Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 60 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ira Dillenia
Abstrak :
Penelitian ini berjudul "Strategi Pengembangan Program Publik di Museum Daerah Sang Nila Utama Pekanbaru (Museum Daerah Riau)". Alasan pemilihan judul adalah dikarenakan hingga saat ini program publik yang dibuat oleh Museum Daerah Riau masih belum dapat meningkatkan minat kunjung masyarakat, apalagi merubah pandangan mereka tentang arti dan fungsi museum sebenarnya. Sementara itu peluang museum untuk mengembangkan program programnya tersebut sangat besar. Pemda Riau dengan visi dan misi pembangunan yang berlandaskan kebudayaan Melayu dapat dijadikan peluang dalam pengembangan program publik Museum Daerah Riau, tetapi hingga saat ini tujuan dari pengembangan tersebut belum juga terwujud Hal ini terbukti dengan direnovasinya gedung pameran tetap museum ini pada tahun 2003-2004 atas dasar visi dan misi tersebut, namun tidak ada peningkatan dari jumlah. Berdasarkan hal di atas, penulis mencoba untuk meneliti strategi pengembangan program publik Museum Daerah Riau saat ini melalui pendekatan manajemen strategi dan analisis SWOT, untuk selanjutnya ditemukan penyebab kegagalannya dan bentuk alternatif strategi pengembangan program publik yang tepat. Masalah yang harus dipecahkan dalaun penelitian ini adalah bagaimana membuat strategi yang dapat mempergunakan kekuatan dan peluang yang dimiliki museum untuk menutupi kelemahan dan menghindari ancaman tantangan terhadap museum selama ini. Penelitian difokuskan pada teknik pengelolaan program publik itu sendiri, potensi yang dimiliki museum (sumberdaya manusia, anggaran, koleksi, sarana dan prasarana, yang mendukung pengembangan tersebut) dan dilanjutkan dengan peluang, tantangan dan ancaman dari faktor lingkungan luar terhadap pengembangan tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan visi dan misi yang cocok dengan situasi dan kondisi museum serta hal luar yang mempengaruhinya, sehingga akan di dapatlah sebuah strategi yang tepat dengan sasaran jangka pendek untuk meningkatkan minat pengunjung datang ke museum dan sasaran jangka panjang untuk merubah persepsi masyarakat yang negatif selama ini terhadap museum. Penulis melakukan studi pustaka untuk mendapatkan pengertian dan landasan teori, kemudian melakukan pengumpulan data-data yang dibutuhkan untuk pengembangan, seperti data internal museum (koleksi, sarana dan prasarana publik, kondisi pegawai yang dimiliki museum, anggaran) dan data dari lingkungan eksternal museum yang berasal dari faktor sosial budaya. masyarakat, perkembangan teknologi, geografi dan politik. Selanjutnya penulis akan menganalisis faktor-faktor tersebut dengan metode analisis SWOT. Metode analisis SWOT adalah sebuah metode analisis yang melihat kekuatan dan kelemahan dari faktor internal museum serta peluang dan ancaman yang terdapat di lingkungan eksternal museum. Hasilnya adalah berupa sebuah strategi pengembangan program publik yang mengacu pada terwujudnya Museum Daerah Riau sebagai media pendidikan interaktif, pusat informasi, dan obyek wisata budaya melalui kumpulan koleksi sejarah dan kebudayaan Melayu yang dimilikinya, dengan misi : 1. Berupaya memberikan gambaran dan informasi perkembangan sejarah dan kebudayaan Melayu - Riau. 2. Berupaya menghidupkan kembali gambaran mengenai Riau sebagai pusat kebudayaan dan bahasa Melayu pada abad 14-19. 3. Berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kebuayaan Melayu-Riau. 4. Memperkuat identitas kebudayaan yang dimiliki masyarakat Riau 5. Berupaya memberikan gambaran informasi perkembangan kebudayaan Melayu dunia yang memiliki keterkaitan dengan kebudayaan Melayu-Riau.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Iriani Syarief
Abstrak :
Penulisan Tesis berjudul "Memperkuat Manajemen Museum: Studi Tentang Upaya Memaksimalkan Fungsi Museum Sri Baduga Jawa Barat" ini bertolak dari memprihatinkannya kondisi permuseuman di Indonesia, khususnya Jawa Barat. Padahal potensi-potensi yang ada sebenamya akan mampu di eksploitasi apabila dikelola menggunakan manajemen yang baik dan kuat. Paradigma lama tentang museum baik dari pihak pengelola maupun masyarakat semestinya dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Hal ini tentunya harus dimulai dari pihak pengelola yang memang bertanggungjawab dalam hal mengemban dan melaksanakan fungsi museum sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan rekreasi. Penelitian ini disusun melalui riset kepustakaan (library research), mempelajari makalah-makalah seminar, hasil-hasil studi yang relevan termasuk beberapa artikel ilmiah dari workshop tentang permuseuman dan pertemuan kepala museum se Indonesia, serta wawancara informal dengan beberapa pihak yang berkompeten di bidang permuseuman. Opini publik tentang museum diperoleh dari surat kabar serta buku pesan dan kesan pengunjung, kritik dan saran mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi se Bandung Raya (ITB, UNPAD, LAIN, IKIP, dart lain-lain), data dari beberapa museum lain, serta pengalaman pribadi (personal experiences) untuk tujuan perbandingan. Dari tahapan di atas diperoleh landasan teori, upaya yang telah dilakukan dan kondisi museum dalam setiap aspek manajemen saat ini, meliputi kondisi internal, yakni: visi,misi, dan tupoksi, administrasi museum (struktur organisasi, sumber pendanaan, SDM, serta sarana dan prasarana), manajemen koleksi (From the field to the showcase), program publik dan pemasaran musem. Juga kondisi Internal museum, yakni: lingkungan kebijakan dan lingkungan fisik, pengunjung dan pesaing museum, serta instansi lain terkait. Kondisi tersebut dianalisis menggunakan salah satu metoda manajemen strategis, yaitu analisis Strength Weaknesses Oportunities Treats (SWOT) . Dari hasil analisis SWOT, beberapa strategi dapat dijadikan solusi kebijakan. Strategi-strategi tersebut kiranya dapat mewujudkan kondisi ideal yang diharapkan dalam memnaksimalkan fungsi-fungsi museum. Secara makro, kajian tulisan ini akan difokuskan pada pendekatan manajemen strategis .menggunakan analisa perbandingan, analisa kebijakan dengan pembahasan yang bersifat deskriptif kualitatif. Sedangkan secara mikro, metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan menggunakan aspek-aspek manajemen permuseuman. Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa kondisi permuseuman saat ini dengan adanya kemajuan jaman dan kekuatan-kekuatan baru dari pesaing-pesaing museum yang lain. Manajemen yang kuat akan membantu museum untuk dapat mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Efektif dalam arti dapat menghasilkan kemasan produk dan informasi melalui penataan pameran (display) dan kegiatan bimbingan edukasi yang berkualitas sesuai dengan keinginan pengelola dan pengunjungnya. Efisien dalam arti menggunakan sumberdaya secara rasional dan hemat, tanpa pemborosan man penyimpangan. Seeara garis besar, tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk meninjau strategi permuseuman yang ada, mengamati lingkungan internal dan eksternal, meruinuskan langkah-langkah strategis yang diperlukan dalam menghadapi dunia kompetisi yang semakin berat dan kompleks agar museum dapat tetap bertahan (eksis) pada posisinya, atau bahkan dapat melakukan perlawanan dalam persaingan tersebut, mengenalkan suatu konsep dan metode manajemen bagi level pengambil/pembuat keputusan (decision maker) dalam membuat suatu keputusanl kebijakan tentang permuseuman. Kemudian memberikan saran-saran pada museum pihak manajemen museum bagi penyempurnaan serta peningkatan fungsi dan pelayanan pengunjung, daya saing, serta langkah antisipasi ke depan dan memberikan beberapa usulan strategi bagaimana merencanakan pengembangan museum agar lebih prospektif dan pemanfaatannya lebih maksimal dari kondisi yang ada sekarang. Dalam tulisan ini diberikan usulan solusi atas masalah manajemen dan direkomendasikan suatu metode pengambilan kebijakan bagi tingkat pembuat keputusan museum bersangkutan. Terutama dalam masalah Sumber Daya Manusia (SDM), karena sangat penting bagi pengembangan institusi. Bukan berarti unsur lain dalam manajemen (Money, method, material, machine, dan market) tidak perlu, namun karena kemampuan manusialah, maka unsur-unsur lain tersebut dapat berdaya guna. SDM dimaksud adalah masalah kemampuan (competency) yang meliputi: pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) atau IQ, EQ, dan SQ. Kemudian masalah kaderisasi, penempatan yang tidak "right man on the right place", pendelegasian wewenang, pengembangan, dan lain sebagainya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T13372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekowati Sundari
Abstrak :
Keramik sebagai benda kuno banyak temukan di Indonesia, yang antara lain berasal dari Cina, Vietnam, Thailand, Jepang, Myanmar, Eropa, dan Timur Tengah. Pertanggalannya yang paling tua dari 206 Sebelum Masehi dan yang termuda sampai awal abad ke-20 Masehi. Dibuat dari tanah liat (earthenware), batuan (stoneware), dan porselin (porcelain). Keramik tersebut ada yang satu warna (monochrome) dan beberapa warna (polychrome), Sifatnya tidak mudah pecah atau rusak, karena bahan dan prosesnya yang baik. Dari kerarnik dapat diketahui pertanggalan dan tempal asal pembuatannya dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada. Temuan keramik di dalam penelitian arkeologi adalah dapat membantu menentukan pertanggalan relatif, misalnya sebuah situs. Dalam pembahasan di sini, adalah mengkaji koleksi keramik Museum Nasional Jakarta, yang berasal dari Cina dari masa dinasti Ming (1368-1644), yang dibuat dari porselin dan termasuk polychrome. yaitu berwarna biru-putih. Warna biru yang dilukiskan pada latar porselin putih. Lukisannya berwarna biru yang berupa ragam hias yang bersumber dari kepercayaan. Ragam hias yang dilukis merupakan gambar-gambar perlambangan yang mempunyai banyak arti. Hasil pengolahan data terdapat ragam hias tanaman, binatang, binatang mitos, figur, kepercayaan (agama), gejala alam, huruf, dan struktur. Data keramiknya berjumlah 111 koleksi. Bentuk yang terbanyak adalah piring, yang berjumlah 41 koleksi dan ragam hias terbanyak adalah binatang mitos naga, kilin, dan burung hong, yang berjumlah atau terdapat pada 31 koleksi. Salah satu contoh adalah naga yang antara lain merupakan lambang kesuburan atau dilarnbangkan sebagai pria. Sejak masa dinasti Han (206-220 SM), naga menjadi lambang dari kaisar sebagai anak dari surga dan naga bercakar lima hanya boleh dipakai oleh raja. Konsep kepercayaan awal di Cina yang berkembahg sejak masa dinasti Shang (1766-1401 SM), yaitu sejak ditemukan aksara untuk pertamakalinya dan menjadi dasar pemikiran mereka hingga sekarang. Gagasan dasar yang membimbing bangsa Cina untuk mengembangkan tradisi seni adalah ajaran dari kepercayaan tersebut, antara lain adalah alam gaib, nenek moyang, dewa tertinggi, para dewa lain di bawahnya Kemudian menjadi dasar dalam perkembangan selanjutnya yaitu munculnya ajaran Konghucu (abad ke-4-5 SM) yang menekankan hubungan antar manusia (humanisme) dan ajaran Tao (abad ke-G SM) yang menekankan keseimbangan alam semesta (naturalisme). Media dari kepercayaan tersebut dapat berupa logam, keramik, lukisan, kesusasteraan, arsitektural, area, tekstil, dan sebagainya. Kebudayaan Cina sepanjang sejarah, dapat berjalan terus dan bertahan walaupun dalam kondisi sulit, seperti peperangan, pergantian dinasti, alam yang tidak ramah, dan pembangunan kanal, istana, serta tembok besar. Mempelajari materi kebudayaan Cina, berarti mempelajari kepercayaan mereka.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Asror
Abstrak :
ABSTRAK Tesis ini membahas manajemen koleksi yang dilaksanakan di Museum Batik Pekalongan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa manajemen koleksi yang dilaksanakan di Museum Batik Pekalongan masih bersifat tradisional. Pengadaan koleksi yang tidak sesuai dengan visi dan misi museum. Dokumentasi koleksi yang tidak tertata rapi. Konservasi koleksi yang belum maksimal. Restorasi koleksi yang tidak dijalankan. Hasil penelitian menyarankan bahwa Museum Batik Pekalongan perlu menerapkan kebijakan manajemen koleksi. Kebijakan yang mengatur cara kerja aspek-aspek dalam manajemen koleksi, yaitu pengadaan koleksi, dokumentasi koleksi, konservasi koleksi, dan restorasi koleksi.
ABSTRACT This thesis discusses collections management held at the Batik Museum in Pekalongan. This research is a descriptive qualitative research design. Results of this study showed that collections management held at the Batik Museum in Pekalongan is still traditional. Acquiring collection does not fit with the vision and mission of the museum. Documentation of collection are not well organized. Conservation of collection is not maximized. Restoration of collection are not executed. The results suggest that the Batik Museum in Pekalongan need to implement the collection management policies. Policies that govern the workings of the aspects of collection management, acquiring collection, documentation of collection, conservation of collection, and restoration of collection.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
T34873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Arlisabetha
Abstrak :
Keluarga merupakan pilar terpenting dalam kehidupan masyarakat Cina. Istilah keluarga, yang telah menjadi kata yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial, akan menjadi lebih rumit apabila kemudian diterjemahkan ke dalam pengertian keluarga Cina, yang dalarn bahasa Cina disebut sebagai Jia. Masyarakat Cina percaya pada konsep keluarga ideal, yaitu keluarga yang terdiri dari lima generasi yang hidup bersama dalam satu atap, satu anggaran yang sama, satu tungku dapur yang sama dan dibawah satu kepala keluarga (jiazhang). Komposisi keluarga ideal seperti ini disebut Five Generation Co-residing (lima generasi yang tinggal bersama-sama). Orang Cina sendiri memiliki dua pilar panting di dalamnya, keduanya terwujud dalam organisasi kekerabatan yaitu lineage (marga) dan clan (klan). Clan (shizu) merupakan organisasi yang terbentuk herdasarkan kekerabatan keluarga atau pertalian darah, namun yang lebih panting oleh karena kewajiban dan hak bersama. Clan sebagai sebuah organisasi juga memiliki properti bersama, salah satunya adalah kelenteng leluhurl marga (zu tang). Kelenteng marga tertua di Jakarta diketahui berasal dari dua keluarga besar dan berpengaruh di Jakarta saat itu yaitu, marga Tan (Chen) dan Lim (Lin). Kelenteng Chenshi Zu dari marga Tan (Chen) dan Kelenteng Tian 1-Iou dari keluarga
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Indah Sari Dewi
Abstrak :
Kebudayaan merupakan hasil dari cipta rasa dan karsa manusia. Salah satu unsur dari kebudayaan manusia tersebut adalah religi. Religi selalu berkaitan dengan kehidupan manusia baik masa lampau maupun masa sekarang. Religi atau kepercayaan pada hal-hal yang bersifat spiritual selalu berkaitan erat dengan kehidupan manusia. Kepercayaan pada hal-hal yang bersipat spiritual ini mempercayai adanya kekuatan lain di luar diri manusia yang mengusai alam semesta atau adanyaYang Maha atas segala sesuatu yang terjadi di dunia ini. Setiap religi atau agama memerlukan wadah dan sarana untuk menunjang aktivitas peribadatannyya. Salah satu bentuk wadah dan sarana tersebut adalah bangunan suci. Oleh kerena aktifitas ritual peribadatan pada setiap agama adalah berbeda, maka secara logikanya kebutuhan akan tempat dan ruangan pun berbeda. Kebutuhan ini indentik dengan rasa nyaman, praktis dan sesuai dalam melakukan aktivitas ritual peribadatan. Hal ini pun indentik dengan ajaran dan nilai yang ada dalam agama itu sendiri. Kebutuhan ini kemudian diwujudkan dalam konsep pembangunan suci yang kemudian menjadi salah satu penyebab timbulnya kekhasan bentuk pada sebuah bangunan suci. Salah satunya adalah mesjid. Dalam sebuah konsep penataan ruang pada sebuah bangunan mesjid yang selalu lapang, terdapat kolam bersuci dan adanya batasan yang memisahkan penempatan jemaah perempuan dan laki-laki., Kelenteng juga memiliki konsep penataan ruang yang disesuaikan dengan kebutuhan para pemeluknya. Hal ini tercermin dalam pola penataan ruang, sistem kontruksi bangunan, dan komponen-komponen yang terdapat di dalamnya
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afri Fauzi
Abstrak :
Obyek penelitian yang dikaji dalam skripsi ini adalah pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu, Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan mengetahui kedudukan pemukiman masyarakat Cina di dalam tata ruang Kota Indramayu. Melalui observasi diketahui bahwa pada pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu dapat dijumpai elemen-elemen pemukiman masyarakat Cina seperti: klenteng, bangunan-bangunan ruko/pasar, akses/orientasi bangunan-bangunan pada pemukiman, serta pelabuhan. Hasil analisis internal terhadap pemukiman masyarakat Cina di Kota Indramayu diketahui bahwa struktur pemukimannya membentuk pola grid dengan sumbu vertikal utara-selatan dan lintang horisontal barat-timur. Dari pola yang demikian, nampak adanya pembagian wilayah yang memperlihatkan fungsi komersial dan strata sosial yang berbeda. Perbedaan ini tergantung pada tingkat kemudahan aksesibilitasnya. Jalan-jalan primer membagi kawasan Pecinan yang memiliki tingkat komersial paling tinggi. Jalan-jalan tersebut juga dapat memperlihatkan batas-batas wilayah pemukiman. Sementara jalan-jalan sekunder merupakan jalan-jalan kecil di antara ruko_ruko yang lebih dikenal dengan gang-gang. Gang-gang ini menghubungkan daerah belakang dengan daerah depan dari pemukiman masyarakat Cina. Ukurannya relatif sempit sehingga gang-gang tersebut hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan kendaraan_kendaraan seperti motor, becak, dan sepeda. Bangunan-bangunan hunian yang besar dan berornamen mewah menempati daerah di kiri-kanan jalan-jalan primer komersial. Sementara kelompok masyarakat Cina biasa menempati rumah-rumah kecil yang jauh dari jalan-jalan primer. Disamping itu, keletakkan klenteng ternyata memperlihatkan penafsiran yang berbeda-beda di sejumlah kawasan. Hasil analisis ekstemal menunjukkan bahwa di dalam tata ruang Kota Indramayu, pemukiman masyarakat Cina terletak di antara pemukiman Eropa (di utara) dan pemukiman Pribumi-Arab (di selatan) (mediating position). Pemukiman yang dibentuk atas dasar pola grid ini merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung interaksi keruangan, sosial, ekonomik, dan nilai-nilai budaya. Di satu sisi pemukiman masyarakat Cina ini merupakan daerah tertutup, monorasial yang warganya bersandar pada nilai-nilai solidaritas internal dan kekeluargaan. Di sisi lain wilayah ini juga merupakan kawasan multirasial; yakni sebagai pusat kegiatan ekonomi kota yang masyarakatnya heterogen baik dari kebudayaannya (etnik) maupun status sosialnya. Melalui penafsiran peran perantara terhadap tata letak pemukiman masyarakat Cina di dalam tata ruang Kota Indramayu, diketahui bahwa daerah ini memiliki peran perantara (mediating role) baik dalam politik (struktural) maupun ekonomi (fungsional)
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S11517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri H. Martiana
Abstrak :
ABSTRAK
Klenteng Wan jie si-Jakarta. Klenteng adalah sebuah bangunan suci bagi masyarakat Cina yang menganut kepercayaan agama Buddha, Tao dan Khong Hu Cu. Bangunan klenteng mempunyai bentuk bangunan yang khas dengan ciri-cirinya tersendiri, seperti susunan warna dan motif dekorasi bangunan raya dan menyolok. Begitu puIa dengan konstruksi bangunannya dimana pilar-pilar kayu menopang bawah atap, sudut-sudut atap melengkung ke atas yang pada umumnya dihiasi dengan hewan naga.

Keletakan sebuah klenteng pada saat akan didirikan ditentukan pula oleh perhitungan Feng Sui agar bangunan klenteng terhindar dari pengaruh jahat. Begitu pula mengenai arah hadap klenteng. Di Cina ada anggapan bahwa bangunan yang menghadap ke arah Barat Laut maupun Tenggara adalah arah yang menghadap ke pintu kejahatan.

Dari sejumlah klenteng yang ada di Jakarta, pada umumnya mempunyai ciri-ciri bangunan klenteng yang sesungguhnya. Tapi ada sebuah klenteng yang arsitekturnya sama sekali tidak menunjukkam ciri-ciri bangunan klenteng pada umumnya. Klenteng tersebut adalah klenteng Wan jie si yang terletak di jalao Lautze No. 38 - Jakarta Pusat, klenteng ini berbentuk rumah tinggal dari masa Kolonial.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1)untuk mengetahui hal-hal apa yang menyebabkan bangunan rumah tinggal dapat dijadikan sebuah klenteng, (2) untuk menambah kepustakaan'mengenai bangunan klenteng sebagai salah satu peninggalan arkeologi dari masa Kolonial.

Metode yang dipakai untuk mencapai tujuan yang dikehendaki adalah: (1) pengumpulan data mengenai bangunan klenteng mela]ui studi kepustakaan, (2) pendeskripsian terhadap klenteng Wan jie si dan klenteng Jio de yuan sebagai klenteng pembanding, (3) pada tahap eksplanasi dilakukan perbadingan, untuk mengetahui komponen-2 bangunan apa saja yang terdapat pada klenteng Jin de yuan tapi tidak terdapat pada klenteng Wan jie si dan kesamaan-2 komponen yang terdapat pada ke dua klenteng tersebut.

Kesimpulan yang di dapat dalam penelitian ini adalah: bahwa arsitektur klenteng dengan segala dekorasi yang raya dan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh sebuah klenteng tidak mutlak harus dibuat, tapi ada yang ha1 yang 1ebih yaitu harus mengikuti perhitungan Feng Sui.

Bangunan rumah tinggal tersebut dapat dijadikan klenteng karena bangunan tersebut mempunyai keletakan lokasi dan arah hadap yang sesuai dengan ilmu Feng Sui. Selain itu rumah tinggal ini mempunyai salah satu prinsip utama dalam pembuatan sebuah klenteng yang dikemuakan oleh Evelyn Lipp, yaitu mempunyai halaman terbuka dengan pintu gerbang pada pintu masuk utama.
1990
S12050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Paulina S.
Abstrak :
Di Indonesia banyak terdapat peninggalan berupa monumen dari masa kolonial, termasuk bangunan benteng. Salah satunya adalah benteng Marlborough yang terdapat di propinsi Bengkulu. Benteng ini merupakan peninggalan bangsa Inggris yang dibangun pada tahun 1714 sampai dengan 1719. Keadaan benteng saat ini masih cukup baik dan dapat diamati secara arkeologis meskipun telah mengalami pemuga_ran. Alasan penelitian terhadap Benteng Marlborough dida_sarkan pada bentuknya yang jarang ditemukan pada benteng-_benteng Eropa lainnya di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan pemeri_an Benteng Marlborough secara rinci, menjelaskan hubungan antara bentuk dan fungsi bangunan. Selain itu mencoba pula untuk mengetahui pesan benteng Marlborough pada masa lalu. Tahap-tahap kerja dalam penelitian ini meliputi tiga tingkatan. Tahap pertama pengumpulan data, baik dari kepustakaan maupun lapangan. Tahap kedua pengolahan data berupa tinjauan arsitektural dan fungsi. Tinjauan ini dilakukan melalui perbandingan dengan data banding berupa kepustakaan dan data lapangan berupa beberapa benteng kuno di Indonesia. Juga dilakukan tinjauan perkembangan bentuk benteng Marlborough berdasarkan perbandingan lukisan kuno dengan keadaan benteng Marlborough sekarang ini. Tahap selanjutnya adalah membuat suatu penjelasan berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa bentuk-bentuk dan keletakkan tiap-tiap bagian pada benteng Marlborough menunjukkan fungsi bangunan tersebut sebagai bangunan pertahanan. Selain itu benteng Marlborough memi_liki komponen-komponen bangunan pertahanan sebelum dan sesudah abad ke 17. Fungsi benteng Marlborough pada masa lalu ternyata selain untuk kepentingan pertahanan juga untuk kepentingan ekonominya. Ternyata antara kepentingan ekonomi dan pertahanan (politik) terdapat suatu kaitan yang saling mendukung. Unsur pertahanan (politik) perlu untuk menjaga kepentingan ekonomi dan unsur ekonomi perlu untuk menunjang/membiayai kepentingan pertahanan (politik).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S12011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukrisnovianti
Abstrak :
Temuan keramik Kangxi dari Pasar Ikan dan Marunda berupa pecahan yang belum diketahui bentuk asal dari pecahan tersebut. Untuk itulah penelitian ini akan mencoba mengangkat masalah identifikasi bentuk, dan ragam hias yang ada pada keramik Kangxi. Setelah dilakukan penelitian ternyata bentuk asal dari pecahan keramik tersebut beragam. Mulai dari piring dalam berbagai ukuran, mangkuk yangberaneka jenis, cepuk, vas, teko, botol, sloki dan arca. Jumlah yang terbanyak adalah mangkuk. Ragam hias keramik ini juga bervariasi dari motif flora, fauna, geometris, lambang, tulisan, bangunan, manusia dan pemandangan alam. Jenis-jenis keramik Kangxi tidak semua ditemukan hanya ada jenis famille verte, Blanc de Cine, Batavian ware dan keramik biru putih. Dari banyaknya pecahan yang ada dapat disempulkan bahwa pada abad 17 daerah ini merupakan tempat perdagangan keramik yang cukup ramai.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>