Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Najma
Abstrak :
ABSTRAK
Artemisinin Combination Therapy ACT merupakan pengobatan lini pertama rekomendasi WHO untuk pengobatan malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum, namun resistensi pengobatan tersebut telah ditemukan di beberapa negara. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan terapi alternatif menggunakan tanaman herbal yaitu Spirulina dalam bentuk crude. Spirulina merupakan tanaman yang berpotensi sebagai antiplasmodium karena kemampuan antioksidan, antiinflamasi, dan imunomodulator yang dimilikinya. Kemampuan tersebut didapatkan terutama dari kandungan Fikosianin dan beta karoten yang dimilikinya. Penelitian ini menguji Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan Dihidroartemisinin Piperakuin DHP yang merupakan salah satu jenis Terapi Kombinasi Artemisin per oral pada mecit yang telah terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan adalah 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB. Perbandingan densitas parasitemia hari ke-4 dan hari ke-0 pada semua kelompok memilki nilai signifikan p.
ABSTRACT
Artemisinin Combination Therapy is the first line medication recommended by WHO to cure malaria caused by Plasmodium falciparum , but the issue of drug resistance has been discovered in some countries. This research is aimed to find alternative therapy by using the herbal plant, namely Spirulina in crude form. Spirulina is a potential plant to be antiplasmodium since it has antioxidant, anti inflammatory, and immunomodulatory capabilities. The capabilities are obtained from its Phycocyanin and beta carotene. In research single extract of Spirulina and it combination with Dihydroartemisinin Piperaquine DHP as a type of Artemisinin Combination Therapy orally were tested on mice infected by Plasmodium berghei. The doses of Spirulina were 200 mg kgWB and 400 mg kgWB. The comparison of parasitemia on 4th day and 0 day on all groups has a significant value p
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Azzahroh
Abstrak :
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit infeksi dengan prevalensi yang tinggi di Indonesia. Peningkatan resistensi terhadap pengobatan malaria telah ditemukan di beberapa negara untuk mengindikasikan bahwa penelitian dan pengembangan antimalaria baru sangat dibutuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan antimalaria alternatif, dengan memanfaatkan ekstrak tanaman herbal, yaitu Spirulina dan Pasak Bumi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji pemberian Spirulina secara tunggal dan kombinasi dengan ekstrak akar Pasak Bumi terhadap mencit Mus musculus yang terinfeksi Plasmodium berghei. Dosis Spirulina yang digunakan pada penelitian ini adalah 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB sedangkan dosis ekstrak Pasak Bumi yang digunakan adalah 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB. Pada semua kelompok perlakuan terjadi peningkatan tingkat parasitemia pada hari ke-4 dengan persentase inhibisi parasitemia yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa Spirulina dosis 300 mg/kgBB dan 500 mg/kgBB dan ekstrak akar pasak bumi dosis 60 mg/kgBB dan 75 mg/kgBB tidak memiliki efek antimalaria, Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Spirulina tunggal dan kombinasi Spirulina dengan ekstrak Pasak Bumi pada dosis di atas tidak efektif sebagai antimalaria.
ABSTRACT
Malaria is an infectious disease with high prevalence in Indonesia. Increasing in resistance to malaria therapy has been observed in several countries to indicate that new antimalarial studies and development are needed. This study is aimed to find alternative antimalaria by using herbal plant extracts, namely Spirulina and Pasak Bumi. This study is an experimental study that tested the Spirulina administration singly and in combination with the extract of Pasak Bumi root to the mice Mus musculus infected with Plasmodium berghei. The dosage of Spirulina used in this study was 300 mg kgBW and 500 mg kgBW while the dosage of Pasak Bumi root extract was 60 mg kgBW and 75 mg kgBW. In all treatment groups, there was an increased level of parasitemia on day 4 with negative parasitemia inhibition percentage. It shows that Spirulina dose of 300 mg kgBW and 500 mg kg BW and Pasak Bumi root extract by dose 60 mg kgBB and 75 mg kgBW have no antimalarial effect. Thus, it can be concluded that administration of Spirulina singly and the combination of Spirulina and Pasak Bumi root extract are not effective as antimalaria.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rusnanta
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kasus DBD juga menjadi masalah kesehatan di Jakarta, termasuk Kelurahan Rawasari dan Cempaka Putih Barat. Dalam pemberantasan vektor, perlu dilakukan survei entomologi terkait pengukuran tingkat penyebaran dan kepadatan vektor DBD. Melalui survei ini, dilakukan identifikasi jenis container dan wilayah rumah sebagai faktor pendukung berkembangnya vektor DBD. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Data diambil pada tanggal 28 Maret 2010 dengan mengunjungi total 200 rumah masing-masing 100 rumah di Rawasari dan 100 rumah di Cempaka Putih Barat. Sampel diambil dengan menggunakan single larval method dan dianalisis dengan uji Chi-square. Hasil ketiga indeks larva Aedes aegypti menunjukkan Rawasari memiliki nilai Container Index (CI) 6%, House Index (HI)14%, dan Breteau Index (BI) 15 sedangkan Cempaka Putih Barat memiliki nilai CI 6,1%, HI 17%, dan BI 21. Berdasarkan standar WHO, kedua wilayah tersebut termasuk area yang berpotensi menjadi risiko tinggi penularan DBD (CI>5%, HI>10%, 55%, HI>10%, 5
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Dwi Hartuti
Abstrak :
Latar belakang: Plasmodium falciparum merupakan salah satu parasit penyebab penyakit malaria yang menyerang manusia. Mitokondria P. falciparum memiliki perbedaan komponen dengan manusia terutama jenis enzim yang terlibat dalam rantai transpor elektron. Malat: kinon oksidoreduktase MQO adalah enzim fungsional yang bekerja dalam mengkatalisis konversi malat menjadi oksaloasetat yang dibutuhkan pada siklus asam sitrat. Elektron yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk pembentukan ATP melalui fosforilasi oksidatif. a-mangostin merupakan senyawa xanton utama yang berasal dari manggis, Garcinia mangostana Linn. Ekstrak kulit buah manggis dan a-mangostin diketahui memiliki efek antiplasmodium yang dibuktikan melalui penelitian in vitro. Metode: Enzim rekombinan PfMQO diekspresikan pada bakteri Eschericia coli BL21star DE3 . Fraksi membran E.coli yang mengikat enzim diisolasi menggunakan sentrifugasi kecepatan 104.000xg. Karakteristik enzim PfMQO ditentukan secara spektrofotometri dengan mengikuti kinetika reaksi enzim terhadap substrat malat dan ubikinon pada 600 nm. Aktivitas penghambatan ?-mangostin terhadap PfMQO diuji dengan mengikuti reduksi ubikinon pada panjang gelombang 278 nm. Uji konfirmasi aktivitas inhibisi ?-mangostin dilakukan terhadap kultur P. falciparum in vitro dan sel limfosit manusia. Hasil: PfMQO bekerja pada kondisi optimal di suhu 37 C dan pH netral. Enzim PfMQO yang terikat pada fraksi membran bakteri memiliki karakter nilai aktivitas spesifik sebesar 13,3890 ?mol/menit/mg, konstanta Michaelis-Menten Km untuk ubikinon sebesar 6,2090 0,6486 ?M dan Vmax sebesar 16,9600 0,5866 ?mol/menit/mg . Nilai konstanta Michaelis-Menten Km untuk malat sebesar 5,9960 0,3440 mM dan Vmax sebesar 16,4000 0,3838 ?mol/menit/mg . a-mangostin memiliki aktivitas penghambatan terhadap enzim PfMQO dengan nilai IC50 sebesar 1,7390 0,0077 M. Penghambatan a-mangostin terhadap enzim PfMQO di situs pengikatan malat dan ubikinon melalui mekanisme campuran dengan nilai konstanta inhibisi Ki masing-masing sebesar 2,3260 mM dan 1,6720 ?M. a-mangostin memiliki aktivitas penghambatan pertumbuhan terhadap kultur P. falciparum IC50 = 5,7060 1,0976 M . Uji toksisitas a-mangostin terhadap sel limfosit manusia memberikan nilai hambatan CC50 sebesar 11,3800 ?M. Evaluasi toksisitas ?-mangostin melalui nilai perhitungan SI didapatkan SI terhadap PfMQO sebesar 6,5440 dan kultur P. falciparum 1,9944. Kesimpulan: Enzim MQO dalam tubuh parasit P. falciparum dapat ditetapkan sebagai target pengobatan malaria dan a-mangostin berpotensi untuk dikembangkan sebagai antimalaria namun masih bersifat toksik bagi sel manusia.
Background Plasmodium falciparum is one of parasite causing malaria disease that attacks human. Mitochondria of P. falciparum has a different component with human especially enzyme that involve in electron transport chain. Malate quinone oxidoreductase MQO is functional enzyme which catalyze conversion of malate to oxaloacetate which needed in citric acid cycle. Generated electron will be utilized to form ATP through oxidative phosphorylation. a mangostin is a main xanton of mangosteen, Garcinia mangostana Linn. Mangosteen pericarp extract and a mangostin have been known in having antiplasmodial effect by in vitro study. Method PfMQO recombinant enzyme was expressed in bacteria Eschericia coli BL21star DE3 . E.coli membrane fraction that expressed enzyme were isolated using centrifugation 104.000 x g. Characterization of PfMQO were determined by spectrophotometry with following kinetic reaction of enzyme to malate and ubiquinone as substrate at 600 nm. Inhibition activity mangostin against PfMQO were assayed by following ubiquinone reduction at 278 nm. Confirmation test of mangostin inhibition activity were conducted againts Plasmodium falciparum culture in vitro and human lymphocyte cell. Results PfMQO has an optimum condition at 37 C and netural pH. PfMQO enzyme which bind on bacterial membrane fraction has a specific activity 13.3890 mol minutes mg, Michaelis Menten value Km for ubiquinone is 6.2090 0.6486 M and Vmax is 16.9600 0.5866 mol minutes mg . Michaelis Menten value Km for malate is 5.9960 0.3440 mM and Vmax is 16.4000 0.3838 mol minutes mg . mangostin has inhibition activity against PfMQO enzyme with inhibition concentration IC50 value of 1.7390 0.0077 M. Inhibition of mangostin to PfMQO at malate and ubiquinone binding site by mixed type inhibition with inhibition constant Ki values are 2.3260 mM and 1.6720 M, respectively. mangostin has inhibition activity to P. falciparum growth with IC50 value of 5.7060 1.0976 M. Toxicity value CC50 to human lymphocyte cells is 11.3800 M. Evaluation of mangostin toxicity based on SI with SI value to PfMQO of 6,5440 and to P. falciparum culture of 1,9944. Conclusion PfMQO enzyme in parasite P. falciparum body could be determined as malaria drug target and a mangostin is potential to be developed as antimalarial agent but still toxic for human cell.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Puspa Sari
Abstrak :
ABSTRAK
Kriptosporidiosis adalah penyakit parasitik yang disebabkan oleh Cryptosporidium sp~ parasit kokstdia intraseluler pada manusia dan hewan dan merupakan agen yang menyebabkan enterokolitis. Cryptasporidium sp. dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal pada manusia, terutama anak-anak dan penderita imunodefisieosi. Angka kejadian infuksi umumnya lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa skala klinis kriptosporidiosis sangat luas mulai dari asimtomatik sampai diare persisten. Selain menyebabkan diare, infeksi ini juga dapat menyebabkan malnutrisi Selama ini metode pulasan modifikasi laban asarn mcrupeksn nilai baku emas bagi pemeriksaan Cryptosparidium sp. Namun sensitivitas tekrrik ini rendah dan sangat bergantung pada ketrampilan serta pengalaman tenaga mikroskopis dalaM melihat Cryptosparidium sp. Deteksi ookista Cryptosporidlum dengan antibodi monoklonal terhadap dinding ookista Cryptosparidium (CmAbs) merupakan metoda yang sensitif dan spesifik untuk mendeteksi ookista dari apusan tinja dibandingkan metode pewarnaan konvensional Penelitian ini, menggunakan teknik imunofluoresen dengan an!ibodi monoklonal yang telal1 dilabel oleh FITC untuk deteksi kriptosporidiosis pada batita. Hasilnya akan dlbandingkan dengan PCR dalam hal sensitivitas dan spesifisitas. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain cross sectional menggunakan uji diagnostik. Hasil uji skrining dan tingkat agreement dihitung. Dari 239 sampel tinja yang diperiksa, didapatkan freknensi kriptosporidiosis pada anak batita sebanyak 24,3%. Kriptosporidiosis umum tetiadi pada populasi anak-anak di bawah tiga tahun. Dibandingkan dangan metode konvensional yaitu pewamaan modifikasi tahan asam dan auramin fenoJ, deteksi kriptosporidiosis dengan pemeriksaan imunofluoresen langsung lebih sensitif dllll lebih spesifik (p=O,OOO). Dibandingkan dengan PCR, pemeriksaan lmunofluoresen langsung memiliki sensitivitas 86,2% dan spesifisitas 98,9%. Sehingga dapat digunakan sebagai altemalif untuk deteksi ooldsta Cryptosporidium sp. pada sampel tinja terutama untuk studi epidemiologi atau skrining Penilaian terhadap adanya faktor resiko jenis kelamin, status gizi dan diare teenyata didapatkan hasil tidak bermakna
Abstract
Cryptosporidiosis is a parasitic disease caused by CryptospOridium sp, coccidian parasite intracellular in human and animaL Cryptosporidium sp can cause gastrointestinal diseases in human, particularly in children and immununodeficiency individuals. Generally. the incidence higher among children !han the adults. The clinical manifestations are wide, ranging from asymptomatic to persistent diarrhea and malnutrition in children. Modified acid fast staining method has been a gold standard to detect Cryptosporidlum sp, however, this technique has low sensitivity and depends mulct on the experience and skill of the technician. Detection of Cryptosporidium sp oocyst using monoclonal antibody to Cryptosporldium sp wall (CmAbs) is a more sensitive and specific method to determine an oocyst from stooL The objective of this study is to determine cryptosporidiosis proportion between toddlers by FITC monoclonal antibody technique. The result will be compared to PCR on its sensitivity and specificity to cryptosporidiosis diagnosis. This research is qualitative interpretation with cross sectional design study which using diagnostic test The result of the screening test and lhe levels of agreement were quantified. Of 239 fecal samples examined, there were 24,3% positive oocyst Cryptosporidium sp, Cryptosporidiosis is common in children under three years old population. Comparing to conventional methods, MTA and Af, cryptosporidiosis detection using direct immunofluorescent test is more sensitive and specific (p=O,OOO), Comparing to PCR technique~ direct immunofluorescent test has sensitivity 86~2% and specificity 98,9%. Statistically, direct immunofluorescent test can can be used as an alternative method to detect CJYP!osporidium sp. compared to PCR (p--o,06S), in particular for epidemiological study or population screening. Evaluation on risk factors such as sex. malnutrition and diarrhea symptom appear that there is no significant differences.
2009
T32821
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Eka Kartika Sari
Abstrak :
[ABSTRAK
Latar belakang: Salah satu tantangan terbesar dalam upaya pengobatan malaria adalah terjadinya penurunan efikasi pada penggunaan obat antimalaria, seperti kasus resistensi. Kejadian resistensi terhadap beberapa jenis obat mendorong penemuan obat antimalaria baru terus dilakukan. Beberapa studi yang telah dilakukan menyebutkan bahwa andrografolid (ANDRO) memiliki efek sebagai antimalaria. Dehidroksiandrografolid (DeOH-AND) adalah senyawa yang memiliki kemiripan struktur dengan ANDRO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek DeOH sebagai antiplasmodium dan mekanisme kerjanya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan teknik in vitro. Pada penelitian ini digunakan galur parasit Plasmodium falciparum 3D7 (chloroquine sensitive). Percobaan dilakukan untuk menjawab tiga tujuan penelitian; pertama bertujuan untuk mengetahui potensi DeOH-AND sebagai antiplasmodium dengan melakukan uji IC50, uji hambatan bergantung stadium parasit dan melihat morfologi sel parasit menggunakan mikroskop cahaya dan TEM (Transmission Electron Microscope). Kedua bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik DeOH-AND terhadap sel mamalia yang diujikan pada sel hati galur sel HepG2 dan sel darah merah. Ketiga, bertujuan untuk mempelajari pengaruh DeOH-AND terhadap status oksidatif parasit dilihat dari kadar ROS intraseluler parasit, rasio GSH/GSSG dan aktivitas enzim SOD. Hasil: DeOH-AND memiliki aktivitas antiplasmodium dengan nilai IC50 sebesar 4 μM sedangkan kontrol klorokuin yang digunakan memiliki nilai IC50 sebesar 0.06 μM (60x10-9 M). Kedua senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan sel parasit pada stadium ring, tropozoit dan skizon. Hasil pengamatan menggunakan mikroskop cahaya dan TEM mempelihatkan kerusakan pada sel parasit bila dibandingkan dengan kontrol. Senyawa DeOH-AND tidak toksik terhadap sel hati (HepG2) dengan nilai CC50 yakni 394.67 μM serta tidak toksik pada sel darah merah. Hasil percobaan bagian ketiga menunjukkan bahwa DeOH-AND tidak mempengaruhi kadar ROS, rasio GSH/GSSG serta aktivitas enzim SOD. Kesimpulan: Senyawa DeOH-AND memiliki potensi sebagai antiplasmodium dan tidak memiliki efek toksik terhadap sel mamalia baik hati (HepG2) dan sel darah merah. DeOH-AND tidak mempengaruhi status oksidatif parasit secara signifikan.
ABSTRACT
Background: One of the biggest challenges in malaria treatment is the occurrence of decreasing efficacy on antimalarial drugs like resistancy cases. Insidence of some drug resistance encourages the new antimalarial drugs continue to discover. Severeal studies mentioned that andrographolide (ANDRO) has an antimalarial effect. Dehidroksiandrographolide (DeOH) is a compound which has structural similarities with ANDRO. This study aims to determine the effect of DeOH as antiplasmodium and its mechanism. Methods: This is an experimental study using in vitro techniques. In this study were used Plasmodium falciparum 3D7 strains (chloroquine sensitive). The experiments has three aims; the first part was aimed to known about the potential of DeOH-AND as an antiplasmodium using IC50 assay technique, stage dependent antiplasmodium activity, and analyse the P. falciparum morphology using light microscope and TEM (Transmission Electron Miscroscope) technique. The second parts was aimed to investigate the cytotoxic effect of DeOH-AND on mamalian cell (hepar cell-HepG2 and red blood cell). And the third aims is to investigate the effect of DeOH-AND on parasite oxidative stress status with analyse the intracellular ROS (Reactive Oxygen Species) concentration, GSH/GSSG ratio and SOD (Superoxide Dismutase) enzyme activity. Results: DeOH-AND has antiplasmodium activity with IC50 value of 4 μM whereas chloroquine has IC50 values of 0.06 μM (60x10-9M). These compounds was found to inhibit the ring, tropozoit and skizon stage of the parasite. Treated P. falciparum 3D7 parasites show the crisis of their morphology cell which compared with untreated parasites (control). DeOHAND is not toxic to liver cells (HepG2) with CC50 values 394.67 and also not toxic to red blood cells which were seen from the results of hemolysis potential test. DeOH antiplasmodium effect were seen on all stage of the parasite (either ring, trophozoit and schizont) and caused parasite cell damage effect activity at all stages of the parasite (either ring, trophozoit and schizonts) and shown to cause damage. The third experiment showed that DeOH-AND did not affect the intracellular ROS (Reactive Oxygen Species) concentration, GSH/GSSG ratio and also SOD enzyme activity. Conclusions: DeOH compounds has antiplasmodium activity. These compound has no toxic effect on both of the liver cells (HepG2) and red blood cells. DeOH-AND did not affect parasit oxidative status with significantly, Background: One of the biggest challenges in malaria treatment is the occurrence of decreasing efficacy on antimalarial drugs like resistancy cases. Insidence of some drug resistance encourages the new antimalarial drugs continue to discover. Severeal studies mentioned that andrographolide (ANDRO) has an antimalarial effect. Dehidroksiandrographolide (DeOH) is a compound which has structural similarities with ANDRO. This study aims to determine the effect of DeOH as antiplasmodium and its mechanism. Methods: This is an experimental study using in vitro techniques. In this study were used Plasmodium falciparum 3D7 strains (chloroquine sensitive). The experiments has three aims; the first part was aimed to known about the potential of DeOH-AND as an antiplasmodium using IC50 assay technique, stage dependent antiplasmodium activity, and analyse the P. falciparum morphology using light microscope and TEM (Transmission Electron Miscroscope) technique. The second parts was aimed to investigate the cytotoxic effect of DeOH-AND on mamalian cell (hepar cell-HepG2 and red blood cell). And the third aims is to investigate the effect of DeOH-AND on parasite oxidative stress status with analyse the intracellular ROS (Reactive Oxygen Species) concentration, GSH/GSSG ratio and SOD (Superoxide Dismutase) enzyme activity. Results: DeOH-AND has antiplasmodium activity with IC50 value of 4 μM whereas chloroquine has IC50 values of 0.06 μM (60x10-9M). These compounds was found to inhibit the ring, tropozoit and skizon stage of the parasite. Treated P. falciparum 3D7 parasites show the crisis of their morphology cell which compared with untreated parasites (control). DeOHAND is not toxic to liver cells (HepG2) with CC50 values 394.67 and also not toxic to red blood cells which were seen from the results of hemolysis potential test. DeOH antiplasmodium effect were seen on all stage of the parasite (either ring, trophozoit and schizont) and caused parasite cell damage effect activity at all stages of the parasite (either ring, trophozoit and schizonts) and shown to cause damage. The third experiment showed that DeOH-AND did not affect the intracellular ROS (Reactive Oxygen Species) concentration, GSH/GSSG ratio and also SOD enzyme activity. Conclusions: DeOH compounds has antiplasmodium activity. These compound has no toxic effect on both of the liver cells (HepG2) and red blood cells. DeOH-AND did not affect parasit oxidative status with significantly]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Nurmalasari
Abstrak :
ABSTRAK Giardia duodenalis (G. duodenalis) adalah protozoa usus yang termasuk ke dalam Kelas Flagelata penyebab diare, yang sering menimbulkan masalah pada anak. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi G. duodenalis disebut giardiasis. Giardia menginfeksi manusia maupun hewan dengan spesies G. duodenalis umumnya ditemukan pada manusia. Prevalensi giardiasis di negara berkembang dilaporkan sekitar 10-50%. Riset epidemiologi molekuler di berbagai negara melaporkan pada saat ini berdasarkan kelompok genetik ada 8 assemblage Giardia (assemblage A-H) yang sudah diketahui dan untuk isolat G. duodenalis dari daerah geografis yang berbeda, hanya assemblage A dan B yang menyebabkan infeksi pada manusia. Sementara assemblage C dan D ditemukan pada anjing, kucing, serigala; assemblage E ditemukan pada hewan peliharaan, domba, kambing, babi, kerbau dan muflons; assemblage F pada kucing, assemblage G pada tikus dan assemblage H pada anjing laut dan burung camar. Karakteristik genotipe dari G. duodenalis adalah host-spesific sehingga dapat digunakan untuk melihat kemungkinan transmisi dan sumber infeksi. Penelitian ini merupakan laporan pertama terhadap identifikasi genotip G. duodenalis isolat Indonesia, dengan sampel dari anak sekolah dasar. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional). Sampel feses dikoleksi dari 140 anak-anak Sekolah Dasar di Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemudian diperiksa secara mikroskopis untuk mendapatkan sampel yang positif mengandung Giardia. Sampel yang positif Giardia tersebut lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR dengan target gen triose phosphate isomerase (TPI) dan Restriction Fragmen Length Polimorphism (RFLP) untuk menentukan subtipe (assemblage) Giardia. Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian giardiasis secara mikroskopis pada anak usia sekolah di Kampung Melayu sebesar 10.7%. Dari sampel yang positif secara mikroskopis tersebut hanya 3 yang menunjukkan hasil positif dengan PCR-RFLP yaitu 1 sampel assemblage A dan 2 sampel assemblage B. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber infeksi Giardia kemungkinan berasal dari manusia dan mamalia.
ABSTRACT G. duodenalis is one of the intestinal parasites that belong to the class of flagellates protozoa that cause diarrhea. Diseases caused by G. duodenalis infection called giardiasis. As one species of intestinal parasites, G. duodenalis commonly found in humans. Giardiasis in developing countries are reported to have a prevalence of 10-50%. At this time based on genetic group there are 8 assemblage G. duodenalis (assemblage A-H) is already known. From the results of molecular studies with PCR method for G. duodenalis isolates from different geographic areas, only assemblages A and B which stated the cause infections in humans. While assemblage C and D are found in dogs, cats, wolves; E assemblage found in pets, sheep, goats, pigs, buffalo and muflons; assemblage F in cats, assemblage G in mice and assemblage H in seals and gulls. Genotipe characteristics of G. duodenalis are host-specific and can be used to look at the possibility of transmission and sources of infection. In this study, cros-sectional was used as a research design. Fecal samples were collected from 140 primary school children in Kampung Melayu of East Jakarta and examined directly by microscope to get positive Giardia samples. The positive samples were examined by PCR with triose phosphate isomerase (TPI) as the target gene and followed by Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) to determine the Giardia subtype (assemblage). The results showed that the percentage of giardiasis microscopically at school-age children in Kampung Melayu is 10.7%. However, among those positive microscopically samples, only 3 samples can be amplified with PCR and identified by RFLP. Assemblage found are 1 sample of assemblage A and 2 samples of assemblage B. From these findings it can be concluded that the possible source of transmission of giardiasis are humans and mammals.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library