Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Anindyka
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya perusahaan yang melakukan penyesuaian nilai-nilai budaya organisasinya, termasuk di antaranya adalah AJB Bumiputera 1912. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai budaya organisasi perusahaan yang baru (SEMANGAT: Sinergi, Empati, Moral, Aktif, Nasionalis, Gigih, Apresiatif dan Teladan) terhadap komitmen organisasional dengan studi kasus pada pegawai kantor pusat AJB Bumiputera 1912. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori model perubahan budaya organisasi oleh Lundberg. Metode penelitian yang digunakan adalah positivisme dengan sifat penelitian adalah eksplanatif. Pendekatan yang dilakukan adalah kuantitatif dengan teknik pengambilan data berupa penyebaran kuesioner kepada 118 responden dengan model skala likert. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan nilai-nilai budaya organisasi terhadap komitmen organisasional. ......This research is triggered by a number of companies that have made adjustments to its cultural values of the organization, including Bumiputera 1912 Mutual Life Insurance Company (MLIC). This study aims to determine the effect of the new corporate cultural values (SEMANGAT: Synergies, Empathy, Moral, Active, Nationalist, Persistent, Appreciative, Exemplary) on organizational commitment employees of AJB Bumiputera 1912 head office. This research theoretical approach was on the organizational culture change model by Lundberg. The research method used positivism because the nature of the research is explanatory. The approach used quantitative data collection techniques in the form of questionnaires with Likert scale models to 118 respondents. Results of this study indicate that there is positive and significant effect of organizational culture values on organizational commitment.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahanny Maulidya
Abstrak :
Perkembangan teknologi informasi mengubah perilaku individu menjadi berjejaring, menciptakan lanskap bisnis yang horizontal dimana semua orang, penjual, pembeli, distributor, supplier, kompetitor, saling terhubung. Untuk menghadapi lanskap bisnis horizontal tersebut perusahaan dapat menjalankan konsep New Wave Marketing yang dimulai dengan communitization, yang mendorong terciptanya produk berbasis komunitas. Saat ini banyak komunikasi dalam social media komunitas yang bertujuan memasarkan produk. Padahal komunitas adalah sekumpulan orang dengan minat atau aktivitas yang sama, yang saling peduli antar anggotanya. Tesis ini meneliti bagaimana formulasi social media yang digunakan dalam pemasaran produk berbasis komunitas tersebut dalam menghadapi lanskap bisnis horizontal. Temuan penelitian formulasi social media adalah penggunaan social media search, social networking, interpersonal, publish, video, microblogging, dan photo sharing, dengan fungsinya masingmasing yang disesuaikan dengan elemen communitization, confirming, clarifying, commercialization, co-creation / Experience, communal activation / Anyplace, conversation / Communication dari New Wave Marketing dan ABCDE marketing mix. Social media pada akhirnya juga menciptakan word of mouth yang dapat mempengaruhi penjualan produk berbasis komunitas.
The development of information technology changed the behavior of individuals into networking, creating a horizontal business landscape where all people, sellers, buyers, distributors, suppliers, competitors, are well connected to each other. To deal with the horizontal business landscape, company can execute New Wave Marketing concept that began with communitization, which encourages the emergence of community-based products. Today there is a lot of product marketing communication in community’s social media, though the community is a group of people with similar interests or activities that its members take care of each other. This thesis examines how social media formulations used in the community based products marketing based dealing with the horizontal business landscape. Social media formulation of research findings is the use of search, social networking, interpersonal, publishing, video, microblogging, and photo sharing social media, with their respective functions that are adapted to communitization, confirming, clarifying, commercialization, co-creation / Experience, communal activation / Anyplace, conversation / Communication elements of New Wave Marketing and ABCDE marketing mix elements. At the end, social media also creates word of mouth that can affect community-based product sales.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audita Sashi Ramada
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas bagaimana social media membentuk loyalitas fans/komunitas terhadap suatu produk musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembentukan perilaku, pengambilan keputusan, pola penebaran informasi, dan hal-hal yang mempengaruhi seseorang menjadi fans yang loyal terhadap suatu produk musik, serta menjabarkan ketepatan formulasi social media tools dan pengaruhnya terhadap loyalitas fans/komunitas. Hasil dari penelitian ini konsumen remaja ini memilih aktifitas idoling, mendukung produk/artis musik, sebagai sarana untuk melepaskan stres. Menurut mereka, lewat aktivitas idoling, kebutuhan lain seperti sarana ekspresi diri dan kebutuhan sosialisasi dengan temanteman di komunitas secara sekaligus dapat terpenuhi. Dapat disimpulkan pula social media dan komunitas sebagai medium komunikasi antara konsumen dan brand mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk loyalitas kepada brand produk musik terutama produk musik yang bertarget audiens anak muda.
ABSTRACT
This research discussed about the process of social media in creating the fans/community loyalty into a music product. This research aims to determine the behavior of the formation process, decision-making, pattern stocking information, and the things that affect a person into a loyal fan of a music product, as well as describe the accuracy of the formulation of social media tools and their effects on the loyalty of the fans/community. This research found that teen consumers choose idoling activity, supporting music product/artist, as a means of relieving stress. According to them, through idoling activity, other needs such as the need for selfexpression and socialization with friends in the community can be met simultaneously. It also concluded that social media and community as a medium of communication between the consumer and the brand has a very large role in shaping the brand loyalty especially music products targeted audience of young people.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juhdi Syarif
Abstrak :
Tesis ini berjudul KONSEP MANUSIA SEMPURNA PADA PEMI KIRAN IBN `ARABI, suatu kajian tentang sistem pemikiran seorang sufi-filsuf. Penelitian ini bertujuan ingin mengungkapkan pemikiran Ibn `Arabi tentang konsep asal manusia yang tertuang dalam karya-karyanya, terutama dalam kitab Al-Futuhat Al-Ma Idyyah (Wahyu-wrrhyu Me/cab) dan Fusus Al-Hikam (Untaian Hrkmab) yang ditulisnya dalam bahasa Arab. Yang dimaksud dengan konsep asal Manusia Sempuma ialah proses munctilnya manusia sempurna melalui `penampakan diri', ' manifestasi' atau `pancaran suci Ilahi' (tajalli Al Hagq) pada alam. Penelitian ini pada dasarnya merupakan penelitian kepustakaan melalui sumber utama dua karyanya, yang telah disebut di atas. Untuk memahami sistematika pemikiran Ibn 'Arabi, penulis menggunakan pendekatan fenomenologi hermeneutilsa dan kerangka berpikir yang diajukan oleh W.T. Stace tentang "paradoks panteistik". Dengan metode ini dan kerangka berpikir State, penulis berusaha mendeskripsikan pemikiran Ibn 'Arabi, terutama tentang konsep asal Manusia Sempurna yang bertumpu pada doktrin Wahdat al-Wujud, 'Kesatuan Wujud'. Tesis ini diawali dengan pemahaman tentang hubungan Tuhan dengan alam menurut Ibn `Arabi yang dirumuskannya dengan Hanwa la Huwa 'Dia bukan Dia' (He/Not He). Konsekwensi logisnya realitas ini mempunyai dua aspek: aspek ketuhanan yaitu Realitas Absolut dan aspek kernanusiaan, yaitu segala sesuatu yang relatif. Kedua aspek ini dikenal dengan istilah AI-Haqq yang dipandang sebagai esensi dari semua fenomena dan Al-Khalq sebagai fenomena yang memanifestasikan esensi tersebut. Kedua aspek ini muncul merupakan tanggapan akal semata, sedangkan pada hakikatnya segala sesuatu itu satu. Nampak di sini Ibn `Arabi memandang bahwa hanya ada satu realitas tunggal, yaitu Tuhan. Sedangkan alam fenomena hanya merupakan wadah `pancaran suci Bald' (tajalliA Hagq) saja. Dikatakan bahwa proses terjadi karma Tuhan ingin dikenal dan ingin melihat diri-Nya melalui alam tersebut. Namun alam yang serba ganda ini mash terpecah-percah tidak mampu meneri magambaran Tuhan secara sempurna, yang diibaratkan bagaikan cermin yang buram. Dan hanya pada Manusia Sempurnalah gambaran Tuhan secara utuh dapat diterima secara jelas, yang diibaratkan seperti bayangan pada cermin yang jernih. Pemikiran Ibn. `Arabi tentang Manusia Sempurna meliputi pembicaraan tentang hubungan Tuhan dengan alam. Dengan dernkian untuk mengetahui konsep Manusia Sempurna, terlebih dahulu harus mengetahui konsepnya tentang Tuhan. Dalam filsafat Barat masalah ketuhanan ini dimasukkan dalam pembicaraan teologi kodrati yang didasarkan pada akal, dan dibedakan dengan teologi kodrati yang didasarkan kepada wahyu. Dan dalam konteks ini pula, refleksi filosofis mengenai Tuhan menurut Leahy lebih sutra disebut Usafat ketuhanan dalam. bahasa Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangarso, Soebardjo
Abstrak :
PENDAHULUAN


Pendahuluan ini berisi penjelasan mengenai latar belakang pemilihan judul dan tujuan penelitian, termasuk batasan permasalahan. Tujuan penelitian bermaksud mengungkap secara kritis masalah etika yang terkandung dalam salah satu kesusasteraan Jawa, yaitu: Serat Wulang Rah.

Latar Relakang

Etika sebagai salah satu cabang filsafat, etika dalam arti sebenarnya berarli filsafat mengenai bidang moral. Refilsafat, di dalam kebudayaan Jawa berarti perenungan dalam usaha mencapai kesempurnaan (nguchr ka sanyntPian). Manusia mencurahkan seluruh eksistensinya, baik jasmani maupun rohani, untuk mencapai tujuan itu. Dalam filsafat Jawa baik-buruk dianggap tidak terlepas dari eksistensi manusia. Bagaimana saya harus hidup dan bertindak? Dalam kesusasteraan Jawa hal ini di antaranya terkandung dalam ajaran Serat Wulangreh.
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimitry Ratulangie Ichwan
Abstrak :
Penerjemahan home secara fenomenologi cenderung berkonotasi romantik, di mana home menjadi sumber keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. Kesimpulan mengenai home ini bermasalah, mengingat bila ketiga aspek tersebut sudah tidak ada di tempat yang kita nobatkan sebagai sumber privasi maksimal, home akan menghilang. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode interpretasi peleburan cakrawala ini melihat bagaimana home dapat dicermati melalui pemahaman fenomenologi dan naturalisme, sebuah pendekatan baru yang mempertimbangkan hukum alam dalam penghayatan manusia terhadap ruangwaktu tertentu. Melalui pendekatan ini, home terbentuk melalui hubungan positif antara seorang subjek dengan sebuah tempat di ruangwaktu tertentu. Memori dan pengalaman subjek terhadap tempat memperboleh gelembung home yang selalu dibawa oleh manusia melebur dengan gelembung yang ada di lingkungan. Semakin banyaknya peleburan gelembung yang terjadi, subjek akan memiliki akses ke waktu yang lebih variatif. Dengan itu, melalui perspektif fenomeno-naturalis ini, home dilihat sebagai sebuah gelembung yang bersifat dinamis, transformatif, serta memiliki kemampuan untuk merumahkan keberadaan fisik maupun metafisik. ......A phenomenological interpretation of home is usually done in a romantic manner, in which home is thought to be a source of safety, comfort, and security. This conclusion of home is problematic, considering that if all of these components do not exist in a certain place, home will dissipate. This research, which was conducted by using fusion of horizon method, aims to see if the concept of home can be understood through a new approach which weighs in natural law in human perception towards a certain spacetime. Through this method, home is formed via positive connection between a subject with a certain place in a certain space time. The memories and experience of a subject towards a place allows their home bubble that is always carried by them to merge with the bubbles present in the environment. The more frequent this merger happens, the subject will have access to more time. Hence, through this phenomeno-naturalistic perspective, home is defined as a bubble that is dynamic, transformative, and has the ability to house physical and metaphysical entities.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arimbi Putri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang negosiasi identitas yang dilakukan oleh musisi klasik di tengah gempuran budaya dominan dalam industri musik yakni musik populer. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma konstruktivisme kritis dan ditempuh melalui analisis resepsi khalayak dari Stuart Hall. Hasil penelitian menyatakan bahwa informan remaja yang berada pada posisi ldquo;pembacaan rdquo; negosiasi dan oposisi terhadap negosiasi identitas Isyana Sarasvati justru merupakan informan dari musisi klasik itu sendiri. Musik klasik sebagai budaya subordinat dalam penelitian ini pun pada arena tertentu menjadi musik yang dominan, sebaliknya musik populer juga pada arena tertentu menjadi musik subordinat. Sehingga, budaya dominan dan populer merupakan sesuatu yang relatif dan dapat saling bertukar tempat. Peneliti mengidentifikasi musisi seperti Isyana Sarasvati ini sebagai ldquo;musisi posmodern rdquo; di mana identitasnya cair, tidak tetap, parsial, dan terfragmen, serta bisa berada pada posisi dominan dan subordinat sekaligus.
ABSTRACT
This research is discussing about identity negotiation of classical musician in the middle of dominant culture in music industries, which refers to popular music omnipresence. The research is conducted by using qualitative methods with critical constructivism approach and is undergone by Stuart Hall rsquo s 1980 reception analysis. The results show that youth informants who are in negotiated and oppositional ldquo reading rdquo positions surprisingly come from classical musician themselves. Classical music, which in this paper belongs to subordinate culture, in certain arena becomes dominant culture, and vice versa. Hence, what is defined by dominant and subordinate culture are interchangeably and contextual. This research is identifying some kind of ldquo Isyana Sarasvati rdquo musician as a ldquo postmodern musician rdquo , which has fluid, flexible, partial, unsecured, and fractured identities, also possibly become dominant and subordinate as well.
2017
T47902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syatori
Abstrak :
Tesis ini berupaya mengkaji dan menganalisis proses dan strategi pengembangan komunitas berbasis media komunitas 'Angkringan' di Bantul Yogyakarta, dengan berpijak pada skema konseptual (Habitus)(Capital) + Field = Practice yang dipopulerkan oleh Pierre Bourdieu. Dengan skema ini, pengembangan komunitas dipahami sebagai dinamika praktik sosial agen-agen sosial yang dipandang tercipta dan terikat oleh habitus, oleh struktur-struktur obyektif yang mendefinisikan ranah sosial dan oleh sekumpulan besar strategi lain yang menyembunyikan fakta perjuangan modal. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data memakai teknik wawancara mendalam, studi dokumen, dan studi pustaka. Penelitian ini mengambil setting studi di desa Timbulharjo Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dimana terdapat komunitas Angkringan yang menjadi fokus studi. Subyek penelitian ini terdiri dari lima unsur. Pertama, aktor-aktor ?internal? media komunitas ?Angkringan?, yaitu mereka yang terlibat langsung dalam pengembangan komunitas. Aktor-aktor internal ini dibagi dalam dua kategori, aktif dan non-aktif. Kedua, Pemerintah desa Timbulharjo dan lembaga warga yang terdiri dari lembaga formal Badan Perwakilan Desa (BPD) dan lembaga informal Forum Komunikasi Warga Timbulharjo (Fokowati). Ketiga, warga masyarakat Timbulharjo. Keempat, pengurus Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (JRKY) dan Jaringan Radio Komuintas Indonesia (JRKI) sebagai representasi organisasi yang konsen pada bidang pengembangan media dan radio komunitas. Kelima, Jaringan Pendamping Radio Komunitas (JPRK). Dalam hal ini Combine Resource Institution (CRI). Keenam, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Yogyakarta dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) sebagai representasi lembaga pemerintah yang mengurusi soal media, hak penyiaran dan sebagainya. Point penting dari temuan lapangan penelitian ini adalah bahwa sebagai komunitas berbasis media, Angkringan melakukan pengembangan komunitasnya dengan memanfaatkan aneka jenis media mulai dari media cetak (buletin), media audio (radio), media audio visual (Video dan TV Komunitas), hingga teknologi internet. Melalui buletin, Angkringan menyuguhkan aneka gagasan dan wacana tentang pentingnya pensikapan terhadap berbagai persoalan yang menggelayut di seputar komunitas. Melalui radio siaran, Angkringan membuka semacam ruang publik bagi warga komunitas untuk mencurahkan keluh kesah, sumbang saran, kritik bahkan gugatan atas segala hal yang dianggap 'bermasalah'. Radio Angkringan menawarkan sebuah kesempatan yang memungkinkan terjadinya dialog interaktif antar berbagai pemangku kepentingan -warga dan pemerintah desa- dalam komunitas. Teknologi internet menjadi fase yang paling mutakhir dan spektakuler sebagai rangkaian praktik sosial yang dilancarkan Angkringan demi mengembangkan komunitsnya. Melalui media internet, Angkringan berupaya mengembangkan komunitas pada ranah yang lebih luas dengan mengembangkan jejaring komunitas seantero nusantara bahkan dunia.
The thesis is adressed to study and to analyze on process and strategy of community development based on ?Angkringan Comunity Media? in Bantul Yogyakarta, refer to a conceptual framework of practices according to Bourdeiu that is (Habitus) (Capital) + Field = Practice. Based on this scheme, a community development is a dynamic of social practices of social agencies that constructed and bounded by habitus, by objective structures that defining a field of social, and by other strategies that concealing capital struggle facts. This research implement a qualitative approach with data collection method through indepth interview, literatury studies, and documentary studies. The situs of research is in vililage of Timbulharjo, District of Sewon, Regency of Bantul, Province of Yogyakarta that there is ?Angkringan Community? as the focus of study. The research subject consisted on five elements as follow. The first, internal actors of Angkringan community media, that is they are involved directly in community development. They can be divided by two categories that are active and non-active. The Second, Timbulharjo village government dan civilian institutions that cover Badan Perwakilan Desa (Village Representative Board) and Forum Komunikasi Warga Timbulharjo (Timbulharjo civic communication forum). The Third, Timbulharjo villagers. The Fourth, management of Jaringan Radio Komunitas Yogyakarta (Yogyakarta Community Radio Network) and Indonesia Community Radio Network). The Fifth, Jaringan Pendamping Radio Komunitas (Community Radio Advocation Network). Finally, the Indonesian Broadcasting Commission and Yogyakarta Broadcasting Commission as government representatives. The important findings resulted from the research is that as media based community, Angkringan undertakes their community development by using vary of from bulletin, radion, video, and TV-community, to internet technology. Through bulletin, Angkringan presents vary of ideas and discourse about the significance to some problems around their community. Through radio, Angkringan opens a public space for community to express their aspiration, suggestions, critique, even litigation over all problematical things. Radio Angkringan offers an opportunity that enabling interactive dialogue among stakeholders and village government in their community. Internet technology become the most modern stage and spectaculer as a set of social practices that launched by Angkringan to develope their community. Through internet media, Angkringan tries to develope their community in the broader field by developing community network in the level of national and international.
2009
T26132
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Retnowati
Abstrak :
Tarian Angguk merupakan salah satu wujud kebudayaan masyarakat petani Purworejo, Jawa Tengah. Seni tradisional sangat erat hubungannya dengan segala ritus keagamaan dan kewajiban serta tanggungjawab kemasyarakatan yang beraneka ragam. Secara harfiah kesenian tradisional mencerminkan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu segala ekspresi kebudayaan dan masyarakat merupakan ekspresi kolektif. Dengan demikian maka muncul pertanyaan: apa yang diekspresikan oleh tarian Angguk? Dari sudut seniman, proses penciptaan seni diwarnai oleh tradisi masyarakat yang menjadi satu dalam karya seni. Peranan kondisi-kondisi psikis yang memberi peluang pada kebebasan, kepekaan dan keberanian membantu tumbuh dan berkembangnya kreatifitas. Dari sudut karya seni, tarian Angguk merupakan ekspresi perasaan dan perwujudan nilai. Nilai yang dimaksud adalah nilai kehidupan yang berbentuk pandangan hidup. Nilai lain yang tampil dan dapat ditangkap adalah nilai inderawi dan nilai bentuk. Dari sudut apresiasi masyarakat, tarian Angguk merupakan sarana untuk mencapai eksistensi yang lebih sempurna. Dengan demikian maka tarian Angguk merupakan ekspresi kebudayaan masyarakat petani di Purworejo dan sekaligus sebagai intensifikasi realitas.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Venny Aryani
Abstrak :
ABSTRAK
Sejarah perkembangan budaya masyarakat dan pemikiran manusia ternyata telah inenggugah manusia unluk menggugat sctiap nilai lama yang mereka anggap tidak relevan lagi. Inilah salah satii aspek yang menyebabkan manusia berbcda dengan mahluk lainnya, karena didalam 'merasai' maka ia menyadaii 'entilas' dirinya. Demikian juga halnya yang terjadi dengan para pelopor gerakan feminis terscbul. Mereka sadar bahwa selama ini jarang lerjadi kesetaraan peran antar kedua jenis kelamin (pembedaan peran antar dua jenis kelamin yang lebih bersif'a' sosio kuitural ini dikemudian ban lebih populer dengan istilah gendw). Justru menurtit mereka, dalam kcnyataan sejarah teiah terjadi ketidak-adilan terhadap wanita yang beraual dan" persepsi fakta biologis, namun kemudian diintepretasikan oleh hegemoni kultur patriarkal.

Dalam sejarah kullur patriarkal yang selalu bias memandang peran wanita itu, para feminis percaya, bahwa dengan memberikan pendidikan gender sejak dini, maka perempuan menjadi sadar akan haknya untuk juga diperlaknkan adil dalam kehidupan privat dan perannya dalam \vilayah publik. Disamping menyibiikkan diri sebagai aktivis langsung yang terjun dalam masyarakat, para feminis itu juga menulis dan menyebar luaskan karya-karya feminisme itu kepada kalangan akademis yang lebih luas lagi, untuk itu kerangka berpikir teoretis yang logis dan tepat juga sangat penting bagi mereka, semata-mata agar dapat membuka perspektif Jain bagi banyak

penulis berjenis kelamin pria yang cukup menentukan sejarah atur pemikiran selama ini; Anthony Giddens, seorang sosiolog sempat mengatakan bahwa: 'para pemikir feminis telah memaksa kita, para pemikir ilmu sosial, untuk mengkaji kembali pandangan dan teori yang telah ada'. Yang dimaksud tentu saja teori dan pemikiran yang berangkat dari persepsi dikotomis bahwa pria lebih rasional karena selalu berada di lingkup publik, lebih berkuasa, dan menjadi subyek penentu. sedangkan wanita adalah sebaliknya.

Para pemikir feminis itu memang gencar mengkritik paradigma laki-laki itu. Selain itu, banyak juga kalangan akademis yang berasumsi bahwa Mazhab Frankfurt beserta perkembangan menyeluruh di bidang hermeneiitis kritis, epistemologis, dan praksis memberi pengaruh yang makin kokoh dalam perkembangan gerakan feminisme. Ciri khasnya ialah; '... adanya pergeseran pola pemikiran mendasar (paradigma) dalam permenungan tentang peran pria dan wanita selama ini ditinjau dari wilayah geografls, sosial (yakni wilayah politis, ekonomis, teknologis, dan agama). 2 Gerakan sosial atau yang diistilahkan oleh Mazhab Frankfurt sebagai 'social movement' dipahami dari teori-teori kritis ini.

Ini juga selaras dengan pemikiran Jiirgen Habermas, salah seorang generasi Mazhab Frankfurt yang dalam teori kritik emansipatorisnya menyerang sejarah rasionalitas yang 'menyembunyikan kekuasaan'hingga menciptakan 'kesadaran palsu'. Menurut Habermas., kelak praksis komunikatif dalam masyarakat yang ideal adalah yang bebas dominasi, seperti ucapannya; 'konsensus yang universal dan bebas dari dominasi merupakan kehendak fundamental setiap hubungan sosial'. 3 Masih dalam

1 Sila Aripurnami dalara I'erempuan dan Pemberdayaan, Obor, Jakarta, 1997, him. 230.

2 Zakiyuddin Baidhawy.ed, Wacana Teologi feminis, Pustaka Pclajar, Yogyakarta, 1997, him. 221. F. Budi Hardiraan, Meuju Masyarakat Komunikatif, Ilmu, Masyarakat. i'olitik & Postmodernisme Menurut Jiirgen Habermas, Kanisius, 1993, him. xxi.

kaitannya dengan social movement, diterangkan oleh Smita Notosusanto pentingnya gerakan feminisme sebagai pendekatan dalam mengubah cara pandang masyarakat, bahwa ; ' Feminisme tumbuh sebagai suatu gerakan sekilgus pendekatan yang berusaha merombak struktur karena dianggap telah mengakibatkan ketidak adilan terhadap kaum perempuan. Pendekatan feminis berusaha merombak cara pandang kita terhadap dunia dan berbagai aspek kehidupannya. Dalam dunia ilmu pengetahuan, feminisme telah menggoyahkan konsep obyektivitas yang sangat diagung-agungkan sebagai salah satu tiang ilmu pengetahuan. Feminisme justru menganggap bahwa pengintegrastan perspektif dan pengalaman perempuan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai tingkat kebenaran (truth) yang lebih tinggi. Mereka juga berpendapat bahwa konsep obyektifitas yang sclama ini dianggap sebagai kebenaran karena dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan perspektif kaum laki-laki.4

Gerakan feminisme sebagai social movement akhirnya menyebar ke sclurub dunia mulai dari tempat kelahirannya di negara-negara barat. Banyak dari kelompok feminisme itu memastikan ''point of concern' mereka kepada masalah gender di negara dunia ketiga / berkembang. Permasalahan perempuan dan kemiskinan di negara berkembang ini sangat penting karena perempuan-perempuan dalam strata ekonomi paling rendah inilah yang paling diperlakukan tidak adil dan tersubordinasikan peran sosial dan ekonominya. Mereka adalah 'the worse victims ofunequity'1 korban terparah dari praktek ketidaksetaraan gender. Dibandingkan dengan rekan-rekan perempuan mereka di negara-negara yang telah maju, banyak aspek kemasyarakatan mereka juga terpuruk, misalnya dalam berpolitik ataupun hak-hak lainnya untuk berada dalam lingkup publik.

Smita Noiosusanlo dalam Perempuan dan Pemherdayaan, Obor, Jakarta, 1997, him. 249.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>