Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Paramita
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Infertilitas terjadi pada 15% pasangan suami istri di seluruh dunia. Penyebab iniertilitas bermacam-macam, salah satunya adalah astenozoospermia. Motilitas spermatozoa merupakan proses yang memerlukan ATP. Molekul ini dihasilkan oleh mitokondria dan keluarnya ATP dari mitokondria ke sitoplasma diatur oleh kanal Voltage-Dependent Anion Channel (VDAC). VDAC adalah kanal ion yang terdapat pada membran luar mitokondria, ditemukan pada berbagai spesies dan tersebar di berbagai jaringan tubuh. Saat ini diketahui terdapat tiga isoform VDAC pada manusia, yaitu hVDAC1, hVDAC2 dan hVDAC3. Melalui penelitian knock-out mouse oleh Sampson et al. (2001), mencit mutan VDAC3 (-1-) mengalami penurunan motilitas spermatozoa apabila dibandingkan dengan mencit wild type. Tujuan penelitian tesis ini adalah untuk menganalisis exon 8 gen hVDAC3 pada spermatozoa yang mempunyai motilitas rendah dari pasien infertil astenozoospermia. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DNA spermatozoa yang diperoleh dari 32 pria astenozoospermia dan dari tiga pria fertil normozoospermia. Sampel semen tersebut mula-mula di-swim up untuk memisahkan antara sperma bermotilitas baik dan sperma bermotilitas rendah. Setelah itu DNA sperma diisolasi dan diamplifikasi dengan metode Polymerise Chain Reaction (PCR), dengan menggunakan primer yang spesifik untuk exon 8 gen hVDAC3, Setelah itu dielektroforesis dan disekuensing untuk dianalisis adanya mutasi.
Hasil dan Kesimpulan Penelitian:
Hasi1 amplifikasi DNA spermatozoa dengan primer spesifik exon 8 genVDAC3 dideterminasi dengan terlihatnya pita DNA berukuran 513 bp. Satu pasien (A32) tidak menampakkan pita, sedangkan hasil elektroforesis 13-aktin sampel A32 menunjukkan adanya pita. Setelah disekuensing, ditemukan satu pasien (A3) yang mengalami rnutasi substitusi berupa substitusi satu nukleotida dari A men]adi C, namun tidak menyebabkan perubahan asam amino. Satu pasien (A4) ditemukan mengalami rnutasi insersi satu nukleotida T. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adaiah tiga pasien dari 32 pasien astenozoospermia yang diteliti mengalami mutasi pada gen hVDAC3 ekson 8, yaitu mutasi substitusi sebanyak sate sampel, mutasi insersi sebanyak satu pasien dan mutasi delesi sebanyak satu pasien. Pada penelitian ini ditemukan adanya mutasi pada gen hVDAC3 exon 8 pada sperma bermotilitas rendah pasien infertil astenozoospermia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17674
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titien Sumarsih
"Ruang Lingkup dan Cara
Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu ditangani secara bersama-sama dengan infertilitas pada wanita. Salah satu parameter yang berperan dalam fertilitas pria adalah motilitas spermatozoa. Motilitas sperma berperan penting dalam kesanggupan sperma untuk mencapai sel telur (ovum). Oleh karena itu gangguan mortilias sperma sering menjadi penyebab infertilitas pada pria. Pasien dengan masalah ini dikategorikan astenozoospermia. Astenompspermia dapat terjadi akibat disfungsi pada mitokondria, Voltage dependent anion channel (VDAC) merupakan kanal ion yang terdapat pada membran luar mitokondria, bertanggung jawab etas keluar masuknya ATP. Sampai saat ini telah diidentifikasi 3 tipe VDAC dengan tingkat homologi yang tinggi. Berdasarkan penelitian Sampson et al., 2001 dengan menggunakan teknik Knock-out mouse menunjukan bahwa sperma dari mencit mutan dengan delesi 4 ekson terakhir VDAC3 mengalami penuruanan dalam mortalitasnya serta penelitian dari Asmarinah et al (2004) bahwa pada exon 6 gen VDAC3 terdapat mutasi substitusi nukleotida. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah pada exon 7 gen VDAC3 juga terdapat mutasi? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis exon 7 gen VDAC3 pada sperma pasien astenozoospermia. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap awal adalah pengumpulkan sampel sperma pasien astenozoospermia sebanyak 32 sampel setelah dilakukan swim up dan isolasi DNA. Tahap berikutnya amflifikasi dengan metode PCR dengan primer spesifik untuk ekson 7 gen VDAC3 dan tahap akhir sekuensing DNA dari produk PCR untuk mendeteksi adanya mutasi.
Hasil dan kesimpulan
Dari 32 sampel terlihat adanya hasil amplifikasi fragmen exon 7 gen hVDAC3 yang berukuran kurang lebih 551 pb dan dari hasil sekuensing ditemukan 3 macam mutasi, yaitu mutasi delesi pada 4 sampel (13,33%), mutasi substitusi 1 sampel (3,33 %) yang menyebabkan perubahan asam amino pada posisi 228 dar asam aspartat menjadi asparagine dan mutasi insersi pada 1 sampel (3,33 %) yang mengubah susunan asam amino pada posisi 228."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T 17682
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suliarto Gunawan Halim
"Infertilitas yang disebabkan oleh masalah imunologis mempunyai peranan yang belum dipahami dengan baik. Sperma sebagai Salah satu komponen reproduksi mempunyai peranan penting dalam mencetuskan timbulnya ASA yang turut menyebabkan infertilitas. Kenaikkan titer ASA diduga mempengaruhi kemampuan reproduksi.
Keanekaragaman protein pada sperma mempunyai potensi sebagai imunogen yang akan menirnbulkan respon imun yang terukur sebagai titer ASA. Titer ASA yang diukur dengan metode ELISA dengan hasil kuantitatif dibandingkan pada kelompok yang terpajan oleh satu sumber sperma dengan kelompok yang terpajan oleh beberapa sumber sperma.
Hasil pemeriksaan titer ASA dengan metode ELISA menunjukkan adanya kenaikan titer ASA yang lcbih tinggi secara bermakna pada kelompok wanita yang terpajan oleh sperma multi sumber dibandingkan dengan satu sumber. Hal ini menunjukkan adanya respons imun yang lebih kuat pada kelompok pajanan oleh beberapa sumber sperma dibandingkan dengan kelompok pajanan oleh satu sumber sperma."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mila Citrawati
"Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Kasus infertilitas dijumpai pada l0%-15% pasangan suami istri dan 50% kasus disebabkan oleh faktor pria. Salah satu penyebab infertilitas pria adalah faktor genetis yang menimbulkan gangguan kualitatif maupun kuantitatif produksi sperms. Kemajuan biologi molek-uler mengungkap adanya gen Azoospermic Factor (AZF) pada lengan panjang kromosom Y dengan tiga subregio yaitu AZFa, AZFb, dan AZFc yang diduga berperan pada proses spermatogenesis. Masingmasing subregio memiliki gen kandidat diantaranya adalah RBMY I dan DAZ. Frekuensi mikrodelesi lengan panjang kromosom Y berkisar l%-55%, paling sering ditemukan pada pria azoospermia. Penelitian mengenai mikrodelesi kromosom Y ini semakin pesat bersamaan dengan kemajuan teknologi reproduksi berbantuan yang memungkinkan beberapa pria infertil memiliki keturunan dengan metode Intrarytoplasmic Sperm Injection (ICSI). Teknik ICSI memungkinkan adanya transmisi kelainan genetis pada keturunan laki-laki. Oleh karena itu diperlukan pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y untuk menghindarkan terjadinya transmisi tersebut. Pemeriksaan mikrodelesi kromosom Y dilakukan dengan metode PCR menggunakan enam Sequence Tagged Sites (STS) pada 35 pria azoospermia, dan kelompok kontrol yang terdiri dan 10 pria normozoospermia sebagai kontrol positif, dan delapan wanita fertil sebagai kontrol negatif. Hasil PCR dielektroforesis pada gel agarosa 2% untuk melihat ada tidaknya pita spesifik untuk mendeteksi mikrodelesi pada sekuen tertentu.
Hasil dan Kesimpulan: Pada penelitian ini ditemukan dua dari 35 pria azoosperrnia yang mengalami mikrodelesi pada kromosom Y. Hasil pengujian dengan menggunakan enam STS menunjukkan delesi pada STS sY84 (subregio AZFa), RBMYI (subregio AZFb), dan sY254 serta sY255 (subregio AZFc). Frekuensi delesi pada penelitian ini adalah 5,7% dan masih dalam kisaran 1%-55% dengan lokasi delesi pada 3 subregio (2,8% pads AZFa+AZFb, dan 2,8% pada AZFc).

Background : Infertility affects l0% - 15% couples attempting pregnancy and 50% of these cases are caused by male factor, Male infertility factors involve qualitative and quantitative defect of sperm production, which some of them can be ascribed a genetic aetiology. Recent molecular biology studies found Azoospermic Factor (AZF) genes on long arm of Y chromosome which divided into three subregions : AZFa, AZFb, and AZFc which seem required for physiologic spermatogenesis. Each subregion has candidate genes, among them are: RBMY1 and DAZ. Incidence of Y chromosome microdeletion varies from I% to 55% and most of them related to azoospermia. Studies of Y chromosome microdeletion develop as the assisted reproduction technology does, which possible several infertile male to have offsprings by Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) method. This technique could transmit the genetic defect to male offsprings. Screening for Y chromosome microdeletion is important to avoid this kind of transmission. The study uses PCR method with six Sequence Tagged Sites (STS) on DNA of 35 azoospermic men, and as control groups: l0 normozoosperrnic men, and eight fertile women and then continue by 2% agarose electrophoresis to find out the presence of microdeletion at certain sequence.
Results and conclusions : This study found two of 35 azoospermic men with Y chromosome microdeletion. By using six STS, deletions were found in STS sY84 (AZFa subregion), RBMY1 (AZFb subregion), and sY254-sY255 (AZFc subregion). Microdeletion incidence (5,7%) is still in average range of I%55% and located in three different subregions (2,8% in AZFa+AZFb subregions, and 2,8% in AZFc subregion).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dianing Amalia S. Roesyanto
"ABSTRAK
Latar Belakang. Gangguan kesuburan merupakan masalah kesehatan reproduksi di dunia yang terjadi pada 10-15% pasangan suami istri. Salah satu penyebab gangguan kesuburan atau infertilitas yang dialami pasangan suami istri adalah yang penyebabnya tidak terjelaskan (unexplained). Dikatakan infertil tidak terjelaskan karena pada semua pemeriksaan standar pasangan suami istri termasuk tes ovulasi, patensi tuba dan analisis sperma berada dalam keadaan normal. Sebagian besar masalah infertil tidak terjelaskan dikaitkan dengan gangguan imunologi yang terjadi antara suami istri, dengan adanya perubahan atau pergeseran proporsi subpopulasi limfosit sebagai indikator.
Metode. Dilakukan pengambilan sampel darah tepi dan pemisahan sel mononukleus pasangan infertil tidak terjelaskan. Sebelum dilakukan MLR (Mixed Lymphocyte Reaction) sel mononukleus suami istri, dilakukan pemeriksaan typing sel T CD4+, CD8+ dan sel B CD19+ sel mononukleus istri. Sebelum kultur MLR, sel mononukleus suami diinkubasi dengan Mitomycin C. Kultur MLR sel mononukleus suami dan istri selama 72 jam. Dilakukan typing sel T CD4+, CD8+ dan sel B CD19+ sel mononukleus istri setelah kultur. Hasilnya dibandingkan dengan istri pasangan fertil.
Hasil. Dari 15 pasangan infertil tidak terjelaskan dan 6 pasangan fertil, tidak terdapat perbedaan bermakna pada rentang usia istri kedua kelompok (p = 0,078). Peningkatan nilai rerata populasi sel T CD4+, CD8+ dan sel B CD19+ sesudah kultur MLR lebih tinggi pada istri pasangan infertil tidak terjelaskan dibandingkan istri pasangan fertil, meskipun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0,223, p = 0,126, p = 0,462). Proporsi peningkatan proliferasi sel T CD4+, CD8+ sesudah kultur MLR pada istri pasangan infertil tidak terjelaskan berbeda bermakna dibandingkan dengan istri pasangan fertil (p = 0,044 dan p = 0,003). Hasil penelitian ini menguatkan dugaan adanya peran imunologi pada sebagian pasangan infertil tidak terjelaskan.

ABSTRACT
Background. Infertility is a world reproductive health problem which is occured in 10-15% of the couples. One of the reason of this infertility problem is unexplained. Diagnosis of unexplained infertility is made when all of the basic evaluation including ovulation test, tubal patency and normal sperm analysis are established. The potential cause of unexplained infertility has been described mostly as an immunology problem, whereas there is a change or modulation of lymphocyte subpopulation proportion as an indicator.
Method. Peripheral blood and lymphocyte isolation were collected from unexplained infertile couples and fertile couples. Immunotyping of CD4+, CD8+ T cells and CD19+ B cell from wife?s lymphocyte of both group were measured before the mixed lymphocyte reaction (MLR). Before MLR, the husband?s lymphocytes were incubated with Mitomycin C. The MLR between husband and wife?s lymphocytes were cultured for 72 hours. Immunotyping of CD4+, CD8+ T cells and CD19+ B cell after cultured and compared between unexplained infertile couples and controls.
Results. From 15 unexplained infertile couples and 6 fertile couples, there were no statistical different in the age ranges between the wife of both group (p = 0,078). The mean number population of CD4+, CD8+ T cells and CD19+ B cell after MLR cultured were higher from the wife of unexplained infertile group compared to the wife of fertile group, but there were no statistical different between them (p = 0,223, p = 0,126, p = 0,462). Increased proportion of CD4+, CD8+ T cells proliferation after MLR cultured from the wife of unexplained infertile couple were significantly different compared to the wife of fertile group (p = 0,044 and p = 0,003). This results suggested that there is a tendency for immunological factor involvement in the pathogenesis of partially unexplained infertility couples"
2016
T55672
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syazili Mustofa
"Penghambatan proliferasi sel diaplikasikan dalam berbagai bidang kedokteran. Banyak di antara penghambatan proliferasi dilakukan dengan cara menghambat sintesis DNA, yaitu mengintervensi pembentukan basa nukleotida purin atau pirimidin. Dalam sintesis purin de novo terdapat peran enzim anhidrase karbonat yang merupakan pemasok CO2 dalam proses karboksilasi. Penghambatan enzim anhidrase karbonat diduga kuat dapat menghambat proliferasi. Pada penelitian ini model proliferasi sel adalah SMDT yang distimulasi dengan PHA, IL-2, serta PHA dan IL-2. Penghambat enzim anhdirase karbonat yang digunakan adalah asetazolamid. Dilakukan analisis efek pemberian asetazolamid pada saat puncak sintesis DNA sel, puncak viabilitas sel, serta analisis terhadap siklus sel. Hasil penelitian ini, asetozolamid menghambat sintesis DNA serta menurunkan viabilitas SMDT yang distimulasi PHA dan IL-2. Terjadi hambatan masuknya progresi SMDT dari fase G0/G1 ke fase S. Penelitian ini menunjukkan bahwa penghambatan enzim anhidrase karbonat dapat menyebabkan hambatan proliferasi sel.

Inhibition of cells proliferation are widely used in various medical fields. Most of cell proliferation inhibition can be done by inhibiting the DNA synthesis, notably by intervening the formation of purine or pyrimidine. In purine de novo synthesis, it was assumed that CO2 plays a role as a source of carbon in carboxylation reaction, one of the pivotal steps in the purine de novo pathways. The aim of this study was to see the acetazolamide potency to inhibit carboxylation reaction. Peripheral blood mononuclear cell (PBMC) was cultured in RPMI-1640 medium and stimulated by phytohemagglutinin (PHA) and interleukin-2 (IL-2), with or without acetazolamide. The effect of acetazolamide addition was observed at the peak of cell proliferation, cells viability, and cell cycle. Statistical analysis was done by one-way ANOVA. Acetazolamide inhibited cell proliferation and viability in PBMC culture stimulated by PHA and IL-2. Cell cycle analysis showed that acetazolamide arrested the progression of PBMC in G0/G1 phase. Inhibition of CO2 production by acetazolamide inhibitory effect to carbonic anhydrase can halt cell proliferation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58759
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitand Brilliane Natalia
"ABSTRAK
Latar Belakang. Infertilitas merupakan sumber keluhan dan kecemasan pada pasangan suami istri. Infertilitas dialami oleh sekitar 50 ndash; 80 juta pasangan di dunia. Di Indonesia terdapat kurang lebih 12 pasangan infertil. Salah satu penyebab gangguan kesuburan atau infertilitas yang dialami pasangan suami istri adalah yang penyebabnya tidak terjelaskan unexplainned . Dikatakan infertil tidak terjelaskan karena pada semua pemeriksaan standar pasangan suami istri termasuk tes ovulasi, patensi tuba dan analisis sperma berada dalam keadaan normal. Sebagian besar masalah infertil tidak terjelaskan dikaitkan dengan gangguan imunologi yang terjadi antara suami istri, dengan adanya perubahan peningkatan indeks proliferasi limfosit sebagai indikator.Metode. Dilakukan pengambilan sampel darah tepi dan pemisahan SMDT pasangan infertil tidak terjelaskan. Sebelum dilakukan kultur MLR Mixed Lymphocyte Reaction , SMDT suami diinkubasi dengan Mitomycin C. Kultur MLR SMDT suami dan istri selama 72 jam. Dilakukan labelling sel dengan BrdU untuk mengetahui indeks proliferasi yang menunjukkan nilai proliferasi sel limfosit. Hasilnya dibandingkan dengan istri pasangan fertil.Hasil. Dari 11 pasangan Infertil tidak terjelaskan dan 4 pasangan fertil, terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks prolifersi sel limfosit istri dengan medium standar pasangan infertil tidak terjelaskan dibandingkan indeks prolifersi sel limfosit istri pasangan fertil p = 0,01 . Terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks proliferasi sel limfosit istri yang diberi stimulan IL2 pasangan infertil tidak terjelaskan dengan sel limfosit istri pasangan fertil setelah kultur 72 jam p = 0,049 . Terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks proliferasi sel limfosit istri pasangan infertil tidak terjelaskan dengan sel limfosit istri pasangan fertil yang di stimulasi oleh sel limfosit suami setelah kultur MLR 72 jam p = 0,014 . Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara indeks proliferasi sel limfosit istri pasangan infertil tidak terjelaskan yang diberi stimulan IL2 dengan sel limfosit istri pasangan fertil yang di stimulasi oleh sel limfosit suami setelah kultur MLR 72 jam p = 0,115 . Tidak terdapat perbedaan antara proliferasi sel limfosit pasangan infertil tidak terjelaskan dengan metode MLR pada pasangan infertil tidak terjelaskan setelah menikah lebih dari 5 tahun dan kurang dari 5 tahun p=0,202 . Hasil penelitian ini menguatkan dugaan adanya peran imunologi sebagaian dalam terjadinya infertil tidak terjelaskan.

ABSTRACT
Infertility is a source of worry of the couple. Infertility is occured in 50 80 millions couple in the world. There is almost 12 infertile couple in Indonesia. One of the reason of this infertility problem is unexplainned. Diagnosis of unexplainned infertility is made when all of the basic evaluation including ovulation test, tubal patency and normal sperm analysis are established. The potential cause of unexplainned infertility has been described mostly as an immunology problem, where as there is a change of lymphocyte proliferation as an indicator.Method. Peripheral blood and lymphocyte isolation were collected from unexplainned infertile couples and fertile couples. Before MLR the husband rsquo s lymphocytes were incubated with mitomycin C. The MLR between husband and wife rsquo s lymphocytes were cultured for 72 hours. The cell were labelled with BrdU to measure proliferation index that show lymphocyte proliferation assay. The result were compared between unexplainned infertile couples and controls. Result. From 11 unexplainned infertile couples and 4 fertile couples, There was a significant difference between wife rsquo s lymphocyte proliferation index with the standard medium of unexplained infertile couples compared to the fertile wife 39 s lymphocyte proliferation index p 0.01 . There was a significant difference between the proliferation index of wife rsquo s lymphocyte cells induced by IL2 stimulant of unexplained infertile couples with fertile lymphocyte cell after culture 72 hours p 0.049 . There was a significant difference between unexplainned infertile couples lymphocyte cell proliferation index indices with the fertile wife lymphocyte cell were stimulated by husband 39 s lymphocyte cells after culture of MLR 72 hours p 0.014 . There was no significant difference between unexplained infertile couples lymphocyte cell proliferation index induced by IL2 stimulant with fertile lymphocyte cells stimulated by husband lymphocyte cells after culture of MLR 72 hours p 0.115 . There was no difference between unexplained infertile lymphocyte cell proliferation with MLR method in unexplained infertile couples after marriage of more than 5 years and less than 5 years p 0.202 . The results of this study reinforce the alleged existence of immunological role in the occurrence of infertile unexplained. Keywords unexplainned infertility, MLR culture, cell proliferation, index proliferation"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Loanda
"ABSTRAK
Latar Belakang : Proses pematangan spermatzoa di epididimis terjadi melalui interaksi antara spermatozoa dengan berbagai protein yang disekresikan oleh epitel epididimis. Gen penyandi protein yang terlibat dalam proses maturasi ini masih banyak yang belum diketahui. Data penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gen-gen yang berperan dalam proses maturasi sperma ekspresinya dipengaruhi oleh androgen. Sperm associated antigen11a (Spag11a) merupakan salah satu gen yang ekspresinya dipengaruhi oleh androgen (Sipila et al, 2006), namun masih belum diketahui apakah Spag11a berperan pada proses maturasi sperma di epididimis.
Tujuan : Mengkarakterisasi gen Spag11a pada epididimis mencit jantan strain DDY
Desain : Penelitian ini menggunakan analisis bioinformatik dan eksperimental
Metode : Struktur gen Spag11a dan deteksi signal peptide dianalisis secara in silico. Quantitative Real time RT-PCR digunakan untuk mengukur ekspresi relatif Spag11a pada analisis spesifisitas jaringan, ketergantungan terhadap faktor endokrin dan faktor testikular. Untuk menganalisis ekspresi gen Spag11a pada tingkat protein dilakukan Western Blot, sedangkan untuk mengetahui lokasi protein SPAG11A pada sel epididimis dilakukan imunohistokimia.
Hasil : SPAG11A termasuk dalam famili protein defensin beta dan analisis signal peptide menunjukan bahwa SPAG11A merupakan protein sekretori. Spag11a dieskpresikan secara spesifik pada organ epididimis, ekspresi di organ lain sangat rendah. Satu hal yang menarik yakni selain menunjukkan spesifisitas organ, Spag11a juga menunjukan spesifisitas regional pada caput epididimis. Ekspresi Spag11a dipengaruhi oleh androgen, penurunan ekspresi Spag11a sangat bermakna (p<0,001) pada hari ke 3 setelah gonadektomi dan mencapai ekspresi paling rendah pada hari ke 5. Ekspresi Spag11a meningkat kembali setelah penambahan testosteron eksogen. Ekspresi Spag11a juga dipengaruhi oleh faktor testikular, dimana pada perlakuan parsial gonadektomi (gonadektomi testis kanan saja) terjadi penurunan ekspresi relatif Spag11a yang lebih cepat dan lebih signifikan pada epididimis kanan dibandingkan dengan epididimis kiri. Pada tingkat protein SPAG11A juga terekspresi secara spesifik pada caput, dan analisis immunohistokimia menunjukan SPAG11A diekspresikan oleh sel prinsipal.
Kesimpulan : Berdasarkan karakter Spag11a yang merupakan gen penyandi protein sekretori, terekspresi secara spesifik pada caput epididimis dan diregulasi oleh androgen maka dapat disimpulkan Spag11a terlibat dalam proses maturasi sperma. Penelitian lebih lanjut dalam tingkat uji fungsi perlu dilakukan.

ABSTRACT
Background: Epididymal sperm maturation occurs through interactions between sperm and proteins sereted by epididymal epithelium. Genes encode for proteins involved in the sperm maturation process are still largely unknown. Previous studies showed that genes involved in sperm maturation are regulated by androgen. Sperm associated antigen 11a (Spag11a) is one of the epididymal genes influenced by androgen based on a global DNA microarray analysis (Sipila et al, 2006). However, little is known about the putative role of this gene in the sperm maturation process.
Objective : To characterize expression and regulation of Spag11a genes in the mouse epididymis.
Design : In silico analyses combined with experimental study
Methods : In silico analyses were used to predict Spag11a gene structure and signal peptide. Semi quantitative RT-PCR was used to measure the level of Spag11a expression in the tissue distribution, androgen dependency and testicular factors analyses. Western blot was performed to analyze gene expression at the protein level whereas immunocytochemstry was performed to localize SPAG11A in the epididymal cell.
Results : SPAG11A is member of the defensin beta protein family and constitutes a secretory protein. Spag11a is expressed exclusively in the epididymis and not in other tissues. Moreover, Spag11a shows a region specific expression in the caput, typical for genes that is involved in creating a microenvironment suitable for sperm maturation. Spag11a expression is regulated by androgen. Significant decrease of Spag11a expression was observed after third day of gonadectomy (p<0.001). Interestingly, testosterone replacement therapy was able to bring the expression back to the normal level, indicating a high dependency on androgen. Besides androgen, testicular factor also slightly influence Spag11a expression. This was shown by partial gonadectomy experiment in which only the right testis was removed. Spag11a was down-regulated faster on the right epididymal caput compared to the left caput. Spag11a regional expression was also observed at protein level detected by Western immunoblot analyses showing a clear band in caput, not in other regions. Finally, the prediction that SPAG11A is a secretory protein was confirmed by immunocytochemical analyses showing a cell-specific expression in the principal cell. This cell type is known as the main secretor in the epididymal lumen.
Conclusion : Based on the characters of Spag11a, it is most likely that this gene has a specific role in the epididymal sperm maturation. Further investigations using functional assays are needed to confirm the putative role."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeyet Pujiati
"Latar belakang dan tujuan: Berdasarkan studi buah mengkudu lebih dikenal berkhasiat antikanker, melalui kemampuan sitotoksiknya dengan menginduksi apoptosis terhadap sel kanker, sehingga lebih benilai ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah daun mengkudu memiliki kemampuan sitotoksik dan bahan aktif yang sama seperti pada buahnya yang dapat mempengaruhi sistem reproduksi khususnya fragmentasi DNA sperma yang menurunkan integritas DNA sperma dengan menggunakan ekstrak air dan etanol daun mengkudu. Integritas DNA sperma sangat penting untuk menentukan keberhasilan fertilisasi bagi pria. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan potensi tanaman mengkudu. Akan tetapi penelitian pengaruh daun mengkudu terhadap DNA sel sperma manusia belum dilakukan.
Metode: Lima belas sampel semen yang telah memenuhi syarat inklusi diinkubasi selama 30 menit dalam ekstrak air dan etanol daun mengkudu, dengan konsentrasi kontrol, 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml dan 1000 mg/ml. Untuk mengetahui efek ekstrak air dan etanol daun mengkudu terhadap fragmentasi yang menurunkan integritas DNA sperma dilakukan deteksi dengan metode halosperm. Data diuji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov test dan General Linear Model (GLM) Repeated Measures ANOVA.
Hasil: Ekstrak air dan etanol daun mengkudu menurunkan integritas DNA sperma dibandingkan kontrol. Pada setiap peningkatan konsentrasi ekstrak air daun mengkudu yaitu 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml dan 1000 mg/ml terdapat perbedaan signifikan menurunkan integritas DNA sperma, sedangkan ekstrak etanol daun mengkudu pada konsentrasi 125 mg/ml-1000 mg/ml menunjukkan tidak berbeda signifikan menurunkan integritas DNA sperma.
Kesimpulan: Efek ekstrak air daun mengkudu pada peningkatan konsentrasi 125 mg/ml-1000 mg/ml semakin menurunkan integritas DNA sperma.

Background and objective: Based on studi Noni is better known to have special virtue as anticancer through its cytotoxic ability inducting apoptosis to cancer cell. This makes Noni has more economical value. This research would like to find out whether leave has cytotoxic ability and the same active material as in its fruit affect reproduction system especially the fragmentation of DNA sperm, which could decrease the integrity of sperm DNA. As the integrity of DNA sperm is very important to determine the success of fertilisation of a man. This research has been done to increase potential on Noni plant. But the effect of Noni to the reproduction system especially to a human?s DNA sperm cell has not been done.
Method: Fifteen semen samples which were qualified from inclusion requirements were incubated for 30 minutes in the water extract and Noni leave ethanol, through control concentration of 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml, and 1000 mg/ml. To find out the effect of water extract and Noni leave ethanol to the fragmentation which decreased the integrity of DNA sperm, detection was done by halosperm method. The data was tested the normality through the method of Kolmogorov-Smirnov test and General Linear Model (GLM) Repeated Measures ANOVA.
Result: Water extract and Noni leave ethanol could decrease the integrity of sperm DNA compared to the control. In each of concentration increase on Noni leave water extract, i.e. 125 mg/ml, 250 mg/ml, 500 mg/ml, and 1000 mg/ml, had a significant difference in decreasing the integrity of sperm DNA, meanwhile Noni leave ethanol extract in the concentration of 125 - 1000 mg/ml, indicated no significant differences in decreasing the integrity of sperm DNA.
Conclusion: The effect of Noni leave water extract in the concentration increase of 125 mg/ml - 1000 mg/ml progressively decreased the integrity of sperm DNA."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hajizah
"Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses fertilisasi adalah kemampuan sperma membuahi oosit. Sperma yang diejakulasikan dari saluran reproduksi pria belum memiliki kemampuan ini. Di dalam saluran reproduksi wanita (servik) sperma mengalami serangkaian proses yang membuatnya memiliki kemampuan membuahi oosit yang disebut kapasitasi. Kapasitasi merupakan tahapan penting bagi keberhasilan fertilisasi yang memerlukan integritas membran plasma baik dan dikarakterisasi oleh fosforilasi tirosin. Sementara itu, bagi tubuh perempuan maupun laki-laki spermatozoa merupakan benda asing yang dapat merangsang respon imun berupa pembentukan antibodi terhadap sperma (ASA).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antibodi antisperma dari serum wanita infertil terhadap integritas membran plasma, status dan lokalisasi fosforilasi tirosin, serta viabilitas dan motilitas spermatozoa manusia. Desain penelitian ini adalah eksperimental in vitro di mana spermatozoa normal donor fertil yang telah dicuci diberi perlakuan diinkubasi dengan serum yang terdeteksi ASA dari wanita infertil dengan kelompok konsentrasi serum 0, 1/1000, 1/100 dan 1/10 selama 1 jam dan 2 jam, kemudian diperiksa parameter-parameter; integritas membran plasma, intensitas dan lokasi fosforilasi tirosin serta viabilitas dan motilitas spermatozoa.
Hasil pemeriksaan untuk semua parameter yang diukur menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu inkubasi spermatozoa dengan serum positif ASA dengan konsentrasi meningkat menyebabkan penurunan persentase integritas membran plasma, fosforilasi tirosin, viabilitas dan motilitas spermatozoa untuk waktu inkubasi 1 jam, namun tidak demikian untuk inkubasi selama 2 jam. Namun secara keseluruhan semua parameter menunjukkan nilai persentase yang lebih rendah untuk inkubasi selama 2 jam dibandingkan 1 jam.
Dengan demikian pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ASA dari serum wanita infertil dapat menurunkan integritas membran plasma spermatozoa tergantung konsentrasi dan waktu inkubasi secara signifikan. ASA juga dapat menurunkan persentase fosforilasi tirosin, viabilitas dan motilitas spermatozoa tergantung konsentrasi dan waktu inkubasi, namun penurunan ini secara statistik tidak signifikan.

One of the factors that determine the success of the fertilization process is the ability of sperm to fertilize oocytes. Ejaculated sperm from the male reproductive tract doesn?t have this capability. In the female reproductive tract (cervix) sperm undergo a series of processes that make it has the ability to fertilize an oocyte, called capacitation. Capacitation is an important step for successful fertilization requires the integrity of the plasma membrane and characterized by tyrosine phosphorylation. Definitely, sperm are foreign materials for the female and male body that can stimulate an immune response in the form of antibodies to sperm formation (ASA).
This study aims to determine the effect of antisperm antibody from infertile women sera on viability, motility, plasma membrane integrity, as well as the intensity and localization of tyrosine phosphorylation in normal spermatozoa. The design of this study is experimental in vitro. The washed spermatozoa of normal fertile donors incubated with ASA from infertile women sera, with different concentrations (0, 1/1000, 1/100 and 1/10) for 1 hour and 2 hours and then examined the parameters; plasma membrane integrity, intensity and location of tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa.
Test results for all measured parameters showed a similar trend, which is incubation of spermatozoa with positive serum ASA with increasing concentration causes a decrease in the percentage of plasma membrane integrity, tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa for 1 hour incubation time, but not so for incubation for 2 hours. But overall all parameters showed a lower percentage value for incubation for 2 hours than 1 hour.
Thus, in this study it can be concluded that the ASA from infertile women sera can lower plasma membrane integrity of spermatozoa depending on concentration and incubation time significantly. ASA can also reduce the percentage of tyrosine phosphorylation, viability and motility of spermatozoa depending on concentration and time of incubation, but this decrease was not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>