pisang, bawang merah, bawang putih dan MBM bail( dengan pembanding TROLOX, BHT maupun vitamin C. Berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan korelasi antara kandungan fenol total dan aktivitas antioksidan total cukup kuat dengan koefisien korelasi, R2 = 0.81, terutama untuk jahe, mengkudu, pisang dan MBM. Dad hasii ini dapat disimpulkan bahwa senyawa fenol pada bahan alam tersebut memberikan kontribusi kuat terhadap aktivitas antioksidan, karena 81% kapasitas antioksidan dari bahan alam pangan tersebut berasal dari senyawa-senyawa fenol. Sedangkan senyawa fenol pada bawang merah, bawang putih dan tomat memberi kontribusi yang kurang kuat, yang mungkin disebabkan adanya kandungan antioksidan lain di dalam bahan alam tersebut yang lebih dominan seperti: karotenoid, vitamin C dan vitamin E.

Several studies have demonstrated that fruits and vegetables play an essential role in preventing degenerative diseases and aging process. Plant foods contain many phytochemicals which have an antioxidant effect, such as vitamin C, vitamin E, carotenoids and polyphenols. There were several reports that the contribution of phenol compounds to antioxidant activity was much greater than those of vitamin C, vitamin E and carotenoids. Plant foods contain many different classes and activity of antioxidant. The aim of this study was to determine the antioxidant activity and total phenols content in several plant food extracts, i.e. ginger, noni, tomato, banana, shallot, garlic and red fruit oil (RFC)), as well as to analyze the contribution of phenol compounds to total antioxidant activity of these extracts. The total antioxidant activity was determined using 1-diphenyl-2 pycrilhydrazyl (DPPH') free radical scavenging method, whereas the total phenols content was measured using Fofin Ciocalteu reagent based on Singleton & Rossi method. The contribution of phenol compounds was statistically analyzed using regression analysis method. The experiment was started by plunging the materials into boiling alcohol then blend and extracted the materials with 80% acetone and 70% methanol respectively, whereas RFO was extracted using H2O : hexane (1:1). Extract solution was evaporated until dryness then dissolved with methanol 50%. The total phenols content were expressed as galic acid equivalent/100 g fresh weight and the total antioxidant activity as TROLOX, Butyl hydroxy toluene (BHT) and vitamin C equivalent/100 g fresh weight. The total phenols content and total antioxidant activity of almost every plant foods (except RFO) extracted using 80% of acetone compared to 70% of methanol statistically showed no significant difference. Ginger extract has the highest total phenols content, followed by noni, shallot, garlic, banana and tomato. Surprisingly, the total phenol content of RFO extract was almost undetected. In scavenging the free radical of DPPH', TROLOX, an synthetic antioxidant, has an antioxidant capacity higher than other synthetic antioxidant, such as Vitamin C and BHT. The total antioxidant activity of ginger was the highest one, followed by noni, banana, shallot, garlic and RFO extracts, using either TROLOX, BHT or Vitamin C as a standard. The result of statistical regression analysis showed the good correlation between total phenols content and total antioxidant activity with a coefficient of R2 = 0.81, especially in ginger, noni, banana and RFO extracts. Therefore, we could conclude that the phenol compounds of these plant food extracts give a strong contribution to antioxidant activity, since 81% of antioxidant capacity of these extracts come from the phenol compounds. However, the contribution of phenol compounds in shallot, garlic or tomato extracts to total antioxidant activity was not dominant due to the presence of other essential natural antioxidants, such as carotenoids, vitamin C and vitamin E."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Citraprianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S31991
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>