Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Faturamadhan
"Permasalahan kualitas tidur menjadi salah satu hal yang umum ditemui pada kelompok mahasiswa. Kualitas tidur buruk ditemukan berasosiasi positif dengan kesepian. Hal ini mengingat mahasiswa masih berada di tahapan perkembangan yang rentan terhadap munculnya kesepian. Mekanisme hubungan antara kesepian dan kualitas tidur diduga dimediasi oleh cara individu merespons terhadap pengalaman kesepian tersebut. Salah satu respons yang umum dilakukan oleh individu saat menghadapi kesepian adalah ruminasi atau memikirkan pengalaman suasana hati negatif secara berulang-ulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran ruminasi sebagai mediator antara hubungan antara kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa Indonesia. Partisipan pada penelitian ini terdiri atas 124 mahasiswa strata 1 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia (M = 21,08; SD = 0,95). Alat ukur yang digunakan adalah UCLA Loneliness Scale version 3 untuk mengukur kesepian, Ruminative Response Scale Short Version untuk mengukur ruminasi, dan Pittsburgh Sleep Quality Index untuk mengukur kualitas tidur. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ruminasi terbukti secara signifikan berperan sebagai variabel mediator antara hubungan kesepian dan kualitas tidur pada mahasiswa (ab = 0,0198, 95% CI [0,0052, 0,0391]). Hasil penelitian ini dapat menjadi rekomendasi kepada mahasiswa untuk mengadopsi respons yang lebih adaptif dalam menghadapi kesepian serta kepada perguruan tinggi dan tenaga kesehatan mental profesional untuk merancang intervensi yang dapat meminimalisasi tingkat kesepian dan ruminasi pada mahasiswa.

Sleep quality problems are common among university students. Poor sleep quality was found to be positively associated with loneliness. This is because students are still at a stage of development that is vulnerable to the emergence of loneliness. The mechanism of the relationship between loneliness and sleep quality is thought to be mediated by the way individuals respond to the experience of loneliness. One of the common responses made by individuals when facing loneliness is rumination or thinking about negative mood experiences repeatedly. This study aims to determine the role of rumination as a mediator in the relationship between loneliness and sleep quality in Indonesian university students. Participants in this study consisted of 124 undergraduate students from state and private universities in Indonesia (M = 21.08; SD = 0.95). The instruments used were the UCLA Loneliness Scale version 3 to measure loneliness, the Ruminative Response Scale Short Version to measure rumination, and the Pittsburgh Sleep Quality Index to measure sleep quality. The results of statistical analysis show that rumination is proven to significantly act as a mediator variable in the relationship between loneliness and sleep quality in college students (ab = 0.0198, 95% CI [0.0052, 0.0391]). The results of this study can be a recommendation for students to adopt more adaptive responses in dealing with loneliness and for universities and mental health professionals to design interventions that can minimize the level of loneliness and rumination in college students."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fachri Maldini
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat peran burnout sebagai mediator pada hubungan antara job insecurity (ketidakamanan pekerjaan) dan task performance (kinerja tugas). Partisipan penelitian ini adalah pekerja perusahaan swasta yang berjumlah 106 orang. Penelitian ini menggunakan kuesioner Job Insecurity Scale dan Task Performance Scale yang diadaptasi oleh Piccoli et al., (2017), serta Maslach Burnout Inventory-General Scale yang dikembangkan oleh Maslach et al., (1996). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa burnout dapat memediasi secara parsial hubungan antara ketidakamanan pekerjaan dan kinerja tugas.

The purpose of this study is to investigate the role of burnout as a mediator between job insecurity and task performance. The sample for this study is collected from 106 private company employees. This study is conducted by using Job Insecurity Scale and Task Performance Scale which was adapted by Piccoli et al., (2017), and Maslach Burnout Inventory - General Scale which was developed by Maslach et al., (1996). The result shows that burnout partially mediate the relationship between job insecurity and task performance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luna Saraswati
"Penyebaran berita bias, yaitu beritayang direkayasa, dimanipulasi, atau sarat akan subjektivitas penulis berita menjadi fenomena yang semakin marak. Dibutuhkan keterampilan menganalisis dan mengevaluasi berita secara kritis untuk menghindari konsumsi informasi yang tidak akurat dan menyesatkan. Interaksi dengan orang lain melalui fitur komentar juga menjadi kekhasan dalam media berita daring yang dapat mempengaruhi persepsi bias dalam media berita. Edukasiliterasi media berita dilakukan supaya konsumen berita lebih kritis dan objektif dalam menganalisis dan mengevaluasi berita. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh literasi media berita dan komentar pengguna terhadap persepsi dalam media berita. Peneliti melakukan studi eksperimental dengan desain faktorial 2 x 2 pada 72 mahasiswa UI. Hasil analisis two-way ANOVA menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan pada pengaruh literasi media berita dan komentar pengguna terhadap persepsi bias dalam media.

Bias in news as a result of fabrication, manipulation, or media subjectivity has become a common phenomenon. A skill to critically analyze and evaluate news is needed to avoid consuming information that is inaccurate and deceiving. Interaction with other people through the user-comment feature too has become an online news media uniqueness that can affect individuals perception of news media. News media literacy education is needed so news consumer can be more critical and objective in analyzing and evaluating news article. This study is conducted to see the effect of new media literacy and user comment on perception of bias in media. An experimental study with factorial 2 x 2 design on 72 UI students is conducted. Two-way ANOVA analysis shows that both news media literacy and user comment significantly effect perception of bias."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Saputra
"ABSTRACT
Perilaku seksual pranikah menjadi suatu pembicaraan yang belum terbuka di Indonesia. Masa beranjak dewasa usia 18-29 tahun adalah masa dimana aktivitas seksual dan reproduksi merupakan salah satu tugas perkembangan sehingga individu pada masa ini mudah terstimulasi dengan perilaku seksual. Akan tetapi, nilai pribadi individu dan masyarakat menjadi sebuah pertimbangan untuk melakukan hubungan seksual pranikah. Sehingga melakukan hubungan seksual pranikah seringkali dianggap sebagai suatu pengorbanan dalam hubungan romantis. Pengorbanan dalam hubungan romantis sendiri terbagi menjadi dua yaitu, approach dan avoidance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara motif berkorban approach dan avoidance sacrifice dan perilaku seksual. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan perilaku seksual dan motif untuk berkorban antara laki-laki dan perempuan. Responden penelitian ini yaitu 356 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Motif untuk berkorban approach dan avoidance diukur menggunakan alat ukur Motives of Sacrifice dan perilaku seksual pranikah diukur menggunakan alat ukur Perilaku Seksual. Kedua alat ukur ini telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua motif untuk berkorban approach dan avoidance berkontribusi terhadap perilaku seksual, namun yang memberikan peran yang signifikan hanya motif approach sacrifice. Peneliti juga menemukan perilaku seksual lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Dan laki-laki lebih berkorban baik dengan motif approach ataupun avoidance daripada perempuan.

ABSTRACT
Premarital sexual behavior is a closed conversation in Indonesia. Emerging adulthood age 18 29 is a period of sexual activity and reproduction whereas it becomes one of the main preoccupation which makes individuals at this time easily stimulated by sexual behavior. On the other hand, individuals personal value and society becomes one of consideration to conduct a premarital sexual. So doing premarital sexual intercourse is often considered as a sacrifice in romantic relationship. Sacrifice in romantic relationship is divide into two parts, that is approach and avoidance. This research aims to determine the relationship between motives of sacrifice approach and avoidance sacrifice and sexual behavior. Besides, this research also aims to determine the difference of sexual behavior and sacrifice motives between male and female. The respondents of this research were 356 subjects from various regions in Indonesia. motives of sacrifice approach avoidance was measured with motives of sacrifice scale and premarital sexual behavior measured using sexual behavior scale. Both of this scale has been adapted into Indonesian language. The result of this research shows that both of sacrifice motives approach and avoidance contribute to the sexual behavior. The significantly result from this sexual behavior is only approach sacrifice motive. This research also found the sexual behavior of male higher than sexual behavior of female. And the male is a good sacrifice than female both with approach or avoidance motive. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Bayu Pramono Hartonoputro
"ABSTRAK
Berolahraga secara rutin dinilai memberikan manfaat fisiologis maupun psikologis bagi yang melakukannya. Rutinitas dari olahraga tersebut dapat dijelaskan melalui kebiasaan, yakni proses otomatis untuk melakukan perilaku yang timbul sebagai respon individu terhadap tanda-tanda kontekstual. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa kontrol diri dan self-determined motivation masing-masing memiliki hubungan dengan kebiasaan berolahraga. Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran self-determined motivation sebagai moderator yang memengaruhi hubungan kontrol diri dan kebiasaan berolahraga. Sampel yang merupakan orang Indonesia berusia di 18-25 tahun N=436 diminta mengisi 3 alat ukur secara online, yakni Brief Self-Control Scale, Behavioral Regulation in Exercise Questionnaire ndash; 2, dan Self-Report Habit Index yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa kontrol diri b = 0,32, t 432 = 4,89, p < 0,01 dan self-determined motivation b = 0,27, t 432 = 11,28, p < 0,01 memprediksi kebiasaan berolahraga secara signifikan. Namun, belum ditemukan efek moderasi yang signifikan dari self-determined motivation pada hubungan kontrol diri dan kebiasaan berolahraga b = 0,00, t 432 = 1,27, p > 0,05 . Diskusi, limitasi dan saran penelitian dipaparkan di akhir laporan penelitian ini.

ABSTRACT
Exercising regularly provides physiological and psychological benefits. Routinity in exercise can be explained by the force of habit, an underlying automatic process to perform behavior as a response to contextual cues. Several studies have found the relationship between each of self control and self determined motivation to exercise habit. This study aims to test the moderating effect of self determined motivation in the relationship between self control and exercise habit. Indonesian sample from 18 25 years old N 436 were asked to complete 3 online measures, which is Brief Self Control Scale, Behavioral Regulation in Exercise Questionnaire ndash 2, and Self Report Habit Index that has been translated to Indonesian. Result found that self control b .32, t 432 4.89, p .01 and self determined motivation b .27, t 432 11.28, p .01 significantly predict exercise habit in Indonesian sample. However, no significant moderation effect of self determined motivation has been found on the relationship between self control and exercise habit b .00, t 432 1.27, p .05 . Discussion, limitation, and suggestions are presented in the end of this study report. "
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Theodorus Larosa
"ABSTRAK
Mekanisme yang mendasari pengaruh stres akut kepada dimensi dari empati belum dipahami secara baik. Satu kemungkinan mekanisme adalah melalui kemampuan inhibisi. Menggunakan metode eksperimental, penelitian kali ini berusaha untuk mengkaji hubungan antara stres akut, yang dimunculkan menggunakan Paced Auditory Serial Addition Task-Computerized PASAT-C, kemampuan inhibisi, yang diukur menggunakan Stop Signal Task SST, dan dimensi dari empati yang diukur menggunakan Interpersonal Reactivity Index IRI . Hasil menunjukan bahwa stres akut dapat memprediksikan secara negatif dimensi fantasy dan perspective taking, dan secara positif dimensi empathic concern dan personal distress dari empati. Selain itu ditemukan bahwa kemampuan inhibisi dapat memprediksi secara positif empati kognitif. Stres akut tidak dapat memprediksi kemampuan inhibisi. Implikasi dari hasil studi didiskusikan.

ABSTRACT
The mechanisms by which acute stress affect dimensions of empathy are not fully understood. One potential mechanism is through response inhibition. Using experimental design, present study was conducted to explore the relationships between acute stress manipulated using Paced Auditory Serial Addition Task, response inhibition measured using stop signal task, and dimensions of empathy measured using Interpersonal Reactivity Index . Results suggest that acute stress significantly predict lower cognitive empathy, fantasy and perspective taking, and higher affective empathy, empathic concern and personal distress, while better response inhibition significantly predict higher cognitive empathy. Response inhibition were not affected by acute stress. Potential implications of the study were discussed."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah El Qadriani
"Banyaknya tuntutan akademis mahasiswa dapat memunculkan rasa malas untuk segera memulai mengerjakan maupun menyelesaikannya. Menunda untuk segera mengerjakan tugas akademis disebut dengan prokrastinasi akademis. Dari berbagai faktor penyebab, penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kepribadian Big Fivedan self-efficacy for self-regulated learning SESRL terhadap perilaku prokrastinasi akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Instrumen yang akan digunakan adalah Academic Procrastination Scale APS oleh McCloskey dan Scielzo 2015 untuk mengukur prokrastinasi akademis, Mini International Personality Item Pool ndash; Five Factor Model Mini-IPIP oleh Donnellan, Oswald, Baird, dan Lucas 2006 untuk mengukur faktor kepribadian Big Five, dan Self-Efficacy for Self-Regulated Learning Scale SESRLC oleh Gredler dan Schwartz 1997 untuk mengukur SESRL. Partisipan penelitian berjumlah 400 mahasiswa Universitas Indonesia 310 perempuan, 90 laki-laki: M= 20.14.
Melalui teknik statistik multiple regression, diketahui bahwa faktor kepribadian conscientiousness, extraversion, opennessto experience dan SESRL berpengaruh signifikan terhadap prokrastinasi akademis R2= 0.339, F 1,400 = 35.178, p< 0.05 . Di sisi lain, faktor kepribadian neuroticism dan agreeableness ditemukan tidak berpengaruh signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang memiliki disiplin diri yang tinggi dan yakin untuk mampu melakukan regulasi diri memiliki kecenderungan yang rendah untuk melakukan prokrastinasi akademis, sedangkan individu yang mudah terdistraksi oleh kegiatan bersosialisasi atau mudah terdistraksi untuk melakukan kegiatan yang baru ditemukan mudah menunda tugas akademisnya. Hasil penelitian memperkuat argumentasi pentingnya mahasiswa untuk beradaptasi dengan kehidupan akademis sesuai dengan kepribadiannya dan yakin akan kemampuannya untuk dapat melakukan regulasi diri dalam proses pembelajaran agar menghindari dari perilaku prokrastinasi akademis.

The number of academic tasks can make students reluctant to immediately start working on and finish the tasks. The phenomenon of postponement of academic task is called academic procrastination. From various factors, this research aims to discover the effect of Big Five personality factors and self efficacy for self regulated learning SESRL on academic procrastination in University of Indonesia rsquo s student. The instruments used are the Academic Procrastination Scale APS by McCloskey and Scielzo 2015 to measure academic procrastination, Mini International Personality Item Pools Five Factor Models Mini IPIP by Donnellan, Oswald, Baird, and Lucas 2006 to measure Big Five personality factors, and Self Efficacy for Self Regulated Learning Scale SESRLC constructed by Gredler and Schwartz 1997 to measure SESRL. The study participants amounted to 400 students 310 women, 90 men M 20.14.
The statistical techniques multiple regression indicated that conscientiousness, extraversion, openness to experience and SESRL have a significant effect on academic procrastination R2 0.339, F 1,400 35.178, p 0.05 . On the other hand, neuroticism and agreeableness found to have no significant effect. Individuals who have high self discipline and are confident to be able to self regulate have a lower tendency to procrastinate their academic tasks, whereas individuals who are easily distracted by socializing or with new activities to perform will easily delay their academic assignment. This study strengthens the importance for students to adapt to academic life in accordance with their personality and to be confident of their ability to self regulate their learning process to avoid academic procrastination.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shierlen Octavia
"ABSTRAK
Trauma masa kanak-kanak adalah faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan gejala psikotik. Berbagai penelitian telah menjelaskan mekanisme hubungan antara keduanya
variabel. Skema diri negatif, respons psikologis terhadap trauma dan diketahui memiliki
dampak pada tingkat gejala psikotik, dipostulatkan untuk memediasi dua variabel ini. Ini
Penelitian ini bertujuan untuk menguji peran skema negatif diri sebagai mediator antara masa kanak-kanak trauma dan gejala psikotik dengan mengendalikan gejala depresi sebagai kovariat. Itu Penelitian dilakukan pada 397 peserta (25,4% pria; Mage = 22,28, SD = 4,93).
Gejala psikotik diukur oleh Asesmen Komunitas terhadap Pengalaman Psikotik (AKPP), trauma masa kecil diukur dengan kuesioner berbasis laporan diri pada studi NEMESIS, dan skema negatif diri diukur dengan Skema Inti Singkat Timbangan (BCSS). Melalui analisis mediasi, hasilnya menunjukkan skema self-negative secara signifikan memediasi hubungan antara trauma masa kecil dengan positif gejala (ab = 0,08; SE = 0,04; 95% CI [0,01, 0,17]), serta gejala negatif dari gejala psikotik (ab = 0,08; SE = 0,03; 95% CI [0,03, 0,14]), dan juga langsung hubungan antara pengalaman traumatis masa kanak-kanak dan gejala positif juga
ditemukan. Ini menjelaskan pentingnya mempertimbangkan peran kognitif dalam menerjemahkan efek trauma masa kecil terhadap gejala psikotik.

ABSTRACT
Childhood trauma is a risk factor that influences the development of psychotic symptoms. Various studies have explained the mechanism of the relationship between the two
variable. Negative self schemes, psychological responses to trauma and are known to have
impact on the level of psychotic symptoms, postulated to mediate these two variables. This This study aims to examine the role of self-negative schemes as a mediator between childhood trauma and psychotic symptoms by controlling depressive symptoms as covariates. The study was conducted on 397 participants (25.4% male; Mage = 22.28, SD = 4.93). Psychotic symptoms were measured by the Community Assessment of Psychotic Experience (PPA), childhood trauma was measured by a self-report questionnaire based on the NEMESIS study, and a negative self-scheme was measured by the Short Core Scales Scheme (BCSS). Through mediation analysis, the results showed a self-negative scheme significantly mediated the relationship between childhood trauma with positive symptoms (ab = 0.08; SE = 0.04; 95% CI [0.01, 0.17]), as well as symptoms negative psychotic symptoms (ab = 0.08; SE = 0.03; 95% CI [0.03, 0.14]), and also a direct relationship between childhood traumatic experiences and positive symptoms as well
was found. This explains the importance of considering the cognitive role in translating the effects of childhood trauma on psychotic symptoms."
Lengkap +
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Pamela Putri
"Peristiwa kematian orang tua saat individu berada pada tahapan usia emerging adulthood dapat menjadi peristiwa traumatis yang mengguncang pemahaman terhadap dunia, namun juga dapat menimbulkan perubahan positif pada diri individu sebagai akibat dari perjuangannya menghadapi krisis tersebut. Perubahan yang disebut dengan posttraumatic growth ini dapat dipengaruhi oleh faktor personal, seperti optimisme, dan faktor lingkungan, seperti perceived social support. Penelitian ini ingin melihat apakah optimisme dan perceived social support dapat memprediksi posttraumatic growth serta apakah perceived social support dapat berperan sebagai moderator dalam pengaruh optimisme terhadap posttraumatic growth. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan cross-sectional dengan menggunakan alat ukur Posttraumatic Growth Inventory PTGI, revised Life Orientation Test LOT-R, dan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Partisipan terdiri atas 66 emerging adults usia 18-25 tahun yang mengalami kematian salah satu orang tua pada 6 bulan hingga 3 tahun terakhir. Hasil analisis regresi menemukan bahwa optimisme tidak memprediksi posttraumatic growth, perceived social support memprediksi posttraumatic growth, serta perceived social support tidak berperan sebagai moderator. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk penyusunan materi intervensi bagi emerging adults yang menghadapi kematian orang tua maupun psikoedukasi bagi masyarakat umum.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Fauziah
"Kasus kekerasan pada anak di Indonesia terus meningkat. Faktor mendasar yang dianggap memengaruhi hal tersebut adalah kurangnya pengetahuan orang tua terkait perkembangan anak (parenting knowledge). Orang tua dengan pengetahuan mengenai perkembangan anak memiliki sensitivitas yang lebih baik, yang membantu orang tua memahami sinyal yang diberikan anak dan meresponnya dengan tepat. Tidak dimilikinya sensitivitas pada orang tua membuat orang tua menerapkan pengasuhan yang keras. Sensitivitas orang tua sejalan dengan konsep Parental Reflective Functioning (PRF). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara PRF dan potensi kekerasan pada anak serta peran parenting knowledge dalam memoderatori hubungan tersebut. Partisipan berjumlah 164 ibu yang memiliki anak usia 2-6 tahun. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara salah satu subskala PRF, yaitu pre-mentalizing dengan potensi kekerasan pada anak (rPM=0,286; p<0,05) dan parenting knowledge tidak berperan dalam memoderatori hubungan antara PRF dan potensi kekerasan pada anak (βPK*PRFPM=-0,738; βPK*PRFCMS=1,476; βPK*PRFIC=0,083; p>0,05).

Child abuse cases in Indonesia are increasing gradually. The fundamental factor that is considered affecting it is that parents lack of knowledge related to child development (parenting knowledge). Parents with child development knowledge have better sensitivity, which helps them understand the signals given by the child, and are able to respond precisely. When parents do not have such sensitivity, it makes them commit the harsh parenting. Parents sensitivity is in line with the concept of Parental Reflective Functioning (PRF). This study aims to know the relationship between the PRF and the potential for child abuse as well as the important role of parenting knowledge to moderate such relationship. The participants are 164 mothers who have children in age 2-6 years old. Results of the study revealed that there is a significant relationship between one of the PRF subscale, namely pre-mentalizing with the potential of child abuse, yet parenting knowledge does not play a role to moderate relationship between the PRF (rPM=0,286; p<0,05) and the potential of child abuse (βPK*PRFPM=-0,738; βPK*PRFCMS=1,476; βPK*PRFIC=0,083; p>0,05)."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>