Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Averil Khalisha Paramesti
"ABSTRAK
Sejak pertama kali diciptakan oleh James Truslow Adams pada tahun 1931, Mimpi Amerika telah lama dianggap sebagai kehidupan ideal setiap orang yang menjanjikan kesuksesan melalui kerja keras dan menekankan pelestarian cita-cita kolektif untuk semua warga negara Amerika terlepas dari perbedaan masing-masing individu. Mimpi Amerika pun semakin langgeng dengan kehadirannya yang konstan pada budaya populer Amerika. Akan tetapi, kehidupan orang Amerika telah berubah secara drastis sejak awal kehadiran Mimpi Amerika, dan hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadaan Mimpi Amerika saat ini. Mengamati The Devil Wears Prada (2006) dan tokoh utamanya Andrea Sachs, penelitian ini menyelidiki apakah konstruksi Mimpi Amerika di dalam film sesuai dengan konsep asli Adams. Dengan mengulas ide-ide dasar Mimpi Amerika dan melihat beragam manifestasinya di dalam film, penelitian ini menemukan bahwa film ini memperlihatkan versi Mimpi Amerika yang telah berubah secara radikal, di mana Mimpi Amerika sekarang ini hanya menjadi justifikasi usaha menguntungkan diri sendiri semata dan telah menjadi alat penindasan bagi siapapun yang mengejarnya.

ABSTRACT
Ever since its first coinage by James Truslow Adams in 1931, The American Dream has been long held as the everyman s life, which promises success through hard work and stresses the preservation of collective ideals to all Americans regardless of each individual s differences. The Dream s endurance is further strengthened by its frequent presence in American popular culture. However, the life and times of the Americans have greatly changed since the Dream s inception, and this raises the question of today s state of the Dream. Examining The Devil Wears Prada (2006) and its main character Andrea Sachs, this research investigates whether the film s depiction of the American Dream is in accordance to Adams s original concept. By dissecting the Dream s basic concepts and observing its manifestations in the film, this research argues that the film provides a radically metamorphosed version of the American Dream, in which it is now a mere justification for selfish endeavours and has become a tool of oppression to those who seek it."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adriani Putri
"ABSTRAK
Wreck-It Ralph (2012) adalah sebuah film animasi Amerika yang secara kasat mata terlihat hanya bercerita tentang penjahat yang ingin menjadi pahlawan seperti film lain pada umumnya. Namun, penting adanya untuk melihat film ini lebih dekat karena ada isu yang lebih dalam di balik persepsi umum masyarakat terhadap film ini. Karena film ini sudah dianalisis melalui berbagai perspektif, artikel ini bertujuan untuk mengisi kesenjangannya dengan mengeksplorasi dampak dari pelabelan; tidak hanya pada individu tapi juga dalam skala yang lebih besar. Artikel ini akan menggunakan analisis tekstual dan konsep pelabelan Erving Goffman untuk menganalisis filmnya. Selain itu, beberapa elemen di dalam film seperti penggunaan bahasa dan mise-en-scène akan digunakan untuk mendukung argumen. Dengan menganalisis aspek-aspek tersebut, artikel ini bertujuan untuk membuktikan bahwa pelabelan tidak hanya berdampak kepada empat pemeran utama yang dilabeli tetapi juga
lingkungan masyarakat di sekitar mereka.

ABSTRACT
Wreck-It Ralph (2012) is an American animation movie which seems be just another story of a villain who wants to become a hero. However, taking a closer look is important to see that there are deeper issues hiding behind the common perception of this movie. Since this movie has been analyzed through different perspectives, this article aims to fill the gap by exploring the impact of labeling not only on the individuals but also in a larger scale. This article will use textual analysis and Erving Goffman s concept of labeling to analyze the movie. Moreover, some elements in this movie, such as language use and the mise-en-scène, will be used to support the arguments. By analyzing these aspects, this article hopes to prove that labeling does not only affect the four main characters who are being labeled but also the society they live in."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Indah Fitria
"ABSTRAK
Sejak pertengahan abad ke-20, sudah terdapat banyak persepsi ilmiah mengenai Jepang yang kemudian semuanya menyatu menjadi sebuah kumpulan representasi kultural terhadap masyarakat modern Jepang. Melalui sudut pandang pos kolonialisme, penelitian ini menggunakan techno-orientalism yang merupakan sebuah ekstensi dari orientalism sebagai kerangka analisis dalam menganalisis film cyberpunk produksi Disney berjudul Big Hero 6 (2014). Dengan membedah teknik representasi melalui latar dan karakter dalam cerita, penelitian ini berargumen bahwa film ini dibuat dengan logika techno-orientalism yang menggambarkan masyarakat jepang sebagai masyarakat yang mengagungkan teknologi di mana sistem nilai sosial diubah dan ditanamkan prinsip-prinsip teknologi.

ABSTRACT
Since the mid-20th century, heightened scientific visions have been imagined about Japan and conflated into cultural representations of modern Japanese society. Drawing on a postcolonial perspective, this study applies techno-orientalism, a development of the classic orientalism discourse, as the analytical framework to develop an alternative reading of Disneys cyberpunk film Big Hero 6 (2014). By examining the films techniques of representation through settings and characters, this study argues how the film operates with a techno-orientalist logic depicting Japanese society as a hyper-technological population where social value systems are replaced with technological principles."
2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Zahrina
"ABSTRAK
The Intern 2015 adalah sebuah film tentang seorang pria berusia sekitar 70 tahun bernama Ben Whittaker yang bekerja sebagai pekerja magang senior di sebuah perusahaan start-up, About the Fit. Film ini mencapai kesuksesan karena menggambarkan dunia kerja seseorang yang mencari kebahagiaan melalui pekerjaannya walaupun dia sudah pensiun. Hal ini juga membawa kompleksitas film ketika ada banyak perbedaan yang ditemukan karena lingkungan kerja yang telah berubah. Berdasarkan teori Conelly 1999 tentang kapitalisme sebagai opresi, makalah ini bertujuan untuk memperdalam the way of life dari karakter Ben. Makalah ini membahas peran dan penggambaran kapitalisme dalam film ini. Hasil makalah ini menunjukkan bahwa kapitalisme berperan dalam pembentukkan way of life,yang direpresentasikan melalui karakter Ben Whittaker.

ABSTRACT
Nancy Meyer rsquo s The Intern 2015 is a movie about a 70 year old character named Ben Whittaker who works as a senior intern at a start up company, About The Fit. This movie actually is a successful movie because it portrays the working life of someone who keeps looking for his own happiness trough working even though he is now in his 70 rsquo s. It also brings us to the complexities of the movie when there are many differences found since the environment in the workplace is slightly different with Ben Whittaker rsquo s era. Based on Conelly rsquo s theory of capitalism as an opression 1999 , this paper aims to explore the way of life of the character. Particularly, this paper aims to make visible that the role and the depiction of capitalism in the movie The Intern 2015 by Nancy Meyers. The purpose of this paper is to present if capitalism can shape the way of life, which is articulated the character Ben Whittaker."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Aditya
"ABSTRAK
Di saat Amerika, dengan segala hal tentang sistem sosial, ekonomi, dan politik yang digunakan guna memperjuangkan apa yang warganya sebut ldquo;Mimpi Amerika, rdquo; isu kekerasan justru terus bergulir semkain deras setiap waktunya. The Purge: Election Year 2016 hadir dengan sebuah ide tentang memberikan satu hari untuk setiap warga negara untuk melakukan kekerasan, guna menangkal mereka untuk melakukan kekerasan di kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan teori tentang kekerasan yang Zizek 2008 jabarkan menjadi tiga:subjektif, objektif, dan juga sistemik, makalah ini ingin menganalisa hubungan antara kekerasan dan juga kapitalisme pada film ini. Tesis dari makalah ini adalah bahwa film ini menunjukan koneksi antara kekerasan dan kapitalisme, yang mana sulit terlihat pada kehidupan sehari-hari namun bisa terlihat jelas pada adegan dan dialog yang dibungkus dalam kerangka dystopia.

ABSTRACT
While America, with all of its whole idea of politic, economic, and social system to pursue what they call as ldquo American Dream, rdquo the issue of violence goes wilder time by time. The Purge Election Year 2016 comes up with an idea of giving a day for people to use violence, to counter the use of violence in everyday life. By using the violence theory that Zizek divides into three subjective, objective, and systemic, this paper wants to analyze the connection between violence and capitalism in the movie. The thesis is that the movie conveys the connection between violence and capitalism, which we aren rsquo t be able to see in our real lives, yet it can be seen clearly in the scenes and dialogues wrapped in dystopian imagining."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Meily Helena Kardinya
"Saat ini, representasi stereotip budaya dalam serial drama televisi telah menjadi hal yang biasa. Banyak serial drama televisi mencoba memasukkan unsur stereotip budaya dalam praktik mereka. Bahkan dalam serial drama televisi kejahatan yang agak baru seperti, Criminal Minds: Beyond Borders 2016 , stereotip budaya diekspos dan digambarkan dalam serial ini. Sebagai putaran kedua dari franchise Criminal Minds 2005 - 2016 , Criminal Minds: Beyond Borders 2016 mencoba untuk mendapatkan perhatian dan menjangkau khalayak dengan menggambarkan isu stereotip budaya melalui pemisahan dua kelompok besar, yaitu orang Amerika dan orang Timur Asia, Afrika, dan Timur Tengah . Stereotip digambarkan melalui tiga elemen yang berbeda, yaitu dialog, karakter, dan plot. Dengan menerapkan orientalisme sebagai kerangka analisis untuk menafsirkan dan memeriksa stereotip budaya yang ada di dalam korpus, penelitian ini berpendapat bahwa Criminal Minds: Beyond Borders 2016 menggambarkan Amerika sebagai yang lebih unggul dalam kaitannya dengan mitra Timur dan hal itu telah merugikan negara-negara Timur.

Nowadays, the representation of cultural stereotypes in television drama series has become commonplace. Many television drama series are trying to insert the element of cultural stereotypes in their practices. Even in a rather new crime television drama series such as, Criminal Minds Beyond Borders 2016 , cultural stereotypes are being exposed and depicted in the series. As the second spin off of the franchise Criminal Minds 2005 ndash 2016 , Criminal Minds Beyond Borders 2016 is trying to get attention and reach the audiences by portraying the issue of cultural stereotypes through the separation of two big groups, which are the Americans and the Eastern people Asian, African, and Middle Eastern. The stereotypes are being illustrated through three different elements, which are dialogue, characters, and plot. By applying orientalism as the analytical framework to interpret and examine the cultural stereotypes that exist in the corpus, this study argues that Criminal Minds Beyond Borders 2016 represents America as superior in relation to the East counterparts and it somehow disfigures the East countries.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shenia Andiani Putri
"ABSTRAK
Penggambaran seseorang dengan disabilitas di produksi film Holywood selalu bermasalah karena sering kali mereka digambarkan sebagai seseorang yang lemah dan tidak berdaya. Pada artikel ini, penulis membahas tentang masalah agensi untuk penyandang disabilitas di film, Me Before You 2016 khususnya pada hubungan antara tindakan bunuh diri dan agensi yang dicontohkan oleh tokoh utama yaitu Will Traynor. Jika bunuh diri selalu dilihat sebagai tindakan menyerah dan pertanda ketidakberdayaan, berdasarkan analisis pada unsur sinematik, penulis berpendapat bahwa bunuh diri di film dapat dipahami sebagai bentuk agensi yang dimiliki oleh tokoh utama sebagai hasil negosiasi dengan diri dan sekitarnya.

ABSTRACT
Representation of persons with disability in Hollywood movies have always been problematic, as most of the time they are portrayed to be vulnerable and powerless. In this article, the author examines issues of agency for persons with disability in the movie Me Before You 2016 in particular the relationship between the act of suicide and agency exemplified by the main character Will Traynor. If suicide has always been seen as an act of surrender and a sign of helplessness, based on analysis of cinematic elements the author argues that suicide in the movie can be understood as a form of agency possessed by the main character as a result of negotiation with the self and surroundings. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Antoni Aliarto
"ABSTRAK
Representasi komunitas Asia-Amerika di media dipenuhi dengan kontroversi dikarenakan banyaknya representasi yang dianggap stereotipikal dan satu dimensi. Fresh Off the Boat 2015 ndash; sekarang dan 2 Broke Girls 2011 ndash; 2017 merupakan dua contoh serial televisi Amerika yang dianggap telah melemahkan maskulinitas karakter laki-laki Asia-Amerika dalam dua serial tersebut. Penelitian ini menganalisis bagaimana maskulinitas karakter Louis Huang dan Han Lee dilemahkan sebelum menganalisis bagaimana mereka menciptakan konsep maskulinitas mereka sendiri dengan cara bernegosiasi dengan konsep maskulinitas hegemoni oleh Connell dan bagaimana orang Asia melihat maskulinitas. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk menyangkal asumsi yang mengatakan bahwa kedua serial televisi ini melemahkan maskulinitas karakter Asia-Amerikanya dengan membuktikan bahwa multipel konsep maskulinitas dapat diciptakan dan wujud berkesinambungan dengan konsep maskulinitas lainnya tanpa melemahkan konsep maskulinitas yang ada.

ABSTRACT
Representations of the Asian American community in the media have always been met with controversies with many of them labeled as stereotypical and one dimensional. Fresh Off the Boat 2015 ndash now and 2 Broke Girls 2011 ndash 2017 are two recent American television series that are said to have emasculated their Asian American male characters. This research analyzes how the characters Louis Huang and Han Lee are emasculated, before examining how they actually construct their own concept of masculinity by negotiating between Connell rsquo s concept of hegemonic masculinity and how Asians perceive masculinity. Ultimately, this research aims to debunk assumptions that these series emasculate their characters by proving that it is possible for multiple concepts of masculinity to co exist with one another without one being less masculine than the other."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Putri Ramawidjaja
"Pretty Little Liars 2010-2017 adalah serial televisi yang menceritakan kisah tentang empat gadis remaja yang berusaha melawan bentuk-bentuk penyiksaan dan intimidasi dari sosok misterius yang berinisial A . Meskipun serial televisi ini berfokus pada misteri dan drama, serial televisi juga memunculkan isu tentang gender, terutama tentang non-normativitas yang mendobrak batas stereotip gender. Namun, terlepas dari contohnya yang baik, karakter laki-laki yang terkait erat dengan gadis-gadis ini menyalahgunakan kekuasaan mereka untuk keuntungan pribadi mereka melalui manipulasi, yang merupakan penyalahgunaan psikologis yang berlawanan dengan bentuk kekerasan fisik yang sering terjadi di masyarakat. Dengan menggunakan The Mechanic of Manipulation karya Harriet B. Braiker, makalah ini menganalisis karakter laki-laki dalam Pretty Little Liars dan metode kontrol manipulasi yang digunakan oleh karakter laki-laki ini sebagai penyalahgunaan kekuasaan.

Pretty Little Liars 2010-2017 is a television series that tells the story about four teenage girls who struggle against forms of torture and bullying from a mysterious figure called ldquo;A rdquo;. Even though the show mainly focuses on the mystery and drama, the television series also brings out the issue about gender, especially about non-normativity that breaks the boundary of gender stereotype. However, despite of its exemplary, the male characters who are closely related to the girls abuse their power for their personal gain through manipulation, which is a psychological abuse contrary to physical abuse that frequently happens in the society. By using Harriet B. Braiker rsquo;s The Mechanic of Manipulation, this paper analyzes male characters in Pretty Little Liars and the use of manipulation control methods performed by male characters as abuse of power.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Tyas Pratama
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dampak-dampak alienasi pada Oliver Queen dan elemen-elemen heroik nya, serta bagaimana post-traumatic stress disorder melahirkan pendekatan kekerasan yang dia gunakan saat dia menjalankan misi nya di Arrow 2012-2013. Metodologi pada penelitian ini adalah kualitatif. Tubuh dari penelitian ini adalah musim pertama dari CW Arrow 2012-2013. Dengan menerapkan elemen heroik milik Peter Coogan, penelitian ini menemukan bahwa misi, kekuatan serta identitas Oliver sangat dipengaruhi oleh alienasi dan post-traumatic stress disorder miliknya. Pada akhirnya, kedua alienasi dan post-traumatic stress disorder merubah Oliver Queen menjadi orang yang berbeda dan mengembangkan persona lain dalam dirinya, yaitu Green Arrow.

This research aims to identify the effects of alienation on Oliver Queen and his heroic elements, and how post-traumatic stress disorder gives birth to the violent approach that he uses when he executes his mission in Arrow 2012-2013 . The methodology in this research is qualitative. The corpus of this research is CW's Arrow 1st season 2012-2013. By applying Peter Coogan's heroic elements, this research finds that Oliver's mission, power, and identity are highly influenced by the alienation and his post-traumatic stress disorder. In the end, both alienation and post-traumatic stress disorder change Oliver Queen into a different person and develop another persona in him, which is the Green Arrow."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>