Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kusmardi Sumarjo
"Latar Belakang: Telah dilakukan penelitian dengan tujuan mengetahui gambaran klinis dan mikrobiologis penderita infeksi kaki diabetik derajat 3 dan 4 sesuai klasifikasi PEDIS. Penelitian prospektif terakhir pada ulkus/gangren kaki diabetik di RSCM dilakukan tahun 1984. Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan prospektif potong-lintang di RSCM pada bulan Maret-Desember 2004 dan didapatkan 52 penderita infeksi kaki diabetik yang memenuhi kriteria inklusi. Gambaran klinis penderita meliputi luka (Iokal) maupun sistemik sesuai klasifikasi PEDIS (Perfusion, Extent, DeptMissue lose, Infection, Sensation), ditambah modifikasinya (bau luka dan krepitasilgas). Pemeriksaan mikrobiologis infeksi kaki diabetik dilakukan biakan kuman aeroblanaerob dan tes kepekaan antibiotik.

Background. This study aimed to recognize clinical pictures and microbiological pattern in 3rd and 4th degrees of the PEDIS classification of diabetic foot infection (OFI). The last prospective study on diabetic ulcer/gangrene in RSCM was conducted in 1984. Materials and Methods. The design was a prospective cross sectional study conducted in RSCM from March till December 2004. There were 52 OFl's patients fulfilled the inclusion criteria. The clinical pictures were included local wounds and systemic manifestations according to the PEDIS classification with additional modification (the wound's odour and crepitation/gas). Microbiological examination were done culture for aerobic/anaerobic microorganisms and the antibiotics sensitivity test."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto Surya
"Latar Belakang. Diagnosis demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Biakan S. typhi sebagai baku emas diagnosis hanya mampu positif pada 40-70% kasus. PCR sebagai alternatif diagnosis masih terhambat oleh harganya yang mahal dan fasilitas yang terbatas. Uji Widal yang saat ini banyak digunakan karena murah dan mudah dilakukan, dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga sensitivitas dan spesifisitas hanya berkisar 60-80%. Oleh karena itu dibutuhkan uji serologi lain yang cepat dan mampu memberikan hasil yang baik ditinjau dari sensitivitas dan spesifisitas. Salah satu uji serologi yang memenuhi kriteria di atas adalah TUBEX TF yang telah diuji coba di beberapa negara tetapi belum pernah diuji coba di Indonesia.
Tujuan. Mengetahui perbandingan nilai sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan TUBEX TF dengan uji Widal dalam mendiagnosis demam tifoid yang telah dikonfirmasi dengan PCR dan atau biakan S. typhi. Metodologi. Uji diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan kecurigaan demam tifoid sesuai skor tifoid Nelwan>/=8 dan dirawat di RSCM, RSP dan RSUD Tangerang. Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dasar, uji Widal, PCR dan biakan S. typhi serta uji TUBEX TF. Hasil pemeriksaan TUBEX TF dan uji Widal dibandingkan PCR dan atau biakan S. typhi sebagai baku emas. Data diolah dengan program SPSS13 dan dimasukkan ke tabel frekuensi dan tabel silang.
Hasil. Selama periode Mei - Oktober 2006 terkumpul 52 pasien dengan kecurigaan demam tifoid, yang terdiri dari 27 laki-laki (52%) dan 25 perempuan (48%). Kelompok usia terbanyak 20-30 tahun (28 orang, 53,8%). Dari perhitungan tabel 2x2, uji TUBEX TF dibandingkan dengan uji Widal, didapatkan masing-masing sensitivitas 100% dan 53,1%, spesifisitas 90% dan 65%, NDP 94,1% dan 70,8%, NDN 100% dan 46,4%. Luas daerah dibawah kurva ROC adalah 0,950 untuk TUBEX TF dan 0,591 untuk uji Widal. Dibandingkan uji Widal, pemeriksaan TUBEX TF menunjukkan hasil bermakna (p<0,05) pada uji statistik Chi square."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T57253
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library