Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risna Ilmi Aulia
"Kanker serviks merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita. Berdasarkan data dari GLOBOCAN 2020, insiden kanker serviks di Indonesia mencapai 36.633 kasus di tahun 2020. Walaupun prevalensi kanker serviks di Indonesia tinggi, skrining nasional kanker serviks masih rendah yaitu 9,3% hingga tahun 2022. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian lesi prakanker serviks di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional) dengan sumber data Riset PTM 2016. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perempuan usia 25-64 tahun di Indonesia yang menjadi responden dalam Riset PTM 2016, yaitu sebanyak 32.564 responden. Hasil penelitian menemukan bahwa prevalensi lesi prakanker serviks pada wanita usia 25-64 tahun di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 7,3%. Berdasarkan hasil analisis bivariat, terdapat hubungan yang signifikan antara usia (POR=1,38; 95% CI: 1,27–1,50) dan penggunaan kontrasepsi hormonal (POR=1,23; 95% CI: 1,11–1,36) dengan kejadian lesi prakanker serviks dan terdapat hubungan yang signifikan dengan efek protektif antara paritas (POR=0,91; 95% CI: 0,84–0,99) dan usia pertama melahirkan (POR=0,86; 95% CI: 0,78–0,96) dengan kejadian lesi prakanker serviks. Pemerintah perlu melakukan pemerataan dalam penyediaan peralatan skrining kanker serviks (terutama IVA) ke puskesmas dan fasilitas kesehatan primer lainnya untuk meningkatkan cakupan skrining nasional.

Cervical cancer is one of the leading causes of cancer deaths in women. Based on data from GLOBOCAN 2020, the incidence of cervical cancer in Indonesia reached 36,633 cases in 2020. Despite the high prevalence of cervical cancer in Indonesia, national cervical cancer screening is still low at 9.3% until 2022. This study aims to determine the factors associated with the incidence of cervical precancerous lesions in Indonesia. This study used a cross-sectional study design with the 2016 NCD Research data source. The sample in this study was women aged 25-64 years in Indonesia who were respondents in the 2016 NCD Research, totaling 32,564 respondents. The results of the study found that the prevalence of cervical precancerous lesions in women aged 25-64 in Indonesia in 2016 was 7.3%. Based on the results of bivariate analysis, there is a significant relationship between age (POR=1,38; 95% CI: 1,27–1,50) and the use of hormonal contraception (POR=1,23; 95% CI: 1,11–1,36) with the incidence of cervical precancerous lesions and there is a significant relationship with a protective effect between parity (POR=0,91; 95% CI: 0,84–0,99 and age at first birth (POR=0,86; 95% CI: 0,78–0,96) with the incidence of cervical precancerous lesions. The government needs to ensure equity in the provision of cervical cancer screening equipment (especially VIA) to community health centers (puskesmas) and other primary health facilities to increase national screening coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Maulana Hasyim
"ABSTRAK
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang berlangsung lama. Sering tidak
menunjukkan gejala dan tidak terdeteksi dini, baru disadari apabila telah
menyebabkan gangguan organ. Prevalensi hipertensi Provinsi Lampung cukup
tinggi dan meningkat.Tujuan penelitian diketahuinya hubungan penuaan populasi,
dukungan sosial, populasi menikah, kualitas SDM, produktivitas SDM, kepadatan
penduduk terhadap terjadinya hipertensi pada masyarakat Provinsi Lampung
tahun 2013 setelah dikontrol kovariat umur, jenis kelamin, status pernikahan,
status pekerjaan, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal. Desain penelitian ini
study ekologi yang dilaksanakan bulan Januari-Juni tahun 2016 pada 21898
sampel. Variabel independen menggunakan data BPS 2013 dan variabel kovariat
Riskesdas 2013. Data dianalisis dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian
menunjukkan penuaan populasi (POR=1,45,95%CI=1,32-160), kualitas SDM
(POR=1,54, 95%CI=1,41-1,68), kepadatan populasi (POR=1,29,95%CI= 1,19-
1,40) berhubungan dengan peningkatan hipertensi, sedangkan populasi menikah
(POR=0,83, 95%CI= 0,76-0,91), produktivitas SDM (POR= 0,69, 95%CI=0,63-
0,76) berhubungan manurunkan terjadinya hipertensi. Dibutuhkan kerjasama
lintas sektor terkait, advokasi, KIE, screening kelompok risiko tinggi,
meningkatkan dan mengaktifkan Posbindu penyakit tidak menular

ABSTRACT
Hypertension is increase systolic blood pressure ≥ 140 mmHg or diastolic blood
pressure ≥ 90 mmHg which lasted for long time. Often has no symptoms so it is
not detected early, it was realized when causes disruption organ. Prevalence in
Lampung Province is quite high and likely increase. Purpose this study known
relationship aging population, social support, population married, quality human
resources, productivity human resources, population density at society Lampung
Province in 2013 after controled covariate variable age, type of sex, marital status,
job, education, area residence. Research design ecology study carried out January-
June 2016 at 21898 sample, using data from Central Bureau Statistics as
independent variables and covariate variables Riskesdas 2013. Analyzed using
logistic regression. Results showed relationship increases hypertension at
population aging (POR=1,45,95%CI=1,32-160), quality human resources
(POR=1,54, 95%CI=1,41-1,68), population density (POR=1,29,95%CI=1,19-
1,40), while population married (POR=0,83, 95%CI= 0,76-0,91), productivity
human resources (POR= 0,69, 95%CI=0,63-0,76) related to lower hypertension. It
takes cooperation among relevant sectors, advocacy, IEC, screening high-risk
groups, to improve and enable Posbindu non communicable disease"
2016
T45681
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Stefani
"Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah darurat kesehatan global, termasuk di negara Indonesia. Indonesia menduduki peringkat ke-5 di dunia dengan jumlah penyintas DM terbanyak, yakni mencapai 19,5 juta penduduk dewasa (IDF, 2021). Berdasarkan laporan Riskesdas 2018, Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang mengalami lonjakan angka prevalensi dari tahun 2013 ke 2018, yakni dari 1,3% menjadi 1,7%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor risiko kejadian diabetes mellitus pada penduduk usia ≥ 35 tahun di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 dengan desain studi cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa usia (p = 0,001), pekerjaan (p = 0,002), konsumsi makanan manis (p = 0,001), konsumsi minuman manis (p = 0,001), aktivitas fisik (p = 0,001), obesitas (p = 0,001), obesitas sentral (p = 0,001), hipertensi (p = 0,001), dan perilaku merokok (p = 0,001) berhubungan signifikan dengan kejadian DM. Diperlukan peran pemerintah untuk menggencarkan promosi kesehatan terkait pentingnya deteksi dini dan menerapkan pola hidup sehat kepada masyarakat, serta memfasilitasi masyarakat dalam mewujudkannya.

Diabetes mellitus (DM) is a non-communicable disease which is still a global health emergency problem, including in Indonesia. Indonesia is ranked 5th in the world with the highest number of DM survivors, reaching 19.5 million adults (IDF, 2021). Based on the 2018 Riskesdas report, West Java Province is one of the provinces that experienced an increase in prevalence from 2013 to 2018, from 1.3% to 1.7%. The purpose of this study was to identify risk factors for diabetes mellitus in people aged ≥ 35 years in West Java Province. This study uses secondary data from Riskesdas 2018 with a cross-sectional study design. The results of this study indicate that age (p = 0.001), occupation (p = 0.002), consumption of sweet foods (p = 0.001), consumption of sweet drinks (p = 0.001), physical activity (p = 0.001), obesity (p = 0.001 ), central obesity (p = 0.001), hypertension (p = 0.001), and smoking behavior (p = 0.001) were significantly associated with the incidence of DM. The government's role is needed to intensify health promotion related to the importance of early detection and implementing a healthy lifestyle for the community, as well as facilitating the community in making it happen.

"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lissa Ervina
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan serius yang menyebabkan kematian. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 menunjukan 21,6% masyarakat Bengkulu menderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi paling besar dibandingkan penyakit tidak menular lainnya di Puskesmas Nusa Indah. Penderita Hipertensi memanfaatkan pengobatan tradisional dalam mengatasi masalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan pengobatan tradisional dan mengkaji determinan pemanfaatan pengobatan tradisional pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu. Rancangan penelitian yang dipakai adalah cross sectional pada data primer yang terdiri dari 190 responden. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2014 menggunakan kuesioner dengan metode wawancara. Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat menggunakan chi square, dan analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda model prediksi. 66,8% penderita hipertensi memanfaatkan pengobatan tradisional. Determinan pemanfaatan pengobatan tradisional adalah pendidikan, sikap, ketersediaan pengobatan tradisional, dan kepercayaan. Variabel kepercayaan merupakan faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan pengobatan tradisional. Puskesmas Nusa Indah perlu meningkatkan kesadaran pasien hipertensi tentang efektivitas pengobatan tradisional

Hypertension is a seriously health issue that caused death. The results of Basic Health Research 2013 showed 21,6% Bengkulu people with hypertension. Number of hypertension patients is greatest than other non-communicable diseases in Puskesmas Nusa Indah. Hypertension patients utilized traditional healing in addressing the problem of hypertension. This study aimed to describe the traditional healing utilization and to asses determinant of traditional healing utilization on hypertension patients at the work area of Puskesmas Nusa Indah, Bengkulu city. The study design used was cross-sectional on the primary data consisted of 190 respondents. The study was conducted on April-May 2014 using a questionnaire by interview. Data analysis was performed univariate, bivariate analysis using chisquare, and multivariate analysis using multiple logistic regression prediction model. 66.8% of hypertension patients utilizing traditional healing. The determinant of traditional healing utilization is education background, attitude, availability of traditional medicine, and belief. The variable of belief is the most dominant factor in the traditional healing utilization. Puskesmas Nusa Indah needs to increase awareness of hypertension patients about effectiveness of traditional healing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Masruroh
"Obesitas yang merupakan masalah kesehatan dan prevalensinya cenderung meningkat setiap tahun berdampak pada terjadinya penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status obesitas berdasarkan asupan gizi, konsumsi minuman manis, aktivitas fisik dan durasi tidur pada PNS. Populasi penelitian adalah orang dewasa yang terdaftar sebagai PNS di Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes. Disain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 108 yang dipilih dengan systematic random sampling. Data dikumpulkan pada bulan Mei 2016, meliputi status obesitas, asupan gizi yang terdiri dari energi, lemak, karbohidrat dan protein, serat, kebiasaan konsumsi minuman manis aktivitas fisik dan durasi tidur. Status obesitas dinilai dari IMT yang diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan, aktivitas fisik diperoleh dari GPAQ, durasi tidur dihitung berdasarkan kebiasaan tidur malam pada hari kerja dan hari libur yang diperoleh dari kuesioner, konsumsi minuman manis menggunakan FFQ dan asupan zat gizi menggunakan metode food recall 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 44,4 % responden mengalami obesitas. Terdapat perbedaan status obesitas berdasarkan durasi tidur. Orang yang tidur ≤6 jam/hari berpeluang mengalami obesitas 2,8 kali lebih tinggi dari yang tidur >6 jam/hari. Perbedaan tersebut bermakna pada usia <40 tahun dan pada pangkat/golongan III. Tidak ada perbedaan status obesitas berdasarkan asupan gizi, aktivitas fisik dan konsumsi minuman manis. Disarankan kepada PNS untuk mengatur pola tidur dan durasi tidur malam tidak kurang dari 6 jam sehari agar terhindar dari risiko obesitas.

Obesity that its prevalence has increased over the years, is associated with hypertension, diabetes mellitus and cardiovascular diseases. The study aimed to determine the differences between nutrition intake, dietary fiber, consumption sweetened beverages, physical activity and sleep duration among civil servants. The study population is adult who are registered as sivil servant of General of Public Health in Ministry of Health. The design of the study is cross sectional with total sample 108 selected by systematic random sampling. The study was conducted in May 2016. The data colection used instruments including antropometric measurements (obesity status), GPAQ (physical activity), a special questionairre for sleep duration, FFQ (sweetened beverages consumption) and 2x24 hour food recall (nutrition intake). The result showed 44,4% of respondents were obese. There was significant differences in obesity status based on sleep duration (p=0.022). People who slept ≤ 6 hours/day had 2.8 time higher risk of becoming obese than those who slept > 6 hours/day. The significancy only on responden with ages<40 years and level III of occupancy. This finding suggests that civil servants has to manage their sleep time and not have usual sleep duration less than or equal to 6 hours a day in order to avoid the risk of obesity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library