Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dhenne Ivon Treviana
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam upaya menyusun sejarah kuna Indonesia diperlukan sumber_-sumber tertulis seperti prasasti, naskah dan berita asing sebagai sumber penelitian. Prasasti sebagai salah satu data arkeologi memiliki kelebihan dibanding data arkeologi lainnya, yaitu seolah dapat berbicara dan berkisah mengenai perilaku kehidupan manusia dan lingkungannya hingga tidak salah jika dikatakan bahwa prasasti merupakan tulang punggung penulisan sejarah kuna Indonesia.

Prasasti Airpulyan merupakan salah satu prasasti yang baru ditemukan dan belum sempat diteliti secara intensif. Prasasti yang ditemukan di Temanggung ini sekarang ditempatkan di Kantor SPSP Jawa Tengah, dipahatkan di atas batu padas, menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuna. Secara garis besar isinya memuat masalah pertikaian masalah pajak dan merupakan jenis prasasti jayapatra yang sangat sedikit ditemukan.

Tujuan utama penelitian ini adalah 1) membaca, membuat alih aksara dan terjemahan berikut catatannya; dan 2) mengungkap latar historis isi prasasti. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, digunakan tiga tahap penelitian yang lazim digunakan dalam cara kerja ilmu sejarah. Ketiga tahapan kerja itu adalah: Heuristik, tahap pengumpulan data, mengumpulkan keterangan seluas-luasnya mengenai data utama, yaitu Prasasti Airpulyan, pembuatan foto dan abklats dan data bantu lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. Kritik teks, merupakan tahap pengolahan data. Terdiri dari kritik ekstern yang mencari kepastian bahwa data yang digunakan autentik sebagai data sejarah; dan kritik intern yang menganalisis isi prasasti untuk mendapatkan detail yang kredibilitasnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dicocokkan dalam suatu hipotesis dan konteksnya. Interpretasi dan historiografi, sebagai tahap penafsiran data yang diperoleh dari hasil pembacaan dan tafsiran isi prasasti dengan rujukan data bantu lainnya serta asumsi yang berkaitan dengan tujuan penelitian.

Walaupun Prasasti Airpulyan tidak memuat dengan jelas latar peristiwa penulisannya, dapat diperoleh sedikit kejelasan isinya. Pihak yang bersengketa adalah seorang pejabat wanua (tuha banua) dan pejabat watak (patih) yang melawan penduduk desa Airpulyan. Persengketaan tersebut diduga berlatar belakang pada masalah pajak, dan perkara ditangani oleh Samgat Puluwatu bernama Pu Mrsi. Atas kesaksian yang diberikan Pu Naga, maka persengketaan dimenangkan oleh penduduk desa Airpulyan, dengan dikukuhkannya kembali dharmnasima di desa Airpulyan.

Akhir dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kehidupan masyarakat atas peristiwa yang terjadi pada waktu prasasti tersebut dikeluarkan, untuk kemudian ditempatkan dalam susunan rangkaian panjang rekonstruksi sejarah kuna Indonesia secara kronologis.
2001
S11570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kozok, Uli, 1959-
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006
899.2 KOZ k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mundardjito
Abstrak :
ABSTRAK
Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu-Budha terbesar yang pernah berperan dalam abad 13-15 di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Tenggara. Namun kebesaran tersebut umumnya dikaitkan dengan aspek sejarah, geo-politik, agama maupun kesenian, sedangkan gambaran tentang permukimannya masih sedikit sekali diketahui. Padahal sebagaimana dikemukakan Gordon R. Willey:

"....settlement patterns are, to a large extent, directly shaped by widely
held cultural needs, they offer a strategic starting point for the functional interpretation of archaeological cultures.... " (Willey 1953)

Dengan ungkapan tokoh arkeologi permukiman tersebut jelaslah bahwa pola permukiman merupakan awal yang strategis untuk memahami berbagai aspek budaya dari masyarakat pendukungnya, meliputi sistem teknologi, sistem sosial, dan sistem ideologi. Pala permukiman merupakan wilayah kajian yang diteliti oleh berbagai disiplin selain arkeologi, seperti: antropologi, sejarah, sosiologi, dan arsitektur. Dengan kata lain kajian permukiman merupakan tempat bertemunya berbagai peniikiran dari sejumlah disiplin. Sifat multidisipliner inilah yang mengharuskan arkeologi menggali dan menjajikan data dari kebudayaan mesa lalu untuk selanjutnya dimanfaatkan oleh berbagai disiplin lain.

Sumber-sumber sejarah seperti karya sastra, prasasti, berita asing dan relief relief pada candi memang telah membantu kita mengetahui sebagian kecil atau beberapa hal mengenai permukiman di Majapahit, tetapi gambaran tersebut hanyalah bersifat umum dan belum tentu terkait dengan pemukiman di situs Trowulan. Oleh sebab itu untuk memperoleh bukti konkret yang dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable) mengenai permukiman Majapahit di situs Trowulan diperlukan tipe penelitian arkeologi dengan cara ekskavasi (digging research).

Situs Trowulan yang letaknya lebih kurang 10 km di sebelah tenggara Mojokerto adalah sebuah situs yang berdasarkan penelitian regional terakhir (Mundardjito dkk. 1995) memiliki luas lebih kurang 9 x 11 km. Sedemikian luasnya sehingga dapat difahami jika sites ini dikategorikan oleh para peneliti sebagai situskota. Kitab Nagarakertagama memberikan gambaran umum tentang pola perkotaan ibukota Majapahit, tetapi struktur setiap satuan bangunannya atau gugusannya tidak dapat diketahui secara pasti. Relief-relief candi memberi bantuan untuk memahami bentuk umum suatu satuan bangunan, tetapi sifatnya yang terbatas tidak memungkinkannya untuk memberikan rincian dari unsur-unsur bangunan itu.

Selain data sejarah (historical record) kita masih dapat memanfaatkan data lain, yaitu artefak-artefak, untuk memahami secara lebih faktual dan jelas mengenai pola permukiman masyarakat Majapahit. Sebagaimana diketahui Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Buda terakhir yang berkuasa sekitar 200 tahun (1293-1478), dan sites Trowulan adalah satu-satunya contoh situs-kota dari masa Hindu-Buda yang sisa-sisa pemukimannya masih dapat kita lihat sekarang (Bandingkan dengan lokasi sejumlah situs-kota yang sampai kinibelum diketahui seperti dari: kerajaan Mulawarman abad 5 di Kalimantan Timur, Tarumanagara abad 6 di Jawa Barat, Sriwijaya abad 7 di Sumatera, Mataram abad 7--10 di Jawa Tengah, Kediri abad I I dan Singhasari abad 12 di Jawa Timur). Di situs Trowulan, yang merupakan wakil utama dari sisa kegiatan manusia Majapahit, ditemukan sejumlah indikator penting yang dapat membantu kita memahami aspek-aspek permukiman dalam skala mikro secara lebih jelas. Indikator tersebut antara lain berupa sisa-sisa struktur, bailk dari sebuah unit bangunan (household) maupun dari gugusan bangunan (household cluster). Sebagai suatu himpunan temuan data tersebut sesungguhnya mencerminkan satu bagian dari suatu sistem yang kompleks, yaitu sistem kehidupan masyarakat kota Majapahit yang lebih menyeluruh. ltulah sebabnya usaha penelitian yang diawali dari data arkeologi yang paling dasar dalam skala mikro, dapat memberikan sumbangan yang sangat penting untuk memberi isi kepada gambaran dari satuan pemukiman yang lebih besar.

Usaha untuk merekonstruksi pola permukiman ibukota Majapahit telah dilakukan. Namun usaha-usaha tersebut dihadapkan pada banyak masalah. Bukti-bukti fisik yang hingga kini diyakini sebagai sisa ibukota Majapahit tidak menunjukkan kesesuaian dengan uraian sumber-sumber tertulis mengenai tempat tersebut. Usaha untuk menjawab masalah-masalah tersebut tentu tidak dapat dilaksanakan seketika, melainkan memerlukan perencanaan penelitian bertahap dan perlu melibatkan sejumlah disiplin.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library