Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Mintasih
Abstrak :
Perdarahan postpartum merupakan penyokong utama kematian ibu secara global, dan memiliki implikasi fisiologis dan psikososial bagi ibu, bayi, keluarga dan masyarakat serta penyedia pelayanan kesehatan. Laporan praktik residensi ners spesialis maternitas ini, menerapkan peran dan fungsi perawat dan teori model keperawatan Need for Help Wiedenbach dan Comfort Kolcaba pada kasus perdarahan postpartum. Penerapan teori Wiedenbach dan Kolcaba pada kelima kasus kelolaan dapat diterapkan dan memenuhi kebutuhan pertolongan segera dan kenyamanan klien sehingga pelayanan asuhan keperawatan sesuai dengan harapan klien. Kekuatan teori Wiedenbach pda fase akut berfokus pada kebutuhan "here and now" yang dibutuhkan klien dengan segera, fokus pengkajian adalah fisik dan psikologis. Teori Comfort Kolcaba melengkapi dengan pengkajian aspek fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial, dengan intervensi yang dilakukan meliputi standart comfort intervention, coaching dan comfort food for thr soul. Perawat spesialis maternitas perlu meningkatkan peran dan fungsinya di tatanan pelayanan kesehatan, baik sebagai pemberi pelayanan, edukator, advokat, pengelola, kolaborator, dan komunikator. ......Postpartum Haemmoragic and maternal mortality have physiological and psychosocial implications. This Reports residency practice nurses maternity specialist, is a report for one year by applying roles and functions of nurses and nursing model theory Need for Help Wiedenbach and Comfort Kolcaba in case of postpartum hemorrhage. The application of the theory Wiedenbach and Kolcaba in five cases under management can be applied and meet the immediate relief needs and comfort of the client so that the nursing care services in accordance with the expectations of its clients. The Strength of the theory Wiedenbach on acute phase focuses on the needs of "here and now" that takes the client immediately, the focus of the assessment is physical and psychological. Comfort Kolcaba complements theory with an assessment of the physical, psychospiritual, environmental and social, with interventions include standard comfort intervention, coaching and comfort food for thr soul. Maternity specialist nurses need to enhance the role and functions in order of health care, both as service providers, educators, lawyers, managers, collaborators and communicators.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Ingan Ukur
Abstrak :
Angka kematian perinatal di Indonesia masih merupakan masalah penting yang harus ditanggulangi. Hasil SDKI (2002 s/d 2012) menunjukkan angka kematian perinatal di Indonesia masih stagnan dan cenderung meningkat. Untuk menekan angka kematian perinatal, dibutuhkan ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, tenaga kesehatan yang kompeten dan dekat dengan masyarakat.Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah deteksi dini komplikasi kehamilan. Alat teknologi yang sering digunakan untuk deteksi dini komplikasi kehamilan adalah USG. Adanya keterbatasan tenaga kesehatan khususnya dokter atau dokter spesialis kebidanan di daerah sulit dan terpencil, maka perlu di teliti tentang kemampuan bidan dalam deteksi dini komplikasi kehamilan dengan menggunakan alat USG, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan kematian perinatal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kemampuan bidan yang menggunakan alat USG dalam deteksi dini komplikasi kehamilan (Plasenta Previa, Gemelli, dan Malpresentasi) dan kontribusinya dalam menurunkan kesakitan dan kematian perinatal yang cost efektif. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen, yang dilaksanakan di 20 puskesmas di kabupaten Bogor, dan dua rumah sakit rujukan, yaitu RS Cibinong dan Ciawi. Pada puskesmas intervensi disediakan alat USG sementara pada puskesmas kontrol tanpa alat USG. Masing‐masing puskesmas intervensi, dua bidan terpilih dilatih menggunakan alat USG, sementara pada puskesmas kontrol tidak dilatih menggunakan alat USG. Pelatihan dilakukan selama dua minggu dan praktek selama dua bulan sebelum penelitian, mengacu kepada kurikulum yang ada.Tahap analisis yang dilakukan adalah uji diagnostik dengan dokter spesialis kebidanan sebagai gold standar, regresi logistik, menghitung probabilitas potensi kesakitan dan kematian perinatal dan analisis efektivitas biaya. Hasil uji diagnostik membuktikan bahwa bidan mampu melakukan deteksi dini komplikasi kehamilan dengan baik, dengan nilai sensifitas sebesar 91.67% dan spesifitas 93.94%. Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa bidan yang menggunakan alat USG mempunyai kemampuan deteksi dini komplikasi kehamilan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan bidan tanpa alat USG. Bidan dengan masa kerja < 12 tahun dalam bidang kebidanan, mempunyai kemampuan 2.27 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bidan dengan masa kerja ≥ 12 tahun. Bidan yang menggunakan alat USG dengan masa kerja di bidang kebidanan < 12 tahun mempunyai kemampuan 6.38 kali lebih tinggi dalam deteksi dini komplikasi kehamilan dibandingkan dengan bidan tanpa alat USG dengan masa kerja < 12 tahun. Apabila seluruh kasus komplikasi yang teridentifikasi melalui alat USG dirujuk secara efektif (tepat waktu dan tepat guna) maka kasus kematian perinatal yang dapat diselamatkan adalah 20,648 kasus, 2.5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bidan tanpa alat USG dimana kasus kematian perinatal yang dapat diselamatkan hanya 8,012 kasus. Hasil analisis efektivitas biaya membuktikan bahwa deteksi dini oleh bidan yang menggunakan alat USG merupakan upaya yang cost efektif. Rekomendasi dari penelitian ini adalah pelatihan penggunaan alat USG oleh bidan, yang meliputi teori dan praktek yang cukup, dan dalam pelaksanaannya di bawah tenaga ahli, akan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Replikasi dari penelitian ini dapat dilakukan di daerah sulit dan terpencil untuk mengetahui hasil yang lebih spesifik tentang deteksi dini komplikasi kehamilan, dan melalui pengembangan tele‐medicine yang menghubungkan bidan di daerah sulit dan terisolasi dengan dokter spesialis kebidanan di fasilitas rujukan (RS dengan PONEK 24/7), diharapkan akan dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinatal.
Perinatal Mortality Rate in Indonesia is still an important issue that must be addressed. The 2002‐2012 IDHS results show that perinatal mortality rate in Indonesia is still stagnant and tends to increase. The availability of good quality health services, health workersbeing competent and close to communities are needed to decline the perinatal mortality rate. One of the required efforts is through early detection of pregnancy complications. The application of ultrasound device as one of advanced technologies is often used for detecting early pregnancy complications. Due to limitations on health workers such as doctors or obstetricians in difficult and remote areas, it is important to identify midwives ability for applying early detection of pregnancy complications by using ultrasound device. This study aims to identify midwives ability of using ultrasound device for early detection of pregnancy complications (Placenta Praevia, Gemelli, and Malpresentation) and their contribution in reducing perinatal morbidity and mortality potential that are cost‐effective. This study used a quasi‐experiment design and conducted in 20 community health centers in Bogor district, and two referral hospitals, namely Cibinong Hospital and Ciawi Hospital. Ultrasound device is provided for intervention community health centers while for control community health centers without ultrasound device. The training on the use of ultrasound is completed for two weeks and two months for ultrasound practices before the study. The analysis phase was performed by using diagnostic test (gold standard obstetrician), logistic regression, probabilitas, and analysis of costeffectiveness. The diagnostic test results show that midwives are able to perform well early detection of pregnancy complications, with values: sensitivity of 91.67% and a specificity of 93.94%. Results of logistic regression analysis displayed that midwives with ultrasound device for detection of pregnancy complications has the capability of early detection of pregnancy complications two times higher than midwives without ultrasound device. Midwives with a working period in obstetrics < 12 year have the capacity of early detection of pregnancy complication 2.27 times higher than midwives with a working period in obstetrics ≥ 12 year. Midwives using ultrasound device with a working period in obstetrics <12 year have the capacity of early detection of pregnancy complications 6.38 times higher than midwives without ultrasound device with a working period < 12 year. If all complications cases were identified through ultrasound device and referred effectively (timely and appropriate), perinatal death cases which can be saved was 20,648 cases, 2.5 times higher than those without ultrasound device in which perinatal death cases can only save 8,012 cases. The results of cost effectiveness analysis demonstrated that early detection made by midwife who used ultrasound device has cost effectiveness. The recommendationof this study isthe need of training for midwives on using ultrasound device that consists of required theory and practices and during its application under expert supervision would show promising outcomes. Replication of this study can be done in remote areas for early detection pregnancy complications, and through the development of tele‐medicine that connects midwife in remote and isolated areas with obstetricians at the referral facility (district hospital with obstetric service and comprehensive neonatal emergency care 24/7), expected to reduce maternal and perinatal mortality.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D2022
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Omry
Abstrak :
Persalinan prematur definisi adalah persalinan prematur adalah persalinan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (WHO, 1993), penelitian Rooney B & Calhoun B.C, (2003) menjelaskan bahwa prematur terjadi masa kehamilan antara 20 minggu sampai kurang 37 minggu. Penelitian dilakukan untuk mengetahui risiko penyakit periodontal terhadap kejadian persalinan prematur berdasarkan pemeriksaan klinis, antara lain Level perlekatan klinis (Clinical Attachment Level/CAL), Periodontal poket dalam (Periodontal Pocket in Depth/PPD), Perdarahan probing (Bleeding on Probing/BOP) dan mengetahui ibu hamil menderita penyakit periodontal lebih berisiko terjadi persalinan prematur daripada tidak menderita penyakit periodontal. Penelitian observasional dengan disain kasus kontrol yang dilakukan di fasilitas kesehatan (hospital based). Penelitian dilaksanakan pada beberapa rumah sakit di Pontianak seperti RSUD dr Soedarso, RSIA Anugrah Bunda Khatulistiwa, RSIA Jeumpa dan RS Kharitas Bakti. Besar sampel minimal dalam penelitian dengan kasus 87 responden dan kontrol 98 responden, pengumpulan data dilakukan bulan agustus 2014 s/d mei 2015. Hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi penyakit periodontal dengan persalinan prematur sebesar 71,40% dan pada persalinan aterm 49,00%. Sedangkan proporsi yang tidak menderita penyakit periodontal dengan persalinan prematur 28,60%, pada persalinan aterm 51,00%. Penyakit periodontal berhubungan bermakna dengan resiko 2,4 lebih besar dibandingkan tidak menderita penyakit periodontal. Sebagai konfonder berhubungan bermakna antara lain faktor resiko ANC dan Pekerjaan. Saran penelitian ini, ibu hamil dapat melakukan pemeriksaan penyakit periodontal pada tata laksana ANC baik pada pelayanan dasar maupun rujukan pada ibu hamil.
Preterm labor is the definition of preterm labor is labor gestation less than 37 weeks (WHO, 1993), research Rooney B.C B & Calhoun (2003) explain that premature occur between 20 weeks gestation until less than 37 weeks. The study was conducted to determine the risk of periodontal disease on the incidence of preterm birth based on clinical examination, including Clinical Attachment Level (CAL), Periodontal Pocket in Depth (PPD), Bleeding on Probing (BOP) that pregnant women suffer from periodontal disease is a risk of premature delivery than not suffer from periodontal disease. Observational study with case control design conducted in health facilities (hospital based). The experiment was conducted at several hospitals in Singapore as dr Soedarso, RSIA Anugrah Mother Equator, RSIA JEUMPA and RS Kharitas Bakti. Minimum sample size in the study with the case of 87 respondents and 98 control respondents, data collection conducted in August 2014 s / d of May, 2015. The result showed that the proportion of periodontal disease and preterm labor at 71.40% and 49.00% of term deliveries. While the proportion who do not suffer from periodontal disease and preterm labor 28.60%, 51.00% in labor at term. Periodontal disease significantly associated with the risk greater than 2.4 do not suffer from periodontal disease. As confounder significant relationship between other risk factors ANC and Employment. Suggestion of this study, pregnant women can conduct examination of periodontal disease in ANC governance both at primary and referral services to pregnant women.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2217
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah M. Asim
Abstrak :
Latar Belakang: Berbagai penelitian menyebutkan terdapat hubungan antara penyakit periodontal dengan kelahiran bayi prematur KBP , namun belum ada kajian hubungan keparahan periodontitis kronis dan proporsi Porphyromonas gingivalis dalam plak subgingiva dengan KBP. Metode: Penelitian retrospektif dengan metode wawancara, kuesioner, dan pemeriksaan klinis periodontal pada subjek maksimum 48 jam paska persalinan. Penentuan keparahan periodontitis kronis berdasarkan kriteria gabungan CAL, PPD, BOP, dan penyebaran. Pengambilan sampel plak subgingival dari poket terdalam untuk P. gingivalis dengan metode qPCR. Analisis statistik Chi-square dan Regresi Logistik menggunakan SPSS. Hasil: Ada hubungan antara keparahan periodontitis kronis dengan KBP p=0,002 ; dan antara proporsi P. gingivalis dengan keparahan periodontitis kronis p=0,015 dengan distribusi terbanyak pada periodontitis kronis berat. Tidak ada hubungan antara proporsi P. gingivalis dengan KBP p=0,466. Kesimpulan: KBP berhubungan dengan keparahan periodontitis kronis, namun tidak dengan proporsi P. gingivalis. Perlu penelitian lanjutan yang mengkaji hubungan bakteri periodontopatogen kuat lainnya dengan KBP.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library