Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kartika Febriyanti
Abstrak :
Kualitas adalah totalitas dari ciri-ciri dan karakteristik suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memuaskan keadaan dan memenuhi kebutuhan. Setiap pabrik obat memiliki stan dar sendiri yang mengacu pada Farmakope Indonesia dan Cara Pembuatan Obat yang Baik untuk memproduksi dan mengontrol kualitas obat. Standar kontrol tersebut ada dalam bentuk format kontrol. Salah satunya merupakan format kontrol keseragaman bobot tablet. Tujuan penelitian ini adalah untuk memeriksa apakah tablet yang diproduksi oleh suatu pabrik obat memiliki hobot yang sesuai dengan format kontrol keseragaman bobot pabrik. Untuk tujuan ini, lima tablet bermerek seperti Deksarnetason (0,5 mg), Salbutamol (2 mg), Vitamin B6 (10 mg), Isoniazid (300 mg) dan Antalgin (500 mg) dengan kadar dan bobot yang berbeda diarnbil sebagai sampel. Tiga batch dengan nomor batch yang berbeda diarnbil dari setiap merek, dimana tiap balch terdiri dari 300 tablet, diambil secara sampling acak sederhana. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada tablet yang memiliki bobot di luar rentang format kontrol keseragaman bobot pada tablet Deksametason sedangkan pada tablet Salbutamol 3,78% di luar batas atas dan 2% di luar batas bawah, tablet Vitamin B6 4,11 % di luar batas atas dan 0,67% di luar batas bawah, tablet Isoniazid 1,22% di luar batas atas dan 15% di luar batas bawah, dan tablet Antalgin 19,78% di luar batas atas dan 4,44% di luar batas bawah. Semua tablet ini masih berada dalam rentang hobot syarat Farrnakope Indonesia, kecuali beberapa tablet Antalgin. ......Quality is the totality of features and characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy stated or implied needs. Each drug factory has the own standard that refers to Indonesia Pharmacopoeia and good manufacturing practice to produce and control the quality of drugs. The control standard exists in the form of control format. One of the control formats is the uniformity of tablet's weight control format. The aim of the research is to inspect whether the tablets that have been produced by a drug factory, has appropriate weight with factory's uniformity of tablets weight control format. For this aim, five branded tablets like Dexamethasone (0,5 mg), Salbutamol (2 mg), Vitamin B6 (10 mg), Isoniazid (300 mg), and Antalgin (500 mg) with different content and weight have been taken as samples. Three batches with different batch number have been taken from each brand that each batch consists of 300 tablets by simple random sampling. The result showed that there is no tablet which has weight outside the range of uniformity of weight control format at Dexamethasone tablet whereas Salbutamol tablet 3,78 % out of the upper limit and 2 % out of the lower limit, Vitamin B6 tablet 4,11 % out of the upper limit and 0,67% out of the lower limit, Isoniazid tablet 1,22% out of the upper limit and 15% out of the lower limit, and Antalgin tablet 19,78% out of the upper limit and 4,44% out of the lower limit. All of the tablets are still in the weight range of Indonesia Pharmacopoeia's requirement, except some of AntaLgin tablets.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Masitoh
Abstrak :
Pada penelitian mi, diamati pengaruh penambahan beberapa pengisi dan lubrikan terhadap profil disolusi kapsul Kioramfenikol. Pengisi yang dipakai adalah Laktosa, Amilum, Avicel dan Prymojel. Lubrikannya adalah Asam Stearat dan Magnesium Stearat. Metode disolusi yang digunakan adalah metode basket, dengan putaran 100 rpm, suhu37 0 C, media disolusiHC1 0,1 N dan volume media 900 ml. Penambahn pengisi Laktosa pada kosentrasi yang diamati akan meningkatkan laju disolusi. Keadaan sebaliknya terjadi pada pengisi Amilum. Pengisi Avicel dan Prymojel R pada konsentrasi. yang diamati akan meningkatkan laju disolusi. Karena mempunyai sifat sebagai desintegran dan pe nsuspensi.kesu]itan penetrasi media icedalam sediaan dapat diatasi oleh kedua sifat pengisi tersebut. Penggunaan, lubrikan Magnesium Stearat tanpa pengisi, pada konsentrasi yang diamati akan menururikan laju d1soluj. Karena sediaan membentuk gumpalan. Sehingga sebagi.n zat aktif terperangkap dalam gumpalan dan tidak terdisolu g j. Hal tersebut tidakterjadj pada penggunaan asam stearat.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Edi
Abstrak :
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh penambahan kombinasi Amilum dan Magnesium Stearat terhadap profil laju larut kapsul kloramfenikol. Variasi konsentrasi Amilum yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing : 10 %, 15 %, 20 % dan konsentrasi Magnesium Stearat : 0,5 %, 1 %, 1, 5 %. Metoda disolusi yang digunakan, adalah metoda basket, dengan putaran 100 rpm, temperatur 37° C, media disolusi HCI 0,1 N dan volume 900 ml. Penambahan kombinasi konsentrasi amilum 10 %, 15 %, dengan konsentrasi Magnesium Stearat 0,5 %. dapat meningkatkan laju larut kapsul kloramfenikol, dibandingkan dengan kapsul kloramfenikol tanpa bahan tambahan . Hal ini disebabkan sifat hidrofilik amilum, sehingga menyebabkan penetrasi cairan ke dalam massa kapsul lebih cepat setelah kapsul pecah. Penambahan kombinasi konsentrasi amilum 10 %, 15 %, 20 % dengan konsentrasi Magnesium Stearat 1 %, 1, 5 % dapat menurunkan laju larut kapsul kloramfenikol, dibandingkan dengan kapsul kloramfenikol tanpa bahan tambahan. Hal ini disebabkan terbentuknya gumpalan sehingga penetrasi cairan kedalam massa kapsul menjadi lebih sulit.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S31895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Helin Permanasari
Abstrak :
Zat aktif dengan titik leleh rendah akan mengalami kesulitan dalam pencetakan, karena panas yang dihasilkan dari kompresi meyebabkan zat leleh dan lengket pada punch. Seperti halnya pada tablet gemfibrozil yang mempunyai titik leleh 58-61° C. Telah dilakukan percobaan pembuatan tablet gemfibrozil dengan menggunakan pharmasorb 5% dan 10% serta talk 1% dan 6%, selain bahan pembantu lainnya. Temyata diperoleh tablet yang sudah tidak lengket. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara tablet dengan konsentrasi pharmasorb 10%, talk 6%; pharmasorb 10%, talk 1%; pharmasorb 5%, talk 6% dan pharmasorb 5%, talk 1%. Pemeriksaan sudut istirahat dan kecepatan alir setelah dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dua pihak dengan student test a = 0,05 temyata perbedaaimya tidak berarti, sedangkan untuk pemeriksaan bobot jenis perbedaaimya berarti. Hal inilah yang menyebabkan tegadinya pemisahan atas segregasi dari granul waktu pencetakan, sehingga bobotnya bertambah pada formula n dan IV, konsentrasi talk 1%. Pengaruh pharmasorb dan talk terhadap pemeriksaan sifat fisik tablet memberikan hasil yang berbeda pada tiap konsentrasi yang digunakan. Pada keseragaman bobot penggunaan talk 1% atau 6% dan pharmasorb 5% atau 10% menghasilkan tablet yang memenuhi syarat keseragaman bobot. Tapi pada menit kedelapan waktu pencetakan, bobot tablet bertambah untuk tablet dengan konsentrasi talk 1%, pharmasorb 10%, dengan persen penyimpangannya 5,53%. Waktu hancur dan disolusi tablet dengan konsentrasi pharmasorb 10% lebih cepat hancur dan larut dibanding tablet dengan konsentrasi pharmasorb 5%. ...... The experiment had been done experimental tablet producing of gemfibrozil with using pharmasorb 5% and 10% also talk 1% and 6%, and others excipients. In fact to be obtained tablet that has not been sticking, but can not differentiated of its stickness. To examine time ready forming to the four formulas in fact to be obtained angle of pause and free flow rate with not in significant different with student t test a=0,05, while for examine density with sigmficant different. This is the cause that occuring the division or segregation of granules in time or forming, so its weight increase in the basis of 11 and IV formula, talk concentration 1%. The influence of pharmasorb and talk toward physical properties of tablet that gives different matter in every concentration to be used, fri the homogenity weight to be used talk 1% or 6% and pharmasorb 5% or 10% to be resulted tablet that has sufficient homogenity. Mean while at the eight minute time forming, the weight of the tablet increases and for tablet that has talk concentration of 1%, pharmasorb of 10% with standart deviation 5,53%. Desmtegration rate of time and dissolution rate of
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Arrasyid
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian kecepatan pelarutan asetosal dalam bentuk campuran dengan koffein yang dibuat dengan mencampur 500 mg asetosal dan koffein dalam berbagai variasi berat, yaitu: 0 mg (kontrol), 20 mg, 40 mg,60 mg, dan 80 mg. Campuran dikemas dalam bentuk kapsul. Masing-masing kapsul ditentukan kecepatan pelarutannya dengan metode "Rotating Basket" dalam media pelarut buffer asetat 0,05 M, pH 4,5 ± 0,05 dan temperatur 370 C ± 0,5. Kadar asetosal yang terlarut ditentukan kadamya dengan metode titrasi asam-basa secara tidak langsung, dimana asetosal yang terlarut dihidrolisa terlebih dahulu dengan larutan Natriuni Hidroksida 0,2 N dan kelebihan larutan natrium hidroksida tersebut dititrasi dengan asam klorida 0,1 N. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa koffem meningkatkan kecepatan pelarutan asetosal dalam sediaan kapsul. Padajumlah tertentu semakin bèsarjumlah koffein yang ditambahkan, semakin besar pula kecepatan pelarutan asetosal. ......The dissolution rate test of mixtures consisted of 500 mg acetosal and 0 mg (control), 20 mg, 40 rng, 60 mg, and 80 mg coffein had been carried out. The mixtures were loaded into capsul. The dissolution rate of each capsule was determined in 0,05 M acetic buffer solution, pH 4,5 ± 0,05 at 370 C ± 0,5 using " Rotating Basket" method. The dissolved acetosal concentration was determined by indirect acid-base titration after the dissolved acetosal was hydrolyzed by 0,2 N sodium hydroxide and the excess of sodium hydroxide was titrated by 0,1 N hydrochloride acid. The results showed that coffein increase the dissolution rate of acetosal in capsule dosage form. Increasing of coffein in certain amount will increase the dissolution rate of acetosal significantly.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lizzaba
Abstrak :
Pati singkong terpregelatinasi merupakan hasil modifikasi pati smgkong yang memiliki sifat fisik dan kimia yang membuatnya dapat digunakan dalam formulasi tablet cetak langsung. Pada penelitian mi pati singkong terpregelatinasi dibuat dan sus;nsi yang meigañdung air sebanyak lebih kurang 55 % terhadap bobot kering pati dan pemanasan dilakukan path suhu 100 0C. Pati singkong terpregelatinasi yang dihasilkan dibagi kedalam tiga ukuran partikel yakni 60/100, 100/200 dan> 200 mesh. Ketiganya digunakan dalam formuiasi untuk mensubstitusi jumlah Avicel yang digunakan path formula standar secara berkala. SWat fisik tablet digunakan sebagai parameter untuk melihat kemampuan pati singkong terpregelatinasi dan masing-masing ukuran partikel sebagai pengisi dan pengikat dalam tablet cetak langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati singkong terpregelatinasi dapat digunakan thiam formulasi tablet pinidoksin hidroklorith cetak langsung. Pati singkong terpregelatinasi dengan ukuran 60/100 mesh dapat menggantikan Avicel sebanyak 50 % dan jumlah Avicel yang digunakan path formula standar. Pati singkong terpregelatinasi dengan ukuran> 200 mesh thpat menggantikan hingga 75 % sedangkan pati singkong terpregelatinasi dengan ukuran 100/200 mesh dapat menggantikan keseluruhan jumlah Avicel yang digunakan path formula standar. Tablet dan ketiga formula tersebut telah memenuhi persyaratan sifat fisik tablet yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV dan buku-buku acuan resmi lainnya. ......Pregelatinized tapioca starch is a modification product of tapioca starch with physical and chemical properties, which make it able to be utilized in the formulation of directly compressed tablet. In this research, the pregelatinized tapioca starch was made from a suspension, which contents ± 55 % water from dry starch weight and dried at 1000C. The obtained result was separated into three particle sizes: 60/100, 100/200 and finer than 200 mesh. The pregelatinized starch from those three particle sizes was used to substitute the amount of Avicel in the standard formulation subsequently. The physical properties of tablet were used as a parameter to determine the ability of pregelatinized tapioca starch as a filler-binder in directly compressed pyridoxine hydrochloride tablet. The result showed that pregelatinized tapioca starch might be used in the formulation of directly compressed pyridoxine hydrochloride tablet. Pregelatinized tapioca starch which size is 60/100 mesh can replace Avicel up to 50 % from the amount of Avicel, which was used in the standard formulation. The one which size is finer than 200 mesh can replace up to 75 % and the other which size is 100/200 mesh can replace the whole Avicel, which was used in the standard formulation. The tablets from those three formulations have fulfilled physical property conditions of pyridoxine hydrochloride tablet, which has been determined by the 4th edition of Farmakope Indonesia and the other official references.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arlina Ardisasmita
Abstrak :
Wrielitian Url, cftlakukank& mite cal pu Thdt atae tt tgv ttmt logomtrturi oll , () bandingh di , ZZ. 4au III te1t Cs 4, ftt yxt fit Wlamnpt4 btz tU t yAtt orzaU y bktt f Iter, ((1ipho) bcrLktmha all 1ttp 1it bLk, 41r t1Bb L2 (4t b1DG) t4gU 3X 4i tLk rth
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djanggola, Longki
Abstrak :
Tablet Kaisium laktat merupakan obat esential/obat standart pemerintah untuk Rumah Sakit dan Puskesmas. Pada beberapa Puskesmas cara-cara penyimpanan belum memeneliti persyaratan penyimpanan. Telah dilakukan pemeriksaan data-data stabilitas fisik fdan kimia formula tablet Kalsium laktat ternyata càra-cara penyimpanan dan waktu penyimpanan secara umum akan mempengaruhi stabilita fisik dan kimianya. Mengingat waktu hancur tablet Kalsiuin laktat menurut F.I. II. tidak lebih dari 30 menit maka telah dilakukan penelitian tentang forlasi dani bentuk formula tablet Kalsium laktat yang menggunakan bahan-bahan konvensionil (Imyium Gelatin), hasilnya masih memenuhi persyaratan umum tablet, khususnya persyaratan tablet menurut monografi F. I. II Dan tablet yang dihasilkan dengan biaya yang relatif murah. Sedangkan formula dengan inenggunakan bahan - bahan baru (Kollidon, Aerosil) hasilnya tidak terlihat perbedaan yang prinsipil, dan pada formula mi biaya reltif mahal sehingga kurang ekonomis. Dari formula-formula yang menggunakan bahan konven sionil ternyata formula IV merupakan formula yang terbaik. Pada formula-formula mi sebaiknya ditambahkan bahan pengawet. Misalnya; nipagin0,2 % atau nipasol 0,02 %.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermin Supena
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pengaruh pengguuaan bahan penghancur Sodium Starch Glycolate (Primojel-Avebe), Crosscarmellose Sodium Type A (Ace-Di-Sol - FMC) dan Amylum manihot siccum (Setia-Bogor), terhadap waktu hancur dan kecepatan melarut Tablet Kalsium Laktat dan Tablet Parcetamol. Diteliti pula pengaruh bahan pengikat Sol. Gelatin 5 % II dan Alkohol 96 % terhadap waktu hancur dan kecepatan melarut Tablet Kalsium Lakta Pada penelitian ini ternyata bahan penghancur Ace-Di-Sol (FIL) memberikan waktu hancur yang paling cepat pada Tablet Kalsiurn Laktat, yaitu 7 menit dengan kecepatan melarut setelah 2 menit (K 2 ) = 61,17 %, sedangkan bahan penghancur Primojel (F IV waktu hancurnya 10 menit, dengan kecepatan melarut setelah 2 menit (K2) = 50,51 %; dan bahan penghancur. Amylurn manihot siccum wáktu hancurnya 9 menit, dengan kecepatan melarut seteiah 2 menit (K2) = 88,03 %. Pada formula Tablet Paracetamol ternyata bahan penghancur - Ac-Di-Sol (F1 ) memberikan waktu hancur yang relatif lebih cepat yaitu 3 menit, dengan kecepatan melarut setelah 30 menit (K30 ) 82,75 %, sedangkan bahan penghancur Primojel (F11 ) waktu hancurnya 5 menit, dengan kecepatan rnelarut Setelah 30 menit ( K30 ) = 81,78 %, dan bahan penghancur Amylum manihot siccum (F 111 ) waktu hancurnya 23 menit, dengan kecepatan inelarut setelah 30 menit (K30 ) = 19,86 .
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosnani Azhari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang peranan pelarut Alkohol sebagai bahan pengikat, bahan penghancur dan bakteri sida dalam formulasi tablet Kalsium laktat. Pada penelitian ini peranan pelarut Alkohol 96% (Fl 1) sebagai bahan pengikat ternyata memberikan hasil yang baik yaitu data waktu hancur = 7 menit 52,4 detik, kecepatan melarut setelah 6 menit ( K 6 ) = 100,1+8 %, kekerasan = 5,1+2 kg, keregasannya = 0,82 % dan bentuk tabletnya putih, licin dan mengkilat. Hasil penelitian formula FIII 1 tanpa menggunakan bahan penghancur juga memberikan hasil yang baik dengan data waktu hancur = 11 menit 36,7 detik, kecepatan melarut setelah 42 menit ( K1+ ) = 101,82 %, kekerasan = 5,39 kg dan keregasannya = 0 9 98 %, bentuk tablet putih, licin dan mengkilat. Selain itu pemakaian Alkohol sebagai bakterisida pada FI 1 ternyata cukup effektif angka kumannya = 47 koloni dibanding tanpa Alkohol yaitu dengan bahan pengikat mucilago Amyli ( F11 1 ) angka kumannya = 1311 koloni. Pengujian secara statistik t - test dengan satu parameter ( P = 0 2 05 ) ditinjau terhadap aspek waktu hancur dan kecepatan melarut tablet Kalsium laktat pada Fl 1 ( Alkohol - 96 % ) dengan formula-formula lainnya ternyata memberikan hasil yang berbeda secara nyata.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>