Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Merisa Bestari Faiz
Abstrak :
Penggunaan biokatalis whole-cell merupakan cara yang potensial untuk menekan biaya katalis dalam produksi biodiesel yang dikatalis oleh lipase. Rhizopus oryzae dikultivasi menggunakan metode one-step dan two-step serta diimobilisasi dalam biomass support particle (BSP) dan bead kitosan-TPP. Whole-cell yang terimobilisasi pada BSP menghasilkan yield metil ester 11% (one-step) dan 12% (two-step). Sementara itu, yield metil ester yang dihasilkan whole-cell yang terimobilisasi pada bead kitosan-TPP adalah 23% (one-step) dan 22% (two-step). Model Michaelis-Menten yang digunakan mampu menggambarkan profil konsentrasi substrat dan produk yang dihasilkan. Nilai Km dan Vmax untuk whole-cell yang terimobilisasi pada BSP adalah 4 mol L-1, 0,05 mol L-1 jam-1 (one-step) dan 3 mol L-1, 0,04 mol L-1 jam-1 (two-step). Sementara itu, whole-cell yang terimobilisasi pada bead kitosan-TPP memiliki nilai Km dan Vmax yang sama, 0,3 mol L-1, 0,01 mol L-1 jam-1 yaitu meski dikultivasi dengan metode yang berbeda. ......Utilizing whole-cell biocatalyst is a potential way to reduce catalyst cost in biodiesel production using lipase as catalyst. Whole-cell of Rhizopus oryzae was cultivated by one-step and two-step method and was immobilized on Biomass Support Particles (BSPs) and chitosan-TPP bead. Immobilized whole-cells on BSPs produce 11% (one-step) and 12% (two-step) FAME yield. While, FAME yield produced by immobilized whole-cell in chitosan-TPP beads are 23% (one-step) and 22% (two-step). Kinetic model based Michaelis-Menten used was found to fit fairly the substrate and product concentration profile. Value of Km and Vmax for R. oryzae whole-cell immobilized on BSP are 4 mole L-1, 0.05 mole L-1 h-1 (one-step) and 3 mole L-1, 0.04 mol L-1 h-1 (two-step). While, for immobilized whole-cell in chitosan-TPP bead, the values are 0,3 mole L-1, 0,01 mole L-1h-1 and 0,2 mole L-1, 0,008 mole L-1h-1 for single-step and two-step respectively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36738
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ali Rimbasa
Abstrak :
Bahan bakar minyak memainkan peran yang sangat penting dalam pengembangan industri, transportasi, pertanian serta aktivitas manusia lainnya. Bahan bakar minyak yang umum digunakan adalah bahan bakar berbasis fosil yang jumlahnya terbatas, tidak terbarukan serta berdampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu dewasa ini penelitian dan produksi bahan bakar bersih dan terbarukan berbasis minyak nabati dan lemak hewani marak dilakukan. Biodiesel sebagai bahan bakar nabati yang populer untuk substitusi minyak diesel konvensional didapati masih banyak kelemahan baik di dalam proses produksinya maupun dari kualitas produk biodiesel itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi konversi minyak nabati yang lebih efisien dan menghasilkan bahan bakar setara solar atau yang dikenal renewable diesel. Teknologi hydrotreating katalitik sebagai existing technology di kilang pengolahan minyak bumi memiliki kemampuan untuk mengkonversi baik trigliserida maupun asam lemak bebas melalui satu tahap reaksi menjadi hidrokarbon jenis parafinik setara minyak diesel konvensional yang tidak mengandung senyawa oksigen sehingga stabilitasnya lebih baik dari biodiesel. Proses Hydrotreating katalitik berbasis NiMo/ɣ-Al2O3 yang dikerjakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk minyak diesel terbarukan (Renewable Diesel) setara minyak diesel konvensional dengan menggunakan umpan minyak kemiri sunan yang pemanfaatannya masih menggunakan proses transesterifikasi menghasilkan produk biodiesel. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu preparsi katalis, karakterisasi katalis dan sintesis renewable diesel dengan proses hydrotreating. Hasil katalis yang telah dipreparasi dilakukan karakterisasi dengan Brunaur Emmet Teller (BET) dan didapat luas permukaan 105.5 m2/g serta volume dan diameter pori masing-masing sebesar 0.1842 cc/g dan 34.93 A0. Kemudian identifikasi dengan X-ray diffraction (XRD) menunjukan keberadaan logam Mo dan persebarannya dalam support yang cukup merata. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM) yang diperkuat X-ray Energy Dispersive (EDX) menggambarkan keberadaan logam Ni dan Mo dalam suatu komposisi mikro dan tekstur persebaran dari logam-logam aktif yang cukup merata. Produk hasil proses hydrotreating dengan variasi tekanan, suhu dan rasio berat katalis terhadap umpan minyak nabati dianalisis menggunakan Gas Chromatography (GC) dan dilakukan uji sifat fisika kimianya. Hasil GC menunjukan kenaikan suhu dan tekanan operasi meningkatkan yield produk hidrokarbon range diesel dengan yield tertinggi sebesar 30.95% pada tekanan 60 bar dan suhu 400 0C. Nilai konversi dan selektifitas adalah masing-masing 33.48% dan 95.72% dengan arah reaksi cenderung ke mekanisme decarbonylation. Perubahan di dalam rasio berat katalis terhadap umpan minyak nabati tidak mempengaruhi yield produk secara keseluruhan. Analisis sifat fisika dan kimia terhadap produk sebelum dilakukan distilasi menunjukan penurunan nilai densitas, viskositas, angka iod dan angka asam yang cukup signifikan dan mendekati spesifikasi minyak diesel komersial. ......Fuel plays a very important role in the development of industry, transportation, agriculture and other human activities. The ordinary fuel derived from fossils which has a limited reserves due to they are not renewable and have a negative impact on the environment. Therefore, currently the research and production of clean and renewable fuels based on vegetable oils and animal fats had been conducted extensively. Biodiesel as a biofuel that is popular for the substitution of conventional diesel oil was found still has some weaknesses both in the production process as well as on the quality biodiesel product itself. Therefore a technology for conversion of vegetable oil in efficient way is needed to produce equivalent diesel fuel or renewable diesel. Catalytic hydrotreating technology known as an existing technology in petroleum refineries has the ability to convert both triglycerides and free fatty acids through one reaction stage into hydrocarbons types paraffinic oil equivalent conventional diesel that contains no oxygen compounds thus better stability than biodiesel. Catalytic Hydrotreating process based on NiMo/ɣ-Al2O3 was conducted in this study aims to obtain renewable diesel oil products as well as conventional diesel oil using the feedstock of kemiri sunan oil which the utilization is still using the transesterification process to produce biodiesel. This research was conducted in three phases, namely catalysts preparation, catalyst characterization and synthesis of renewable diesel by hydrotreating process. The results of the prepared catalyst was characterized by Brunaur Emmet Teller (BET) and obtained 105.5 m2/g for the surface area and the pore volume and diameter of each are 0.1842 cc/g and 34.93 A0. Then identify with X-ray diffraction (XRD) showed the presence of metal Mo and spreading on the support of catalyst was fairly uniform. The results of Scanning Electron Microscope (SEM) were amplified Energy Dispersive X-ray (EDX) describes the presence of metal Ni and Mo in a micro composition and texture distribution of active metals are fairly evenly. Hydrotreating process products with variations in pressure, temperature and weight ratio of catalyst to feed vegetable oils were analyzed using Gas Chromatography (GC) and test of the physical and chemical properties. GC results showed the increase in operating pressure and suhue increased the yield hydrocarbon products in the range diesel with the highest yield of 30.95% at a pressure of 60 bar and temperature of 400 0C. The conversion and selectivity is 33.48% and 95.72% where the reaction route tends to the decarbonylation mechanism. Changes in the weight ratio of catalyst to feed the vegetable oil did not affect the overall product yield. Analysis of physical and chemical properties of the product prior to distillation showed a decrease in the value of density, viscosity, iodine numbers and acid numbers are quite significant and closer specification commercial diesel oil.
2015
T44606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Jabbar
Abstrak :
Penggunaan karbon aktif sebagai adsorben pada metode adsorpsi dalam menyisihkan fenol telah lazim digunakan. Akan tetapi untuk mengembalikan keaktifan karbon aktif yang telah jenuh ke keadaan semula, memerlukan proses yang kurang ekonomis. Diharapkan dengan mengkombinasikan adsorben dan fotokatalis, proses penyisihan polutan organik dapat berlangsung lebih efektif. Penelitian ini merupakan usaha untuk mendapatkan kondisi proses yang efektif dalam melakukan proses penyisihan fenol menggunakan material adsorben-fotokatalis terintegrasi (Ti/AC) sehingga diharapkan dapat diaplikasikan untuk simulasi dan scaleup dalam pengolahan limbah fenol pada skala yang lebih besar. Dalam penelitian ini, proses penyisihan fenol secara fotokatalitik dilakukan dengan karbon aktif granular dan fotokatalis komersial TiO2 Degussa P25. Tahapan penelitian meliputi proses preparasi Ti/AC, uji kinerja dari Ti/AC, sampai dengan uji kinerja pada skala pilot (scale-up proses). Penelitian ini menggunakan reaktor Turbular-V-Collector (TVC) dengan sistem kontinu dan terbuka. Parameter yang divariasi: treatment awal karbon aktif, loading TiO2, skenario proses, jenis dan intensitas sinar UV serta scale-up proses dari hasil yang telah didapatkan. Perubahan konsentrasi fenol dalam percobaan dianalisis dengan menggunakan UV-VIS spectrophotometer. Hasil percobaan menunjukkan penyisihan fenol menggunakan Ti/AC didominasi oleh mekanisme adsorpsi, terutama selama satu hari pertama. Kemampuan adsorpsi karbon aktif dapat ditingkatkan dengan meningkatkan temperatur pengeringan pada proses treatment awal. Penggunaan UV pada proses penyisihan akan mengaktifkan proses penyisihan secara fotokatalisis, baik yang berasal dari lampu black light lamp maupun dari sinar matahari. Terdapat perbedaan sebesar _5 ppm setiap proses penyisihan dihentikan, yang merupakan hasil dari fotokatalis TiO2. Peningkatan loading TiO2 pada katalis sampai harga tertentu dapat meningkatkan aktivitas fotokatalitik. Nilai penyisihan optimum didapatkan pada katalis dengan loading TiO2 sebanyak 7,5% wt. Dengan rasio jumlah tube dan laju alir yang tetap (waktu tinggal tetap 4,27 menit), semakin banyak jumlah tube digunakan maka semakin stabil Ti/AC dalam menyisihkan fenol dan menjaga tetap di bawah ambang batas baku mutu. Dengan kondisi proses yang telah dilakukan, hasil penelitian dapat diaplikasikan untuk simulasi dan scale-up dalam pengolahan limbah fenol pada skala yang lebih besar.
Activated carbon application as an adsorbent in adsorption method to remove phenol is being use commonly. However, its need an uneconomic process to reactivate the activated carbon from saturated condition. It is expected that the degradation process of organic pollutant could be effective if there is a combination of adsorbent and photocatalyst. This study is concentrate to get the effective operating condition in the phenol treatment with integrated adsorbent-photocatalyst material (Ti/AC). So, it can be applied for the simulation and scale-up in the large scale phenol waste treatment. In this study, photocatalysis phenol treatment process is operated by granular activated carbon and commercial photocatalyst TiO2 Degussa P25. Step of the process included preparation of Ti/AC, performance testing of Ti/AC, and performance testing on the pilot scale (scale-up process). The Turbular-V-Collector (TVC) reactor is operated with the continued and open system. Varied parameters in this study are: activated carbon pretreatment, TiO2 loading, process scenario, type and intensity of UV, and scale-up process of the result. Phenol sample analyzed with UV-VIS spectrophotometer. The results show that phenol treatment using Ti/Ac dominated by adsorption mechanism, especially in first day. Quality of the activated carbon adsorption could be increased by drying temperature rising in the pretreatment process. The adsorption and photocatalyst mechanism could be combined to get a better result. The using of UV can activate the treatment process by photocatalyst process, both with the black light lamp or sun light. There is _5 ppm increment in the end of the process, caused by performance of photocatalyst TiO2. The increase of TiO2 loading can raise the photocatalyst activity. The optimum result showed by 7.5% wt TiO2 loading. With constant ratio of number of tube and flow rate (4.27 minutes retention time), the number of tube addition can stabilized Ti/AC of the removal phenol and keep the low concentration of threshold limit. With the achieved operating condition of this study, it can be applied for the simulation and scale-up in the large scale phenol waste treatment.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Carissa
Abstrak :
Plastik food grade yang biodegradable namun tetap kuat dan tahan air seperti plastik sintetis merupakan topik riset yang banyak digemari dewasa ini. Pada penelitian ini, dalam rangka meningkatkan kekuatan mekanik dan ketahanan air bioplastik filler alami, selulosa bakteri ditambahkan untuk menghasilkan bioplastik filler hibrid. Filler serat batang pisang dan selulosa bakteri dalam jumlah tertentu didispersikan dalam air distilasi di ultrasonic processor. Selanjutnya, pati dimasukkan dan campuran dipanaskan hingga pati tergelatinisasi. Campuran kemudian dicetak dan dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase filler 10% merupakan nilai optimum yang menghasilkan kekuatan mekanik paling tinggi. Komposisi filler hibrid yang menghasilkan bioplastik paling kuat adalah 25% serat batang pisang dan 75% selulosa bakteri, dengan kuat tarik 4,599 MPa dan modulus 174,1 MPa. Meskipun demikian, kekuatan mekanik bioplastik filler hibrid masih kalah dibandingkan dengan bioplastik filler tunggal. Di sisi lain, penambahan selulosa bakteri terbukti meningkatkan ketahanan air, dengan laju transmisi air 3,8958 g/m2/jam pada bioplastik filler 10% serat batang pisang dan 35% selulosa bakteri. Karakteristik bioplastik dikonfirmasi dengan analisis SEM, FTIR, dan XRD. Dari soil burial test selama 9 hari, didapatkan bahwa filler serat batang pisang menurunkan kecepatan biodegradasi bioplastik sebesar 6.9%. ......Food grade bioplastic has become a popular research topic these days. However, further study still needs to be conducted, to develop bioplastic that has comparable mechanical and water barrier properties with synthetic plastic. In this research, to improve the mechanical and water barrier properties of plant cellulose filled bioplastic, bacterial cellulose is added to create hybrid filled starch bioplastic. The filler banana pseudostem fibre and bacterial cellulose were first dispersed in distilled water, starch was added and mixture was heated until gelatinization occured. The mixture was then casted and dried in the oven. Research proved that 10% was an optimum filler percentage, which resulted in the highest mechanical strength of bioplastic. The hybrid filler composition that gave the best mechanical properties was 25% banana pseudostem fibre and 75% bacterial cellulose, with tensile strength 4.599 MPa and modulus 174.1 MPa. However, bioplastic with hybrid filler was not as strong bioplastic with single filler. On the other hand, the addition of bacterial cellulose proved to give positive effect to water barrier properties, bioplastic filled with hybrid 10% banana pseudostem fibre and 35% bacterial cellulose had water vapour transmission rate 3,8958 g/m2/hour. The mechanical and water barrier properties of bioplastic was confirmed with SEM, FTIR, and XRD analysis. Soil burial test for 9 days proved that banana pseudostem filler decreased 6,9% of corn starch bioplastic biodegradation rate.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45187
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Fadhli Syahra
Abstrak :
Pada penelitian ini dilakukan analisis kriteria pada KLHS untuk rencana pembangunan PLTN. Analisis kriteria dilakukan berdasarkan pada indikator pembangunan berkelanjutan, peraturan perundangan, dan best practice dari penerapan KLHS untuk pembangunan PLTN yang sudah ada sebelumnya. Hasil analisis kriteria menunjukkan bahwa dalam penyusunan KLHS untuk pembangunan PLTN harus terdapat kajian mengenai mekanisme pelaksanaan dan output dari KLHS, seleksi lokasi, seleksi teknologi nuklir, dan analisis dampak pada tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasi, decommissioning, dan pada saat terjadi kecelakaan. Hasil dari analisis kriteria ini kemudian diharapkan dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam penyusunan KLHS untuk rencana pembangunan PLTN ke depannya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqna Qisthiya
Abstrak :
Lipase sebagai biokatalis untuk sintesis biodiesel dapat digunakan dalam bentuk lipase intraseluler (whole-cell) dan ekstraseluler. Pada penelitian ini, whole-cell dari Rhizopus oryzae dikultivasi melalui metode single step dan two step. Lipase ekstraseluler yang berupa ekstrak kasar diperoleh dari Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, dan Aspergillus awamori. Kinerja biokatalis lipase diuji melalui reaksi interesterifikasi dengan rasio minyak dan metil asetat sebesar 1:12, biokatalis 10% wt pada suhu 35oC selama 48 jam. Hasil biodiesel terbaik diperoleh saat whole-cel free dikultivasi metode one step dengan yield 41%, dan yield lipase ekstraseluler dari Aspergillus awamori sebesar 19%. Kinerja lipase komersial ditinjau sebagai pembanding pada penelitian. ......Lipase as biocatalyst for biodiesel synthesis can be used in the form of intracellular (whole-cell) and extracellular lipase. In this study, whole-cell from Rhizopus oryzae cultivated with single-step and two-step methods. Extracellular lipase in the form of crude extract obtained from Aspergillus niger, Aspergillus oryzae, and Aspergillus awamori. Performance lipase biocatalyst was tested by interesterification reaction with oil and methyl acetate ratio of 1:12, biocatalyst 10 wt% at a temperature of 35oC for 48 hours. Biodiesel best results are obtained when whole-cell free cultivated single step method with a yield 41% and yield the extracellular lipase from Aspergillus awamori by 19%. Commercial lipases were also reviewed as a comparator in study.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikhlas
Abstrak :
Peningkatan produksi dan konsumsi plastik konvensional yang signifikan beberapa dekade terakhir telah menyebabkan masalah serius terhadap lingkungan berupa sampah plastik yang non-degradable. Pengembangan plastik biodegradable menjadi solusi menarik dalam upaya penanggulangan masalah tersebut. Pada penelitian ini, studi awal peningkatan skala produksi bioplastik berbasis pati ubi jalar dengan pengisi 9% bentonite clay dilakukan pada rangkaian alat sonikator-tangki berpengaduk menggunakan teknik film casting. Penggabungan sonikator dan tangki berpengaduk dengan impeller tipe paddle diaplikasikan guna mendapatkan proses pembuatan bioplastik yang efektif. Dari studi awal peningkatan skala produksi ini diperoleh sebanyak 21 film bioplastik per batch produksi dengan kondisi operasi proses pemanasan dan pengadukan pada suhu 85oC selama 70 menit. Hasil karakterisasi kuat tarik dan elongasi bioplastik dibandingkan skala laboratorium, masing-masing 41,65 kgf/cm2 dan 40,22 kgf/cm2 serta 26,42 % dan 5,17% sedangkan nilai transmisi uap air yakni 3,95 g/m2/jam dan 7,85 g/m2/jam. Interaksi matriks dan filler serta kandungan amilosa pati menjadi faktor yang mempengaruhi sifat mekanis dan fisis bioplastik. Hal ini dikonfirmasi melalui hasil analisis SEM, FT-IR, XRD, dan UV-vis. Berdasarkan karakterisasi yang ada, peningkatan skala produksi bioplastik dapat dilakukan menggunakan rangkaian alat sonikator-tangki berpengaduk. ......The significant increase in the consumption and production of conventional plastics in recent decades has caused serious problems to the environment in the form of plastic waste that is non-degradable. The development of biodegradable plastics has become an attractive solution in eradicating the problem. In this work, preliminary study to increase the production of sweet potato starch-based bioplastics with 9 wt% bentonite clay performed on an integrated tool sonicator- stirred tank using a casting films method. In order to achieve an effective production process, a combination of sonicator-stirred tank with a paddle type impeller was used. From the preliminary study on the scale up of production is gained bioplastics as many as 21 films per batch production with the heating and stirring process operating conditions at 85oC for 70 minutes. Characterization results of tensile strength and elongation of bioplastic compared to the laboratory scale, respectively 41.65 kgf/cm2 and 40.22 kgf/cm2; 26.42% and 5.17%, while the value of the water vapour transmission rate, 3.95 g/m2/hr and 7.85 g/m2/hr. Interaction between matrix - filler and amylose content of starch is a factor that’s affects the mechanical and physical properties of bioplastic. This was confirmed through the analysis of SEM, FT-IR, XRD, and UV-vis. Based on the characterization, scale up of bioplastic production can performed using integrated tool sonicator-stirred tank.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Anisa
Abstrak :
Istilah bioplastik mengacu pada bahan kemasan yang berasal dari material terbarukan maupun material yang dapat terdegradasi lingkungan. Dalam penelitian ini, bioplastik diproduksi dari pati ubi jalar dengan filler serat unggas bulu ayam. Penambahan filler bertujuan untuk meningkatkan kekuatan mekanik dan ketahanan air bioplastik. Filler divariasikan sebesar 0%, 2,5%, 5%, 10% dan 20% dari massa pati. Sintesis bioplastik dilakukan melalui metode melt intercalation. Penambahan serat bulu ayam menurunkan kekuatan mekanik, ketahanan air dan biodegradabilitas bioplastik. Penambahan 2,5% filler bulu ayam menurunkan nilai kuat tarik dari 6,149 MPa menjadi 2,117 MPa, menaikan elongasi dari 19,98% menjadi 47,57% menurunkan modulus young dari 30,775 MPa ke 8,514 MPa, menaikan laju transmisi uap air dari 5,5 g/m2.jam menjadi 6,93 g/m2.jam dan menurunkan laju biodegradabilitas sebesar 3,65%. Karakteristik fisiologi dan morfologi bioplastik dikonfirmasi melalui uji FTIR, SEM, XRD dan UV-vis. Pada variasi massa matriks 10 gram, kekuatan mekanik dan ketahan air bioplastik meningkat sebesar 11% dan 43,5%. Produksi bioplastik dilanjutkan pada skala yang lebih besar untuk membandingkan karakteristik bioplastik hasil produksi scale up dengan produksi skala laboratorium. Peningkatan skala dilakukan pada produksi bioplastik dengan persentase filler 2,5%, dengan peningkatan 25 kali skala laboratorium. Bioplastik hasil produksi scale up nilai kuat tarik sebesar 5,082 MPa, elongasi 16,21% , modulus young 31,350 MPa serta nilai laju transmisi uap air sebesar 7,65 g/m2jam. Uji FTIR, SEM dan XRD menunjukan bahwa bioplastik memiliki gugus fungsi dan struktur kristalinitas yang sama. ......The term bioplastic refers to plastics derived from renewable resources or materials that can be degraded environment. In this study, bioplastic produced from sweet potato starch with chicken feather fiber as fillers. The addition of filler aims to improve mechanical strength and water barrier properties of bioplastic. Filler varied at 0 %, 2,5 %, 5 %, 10 % and 20 % of the starch mass. Synthesis of bioplastics made by melt intercalation method. The addition of chicken feather fibers decreased mechanical strength, water barrier and biodegradability of bioplastics. The addition of 2,5% chicken feather fiber decreased the value of tensile strength from 6,270 MPa to 2,117 MPa, increased the elongation from 19,98% to 47,57% decreased modulus from 30,775 MPa to 8,514 MPa, increase WVTR value from 5,5 g/m2.h to 6,93 g/m2.h and decreased biodegradability of 3,65%. The mechanical and water barrier properties of bioplastic was confirmed with SEM, FTIR, and XRD analysis. Variations mass matrix at 10 gram, increased the mechanical strength and water barrier properties of bioplastic by 11 % and 43,5 %. The production of bioplastic continues on a larger scale to compare both characteristic. Scalling up done at 25 times laboratory scale on production bioplastic with filler 2,5 %. The resulting bioplastic has tensile strength 5,082 MPa, elongation 16,21 %, modulus 31,350 MPa and water vapor transmission rate 7,65 g/m2h. Analysis FTIR, SEM and XRD showed that bioplastics have same functional groups and crystallinity structure with laboratorium scale bioplastic.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Josia
Abstrak :
Dinitrogen Monoksida (N2O) merupakan emisi dari proses industri dan kegiatan pertanian. Gas tersebut merupakan gas polutan berbahaya dan menyebabkan masalah lingkungan yang serius seperti pemanasan global. Sebelumnya, teknologi kontrol tradisional seperti selective catalytic reduction (SCR) dan selective non-catalytic reduction (SNCR) digunakan untuk mengontrol emisi N2O pada kegiatan-kegiatan industri. Akan tetapi, kedua proses ini membutuhkan suhu yang tinggi dan penggunaan katalis. Selain itu, proses ini membutuhkan biaya instalasi dan operasi yang tinggi, serta menghasilkan produk buangan dalam jumlah cukup besar sehingga mengharuskan pemilik pabrik untuk membayar biaya pembersihan dan pembuangan. Adanya masalah dari segi ekonomi dan teknis memotivasi peneliti untuk mengembangkan teknologi baru yang lebih murah dan efisien untuk menghilangkan N2O dari gas buangan. Pengolahan N2O secara biologis adalah salah satu alternatif yang digunakan dalam penghilangan sampah industri dan ramah lingkungan. Sistem pengolahan biologis bisa beroperasi pada suhu ambien dengan menggunakan inokula mikroba yang murah. Pada skripsi ini, penulis akan menyelidiki pengaruh parameter operasional seperti panjang kolom, laju alir terhadap efisiensi penghilangan N2O. Biofilter yang digunakan dalam penelitian ini merupakan peralatan dalam skala kecil. Sumber gas N2O yang berasal dari tabung gas N2O dalam udara yang dilewatkan ke dalam kolom biofilter dengan panjang 50 cm dan diresirkulasi dengan pompa peristaltik. Kolom biofilter tersebut berisi media filter berupa pupuk kompos dengan panjang tertentu. Proses resirkulasi gas beroperasi selama 6 jam dalam satu hari yang kemudian akan dianalisa konsentrasinya pada setiap jam. Analisa konsentrasi gas dilakukan dengan menggunakan kromatografi gas jenis TCD. Hasil dari analisa gas tersebut kemudian akan dilaporkan dalam skripsi ini sesuai dengan parameter operasional yang dipilih sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa reduksi gas N2O yang terbaik didapatkan pada panjang kolom biofilter dan laju alir gas N2O tertinggi yakni pada 50 cm dan 200 cc/menit dengan hasil pengurangan sebesar 70.22%. Nilai efisiensi reduksi ini telah diteliti dengan memvariasikan panjang biofilter setinggi 10, 15, 25, 45, dan 50 cm. Hasil terbaik pada variasi panjang biofilter kemudian divariasikan pada laju alir 25, 32.14, 50, 100, 200 cc/menit. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa efisiensi reduksi gas N2O dapat dioptimalkan dengan penambahan nutrisi pada panjang kolom dan laju alir gas N2O terbaik sehingga efisiensi reduksi gas N2O mencapai 91.49%. Penelitian dapat dimodelkan dalam adsorpsi isotermis Langmuir. K Langmuir yang didapatkan pada penelitian ini adalah 16.006 liter/mol.
Nitrous oxide (N2O) is mostly emitted from various industrial processes and agricultural activities. This gas causes serious environmental problems such as global warming and is considered as a dangerous pollutant. In the past, traditional control technologies, such as selective catalytic reduction (SCR) and selective non catalytic reduction (SNCR), were applied to control N2O emissions in some industries. However, these two processes required high temperatures and the use of catalysts, involving high installation and operation costs as well as generating a large quantity of secondary waste. Economic and technical constraints in SCR and SNCR methods motivated researchers to develop new, cost-effective processes to remove N2O. Biofiltration is an emerging technology that offers a number of advantages over traditional methods of air pollution control. Besides of its highly efficient removal of pollutants and low operating cost, it does not generate undesirable byproducts and it degrades many organic and inorganic compund into harmless oxidation products. In this paper, effects of operational parameters such as column length, gas flow rate, and usage of nutrition towards N2O reduction efficiency will be observed. The biofilter used in this research is a laboratory scaled instrument. The N2O gas is fed from the top of the column under the length of 50 cm and is recirculated using peristaltic pump for 6 hours a day. The packing material used in this research is compost from cow manure and is filled under a certain column height. The N2O concentration in the off-gas is monitored using GC TCD (Gas Chromatography Thermal Conductivity Detector), which was pre-adjusted and calibrated before the experiments were conducted. The result from the gas analysis detected by GC will be further reported in this paper accordingly with the operational parameters chosen before. The result of this research shows that the highest N2O gas reduction efficiency is obtained at the highest biofilter length and N2O gas flowrate, under biofilter length= 50 cm and gas flow rate = 200 cc/min conditions, 70.22% of removal efficiency was achieved. This is observed by varying biofilter lengthset at 10, 15, 25, 45, and 50 cm. The highest removal efficiency from this variation will further served as a baseline for gas flow rate variation set at 25, 32.14, 50, 100, 200 cc/min. The result also shows that N2O gas removal efficiency could be optimized by adding nutritional supplement, hence 91.49% of removal efficiency was achieved under the highest biofilter length and N2O gas flowrate. This research can be modelled into Langmuir adsorption isotherm formula whereas the K obtained in this research is 16.006 liter/mol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49690
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Akbar
Abstrak :
Masalah kelangkaan energi dan semakin mahalnya energi fosil di dunia membuat produk energi alternatif seperti biodiesel menjadi semakin menarik dan diperlukan. Hal ini telah mendorong dilakukannya banyak penelitian untuk mempelajari proses produksi biodiesel dan hal-hal lain yang melingkupinya. Biodiesel diproduksi terutama lewat proses transesterifikasi, yaitu reaksi antara minyak nabati dan alkohol dengan menggunakan katalis alkali, asam, ataupun enzim. Banyak penelitian telah dilakukan untuk mempelajari variabel - variabel yang mempengaruhi jalannya reaksi transesterifikasi, tetapi usaha untuk memodelkan reaksi ini secara kinetika belum banyak tersentuh. Karena itu dalam penelitian ini akan coba dibuat suatu model kinetika reaksi transesterifikasi menggunakan mekanisme reaksi kimia bertingkat. Beberapa usaha pemodelan reaksi transesterifikasi yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan metode yang spesifik terhadap jenis katalis reaksi yang digunakan. Sementara model reaksi bertingkat ini bersifat umum dan dapat diterapkan pada berbagai kondisi reaksi. Kevalidan model ini akan diuji lewat penerapan pada beberapa data penelitian transesterifikasi yang telah dipublikasikan sebelumnya di beberapa jurnal ilmiah. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa mekanisme reaksi bertingkat mampu untuk memodelkan reaksi transesterifikasi tetapi dengan tingkat keakuratan yang tidak terlalu baik. Dengan demikian, sepertinya model ini masih perlu disempurnakan lagi. ......The energy scarcity problem and the raising price of fuel from fossil has made the need for an alternative energy product like biodiesel becomes greater. This need has motivated many scientist to do a research on biodiesel production. Biodiesel is produced through transesterification process where the vegetable oil and alcohol is reacted by means of alkali, acid, or enzyme catalyst. There have been many researches conducted to study the variables which influence the transesterification process, but not so many efforts has been done to put this process kinetically into a model. For that reason, on this research, a kinetic model of the transesterification process is to be made using stepwise chemical reaction mechanism. The validity of this model will be tested through application of a couple of series of transesterification researches data which have already been published on some scientific journals before. The result of the modeling shows that stepwise reaction mechanism is able to predict and model the transesterification reaction but not in fine accuracy. Thus, this stepwise model needs to be perfected.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49689
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>