Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Anggraheni
"Kota Administrasi Jakarta Timur merupakan wilayah DKI Jakarta dengan angka deteksi kasus baru kusta dan kecacatan paling banyak di Jakarta pada tahun 2018. Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Penyakit kusta dapat menimbulkan kecacatan baik tingkat 1 maupun 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi spasial karakteristik kasus baru kusta dengan Sistem Informasi Geografi serta hubungan faktor-faktor yang memengaruhi kejadian kecacatan pada kasus baru kusta Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2018. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional dengan total sampel sebanyak 85 orang. Data diperoleh dari kartu penderita kusta di sembilan Puskesmas di Jakarta Timur. Data kemudian dianalisis univariat, bivariat, dan spasial. Kasus baru kusta paling banyak terdapat di Kecamatan Cakung (21 kasus), Cipayung (16 kasus), dan Duren Sawit (16 kasus) pada laki-laki (67,1%), rentang umur 25-34 tahun (27,1%), tidak bekerja (47,1%), tidak memiliki riwayat kontak (65,9%), cara penemuan pasif (84,7%), lama gejala <1 tahun (44,7%), tipe kusta MB (85,9%), tidak mengalami reaksi (64,7%), kecacatan tingkat 1 sebesar 10,6% dan kecacatan tingkat 2 sebesar 74,1%. Dari seluruh faktor risiko, tidak ada hubungan faktor risiko yang diteliti dengan kecacatan pada kasus baru kusta.

East Jakarta Administrative City is the DKI Jakarta area with the highest number of leprosy and disability detection cases in Jakarta in 2018. Leprosy is an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium Leprae. Leprosy can cause disability both at level 1 and 2. This study aims to describe the spatial distribution of characteristics of new cases of leprosy with the Geographic Information System and the relationship of factors that influence the occurrence of disability in new cases of leprosy in the East Jakarta City Administration in 2018. This study is a descriptive study with a cross-sectional approach with a sample of 85 people. Data was obtained from leprosy patients in nine health centers in East Jakarta. Data were then analyzed by univariate, bivariate, and spatial. The most recent cases of leprosy were in Regency of Cakung (21 cases), Cipayung (16 cases), and Duren Sawit (16 cases) cases in men (67.1%), age range 25-34 years (27.1%), no work (47.1)%), no contact history (65.9%), passive discovery method (84.7%), symptom duration <1 year (44.7%), MB leprosy type (85.9%) ), no reaction (64.7%), level 1 disability of 10.6% and level 2 disability of 74.1%. Of all risk factors, there is no correlation between the risk factors studied with disability in the new case of leprosy."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Ratno Juniarto Marulitua
"Latar Belakang: Beberapa penyakit ginjal sangat berhubungan dengan ukuran ginjal, sehingga pasien dengan masalah kronik seperti infeksi saluran kemih ISK berulang, refluks vesikoureter, atau neurogenic bladder memerlukan evaluasi pertumbuhan ginjal. Untuk menentukan adanya perubahan pada ukuran ginjal diperlukan standar ukuran ginjal normal yang dapat dipakai sebagai rujukan. Pemeriksaan ukuran ginjal pada anak dapat dilakukan dengan alat ultrasonografi.Metoda: Disain studi adalah deskriptif potong lintang. Pengukuran ginjal dilakukan dengan ultrasonografi 1,0-6,0 MHZ transduser konveks. Rerata panjang ginjal dan volume ginjal tiap kelompok usia dihitung dengan disertai standar deviasi. Korelasi panjang dan volume ginjal juga dilakukan terhadap parameter pertumbuhan antara lain usia, tinggi badan, dan berat badan.Tujuan: Studi ini bertujuan menentukan nilai panjang dan volume ginjal anak sehat usia 6 sampai

Background Some of kidney disease are correlated with the size of kidney so that patient wih chronic problems like reccurent urinary tract infections, vesicoureter reflux, or neurogenic bladder need evaluation of kidney growth. To determine changes in kidney size, it is important to have standard normal kidney size for references. Examination of children rsquo s kidney size can be done by ultrasonography.Methods A cross sectional descriptive study. The size of kidney was measured with 1,0 6,0 MHz convex transducer ultrasonography. Average length and volume of kidney at each classification of age were calculated with standard of deviation. Correlation kidney length and volume were also done with growth parameters e.g. age, height, and weight.Aim To determine kidney length and volume of healthy children age 6 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55621
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Budyarini Prima Sari
"Latar belakang: Angka pasien anak yang menjalani hemodialisis (HD) kronik saat ini mengalami peningkatan. Hemodialisis sebagai modalitas terapi pengganti ginjal menjadi opsi untuk dapat membuang toksin uremik di dalam tubuh. Setidaknya ada 90 senyawa toksin uremik yang berhasil teridentifikasi termasuk ureum dan kreatinin serta golongan middle molecule yaitu beta 2 mikroglobulin (beta 2-MG). Evaluasi terhadap toksin uremik selain ureum kreatinin juga jarang dilakukan karena keterbatasan reagen di fasilitas kesehatan. Hemodialisis konvensional saat ini belum dapat secara efektif melakukan removal terhadap beta 2-MG dalam tubuh. Kadar beta 2-MG yang tinggi akan berakumulasi dan memiliki komplikasi jangka panjang di beberapa organ termasuk sistem kardiovaskular.
Tujuan: Mengetahui korelasi antara beta 2-MG serum dengan resep hemodialisis dan faktor komorbid pada anak yang menjalani HD kronik.
Metode: Penelitian cross-sectional ini menganalisis data primer pasien anak yang menjalani HD kronik di Unit Dialisis Kiara RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2024.
Hasil: Jumlah subyek penelitian ini adalah 38 anak yang terdiri dari 22 (57,9%) laki-laki dan 16 (42,1%) perempuan. Nilai rerata usia adalah 13,2 ± 2,9 tahun. Mayoritas penyebab PGK pasien adalah glomerulonefritis (44,7%), profil status nutrisi terbanyak adalah gizi kurang (60,5%), menjalani HD mode konvensional kurang dari 36 bulan (92,1%) dengan frekuensi 2 kali per minggu (89,5%) dan sebanyak 73,7% menggunakan dializer jenis high flux yang berbahan dasar membran sintetis. Sebanyak 28,9% subyek mengalami hipertensi stadium 2 dan 65,8% memiliki fraksi ejeksi normal. Kadar beta 2-MG pre HD terbanyak di 10-25 mg/dL (50%) dan pasca HD 2,5-10mg/dL (42,1%). Berdasarkan analisis korelasi, terdapat korelasi positif antara beta 2-MG reduction ratio dengan dializer high flux yang berbahan sintetis (r=0,716; p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat korelasi positif antara beta 2-MG reduction ratio dengan dializer high flux berbahan dasar membran sintetis. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara beta 2-MG serum dengan parameter resep HD yang lain serta komorbid kardiovaskular, yaitu hipertensi dan fraksi ejeksi.

Background: The number of pediatric patients undergoing chronic hemodialysis (HD) is currently increasing. Hemodialysis as a renal replacement therapy modality is an option to get rid of uremic toxins in the body. There are at least 90 uremic toxin compounds that have been identified, including urea and creatinine, as well as the middle molecule group, namely beta 2 microglobulin (beta 2-MG). It is uncommon to evaluate uremic toxins other than urea creatinine due to limited reagents in health facilities. Conventional hemodialysis currently cannot effectively remove beta 2-MG from the body. High levels of beta 2-MG will accumulate and have long-term complications in several organs, including the cardiovascular system.
Objective: To determine the correlation between serum beta 2-MG with hemodialysis prescription and comorbid factors in children undergoing chronic HD
Methods: This cross-sectional study analyzes primary data from pediatric patients undergoing chronic HD at Kiara Dialysis Unit RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kiara in 2024.
Result: The number of subjects in this study was 38 children, consisting of 22 (57.9%) boys and 16 (42.1%) girls. The mean age value was 13.2 ± 2.9 years. Glomerulonephritis accounted for 44.7% of the causes of CKD in patients. Malnutrition was the most prevalent nutritional status profile (60.5%). The majority of patients (92.1%) had conventional HD mode less than 36 months, and 89.5% had it twice a week. Up to 73.7% of people utilized high flow dialyzers made of synthetic materials. A total of 28.9% of subjects had stage 2 hypertension and 65.8% had normal ejection fraction. The prevalence of beta 2-MG levels pre HD were highest at 10-25 mg/dL (50%) and post HD at 2.5-10 mg/dL (42.1%). Based on correlation analysis, there is a positive correlation between beta 2-MG reduction ratio and high flux dialyzers made from synthetic materials (r=0.716; p=0.000).
Conclusion: There is a positive correlation between beta 2-MG reduction ratio and synthetic-based high flux dialyzers. There is no significant correlation between serum beta 2-MG and other HD prescription parameters and cardiovascular comorbidities, namely hypertension and ejection fraction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library