Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niknik Mediyawati
Abstrak :
Serial Lupus karya Hilman Hariwijaya sebagai hasil karya sastra popular dipilih untuk diteliti dengan tujuan menganalisis: 1) karakter tokoh remaja dalam serial Lupus, 2) cara Hilman Hariwijaya menyajikan serial Lupus sehingga secara tidak langsung dapat menjadi dokumen sosial remaja perkotaan, dan 3) fungsi sosial serial Lupus bagi pembacanya, khususnya remaja perkotaan. Objek penelitian ini yaitu tiga serial Lupus yang tergabung dalam Trilogi Lupus, yaitu Boys Don't Cry, Bunga Untuk Poppi, dan Candle Light Dinner. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, studi pustaka, dan dokumentasi. Serial Lupus dianalisis dengan pendekatan Sosiologi Sastra, sebuah pendekatan yang memusatkan hubungan antara karya, pengarang, dan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa karakter tokoh remaja dalam serial Lupus mempunyai kemiripan dengan tokoh remaja perkotaan hasil survei Surindo, di antaranya terdapat tipe remaja "funky", "cool", "asal", dan "plin plan'. Tipe "funky" dan "cool" yang diwakili oleh tokoh Lupus dan Poppi adalah remaja yang selalu menghindari hal-hal negatif. Mereka sadar akan kelemahan dirinya, suka bergaul, dan memiliki kepedulian tinggi pada kondisi lingkungan sosial di sekitarnya. Kelompok ini memiliki rencana masa depan yang jelas dan realistis dalam menghadapi persoalan. Menurut penulis penggambaran kedua tokoh tersebut terlalu dibuat-buat sehingga terkesan kurang wajar, tidak sepeti karakter remaja pada umumnya. Lain halnya dengan tokoh seperti Rainbow, Fifi Alone, Adi Darwis, Boim, dan Gusur, mereka justru lebih digambarkan seperti karakter sebagian remaja perkotaan. Mereka mewakili segmentasi remaja "asal", yaitu remaja yang jauh dari orang tua, suka merokok, meminum minuman beralkohol, cenderung memilih sesuatu yang asing, dan kurang peduli terhadap lingkungan. Tokoh Boim dan Gusur juga mewakili segmentasi remaja "plin plan" yaitu remaja yang jauh dari bimbingan orang tua sehingga memiliki kebebasan, tetapi mereka mengandalkan segala sesuatunya dari orang tua. Mereka cenderung kurang peduli terhadap lingkungan sosial, dan mementingkan proses daripada hasil. Selain mencerminkan karakter remaja di perkotaan, serial Lupus juga mencenninkan gaya hidup remaja perkotaan. Pengarang dengan jeli mengangkat trend yang sedang digemari remaja, khususnya tahun 1999 dan 2000, seperti trend remaja funky, trend waning tenda sebagai tempat bergaul remaja, trend musik mancanegara, trend internet, dan trend bacaan komik Jepang dan Eropa. Jika dihubungkan dengan hasil survei Surindo gaya hidup remaja dalam serial Lupus juga memiliki kemiripan yang membuktikan bahwa remaja di kota besar sangat peduli terhadap penampilan dan cenderung mengikuti trend. Selain itu ditemukan juga bahwa tentang penggunaan uang saku remaja yang banyak dipakai untuk bermain dan belanja di pusat perbelanjaan sekaligus memanfaatkan waktu luang mereka. Melalui gambaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa remaja tahun 1999 dan 2000 dapat diidentikkan dengan conspicuous consumption atau remaja yang konsumtif. Melalui penggambaran karakter remaja dan gaya hidupnya serial Lupus diharapkan dapat memiliki fungsi sosial sastra sebagai alat penghibur dan pendidik pembacanya, terutama remaja. Dengan humor dan parodi yang segar, serial Lupus mampu menghibur dan setidaknya bisa menyisakan memori di hati pembaca. Dengan pesan-pesan moral yang komunikatif dan dengan adanya penggambaran tokoh hitam dan putih, serial Lupus dapat juga mendidik pembacanya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11009
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakim
Abstrak :
Sastra Indonesia adalah hasil-hasil kesastraan yang memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai pengekspresi gagasan yang ada di sebalik karya yang bersangkutan. Setiap karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan di daerah, yang ditulis dalam bahasa Indonesia, merupakan sastra Indonesia. Salah seorang sastrawan yang tinggal di daerah dan menuliskan karyanya dalam bahasa Indonesia ialah A.A. Navis. Namanya mulai mencuat di tahun 1955 ketika Robohnya Surau Kami menjadi cerpen terbaik majalah kisah. Tidak hanya cerpen, ia pun menulis puisi dan novel. Melalui karya-karyanya itulah satire terhadap berbagai persoalan yang ada di sekitamya disampaikan. Penelitian mengenai satire dalam cerpen-cerpen A.A. Navis-dengan Politik Warung Kopi sebagai landasan-menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, topik-topik yang disatire terkait dengan masalah politik, ekonomi, dan moral. Kedua, satire disampaikan dengan gaya humor dan ironi. Ketiga, tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen identik dengan gelar adat, nama suku bangsa, atau budaya Minangkabau. Keempat, satire disampaikan melalui tiga proses: pembuka, stimulasi, dan penyampaian. Kelima, untuk mendapatkan rima akhir yang sama, A.A. Navis melakukan manipulasi fonologis dan semantis yang menimbulkan efek humor. Keenam, pada tataran sintaksis, repetisi kata, gagasan utama, pertentangan, dan bentuk aktif-pasif dimanfaatkan untuk memberikan penekanan pada gagasan utama, sebagai bagian yang disatire.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiftiawati
Abstrak :
Perjalanan cerpen di majalah remaja mengaiami pasang surut. Di era 1980-an, cerpen remaja memiliki tempat tersendiri di mata remaja. Akan tetapi, pada dekade selanjutnya, eksistensi cerpen di majalah remaja mulai berkurang sampai akhirnya di penghujung dekade 1990-an cerpen di majalah remaja hanya menjadi selingan dengan halaman terbatas atau bahkan hilang lama sekali. Annida-majalah cerpen remaja dengan nuansa religius-merupakan majalah remaja yang muncul ketika cerpen remaja memiliki eksistensi yang kuat baik di mata remaja maupun redaksi majalah-majalah remaja. Ketika eksistensi cerpen di majalah remaja semakin hilang, Annida menjadi satu-satunya majalah yang khusus berisi cerpen remaja. Eksistensi ini semakin kuat dengan terselenggaranya sayembara tahunan penulisan cerpen, banyaknya cerpenis muda yang lahir dari majalah ini, dan upaya yang dilakukan Annida dalam membina penulisan cerpen remaja, memposisikan Annida sebagai satu-satunya majalah remaja yang memberikan perhatian besar terhadap cerpen remaja. Penelitian intrinsik terhadap dua puluh cerpen terbaik Annida yang dikumpulkan dalam Merajut Cahaya: Kumpulan Cerpen Terbaik Annida menghasilkan beberapa kesimpulan mengenai tema, tokoh, alur, dan latar cerpen_-cerpen Annida. Pertama, cerpen-cerpen Annida merupakan cerpen yang mengutamakan tema keagamaan dan amanat. Kedua, tokoh dalam cerpen-cerpen Annida adalah tokoh-tokoh yang menyamankan yang berfungsi sebagai penyampai amanat. Tokoh dalam cerpen Annida terbagi atas empat jenis, yakni tokoh utama, tokoh antagonis, tokoh antara, dan tokoh penguat. Ketiga, alur dalam cerpen-cerpen Annida adalah alur yang sederhana dan bercorak happy ending. Keempat, latar dalam cerpen-cerpen Annida sangat bervariasi. Penggambaran latar lokal bahkan terlihat menonjol karena sangat hidup. Kelima, unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Annida memiliki sejumlah persamaan dan perbedaan dengan ciri-ciri intrinsik sastra popular.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniasari
Abstrak :
Berangkat dari sebuah kenyataan bahwa tidak sedikit dari pengarang Indonesia yang namanya jarang disinggung dalam pembicaraan kesusastraan Indonesia, skripsi ini membahas salah seorang dari pengarang tersebut, yaitu Sukro Wijono. Sukro Wijono merupakan seorang sastrawan yang pernah berkarya di tahun 1950-an dan 1960-an. Seiring dengan banyaknya majalah yang terbit pada tahun 1950-an, karya-karya yang pernah dihasilkannya bermunculan dalam beberapa majalah yang terbit pada waktu itu. Karyanya lebih banyak berbentuk cerpen daripada puisi.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Kurniawan
Abstrak :
Penelitian inimemusatkan perhatiannya pada tema cinta yang terkandung pada dua kumpulan sajak karya W.S. Rendra, yaitu Empat Kumpulan Sajak dan Potret Pembangunan dalam Puisi. Pada kedua kumpulan tersebut tema cinta yang dicari adalah tema cinta suci antar sepasang kekasih dan tema cinta anak kepada ibu. Di antara kumpulan-kumpulan sajak Rendra yang lain, Empat Kumpulan Sajak dan Potret Pembangunan dalam Puisi paling banyak mengandung sajak-sajak yang tertemakan cinta. Kedua kumpulan ini dibuat pada tahun yang berbeda, yaitu Empat Kumpulan Sajak sekitar tahun 50-an dan Potret Pembangunan dalam Puisi sekitar tahun 60-an Pada Empat Kumpulan Sajak hanya ditemukan saja-sajak yang tertemakan cinta suci antara sepasang kekasih, yaitu Surat Cinta, Episode, Kakawin-kawin, dan Serenada Kelabu. Pada Potret Pembangunan dalam Puisi sajak-sajak yang tertemakan cinta suci antara sepasang kekasih ditemukan pada sajak-sajak seperti Sajak Joki Tobing untuk Widuri, Sajak Widuri untuk Joki Tobing, dan Notabene: Aku Kangen. Tema cinta anak kepada ibu hanya ditemukan pada sajak Ibunda.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S11054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Smarapradhipa
Abstrak :
Kaus Dagadu yang dibuat oleh PT Aseli Dagadu Djokdia merupakan bentuk komunikasi sekunder karena memanfaatkan alat atau sarana (yaitu kaus) sebagai media kedua penyampai pesan. Alasan digunakannya kaus sebagai media komunikasi, menurut PT Aseli DagaduDjokdja, adalah karena kaus digunakan oleh siapa saja, tidak memandang ,lcnis kelamin, usia, maupun tingkatan sosial. Kaus tidak hanya herfungsi sebagai sekadar pakaian tapi sudah berfungsi sebagai pemberi identitas diri. Oleh karena itu, para produsen kaus seperti menjadikannya sebagai media ekspresi atau bahkan ideologi. Komunikasi yang ingin disampaikan melalui kaus Dagadu adalah keinginan untuk merepresentasikan kepedulian terhadap masalah perkotaan kota Yogyakarta, mulai dari tingkah laku masyarakat (termasuk di dalamnya bahasa), artefak, hingga peristiwa yang terjadi. Keinginan tersebut di dalam kaus digambarkan melalui tanda-tanda verbal dan nonverbal dalam desainnya. Tanda verbal yang digunakan merupakan pelesetan dari kalimat-kalimat yang telah dikenal, baik sebagai ungkapan, peribahasa, maupun berasal dari teks lagu. Pelesetan kalimat-kalimat tersebut dapat berupa permainan bunyi (fonologi), permainan makna puitik (menimbulkan ketaksaan leksikal dan ketaksaan gramatikal), permainan ejaan (ortografi), permainan persamaan atau lawan kata, atau permainan dalam tataran wacana (yaitu permainan analogi). Tanda nonverbal atau nonkebahasaan yang digunakan berupa gambar-gambar dan merupakan perwujudan atau penggambaran dari tanda verbal. Gambar-gambar tersebut disajikan dalam komposisi warna dan bidang yang harmonis dan menggunakan warna-warna yang pop. proses pencetakan yang menggunakan teknik pencetakan color in box membuat gambar dengan tata warna yang disajikan menjadi enak untuk dilihat. Penelitian tanda-tanda tersebut dalam skripsi ini menggunakan pendekalan analisis semiotik. Semiotik adalah iimu yang mempelajari tanda. Ilmu ini mulai dikenal pada permulaan abad XX namun pelopor semiotik modern adalah Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce. Skripsi ini menggunakan teori semiotik Peirce. Peirce menegaskan pengertian tanda sebagai sesuatu yang berdiri pada sesuatu yang lain (objek) atau menambahkan dimensi yang berbeda pada sesuatu dengan memakai segala apa pun yang dapat dipakai (ground atau representamen) untuk mengartikan sesuatu hal lainnya (interpretan). Dengan demikian, terdapat tiga unsur yang menentukan kehadiran tanda, yaitu 1) tanda yang dapat ditangkap (representamen), 2) apa yang ditunjukkannya (objek), dan 3) tanda yang ada di dalam benak si penerima tanda yang merupakan hasil interpretasi (interpretan). Skripsi ini dalam menganalisis desain Dagadu lebih menekankan pada hubungan tanda dengan referen atau objeknya. Analisis pertama kali dilakukan dengan membagi ke-24 desain yang diteliti berdasarkan tujuh ground; sejarah, musik, ciri khas Jogya, sindiran tentang Jogya, Jogya dalam kata-kata, peringatan, dan promosi Dagadu secara tersirat. Kemudian ke-24 desain tersebut dianalisis secara semiotik dengan mengkategorikannya ke dalam golongan ikon, indeks, dan simbol. Khusus untuk tanda verbalnya masih dianalisis berdasarkan aspek_-aspek kebahasaan yang terjadi, yaitu fonologis, ortografis, ketaksaan leksikal, ketaksaan gramatikal, sinonirn atau akronim, dan tataran wacana (analogi). Setelah melakukan analisis didapalkan kesimpulan utama, yaitu perwujudan keinginan untuk merepresentasikan kepedulian terhadap masalah kota Jogya tampak pada desain-desain kaus Dagadu. PT. Aseli Dagadu Djokdja melalui desain-desain tersebut bercerita mengenai peristiwa apa saja yang terjadi di kota ini, mempromosikan objek-objek wisatanya, dan memperkenalkan sifat dan tingkah laku masyarakatnya. Tak lupa pula, PT. Aseli Dagadu Djokdja mempromosikan produk Dagadunya sebagai salah satu produk asIi buatan kota Yogyakarta.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Miryam Vivekananda
Abstrak :
Penelitian sastra selama ini masih sering memilih obyek sastra yang dipandang bermutu. Padahal penelitian sastra yang terlalu terfokus pada karya-_karya yang dianggap besar, yang lahir dari penulis besar, akan mengaburkan eksistensi sastra yang sesunggulinya. Hal ini tentunya menjadi alasan kuat bagi usaha inventarisasi karya-karya dari para sastrawan Indonesia yang terlupakan, khususnya dari angkatan sastra majalah. Salah satu nama dari sekian banyak sastrawan yang belum dibicarakan tersebut adalah Abdul Aziz's. Penelitian mengenai sajak-sajak Abdul Aziz's tentu dapat berguna untuk perkembangan sejarah kesusastraan Indonesia. Karena sajak-sajak Abdul Aziz's tersebar pada beberapa majalah yang tidak lagi diterbitkan, perlu penelusuran terlebih dahulu untuk melakukan tahap pengumpulan data. Berdasarkan pengamatan awal terhadap sajak-sajak Abdul Aziz's yang telah berhasil ditemukan kemudian, terjadi hambatan dalam proses pemahaman untuk memaknai puisi Abdul Aziz's dalam sekali baca. Dari sinilah muncul pertanyaan, apakah puisi Abdul Aziz's dapat digolongkan pada bentuk penulisan puisi gelap yang pada masa itu memang bermunculan? Apakah kesulitan pemahaman tersebut hanya disebabkan oleh jarak bahasa yang telah tcrpisahkan selama kurang lebih setengah abad, mengingat sajak Abdul Aziz's muncul pada tahun 1950-an? Setelah melakukan analisis tema terhadap sembilan betas sajak Abdul Aziz's yang berhasil dikumpulkan, ditemukan bahwa seluruh sajak Abdul Aziz's dapat dimaknai dan ditelusuri temanya. Tema-tema sajak Abdul Aziz's adalah tema tentang kesunyian, figur orang tua, cinta, kemasyarakatan, religi. dan kekecewaan. Dengan dapat ditemukannya tema-tema ini, dapat disimpulkan bahwa sajak-sajak Abdul Aziz's tidak dapat digolongkan ke dalam bentuk khazanah penulisan puisi gelap di tahun 1950-an. Kesulitan pemahaman terjadi karena adanya jarak bahasa yang banyak terhambat dengan penggunaan kosakata yang tidak umum, baik karena bersifat arkais atau kedaerahan. Kesulitan ini banyak terbantu oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai piranti pencarian rnakna. Analisis tema ini diharapkan dapat memberi sumbangan untuk khazanah kajian pengembangan sastra Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S10956
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Tri Hartanti
Abstrak :
Penelitian ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa penelitian terhadap karya fiksi ilmiah Indonesia belum pemah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Indonesia, Universitas Indonesia. Data yang digunakan adalah novel Area X: Hymne Angkasa Raya (Area X) karya Eliza Vitri Handayani yang memiliki tema berbeda dengan tema novel Indonesia yang pemah ada, yaitu keberadaan makhluk asing. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana unsur alur dan latar membangun tema tersebut. Metode yang digunakan adalah melode deskriptif analitik dan studi kepustakaan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa alur dan latar dalam novel Area X sangat membangun tema keberadaan makhluk asing. Alur sebagai pembangun tema ditunjukkan oleh tiga hal. Pertama, isu tentang keberadaan makhluk asing yang diwujudkan melalui fenomena UFO, seperti sighting (penampakan UFO di langit) dan abduksi (penculikan manusia oleh makhluk asing). Kedua, pengisahan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan bukti dan memperkuat keyakinan adanya kehidupan di planet lain. Ketiga, konfliknya menunjukkan pertentangan antara usaha untuk membuktikan dan menutupi kebenaran tentang keberadaan alien. Latar sebagai pembentuk tema Area X diwujudkan dalam tiga bentuk. pertama, latar tempat menggambarkan keadaan kota dan tempat penelitian canggih yang membuat keberadaan UFO sebagai pesawat berteknologi tinggi menjadi logis. Kedua, waktu penceritaan adalah masa depan, tepatnya tahun 2015. Penggunaan masa depan sebagai latar waktu tepat karena penelitian untuk membuktikan keberadaan UFO membutuhkan teknologi canggih. Ketiga, situasi yang diceritakan merupakan situasi saat krisis energi sedang terjadi. Krisis ini menjadi latar bagi pembentukan pusat penelitian Area X yang kemudian menjadi masalah dalam cerita. Penggambaran alur dan Iatar yang demikian membuat tema menjadi masuk akal. Makhluk asing yang dalam kehidupan nyata belum dapat dibuktikan kebenarannya menjadi terasa nyata dan dapat diterima akal sehat. Alur dan latar menjadi unsur yang mennbangun tema
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindira Sekar Kusuma
Abstrak :
Fenomena sastra majalah yang terjadi dalam dunia kesusastraan Indonesia pada tahun 1950-an melahirkan banyak sastrawan yang memanfaatkan majalah sebagai media untuk mengungkapkan karya-karya dan hasil pemikirannya tentang sastra. Kondisi penerbit buku-buku sastra yang sedang hancur saat itu mengakibatkan banyaknya sastrawan di periode tersebut yang tidak menerbitkan karyanya dalam bentuk buku sehingga mereka cenderung terlupakan. Salah satu sastrawan yang terlupakan tersebut adalah Sukarno Hadian. Karya-karyanya yang tersebar di berbagai majalah yang terbit tahun 1950-an berupa cerpen dan puisi. Sukarno Hadian banyak mengangkat tema eksistensialistis dalam karya-karyanya termasuk enam puisi yang akan dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa masih banyak sastrawan yang tidak tercatat dalam sejarah sastra Indonesia, termasuk Sukarno Hadian, dan apa saja penyebab terlupakannya Sukarno Hadian. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis sajak-sajak Sukarno Hadian yang bertema eksistensialistis.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S11036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ananto Sutyasno Setyaji
Abstrak :
Skripsi ini membahas gagasan pergerakan sosial masyarakat Indonesia pada masa pendudukan Jepang yang ditampilkan dalam Taufan Diatas Asia dan Tiga Buah Sandiwara Lain karya El Hakim. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif analisis. Pendekatan struktur formal sastra digunakan untuk mendeskripsikan unsur gagasan dan didukung oleh penelusuran mengenai latar belakang pengarang dan zamannya. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa Taufan Diatas Asia dan Tiga Buah Sandiwara Lain berisi gagasan-gagasan religius, cinta, cita-cita, kepedulian, dan ketegasan. Gagasan-gagasan tersebut menempatkan El Hakim sebagai pengarang yang berdiri antara propaganda untuk Jepang dan Indonesia. ......This thesis analyze social movement ideas of Indonesia people during Japan occupation period which is represented in Taufan Diatas Asia dan Tiga Buah Sandiwara Lain by El Hakim. This researh uses descriptive analyze approach. The literture formal structure approach uses to describe the idea substance, and supported by investigation of its playwright and period’s background. This research has come up with a decision that Taufan Diatas Asia dan Tiga Buah Sandiwara Lain contains religious, love, ideals, concern, and firmness. That ideas placed El Hakim as a playwright who stand among propaganda towards Japan and Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>