Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suratno
Abstrak :
ABSTRAK
Udara yang stabil dan Berdasarkan konsep kesetimbangan energi spektral dua dimensi dalam arah dan frekuensi telah dikembangkan suatu model numerik untuk prakiraan permukaan gelombang laut di perairan Indonesia dan sekitarnya, meliputi perairan dengan batas lintang 20° S-20°N dan batas bujur 900E-1450E.

Persamaan dalam model mengandung fungsi sumber yang terdiri dari proses utama masukan dan atmosfir dan tiga macam proses disipasi. Proses utama masukan dari atmosfir adalah pertumbuhan eksponensial gelombang. Sedangkan ketiga macam proses disipasi adalah disipasi gesekan, disipasi angin berlawanan dan disipasi gelombang pecah. Perhitungan dilakukan dengan metoda beda-hingga yang telah dikoreksi dari Eiji dan Isozaki (1972).

Masukan bagi model adalah angin permukaan yang diestimasi dari angin lapisan 850 produk NWP. Hasil eksperimen dengan produk NWP dari ECMWF dalam bulan Januari dan bulan Agustus 1996, menunjukkan bahwa hasil prakiraan gelombang mempunyai korelasi yang baik dengan data kapal.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalif Atma
Abstrak :
Model "Quasi-geostropik dua-lapisan" adalah model Prakiraan Cuaca Numeris (Numerical Weather Prediction, NWP) dengan pendekatan geostropik yang biasanya digunakan di lintang sedang, yang menerima keadaan atmosfir baroklinik dengan membolehkan interaksi antara dua lapisan udara. Sedangkan "Wilayahterbatas" (Limited Area Model, LAM) sebenarnya adalah suatu rekayasa untuk membatasi wilayah yang dianalisis sehingga tidak terlalu luas. Variabel cuaca yang dibahas dalam penelitian dengan model ini adalah medan angin (V). Variabel yang lainnya (medan massa, P,T dan p) walaupun dapat dihitung dari medan angin dengan prinsip keseimbangan antara medan angin dan medan massa, tidak dibahas di sini. Dalam tulisan ini, medan angin "Quasigeostropik" disajikan dalam bentuk fungsi arus (streamfunction, Ψ) dan daerah yang dibahas meliputi 45° LU-45° LS dan 90° BT-180° BT, pada lapisan 250 mb dan 750 mb. Sebagai data awal dan data pembanding digunakan data angin dari European Centre for Medium range Weather Forecast (ECMWF) mulai tanggal 11 sampai dengan 23 Desember 1995. Hasil prakiraan menunjukkan bahwa pola gerak angin di belahan bumi utara yang sedang mengalami musim dingin cenderung stabil, sedangkan di belahan bumi selatan terjadi perubahan gerak walupun sangat sedikit. Model "Quasi-geostropik" dengan semi-implicit time differencing menghasilkan perhitungan yang sangat stabil dan tidak terjadi peningkatan maupun penyusutan amplitudo gerak. Verifikasi model ini dihitung dengan kesalahan statistik (RMSE dan Absolut korelasi) antara hasil prakiraan dengan data aktualnya.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyatim
Abstrak :
ABSTRAK
Udara yang stabil dan angin lemah merupakan kondisi-kondisi yang memudahkan untuk terjadinya gejala haze.

Adanya haze yang tebal dapat mengurangi jarak pandang dan mengganggu lalu-lintas udara, laut dan kehidupan manusia sehari-hari. Haze dapat berasal dari asap kebakaran dan partikel-partikel padat yang halus akibat musim kemarau panjang serta dari debu letusan gunung berapi.

Catatan data meteorologi menunjukkan bahwa pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober tahun 1991 wilayah Sumatera bagian selatan sampai Kalimantan bagian barat mengalami gangguan haze yang parah dengan jarak penglihatan mendatar kurang dari 1 kilometer.

Hasil analisis data suhu udara atas, arah dan kecepatan angin serta kemarau yang kering yang diikuti oleh terbakarnya hutan di beberapa wilayah Indonesia, menunjukkan bahwa wilayah-wilayah tersebut memang memenuhi kondisi untuk terjadi haze. Sedangkan akibat adanya haze yang tebal, curah hujan di wilayah-wilayah tersebut meningkat cukup besar.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Riyanto
Abstrak :
Prakiraan Jangka panjang terutama prakiraan musim untuk daerah Tropis masih sangat sulit dilakukan dan hasilnya masih sangat jauh dari kebenarannya. Banyak model dipakai untuk membuat prakiraan tersebut, dan hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Di Indonesia banyak model yang dipakai untuk membuat prakiaan jangka menengah dan jangka panjang, hasilnya juga kurang menggembirakan. Model-model yang dominan dipakai di Indonesia adalah model statistik murni ( yang dominan adalah time series). Dengan memakai Power Spectrum Analysis pada daerah penelitian (Pulau Jawa) ternyata daerah tersebut mempunyai periodisitas dominan tiga sampai lima tahunan untuk musim kemarau dan tidak kelihatan periodisitasnya dengan jelas pada musim penghujan. Untuk membuat prakiraan musim di P. Jawa , pada penelitian ini digunakan kaidah monsoon dan hubungan tendensi tekanan dalam pernilihan prediktor, yang dapat ditulis melalui persamaan : Y = A + B,X1 + B:X2 + BA, Y = Curah hujan (variabel tak bebas) Xi , X2, X, = Unsur klimatologi lainnya (variabel bebas) Dari kaidah muson dapat dipilih prediktor-prediktor yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim tersebut. Ada lima katagori yang mempunyai pengaruh dominan atas perubahan musim antara lain Energi matahari, Muson barat atau timur, kecepatan angin, Hujan dan suhu muka laut. Karena prediktor-prediktor yang dipilih dalam pengolahan kurang lebih 25 unsur maka dengan mempergunakan Step Wise Analysis dicari prediktor mana yang mempunyai korelasi paling tinggi secara berurutan sehingga persamaan diatas bisa lebih ringkas dan ketepatannya semakin baik. Setelah didapat persamaan sebagai model, ramalan dapat diperoleh dengan mencari harga Y setelah variabel bebas X di Subtitusikan ke persamaan tersebut. Diperoleh hasil untuk musim kemarau 1995 mempunyai ketepatan 66%, dan musim hujan 1994/1995 mempunyai ketepatan 72 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ressa Mahardhika
Abstrak :
[ABSTRAK
Pemahaman mengenai interaksi laut dan atmosfer merupakan kunci untuk menjelaskan fenomena iklim dan cuaca di benua maritim Indonesia. Dalam penelitian ini, akan dikaji hubungan antara energi radiasi gelombang panjang yang dipantulkan oleh bumi ke atmosfer, Outgoing Longwave Radiation (OLR), dengan suhu muka laut (SST). Sebagai ilustrasi, uap air (terutama awan), merupakan gas yang cukup efektif menyerap radiasi gelombang panjang. Namun jumlah uap air di atmosfer selalu berubah karena terjadi proses penguapan dan kondensasi secara terus-menerus, sementara sumber uap air utama adalah lautan. Data yang digunakan adalah OLR dan SST tahun 1979 hinggga 2011. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai koefisien korelasi di wilayah Indonesia menunjukkan ikatan hubungan yang sedang (r = 0,5). Sedangkan hasil pemetaan korelasi dan signifikansi menunjukkan bahwa hubungan OLR dan SST di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena ENSO dan IODM.
ABSTRACT
Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM.;Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM.;Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM.;Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM.;Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM., Ocean and atmosphere interactions are the key to explain the phenomenon of climate and weather in Indonesia. This study will be assessed the relationship between the energy of longwave radiation reflected by the earth into the atmosphere, Outgoing Longwave Radiation (OLR), and sea surface temperature (SST). As an illustration, water vapor (especially cloud), is an effective gas to absorb longwave radiation. But the amount of water vapor in the atmosphere is always changing due to evaporation and condensation processes continously, while the main source of water vapor is the ocean. The data used is OLR and SST in 1979 until 2011. Based on the analysis it is known that the value of the correlation coefficient in the region of Indonesia shows r = 0,5. While the results of the mapping correlation and significance shows that OLR and SST relationship in Indonesia affected by ENSO and IODM.]
2012
T43483
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library