Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Masitah Sari Dewi
"Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang cendrung mengalami peningkatan. Data IDF Atlas 2015 menyebutkan, Prevalensi DM di Indonesia menduduki urutan ke 7 didunia. Di Indonesia data Riskesdas menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes melitus dari 5,7 2007 meningkat menjadi 6,9 2013. Obesitas sentral adalah prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes melitus tipe 2. Prevalensi obesitas sentral berdasarkan data Riskesdas 2007 sebesar 18,8 meningkat menjadi 26,6 Riskesdas, 2013 Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan obesitas sentral terhadap diabetes melitus tipe 2 pada penduduk usia ge; 18 tahun di wilayah peluncuran GERMAS tahun 2016. Desain penelitian studi cross sectional, Analisis menggunakan uji Regresi Logistic. Hasil analisis diperoleh proporsi diabetes melitus tipe 2 sebesar 6,1 dan obesitas sentral sebesar 68,9. Selain itu hasil multivariat menunjukkan hubungan obesitas sentral dengan diabetes melitus tipe 2 didapatkan nilai POR 3,296 95 CI 2,344-4,636 artinya penduduk dengan obesitas sentral memiliki peluang sebesar 3,296 kali 95 CI 2,344-4,636 mengalami diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan penduduk yang tidak obesitas sentral setelah dikendalikan oleh aktifitas fisik dan hipertensi. Kesimpulan dan saran agar masyarakat rutin tiap bulan melakukan pemeriksaan kesehatan di POSBINDU PTM, untuk melakukan deteksi dini obesitas sentral dan pemeriksaan kadar glukosa darah guna menjaring kasus diabetes melitus tipe 2 sedini mungkin.

Diabetes mellitus is a non communicable disease that tends to increase. IDF Atlas 2015 data says, DM prevalence in Indonesia ranked 7th in the world. In Indonesia, Riskesdas data showed an increased prevalence of diabetes mellitus from 5.7 2007 increased to 6.9 2013. Central obesity is a strong predictor for the occurrence of type 2 diabetes mellitus. The prevalence of central obesity based on Riskesdas 2007 data of 18.8 increased to 26.6 Riskesdas, 2013 The objective of the study was to investigate the relationship of central obesity to type 2 diabetes mellitus in the population age ge 18 years in GERMAS launching area in 2016. Study design cross sectional study, Analysis using logistic regression test. The analysis results obtained proportion of type 2 diabetes mellitus by 6.1 and central obesity of 68.9. In addition, multivariate results showed that the association of central obesity with diabetes mellitus type 2 was found to be POR 3,296 95 CI 2,344 4,636 meaning that people with central obesity had a chance of 3,296 times 95 CI 2,344 4,636 had diabetes mellitus type 2 compared with non obese residents after being controlled by physical activity and hipertension. Conclusions and suggestions for routine public health checks in POSBINDU PTM, to perform early detection of central obesity and blood glucose examination to capture cases of type 2 diabetes mellitus as early as possible.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rizki
"Kurangnya penelitian mengenai transisi pada pola asupan dan marker inflamasi usus pada anak gemuk. Studi ini bertujuan untuk melihat hubungan anatara pola asupan dan fecal calprotectin pada anak prasekolah.Studi potong lintang ini dilakukan pada 101 anak dengan BMI Z score > 1 SD dengan median 2.26 (1.61, 3.43) SD serta menggunakan semiquantitative food frequency questionnaires yang telah divalidasi dimana, pola asupan diperoleh dengan menggunakan principal component analysis. Hasil studi menunjukkan 66% anak mempunyai kadar fecal calprotectin > 50 µg/g dan berhubungan dengan BMI Z score (p=0.05, r=1.89). Pola asupan (healthy pattern p=0.132, western pattern p=0.555, staple pattern p=0.541 and milk pattern p=0.534) ditemukan tidak berhubungan dengan inflamasi saluran cerna. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengkonfirmasi hasil studi ini dengan menggunakan pendekatan lain dan kombinasi antar marker inflamasi usus.

Lack of study confirmed the relationship between transition of diets and gut inflammation marker in obese children. Our study aimed to investigate the association between dietary pattern and fecal calprotectin level in preschool children. A cross sectional study was conducted in 101 children with body mass index (BMI) Z-score > 1 SD and median 2.26 (1.61, 3.43) SD using validated semi quantitative food frequency questionnaires whereas dietary patterns were revealed by principal component analysis. We found 66% children had fecal calprotectin levels > 50 µg/g. The fecal calprotectin level correlated with BMI Z score (p=0.05, r=1.89). Major dietary patterns were revealed: healthy pattern (p=0.132), western pattern (p=0.555), staple pattern (p=0.541) and milk pattern (p=0.534) and multivariate analysis showed no significant association with fecal calprotectin even after full adjustment for age, sex, sedentary physical activity, BMI Z score, fat intake and total fibre intake. Our findings acknowledged the insignificant association diet with gut inflammation marker had been observed due the baseline characteristic BMIZ score of the children more contribute to the elevated of fecal calprotectin level. Further investigations are warranted with a specific inflammatory food approach using a combination of marker gut inflammation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soraya Ningrum Putri Nauli
"Health-related quality of life (HRQoL) is an important indicator for physical, mental and social well-being of adolescents. Health risk behaviors, including poor
dietary behavior, physical inactivity, and underweight or overweight, are
associated with low HRQoL among adolescents. There is limited data regarding
the health-related quality of life among students in Islamic boarding school, which
seen as a strategic place to promote healthy living behavior. This study aimed to
assess eating behavior, physical activity, nutritional status and HRQoL among the
students, and determine whether eating behavior, physical activity, and nutritional
status are the associated factors of HRQoL. A cross-sectional approach was used
in this study in which two schools in South Tangerang City of Banten Province
were purposively selected. The study was conducted in July 2020. There were 302
students aged 15-18 years completed this study, which included the measurement
of eating behavior using the Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), physical
activity using Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQ-A),
anthropometry, and HRQoL using the Pediatric Quality of Life (PedsQL) 4.0
Generic Core Scales. Multiple linear regression was used to determine the
associated factors of HRQoL. The results showed that most of students had
unhealthy eating behavior (76.5%) and physically inactive (64.6%). The
prevalence of overweight among the students was 22% and about half of the
students were having impaired HRQoL (48.3%) that particularly shown in the
dimensions of emotional and school functioning. Gender differences occurred
where girls reported lower HRQoL than boys. This study found that eating
behavior, physical activity, and nutritional status were not associated factors of
HRQoL after adjusted for gender and mental health as confounding factors.
However, it is suggested to improve eating behavior, physical activity, nutritional
status, and HRQoL among the students.

Kualitas hidup terkait kesehatan merupakan salah satu indikator penting untuk
kesehatan fisik, mental, dan sosial remaja. Perilaku yang berisiko bagi kesehatan,
seperti perilaku makan yang buruk, kurang aktivitas fisik, dan memiliki berat
badan kurang atau berlebih, memiliki hubungan dengan kualitas hidup terkait
kesehatan yang rendah pada remaja. Terdapat keterbatasan data mengenai kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama yang merupakan
tempat strategis untuk mempromosikan perilaku kesehatan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi, dan kualitas
hidup terkait kesehatan pada siswa di sekolah Islam berasrama, serta menentukan
apakah perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi merupakan faktor yang
berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan. Metode potong lintang
digunakan pada penelitian ini, di mana dua sekolah yang berlokasi di Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dipilih secara purposive. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Juli 2020. Terdapat 302 siswa berumur 15-18 tahun yang
mengikuti penelitian ini secara lengkap mulai dari pengukuran perilaku makan
menggunakan kuesioner Adolescent Food Habit Checklist (AFHC), aktivitas fisik
menggunakan kuesioner Physical Activity Questionnaire for Adolescents (PAQA),
antropometri, dan kualitas hidup terkait kesehatan menggunakan kuesioner
Pediatric Quality of Life (PedsQL). Regresi linier berganda digunakan untuk
menentukan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan.
Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki perilaku makan yang
tidak sehat (76.5%) dan kurang aktivitas fisik (64.6%). Terdapat 22% siswa
dengan berat badan berlebih dan hampir setengah dari seluruh responden memiliki
kualitas hidup terkait kesehatan yang buruk, terutama pada fungsi emosional dan
sekolah. Siswa putri memiliki kualitas hidup terkait kesehatan yang lebih rendah
daripada siswa putra. Perilaku makan, aktivitas fisik, dan status gizi bukan
merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup terkait kesehatan pada
penelitian ini setelah disesuaikan dengan faktor perancu, yaitu jenis kelamin dan
kesehatan mental. Meskipun demikian, perilaku makan, aktivitas fisik, status gizi,
dan kualitas hidup terkait kesehatan pada siswa dalam penelitian ini perlu untuk
ditingkatkan.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitya Safira Birahmatika
"Kualitas diet pada wanita dewasa masih menjadi masalah. Memiliki perhatian khusus terhadap kesehatan (health concern) dapat berkaitan dengan pola makan. Wanita, khususnya ibu yang memiliki anak usia balita dan pra-sekolah umumnya makan di rumah. Sehingga lingkungan pangan rumah juga berkontribusi terhadap perilaku makan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara health concern dan kualitas diet, serta mengetahui apakah lingkungan pangan rumah memediasi untuk hubungan ini. Studi potong lintang ini berlokasi di Jakarta Utara, dengan sampel sebanyak 229 subjek dengan metode penarikan sampel consecutive. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Health concern diukur dengan General Health Interest Scale (GHIS). Lingkungan pangan rumah diukur dengan Consumer Behavior Questionnaire (CBQ). Data kualitas diet dinilai dari 2x24-hour dietary recall dan skor Diet Quality Index-International (DQI-I). Sebagian besar subjek memiliki kualitas diet yang rendah (nilai mean skor DQI-I: 41.44).
Tidak terdapat korelasi bermakna antara health concern dan kualitas diet (r=0.092, P-value=0.166). Setelah di-adjust dengan usia, lingkungan pangan rumah khususnya ketersediaan sayur tidak memediasi hubungan antara health concern dan kualitas diet (IE=0.012, P-value=0.096). Hasil regresi linier berganda juga menunjukkan usia sebagai prediktor kualitas diet (β=0.196, P-value=0.024). Diperlukan upaya kolaboratif untuk memperbaiki kualitas diet pada ibu, dengan meningkatkan health concern serta pemahaman tentang pemilihan jenis makanan berdasarkan kualitas gizi saat membeli makanan. Rekomendasi untuk studi lanjutan dapat meneliti perbedaan health concern menurut usia, serta kaitannya dengan perilaku makan dan kualitas diet.

Diet quality among women remains a major issue. Having health concern may be related to diet. Mothers with young children usually had their meals at home, thus home food environment could play a role in shaping dietary behavior. This study aims to examine the association between health concern and diet quality, and whether home food environment mediates this relationship. This cross-sectional study was conducted in urban slum area in North Jakarta, involving 229 mothers of young children through consecutive sampling. Data was collected using structured questionnaire, including General Health Interest Scale (GHIS) for health concern, Consumer Behavior Questionnaire (CBQ) for home food environment, and 2x24-hour dietary recall to determine the score of Diet Quality Index-International (DQI-I). Statistical analysis included correlation, multiple linear regression, and path analysis. Majority of the mothers had poor diet quality, with mean DQI-I total score of 41.44 out of 100.
There was no significant correlation between health concern and diet quality (r=0.092, P-value=0.166). After adjusted with age, home food environment did not mediate the relationship between health concern and diet quality. Multiple linear regression also showed age as a significant predictor of diet quality (β=0.196, P-value=0.024). Promoting health concern and healthier food choice when eating out or purchasing take-out food would be beneficial to improve diet quality among mothers of young children. Future study is also recommended to explore how age group differs in viewing health as importance, which could lead to dietary practices.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library