Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Fadhlya Hidayatunnisa
Abstrak :
Kunjungan ke Waduk Saguling, dilaksanakan pada tanggal 24-25 Maret 2003. Tujuan umum dari penelitian ini adalah memberikan alternatif untuk membatasi limbah KM di Waduk Saguling. Tujuan Khusus untuk penelitian adalah: 1) mengetahui status peningkatan konsentrasi nitrat dan fosfat di Waduk Saguling dan penyebab utamanya; 2) meramalkan proses eutrofikasi pada tahun 2010 dengan menggunakan model dinamik tanpa pengendalian; dan 3) memilih skenario pengendalian berdasarkan model yang dibuat yang menghasilkan kondisi nitrat dan fosfat yang paling rendah. Eutrofikasi merupakan hasil proses penguraian zat-zat organik di dalam air yang menyebabkan meningkatnya kadar nitrogen dan fosfat sebagai sumber makanan bagi alga. Eutrofikasi dapat dilihat dari pertumbuhan alga yang sangat cepat dikarenakan kelimpahan nutrisi yang masuk ke badan air. Kematian ikan pada pagi hari ini disebabkan oleh ketersediaan oksigen di waduk tidak mencukupi, dikarenakan konsumsi oksigen oleh alga yang melampaui ambang batas pada malam hari dan produksi CO2 yang tinggi dan banyaknya oksigen yang digunakan untuk menguarikan limbah yang terdapat di Waduk Saguling. Tingkat kematian ikan yang tinggi juga merupakan indikasi teijadinya eutrofikasi. Sumber pencemar pada Waduk Saguling yang menghasilkan nitrogen dan fosfat adalah limbah domestik dari penduduk sekitar waduk, limbah pertanian lahan surutan dan limbah perikanan dari KJA. Pengembangan perikanan Keramba Jaring Apung (KTA) di Waduk Saguling yang dilindungi secara hukum diperuntukkan untuk penduduk yang dimukimkan kembali di sekitar Waduk Saguling tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang merupakan data monitoring Waduk Saguling. Dengan menggunakan data ini, penulis mengembangkan model dan melakukan intervensi terhadap model untuk menemukan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut. Model dibuat dengan menggunakan perangkat lunak Powersim Constructur. Kesimpulkan dari hasil penelitian adalah: 1) limbah KTA sangat nyata mempengaruhi konsentrasi nitrat tapi tidak mempengaruhi konsentrasi fosfat secara nyata; 2) sejak tahun 1996, waduk Saguling telah mengalami eutrofikasi, sehingga peningkatan konsentrasi nitrat organik dan fosfat organik di Waduk Saguling menyebabkan terjadinya eutrofikasi yang juga menyebabkan terjadinya.penurunan kualitas air dan fungsi waduk sebagai PLTA dan aquakultur menurun; 3) hasil simulasi menunjukkan bahwa pada tahun 2010 konsentrasi nitrogen dan fosfat pada Waduk Saguling masing-masing adalah 0,86 mg/1 dan 0,14 mgn. Pada tahun 2010, fosfat mencapai titik kesetimbangan, sedangkan nitrat mencapai titik kesetimbangan pada tahun 2008; dan 4) hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelolaan limbah KJA akan dapat menurunkan konsentrasi nitrat organik dibawah batas eutrofikasi yaitu 0,36 mg/1 pada tahun 2005. Konsentrasi fosfat dapat diturunkan hingga 0,08 mg/l. Daftar Kepustakaan: 59 (1961 - 2002)
Eutrofication Dynamics Due to Nitrogen and Phosphate Changes: Analyze using Powersim Model with Case Study in Saguling Reservoir, West Java This research has been undertaken on 24-25 March 2003 at Saguling Reservoir., West Java. The main purpose of this research is to give an alternative for limiting the KJA pollution in Saguling Reservoir. The specific purposes of this research are: 1) To know the increasing nitrate and phosphate quantities in Saguling Reservoir and the cause; 2) To predict the process of eutrofication in 2010 using the dynamic model; 3) To choose the monitoring based on the model that show the lowest nitrate and phosphate concentration. Eutrofication as the results of decomposition process of organic matters in the water which caused the increasing rate of nitrogen and phosphate as nutrition recourse for algae. Eutrofication can be seen briefly from the very fast growth of algae caused by the abundance of nutrition which enter the water body. The growth of algae will be followed by algae's death that will improve the use of oxygen in decomposition process (Reynolds, 1984). The fishes death in the morning caused by the in availability of oxygen readiness in reservoir, due to the over consumption oxygen of algae in the night and the highly production of C02 the high rate of death fishes is also an indication of eutrofication process. The source of pollution in Saguling Reservoir which produce nitrogen and phosphate are the domestic waste from the people who lived near the reservoir, farm pollution of erosion land and fish pollution from KTA. The development of K.7A fisheries in Saguling Reservoir which were protected by law for the community who were relocated around the Saguling Reservoir. This research used secondary data from Saguling Reservoir monitoring data. The author used this data, to develop a model and undertook the intervention towards the model to find out the solution of those problems. Model was designed using powersim constructor software. The result showed that; 1) The K1A waste significantly affected the nitrate but nit significantly affects the phosphate; 2) Since 1996, Saguling reservoir experience the eutrification process, the increasing nitrate and phosphate concentration caused the eutrofication and also caused the decreasing water quality and function of reservoir as PLTA and aquaculture; ] 3) simulation result showed that by the year 2010, each nitrogen and phosphate concentration in Saguling Reservoir are 0,86 mg/l and 0,14 mg/l. Phosphate will reach the culmination point in 2010 and by the year 2008, nitrogen will reach the culmination point; and 4) Simulation showed that by managing the KJA waste, the nitrogen and phosphate concentration can be reduced up to 0, 36 mg/l in 2005 and 0, 08 mg/l. Number of References: 59 (1961 - 2002)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11014
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Asni
Abstrak :
ABSTRAK
Memasuki Pembangunan Jangka Panjang (PJP) II Pemerintah Indonesia telah mengambil suatu kebijaksanaan pembangunan yaitu pembangunan perekonomian nasional dengan menitikberatkan sektor industri sebagai penggerak utama dan sekaligus sebagai pendongkrak perekonomian nasional. Kebijaksanaan makro yang ditempuh ini cenderung bergeser dari agraris ke industrialis. ? Adanya aksesibilitas yang tinggi dan didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana di P. Jawa untuk tumbuh dan berkembangnya industri maka kegiatan industri tersebut cenderung terkonsentrasi di wilayah Jakarta terutama di Jakarta Utara. Selain menimbulkan dampak positif, kegiatan Lt, industri ini juga menimbulkan dampak negatif yang antara lain adalah tingginya laju urbanisasi dan tingkat kepadatan penduduk. Pada umumnya para pendatang ini mempunyai tingkat ekonomi yang relatif rendah (miskin) dengan tingkat keterampilan yang kurang memadai, sehingga mereka cenderung hidup di tempat-tempat kumuh dan daerah marginal. Pesatnya perkembangan kegiatan perekonomian (industri, perdagangan, jasa, pernerintah, dan lainnya) dan tingginya laju urbanisasi di wilayah Jakarta ini terutama di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara telah menimbulkan berbagai persoalan lingkungan yang cukup kompleks. Persoalan lingkungan tersebut antara lain adalah meningkatnya kebutuhan lahan dan air, timbulnya permukiman kumuh, meluasnya daerah banjir dan genangan, pendangkalan muara sungai oleh lumpur dan sampah, memburuknya sistem drainase dan abrasi. Penelitian ini berlokasi di daerah Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perubahan morfologi lahan daerah penelitian, pengaruh reklamasi lahan dan perubahan penggunaan lahan, serta kemampuan sistem drainase dan faktor-faktor fisik lahan yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk membuat suatu gambaran mengenai situasi atau kejadian melalul pengadaan akumulasi data dasar. Pendekatan yang digunakan adalah teknik penginderaan jauh (remote sensing). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Stratified Purposive Sampling dengan satuan lahan sebagai stratanya. Pada satuan lahan ini diambil sampel pewakilnya sebanyak 30 sampel. Berdasarkan hasil interpretasi foto udara pancromatic hitam putih skala 1 : 5000 tahun 1994 dan peta tata guna lahan tahun 1980 skala 1 : 20 000 serta didukung oleh peta geologi, peta tanah, peta dasar* dan peta lainnya maka diperoleh informasi bahwa daerah penelitian dipengaruhi oleh proses fluvial dan marin, sehingga dapat dibedakan menjadi lima (5) satuan bentuk lahan yakni : Dataran Aluvial (Fl), Tanggul Aiam (F2), Cekungan Fluvial (F3), Rawa Belakang (F4), dan Dataran Aluvial Pantai (Ml). Didasarkan pada jenis penggunaan lahannya di daerah penelitian ini terdapat 23 jenis satuan lahan, yakni : Fl-pk, Fl-sw, Fl-lk, Fl-ind, F2-lk, F3-pk, F3-sw, F3-lk, F3-ind, F3-js, F3-sp, F4-pk, F4-lk, F4-sp, F4-js, F4- tbk, Ml-pk, MMk, Ml-ind, Ml-sp, Ml-js, Ml-tbk, danMl-mgr. Untuk mengatasi kelangkaan lahan yang didasarkan pada pertimbangan ekonomi, di wilayah Kecamatan Penjaringan telah dilakukan kegiatan reklamasi lahan. Selama periode tahun 1980 - 1994, lahan di wilayah ini telah direklaraasi seluas 1.179,70 ha yang meliputi wilayah daratan dan perairan dangkal. Besamya lahan yang direklamasi adalah sebagai berikut satuan bentuk lahan F3 seluas 620, 6 ha atau 52,65 %; satuan bentuk lahan F4 seluas 322,0 ha atau 27,32 %; satuan bentuk lahan Ml seluas 63,2 ha atau 5,36 % dan wilayah perairan dangkal (pantai) seluas 172,8 ha atau 14,63 %. Melihat kondisi fisik lahannya, kegiatan reklamasi lahan tersebut sudah dapat dipastikan akan membawa dampak linkungan (banjir), dimana sejumlah air baik yang berasal dari curah hujan lokal (rainfall) maupun limpasan air permukaan (surface run off) akan kehilangan tempat, sehingga air tersebut cenderung mengalir ke tempat yang lebih rendah (perkampungan). Selain hal tersebut, faktor tingginya tutupan lahan (land cover) seperti jalan, perkantoran, dan permukiman serta adanya penyurnbatan muara sungai, juga akan mempercepat terjadinya banjir dan genangan. Bila ditinjau darl segi geomorfologi lingkungan, kegiatan reklamasi lahan ini akan berpengaruh langsung terbadap sistem drainascnya. Adapun pengaruh yang ditimbulkannya antara lain adalab berubahnya morfologi lahan, memburuknya sistem drainase, meluasnya daerah banjir dan genangan, dan terjadinya abrasi serta intrusi air laut. Dampak lain yang berpengaruh secara tidak langsung yaitu permukaan tanahnya mengalami penurunan secara kontinyu sebagai akibat dari sifat fisik tanahnya yang belum terkonsolidasi secara maksimum, sehingga tingkat sensitivitas dan kompresibilitas tinggi. Kedua dampak tersebut di atas akan menambah luas daerah banjir dan genangan. Sistem drainase di daerah penelitian ini dipengaruhi oleh faktor fisik lahan yaitu relief-topografi, geologi, tanah (tekstur dan struktur tanah), proses geomorfologi, iklim, dan penggunaan/penutup lahan. Masing-masing faktor fisik tersebut saling terkait dan bersifat akumulatif Dari pengamatan lapangan, teiaah pustaka dan laporan penelitian terdahulu dapat diperoleh kesimpulan bahwa dalam perencanaan pengembangan wilayah (tata ruang) diperlukan data fisik lahan yang sifatnya mutlak. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui daya dukung wilayah dan meminimisasi dampak negatif yang ditimbulkannya, sehingga dapat tercapai tujuan pembangunan nasional yang berwawasan lingkungan.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Wijantoko
Abstrak :

ABSTRAK
Negara Indonesia pada awalnya merupakan sebuah negara agraris, di mana sebagian besar masyarakatnya hidup dari hasil pertanian Perkembangan industri, pertumbuhan penduduk, dan faktor lainnya yang teijadi selama ini menuntut pembahan sebagian dari daerah pertanian untuk dijadikan daerah industri, daerah hunian, dan fungsi lainnya yang mengakibatkan berubahnya tataguna Iahan sebelumnya.

Perubahan tataguna lahan ini juga teijadi pada daerah sistem irigasi Empang Cisadana Perubahan ini tentu berdampak pada tata air yang ada di daerah sistem irigasi ini sehingga perlu adanya pengaturan kembali dalam penggunaan air yang tersedia Optimasi pemanfaatan air ini dilakukan agar tidak terjadi pemborosan air yang drsurnber pada saluran induk bendung Empang-Cisadane. Dalam perencanaan optimasi ini, data yang dipakai adalah sebagai berikut 1 1. Peta wilayah ingasi Empang 2. Data debit Sungai Cisadane dan Saluran induk Empang 3. Data iklim 4. Data pemakaian air untuk perikanan dan industri 5. Data hujan Stasiun Empang 6. Data pengopersian Pintu-pintu air pada saat ini

Dalam perhitungan optimasi ini pendekatan yang dipakai adalah dengan cara menginventarisasikan luas daerah irigasi bendung Empang-Cisadane yang ada pada saat ini. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan pengoperasian pintu yang telah dipakai selama ini. Dan dengan kondisi diatas bisa dilakukan perencanaan optimasi pintu-pintu air untuk penggunaan pada masa yang akan datang.
1997
S34652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Irawati
Abstrak :
ABSTRAK Banjir di Jakarta sudah terjadi sejak kota Jakarta didirikan, dan upaya penanganannya juga sudah dimulai sejak timbulnya masalah banjir ini pada zaman Belanda. DKI Jakarta dengan luas kurang lebih 65.000 hektar, hanya 30% atau 19.500 hektar yang merupakan wilayah resapan, dan jumlah penduduk mencapai sekitar 10.000.000 jiwa pada tahun 1996, ditambah sekitar 250.000 jiwa pendatang Baru setiap tahunnya, dan pada tahun 1994 wilayah terbangun di Jakarta mencapai 86,5% dengan pertambahan mencapai 2.900 hektar setiap tahunnya, akan menimbulkan banjir yang semakin meningkat setiap tahunnya. Padahal sebagai ibu kota dan urat nadi perekonomian Indonesia, banjir di Jakarta akan sangat mempengaruhi arus lalu lintas serta kegiatan perdagangan dan perekonomian, belum lagi kerugian yang ditimbulkannya cukup banyak; puluhan orang meninggal dunia, ratusan bahkan ribuan rumah rusak, roda perekonomian terhambat, dan tidak berfungsinya sentra-sentra produksi untuk beberapa waktu serta berbagai penyakit yang kemudian timbul sesudalh terjadinya banjir tersebut. Dari pengamatan luas wilayah banjir, terlihat bahwa semakin lama wilayah banjir semakin luas, terutama pengamatan banjir yang dilakukan pada tahun 1979 dibandingkan terhadap wilayah banjir tahun 1996. Untuk meneliti dan mengkaji wilayah banjir di Jakarta, harus dibedakan dalam tiga bagian genangan, yaitu wilayah aliran berat, wilayah aliran tengah dan wilayah aliran timur Jakarta, hal tersebut didukung oleh adanya pola pengendalian air di DKI Jakarta yang juga terbagi menjadi tiga sistem pengendalian. Di wilayah aliran tengah dan timur Jakarta, air masih dapat dikendalikan sepenuhnya. sedangkan di wilayah aliran barat Jakarta genangan air, baik yang disebabkan oleh hujan lokal maupun hujan dari hulu sangat berat dikendalikan (Martsanto, 1979). Masalah Penelitian Atas dasar latar belakang masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. Meneliti berbagai faktor yang mempunyai peluang menjadi penyebah banjir di Jakarta, khususnya di wilayah aliran Barat Jakarta. 2. Meneliti faktor yang dominan menjadi penyebab banjir. Dengan demikian, maka permasalahan yang diajukan dalam tulisan ini adalah: 1. Mengapa di beberapa wilayah aliran Barat Jakarta luas wilayah banjir pada tahun 1996 semakin meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 1979? 2. Dari faktor-faktor yang diduga menjadi penyebab banjir, faktor apa yang paling mempengaruhi terjadinya peningkatan luas wilayah banjir tersebut? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Memberikan masukan untuk penataan dan pengelolaan lingkungan mengenai faktor-faktor yang harus diperhatikan agar perluasan wilayah banjir dapat diminimalisasi. Tujuan khusus penelitian ini yaitu: 1. Menetapkan faktor-faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta, khususnya di wilayah aliran Barat Jakarta. 2. Menetapkan faktor dominan yang menjadi penyebab banjir di wilayah aliran Barat Jakarta. Metode Penelitian Penelitian mengenai wilayah banjir di wilayah aliran barat Jakarta menggunakan metode penelitian ex post facto, yaitu metode yang dipergunakan untuk memilih suatu fenomena causal effect yang telah nyata terjadi di lapangan. Teknik analisis data untuk mengetahui hubungan kualitatif dan kuantitatif antara variabel dependen (wilayah banjir) dengan variabel independen (intensitas curah hujan, persentase wilayah terbangun, morfologi wilayah, rata-rata ketinggian wilayah, persentase fasilitas drainase, dan persentase penduduk membuang sampah ke badan air) dilakukan dengan: 1. Analisa korelasi pets : dengan cara inelakukan metode pertampalan peta ternatik antara variabel dependen dengan masing-masing variabel independen. Peta tematik untuk masing-masing variabel diperaleh berdasarkan peta tematik yang sudah tersedia, ataupun berdasarkan data tabulasi yang kemudian dipetakan, disesuaikan dengan tujuan penelitian. 2. Analisa statistika : dengan nielakukan uji regresi berganda yang diuji kembali dengan uji ANOVA dan uji T. Uji regresi berganda digunakan apabila parameter dari suatu hubungan fungsional antara satu variabel dependen dengan lebih dan satu variabel independen ingin diestimasikan dalam suatu fenomena dengan asuinsi bahwa model tersebut adalah linier, sedangkan uji ANOVA digunakan untuk menguji kepastian dari persamaan regresi secara total atau disebut juga uji serentak, semen tara uji T dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel indep en den mempunyai pengaruh tambahan terhadap variabel dependen. Penghitungan dengan metode analisa statistika dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SPSS for Windows Release 7.0. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Korelasi Peta: Banjir pada tanggal 19 hingga 21 Januari 1979, terjadi pads scat intensitas curah hujan 5-15 menit berkisar antara 139-199 mm, sedangkan banjir pada tanggal 10-11 Februari 1996 terjadi pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit berkisar wilayah dengan ketinggian kurang dari 10 meter dpl dengan kondisi morfoligi rawa, dan dijurnpai pada wilayah dengan persentase wilayah terbangun mencapai lebih dari 70%. 2. Hasil Analisis Statistik: Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara luas wilayah banjir dengan intensitas curah hujan, persentase wilayah terbangun, morfologi wilayali, rata-rata ketinggian wilayah, persentase fasilitas drainase, dan persentase penduduk membuang sampah ke badan air, dengan nilai R2 sebesar 0,92. Berdasar uji regresi berganda antara wilayah banjir dengan seluruh variabel bebas, ternyata bahwa 88% kejadian banjir disebabkan oleh pertambahan wilayah terbangun, sedangkan 80% kejadian banjir disebabkan oleh perilaku penduduk membuang sampah ke badan air. Sementara dari hasil uji regresi dapat dinyatakan bahwa, setiap kenaikan mm intensitas curah hujan akan meningkatkan 0,13 hektar luas wilayah banjir, dan setiap satu persen pertambahan bias wilayah terbangun akan meningkatkan banjir sebesar 0,90 hektar, sedangkan setiap satu persen tambahan penduduk yang membuang sampah ke badan air akan menambah banjir sebesar 0,80 hektar, dan setiap penambahan satu meter ketinggian wilayah akan mengurangi banjir sebesar 0,79 hektar. Kesimpulan 1. Banjir di wilayah aliran Barat Jakarta merupakan interaksi berbagai faktor, seperti ditemui pada wilayah dengan ketinggian rendah kurang dari 10 m dpl, dengan kondisi morfologi rawer, serta jumlah penduduk membuang sampah ke badan air lebih dari 20%, seperti di Penjaringan, Cengkareng, Kapuk, Rawa Buaya. Paola wilayah yang merupakan cekungan diantara ketinggian 10-30 m dpl, dengan kondisi morfologi dataran rendah alluvial, dan jumlah penduduk membuang sampah ke badan air mencapai lebih dari 15%, seperti di sekitar Bin tare, Tanah Kusir, Slipi, dan Ulujami. Peningkatan luas wilayah banjir terjadi pada wilayah dengan persentase luas wilayah terbangun yang terbesar, seperti di sekitar Penjaringan, Cengkareng, Pesanggrahan, dan Grogol Petamburan. Banjir yang ditemui di wilayah aliran Barat Jakarta, ditemui pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit saat itu mencapai 139-199 mm pada tahun 1979, dan pada saat intensitas curah hujan 5-15 menit mencapai 75-150 mm pada tahun 1996. 2. Faktor yang paling dominan mempengaruhi pertambahan luas banjir di wilayah aliran barat Jakarta adalah kondisi lingkungan binaan yaitu pertambahan luas wilayah terbangun dan perilaku penduduk membuang sampah ke badan air. Saran: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka pengelolaan banjir untuk meminimalisasi pertambahan luas wilayah banjir sebaiknya dilakukan dengan cara: 1. Pengaturan mengenai besarnya wilayah terbangun di Jakarta, dan menambah jalur-jalur hijau dan hutan kota di seluruh wilayah kota. 2. Ijin mendirikan bangunan sebaiknya diberikan hanya untuk wilayah yang tinggi, dan setiap pengembang atau perorangan yang akan membangun perumahan harus membangun lebih tinggi dari pada banjir yang telah ditetapkan. 3. Sistim pengelolaan sampan perlu dilaksanakan dengan balk, yang tidak hanya melibatkan pihak Pemexintah, namun juga melibatkan pihak swasta dan peran serta masyarakat. 4. Membuat peraturan mengenai keharusan setiap perumahan, dan perkantoran membuat sumur-sumur resapan atau setiap pengembang perumahan membangun kolam-kolam penampungan air hujan serta sistim drainase yang berwawasan lingkungan.
Dominant Factors Influencing Flood Areas (A Case Study of Westside Jakarta Stream Flows)Flood has occurred since the establishment of Jakarta, and the measures to overcome has started since the problem arose during the Dutch regime. With an area of at least 65,000 hectares, the infiltration area covered 30% or 19,500 hectares only. The total population of 10,000,000 people in 1996 has an annual steady increase of 250,000 people every year. The built-up area covered 86,5% in 1994 with 2,900 hectare accretion every year, hence, no wonder if flood problems increase every year. As a capital city and the centre of economic activity in Indonesia, flood problems in Jakarta affected transportation flow, economic and trading activity, and riot to mention the financial loses; many people were . killed, hundreds even thousands houses damaged, economic activity obstructed, and the production center could not operate for a while, contagious diseases occured after the flood too. For research and assessment of flood area in Jakarta, there are three separated parts; namely the westside stream flow, centerside and eastside stream flow, each supported by the water control management system. Water has been fully managed at the center and eastside stream flow, but it was very difficult to manage flood at the westside stream flow because of local or upper region rain. Research Problems Based on the background former mentioned, problems involved in this research are: 1. Examining factors which have an opportunity to be Influencing factors at westside streamflow Jakarta. 2. Examining the dominant causal factor of flood area at the westside streamflow Jakarta. In terms, the problems being issued in this paper are: 1. Why the innundation area at westside streamflow Jakarta increasing in 199G compared to 1979? 2. What dominant factor which influencing flood area at the westside streamflow Jakarta? Purpose General Purpose: To give some recommendation for environment management condition on the issue of noticed factors to .minimized increasing of flood area. Specific purpose are: 1. To determine the causal factors of flood area at the westside streamllow Jakarta. 2. To determine the dominant factor which influencing flood area at the westside streamllow Jakarta. Research Method For the research of innundation area at the westside stream flow in Jakarta, ex post facto Method is used. It chose the causal effect phenomenon that occured in the field. The technical data analysis to find out the qualitative and quantitative correlation between dependent variable (flood area) and independent variables (rain intensity, built-up percentage area, morphology condition, elevation condition, drainage facility, and percentage of peoples who throw away the garbage into the river), will was carried out by: 1. Mapping correlation analysis : this was done by overlay, namely the thematic map of dependent variable with every consecutive independent variable map. The thematic map of every independent variable was obtained on the bases of the available thematic map or from tabulation data which was mapped, in line with the objectives of the study. 2. Statistical analysis : by using multiple regression, ANQVA, and T test analysis. A multiple regression analysis will be used when the parameter of functional relationship between one dependent variable with more than one independent variable being estimated in one phenomenon with the assumption that the model is linier, whereas the ANOVA analysis was used to test simultaneous analysis or totally regression analysis, and the T test was used to test whether or not each independent variable has additional influence towards dependent variable. The statistical analysis was done by using the SPSS software for Windows Release 7,0. Result 1. Mapping Correlation Analysis Results : Flood at the 19'1' to 21st January 1979 occurred when 5-15 minutes rain intensity are between 139 to 199 mm, and flood at the 10th, to 1114 February 1996, the rain intensity were between 75 to 150 mm. The biggest innundation area found was at the area with less than 10 meters elevation, on the swampland morphology, and more than 70% built-up area. 2. Statistical Analysing Results The multiple regression analysis showed that there is strong correlation with R2 = 0.92, between flood area and rain intensity, built up area percentage, morphology condition, elevation condition, drainage facility, and percentage of peoples who disposed the garbage into the river. The multiple regression analysis between flood area with all variable independent showed 88% flood phenomenon caused by the rapid built up area, and 80% flood phenomenon caused by people disposing garbage into the river. Meanwhile the regression analysis results, showed that eves milimeter high rain intensity will increase by 0.13 hectare flood area, and every 1% more built up area will increase by 0.90 hectare flood area, and every 1% more people disposed the garbage, into the river will increase by 0.80 hectare flood area too, but every one meter high elevation area will decrease by 0,'79 hectare flood area. Summary 1. The flood at westside streamflow Jakarta are result of interacted factors, such found on the low region with less than 10 m elevation, with swamp morphology condition and more than 20% people disposed the garbage into the river. It found at Penjaringan, Cengkareng, kapuk and Rawa buaya area. Flood was found at the basin region between 10-30 m elevation, with alluvial lowland morphology, and more than 15% people disposed the garbage into the river. It found around Bintaro, Tanah kusir, Slipi, and Ulujami. The increasing of innundation area occurred on the rapid built up area, such as around Penjaringan, Cengkereng, Pesanggrahan and Grogol Petamburan. Flood at westside streamflow Jakarta occurred in the 1979 when 5-15 minutes rain intensity reach 139-199 mm, and in the 1996 when 5-15 minutes rain intensity reach 75-150 mm. 2. The dominant factor influencing flood area at the westside streamflow Jakarta are the social environmental eonditions,there are the increasing of built up area and community behaviour disposed the garbage into the river. Suggestion Based on actual research, the management effort in handling flood in order to minimize the increasing of innundation area can be issued by: 1. To limit the built up area at Jakarta, which including the green heft and city park addition in a whole town region of Jakarta. Issue a strict building construction code and permit. The permits for build area should be given only for high elevation region, and each developer or individual who built an estate have an obligation to construct the built ground higher than flood plain being settled. 3. To increase garbage system management effort which involve not only local authority but also private groups and community role, and prohibit accumulation of waste as well as prohibit utilization of rivers as waste bowl (waste disposal bowl). 4. Regulations in providing infiltration well on every residential and office or to construct of rain water ponds and drainage system with natural concept to every developer.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana
Abstrak :
Lajunya pembangunan di kawasan perkotaan yang disebabkan oleh lajunya pertumbuhan penduduk dan kurang tertatanya sistem makro dan mikro drainase dalam satu kerangka Rencana Umum Tata Ruang memberikan berbagai dampak negatif terhadap lingkungan hidup, yang antara lain berupa banjir genangan. Banjir genangan merupakan salah satu masalah utama Kotamadya Banda Aceh yang harus segera ditanggulangi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem drainase yang ada belum berfungsi secara menyeluruh, terutama pada kawasan﷓kawasan rendah dan cekung. Untuk menanggulangi genangan air hujan tersebut diperlukan perencanaan sistem drainase yang berwawasan lingkungan. Drainase berwawasan lingkungan adalah prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air, di mana pembangunannya terintegrasi dengan Rencana Umum Tata Ruang, pelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, pembangunan sarana utilitas kota, serta mempertimbangkan kondisi lingkungan fisik, sosial dan budaya, sehingga dapat meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu, permasalahan sistem drainase di kawasan perkotaan perlu dirurriuskan dengan melakukan pengkajian dari sudut perencanaan teknis dan dilihat kaitannya secara menyeluruh dengan beberapa aspek lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan buatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sistem perencanaan makro drainase dalam kerangka rencana tata ruang kota; menganalisis kondisi sistem saluran drainase di kawasan perkotaan serta kaitannya dengan kondisi kualitas lingkungan dan kualitas kesejahteraan masyarakat di sekitarnya; dan mengusulkan sistem perencanaan makro drainase berwawasan lingkungan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: 1) perencanaan drainase yang berwawasan lingkungan akan mampu menurunkan frekuensi dan tinggi banjir genangan di suatu kawasan; 2) terkendalinya tinggi banjir genangan akan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk di suatu kawasan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk menyempurnakan proses perencanaan drainase kawasan perkotaan; dan sebagai bahan bandingan untuk penelitian selanjutnya dalam perencanaan dan pengembangan rekayasa teknik drainase untuk meningkatkan kualitas lingkungan di suatu kawasan perkotaan. Metode pengambilan sampel di daerah studi dilakukan dengan cara two stage cluster random sampling di sebanyak 5 kelurahan di daerah genangan kawasan perkotaan. Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Laksana, Keuramat, Kampung Baru, Sukaramai dan Lampaseh Kota. Jumlah sampel adalah 93 KK atau 3 % dari jumlah Kepala Keluarga (KK) teasing-masing Kelurahan. Data yang diperlukan dalam analisis ini adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yakni ; observasi di lapangan; penyebaran kuesioner; dan wawancara. Metode pengambilan data menggunakan teknik random sampling, yakni semua populasi mempunyai kesempatanl probabilitas yang sama untuk terpilih menjadi responder. Prosedur yang ditempuh untuk menentukan sam pel adalah mengindentifikasikan seluruh rumah tangga dalam 5 kelurahan tersebut di atas; melakukan undian untuk mendapatkan renponden terpilih, sehingga diharapkan dapat representatif dalam mewakili sifat-sifat populasi. Analisis data meliputi: analisis statistika hidrologi digunakan untuk perhitungan curah hujan rencana dan perhitungan debit rencana; analisis hidrolika berdasarkan analisis deduktif digunakan untuk perhitungan kapasitas saluran dan kapasitas bangunan; dan analisis sosial ekonomi dilakukan secara induktif, dengan menguraikan variabel sosial dan variabel ekonomi yang mempengaruhi terhadap perencanaan drainase. Secara statistik analisis ini dilakukan dengan cara modus dan tabulasi tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.) Saluran drainase yang ada ternyata masih menyebabkan genangan, sehingga perencanaan drainase berwawasan lingkungan diharapkan dapat menurunkan frekuensi genangan; 2.) Kawasan sampel yang diteliti selama tahun 1994 menunjukkan bahwa sebanyak 78,5 % lingkungan tempat tinggalnya tergenang, dengan lama genangan 1 - 72 jam, tinggi genangan 1 - 60 cm; 3.) Penyebab genangan antara lain : tidak ada saluran drainase (21,5 %); Halaman rumah lebih rendah dari saluran jalan (20,4 %}; halaman rumah lebih rendah dari saluran sekelilingnya (14,0 %); saluran yang ada mampat (11,8 %); saluran yang ada terlalu kecil (17,2 %); air dalam saluran tidak mengalir (15,1 %); 4.) Pemeriksaan kapasitas saluran yang ada di kawasan penelitian menunjukkan bahwa kapasitasnya tidak mampu lagi mengalirkan debit banjir rencana 2 tahunan. 32,19 % kapasitas saluran yang ada lebih kecil dari debit rencana maksirnum yang harus ditampung sehingga terjadi genangan; 5.) Menurut rencana induk drainase memperlihatkan bahwa yang dipakai sebagai saluran pembuang akhir adalah Krueng Aceh, Alur Biduk, Krueng Titi Panyang, Krueng Neng, Krueng Cut, Krueng Daroy dan Krueng Doy. Kawasan penelitian akan mengalirkan ke Krueng Doy dan Alur Biduk, kemudian di tempat tersebut dibantu dengan kolam Lando, pintu air dan pampa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab genangan adalah sebanyak 32,19 % saluran drainase yang ada kapasitasnya lebih kecil dari debit rencana, sehingga tidak mampu lagi mengalirkan debit rencana 2 tahunan. Dalam hal ini diperlukan perencanaan teknis drainase berwawasan lingkungan untuk mengantisipasi banjir genangan, serta meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan perkotaan. Saran hasil penelitian ini adalah : 1.) Perencanaan drainase berwawasan lingkungan adalah, air harus menuju ke sungai sesuai dengan arah aliran dalam masterplan drainase, perencanaannya harus integral dengan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR), studi kelayakan lingkungan (Amdal kawasan) dan apabila semua persyaratan hidrologi dan perencanaan fisik teknis diikuti serta dilaksanakan studi kelayakan lingkungan maka diperkirakan drainase berwawasan lingkungan akan terwujud; 2.) Dari survai terlihat bahwa salah satu kegagalan berfungsinya saluran drainase karena tidak adanya pemeliharaan, dalam hal ini diperlukan peran serta masyarakat; 3.) Pemeliharaan pompa dan kolam Lando memerlukan suatu pemeliharaan tersendiri yang oleh karena sifatnya melayani banyak daerah, maka tata cara pemeliharaan harus ditetapkan pelaksanaannya bersama-sama dengan penduduk di kawasan layanannya. 4.) Agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas lingkungan. ...... Environmentally Sound Macro Drainage Planning For Urban Area A Case Study of Banda Aceh MunicipalityPopulation growth and ill managed macro and micro: drainage combined with the rate of unruly development caused serious negative impacts to the environment, such as flood and various water borne diseases. One of the research findings is that the cause of flood was due to the impropriety of the drainage system function. It is found that an environmentally sound drainage is needed. The environmentally sound drainage is an infrastructure that act to channel the flow of surface water to a water body; its construction should be integrated into the general spatial planning, the recommendation of the environmental Impact Analysis and various development- of the city utilities. It should also consider the physical, social and cultural environmental condition. Therefore, the drainage system planning and design in the urban area need to be formulated by studying in terms of the technical planning and its relationship with the various natural, social and man-made environmental aspects. The purpose of this research is to study the macro drainage planning according to the urban spatial planning; to analyze the drainage system condition in the urban area and its relationship with the environmental quality of the research area and welfare of the community in the vicinity and; to propose a macro environmentally sound drainage planning system. The hypothesis in this research are: 1) the environmentally sound drainage planning will be able to decrease the frequency and height of floods in its commanded area; 2) the controlled floods height will be able to increase population welfare in an urban area. The research's result is expected to be made a reference for improving the urban area drainage planning, and to be considered as a comparative material for further research in planning and development of drainage system design to improve the environmental quality of an urban area. The sampling method being undertaken in this research was the two stage cluster random sampling in 5 villages of the flooded urban areas. The villages include Laksana, Keuramat, Kampung Baru, Sukaramai and Lampaseh Kota. The number of sample was 93 families or 3 a of the families in each village. The data being analyzed are primary and secondary data. Data collection was taken place by field observation, questionnaire distribution and direct interview. The data collection technique used is random sampling technique, namely that all population has an equal probability to be selected as a respondent. The procedure of determining the sample is by identifying the entire households in the five villages, and by tossing the sample in order to obtain a representative sample that could represent characteristics of the entire population. The data analysis include: hydrology statistical analysis for the calculation of design rainfall and projected discharge, the hydrolic analysis based on a deductive analysis that was used for the calculation of the sewerage capacity and the structures capacity; social economic analysis was carried out inductively, by using social and economic variables which influence the drainage planning. Statistically the discussion of the result is undertaken through tabulated data. This research concluded that 1) The existing drainage sewage system still caused flood; the environmentally sound drainage planning is expected to reduce the flood frequency. 2) The sampling area studied, during 1994, indicated that 78.5 % of the settlement area was flooded, with a duration ranging from 1 to 72 hours; the height of the flood ranges from 1 to 60 cm. 3) The causes of the floods include: lack of drainage sewage system (21.5 ); the yard is lower than the sewage system (20.4 %); the yard is lower than the sewage channels (14.0 %); the existing sewage system is stuck with thrash (11.8 0); the existing sewage system is too small (17.2 %); the water in the sewage system is not flowing (15.1 a). The examination of the existing sewage system in the research area indicated that the capacity is not sufficient to channel the flood debit for two years. Thirty two point nineteen percent (32.19 %) of the existing channel capacity is less than the maximum amount that should be collected when there is flood. According to the drainage master plan, the final drainage channels are Krueng Aceh, Alur Biduk, Krueng Titi Panyang, Krueng Neng, Krueng Cut, Krueng Daroy, Krueng Doy. The researched area will channel the flood to Krueng Doy and Alur Biduk, and thence it will be supported by a reservoir, slutch and pumps. The conclusion of this research include 1) In an environmentally sound drainage planning, the low of the water should be heading for the river in accordance with the direction of the flow stated in the drainage masterplan; its planning should be integrated in general spatial planning and the environmental impact analysis of the region. If the hydrological requirements, physical technical planning and an environmental feasibility study were conducted, it is expected that the environmentally sound drainage system will be realized; 2) This research found out that one of the reasons the drainage channel failure to function was lack of maintenance. This should he overcome by the community participation collectively; and 3) The pumps and basin maintenance require a special treatment because it serves an extensive area. There fore the maintenance administration should be decided together with the community in the service area; 4) A further research should be carried out to increase the quality of the environment.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlambang Prijatno Soeparto
Abstrak :
ABSTRAK Berbagai penelitian terdahulu menyatakan bahwa pada pengoperasian jaringan irigasi selain meningkatkan intensitas tanam dan produksi padi, juga berpengaruh pada kualitas tanah, penggunaan masukan produksi dan pendapatan usahatani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa keuntungan yang diperoleh dari pemberian air irigasi juga memberikan kerugian lingkungan terutama terhadap keberlanjutan usahatani. Penelitian ini dilakukan di daerah irigasi Solo (Proyek Irigasi Bengawan Solo), yang terletak pada tiga wilayah administrasi kabupaten yaitu Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar dan Sragen, Propinsi Jawa Tengah, pada musim tanam I (MT I ) 1994/1995. Pemilihan petani contoh dikaitkan dengan letak usahatani. pada lahan sawah beririgasi (terkena proyek) dan lahan tadah hujan (tanpa proyek). Karena keterbatasan waktu penelitian, maka pendekatan untuk mengetahui kondisi tanpa proyek digunakan kondisi lahan sawah tadah hujan di daerah sekitar proyek. Pemilihan petani contoh dilakukan secara stratifikasi dan perwakilan. Perwakilan dilakukan menurut pembagian daerah irigasi yaitu bagian hulu dan bagian tengah (Kab. Sukoharjo) dan bagian hilir (Kab. Karanganyar dan Kab. Sragen). Pada setiap bagian daerah irigasi, pengambilan contoh untuk data sosial ekonomi petani/responden dan usahatani dilakukan pada 20 orang petani responden. Pengambilan contoh untuk data kondisi kualitas tanah dilakukan pada setiap bagian daerah irigasi (hulu, tengah dan hilir) masing-masing pada tiga kali ulangan/petak sawah. Pengumpulan data sifat fisik tanah dilakukan pengamatan lapang dan sifat kimia tanah dilakukan dengan pengambilan contoh tanah yang selanjutnya dilakukan analisis laboratorium di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengambilan contoh air dilakukan pada saluran tersier dan petakan sawah pada lahan sawah beririgasi, masing-masing dua kali ulangan. Analisis laboratorium untuk kualitas air dilakukan di Laboratorium Kimia, Laboratorium Pusat, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Pada pengelolaan lahan sawah beririgasi maupun lahan sawah tadah hujan (tanpa irigasi), petani cenderung menggunakan pupuk buatan (Urea, TSP dan KC1) melebihi dosis anjuran, dan pada lahan sawah beririgasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan. Pola penggunaan masukan sarana produksi padi yang melebihi dosis anjuran secara jangka panjang akan mengakibatkan penurunan kualitas tanah, kualitas air dan dikhawatirkan akan mempengaruhi pemanfaatan lahan jangka panjang dan mengganggu keberlanjutan usahatani. 2. Akibat pemberian pupuk buatan yang melebihi dosis anjuran dan penanaman padi sepanjang tahun menurunkan kualitas tanah pada lahan sawah beririgasi yaitu nilai kemasaman tanah (pH) dan Kejenuhan Basa (KB). Kandungan N-total dan C-organik tanah pada lahan sawah beririgasi lebih tinggi dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan, sedangkan kandungan P-tersedia, K-tersedia dan Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) relatif sama. 3. Akibat penggunaan pupuk buatan yang melebihi dosis anjuran menurunkan kualitas air, yaitu nilai Nitrit (N-NO2), Amonia bebas (N-NH3), Magnesium (Mg) dan Oksigen terlarut yang melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan sesuai dengan kualitas air golongan C. 4. Hasil produksi padi rata-rata per hektar pada lahan sawah irigasi berbeda nyata dibandingkan dengan lahan sawah tadah hujan, masing-masing yaitu 7.191,40 kg/ha dan 3.652,75 kg/ha. 5. Pendapatan bersih usahatani padi pada lahan irigasi berbeda nyata dengan lahan tadah hujan, masing-masing yaitu Rp. 1.255.705,90/ha/musim dan Rp. 443.669,12/ha/musim. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa dampak sistem irigasi terhadap pengelolaan usahatani, yaitu terjadi kecenderungan penurunan kualitas tanah dan peningkatan penggunaan masukan sarana produksi padi yang diperkirakan akan mengakibatkan keberlanjutan usahatani terganggu, meskipun terjadi peningkatan produksi padi dan pendapatan bersih usahatani.
ABSTRACT Many researches concluded that the operation of irrigation system do not only have effect on yield and cropping intensity, but also on soil quality, use of agricultural inputs, and net income. This study was designed to identify whether that the advantage from using water irrigation, also give environmental damage, especially on the farming management sustainability. The study was carried out at Bengawan Solo Irrigation Scheme (Bengawan Solo Irrigation Project), covering 3 administrative districts (kabupaten), i.e. Sukoharjo, Karanganyar and Sragen, in the Central Java Province, during the period of cropping season in 1994/1995. The criteria of the participating farmers as respondents were selected in term of their farm site, which located on the irrigated rice field (with project) and rain fed rice-field (without project), respectively. The selection of respondents conducted by stratification and representation sampling. Due to time constraints, approach to identify without project condition was based on the condition of rain fed rice-field in the surrounding of the project. The representation was based on irrigation scheme areas : upper region (hulu), middle region (tengah) and lower region (hilir). In each irrigation region, data on farm management and socio-economic status of the farmers house-holds were collected randomly for 20 respondents. Samples of the soil condition observed, i.e. soil physics and soil fertility were conducted through soil samples collection and laboratory analysis in Laboratory of Soil Science, Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University, Surakarta. Water quality samples were observed on farm level and tertiary channel, whereas laboratory analysis were conducted in the Chemistry Laboratory, Centre Laboratory, Sebelas Maret University, Surakarta. Results of the study are : 1. On farm management due to on the irrigated rice-field and non-irrigated rice-field, the farmers tend to use fertilizers (Urea, TSP and KC1) higher than standard dosage that recommended by Ministry of Agriculture; and on the irrigated rice-field higher than on the non-irrigated rice-field. Such pattern will cause decrease in the soil and water quality, and tend to affect the long-term utilization and sustainability of the farming management. 2. In the irrigated rice-field, the utilization of fertilizer that higher than standard dosage and the continuous rice monoculture system affect on the decreasing of soil acidity and base saturation. But the soil N-total and soil C-organic of the irrigated rice-field higher than the non-irrigated rice-field; and P, K, and Cation Exchange Capacity tend not different. 3. The effect of the utilization of the fertilizer that higher than standard dosage tend to decrease the water quality i.e. Nitrite (N-NO2), Ammonia (NNH3), Magnesium (Mg) and Dissolved Oxygen higher than maximum standard of the water quality standard for C. 4. The average of production rice yield in the irrigated rice field is significantly different compared with the rain fed rice field, i.e. 7.191,40 kg/ha (irrigated) and 3.652,75 kg/ha (non-irrigated), respectively. 5. The net income of rice yield in the irrigated ricefield is significantly different compared with the rain fed rice field, i.e. Rp 1.225.705,90/ ha/season (irrigated); and Rp. 443.669,12/ha/ season (non-irrigated). The summary of this study is the impact of irrigation system of Bengawan Solo on farming management sustainability having the trend to decrease of soil and water quality index and to increase of using rice production inputs which is estimating to disturb of the farming management sustainability, although the yield of the production and net income is increasing.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mujiati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desernber 2005 sampai Pebruari 2006, dengan lokasi perikanan budidaya perikanan keramba jaring apung di perairan danau Sentani Jayapura, dan analisis sampel di laboratorium kesehatan provinsi Papua, dan laboratorium biologi FMIPA Universitas Cenderawasih Jayapura. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perubahan-perubahan konsentrasi unsur-unsur di perairan danau akibat adanya KJA, mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas air berdasarkan baku mutu, dan pengaruhnya terhadap eutrofikasi (N dan P) perairan danau, serta mempelajari cara pengelolaan perikanan sistem KJA. Data penelitian merupakan data primer dengan melakukan survei lokasi, menentukan titik sampling, pengambilan sampel air dengan cara purposive sampling, sampai pengujian kualitas air di laboratorium. Lokasi pengambilan sampel air adalah 3 stasiun yaitu keramba 1 (didalam keramba), keramba 2 (dekat keramba) dan di tengah danau, dengan pengulangan tiga kali berdarkan perubahan waktu pagi, siang dan sore hari. Parameter yang diamati adalah pH, oksigen terlarut, BOD 5 , nitrit, nitrat, amonia dan orthofosfat serta biomassa fitoplankton (kelimpahan sel, indeks keanekaragaman, indeks keadilan dan indeks dominasi). Uji statistik menggunakan regresi linier berganda dan uji t-test. Hasil penelitian dari pengukuran dan anidisis kualitas perairan adalah pH 6,20 - 7,90; oksigen terlarut berkisar 4,0 - 5,7 mg/l, BOD 5 berkisar antara 3,0 - 8,3 mg/1, nitrit bernilai 0,004 - 0,012 mg/l, nitrat pada kisaran 0,05 - 1,7 mg/l, amonia berkisar antara 0,01 - 0,27 mg/l dan orthofosfat bernilai 0,17 - 2,0 mg/l. Sedangkan nilai kelimpahan fitoplankton 40 - 625 sel/ml, indeks keanekaragaman (H') 0,8239 -2,1377; indeks keadilan (E) berkisar antara 0,1183 - 0,771; nilai indeks dominasi (D) adalah 0,8135 - 1,0002 dan jenis fitoplankton yang ditemukan adalah kelas Bacillariophyceae seperti synedra, navicula dan diatoma. Dari analisis regresi hubungan antara kelimpahan plankton (sebagai peubah terikat) dengan unsur NH], NO 3 dan PO 4 sebagai peubah bebas, dan uji beda t-test adalah dengan membandingkan mean sampel dengan ambang Batas (baku mutu PP 8212001)dengan hipotesis null (hipotesa nol). Dan dari klasifikasi status mutu kualitas perairan danau Sentani akibat kegiatan K.IA adalah cemar sedang, dan berdasarkan tingkat kesuburan termasuk dalam oligotrofik.
This research has been held since December to Pebruary 2006, fishery aquaculture floating cage in Sentani lake Jayapura, and sampling analysis in research centre Health laboratories Jayapura, and Biology laboratories Cenderawasih University Jayapura. The aims of this research are 1) to analyse of changes water quality concentration in lakes obtain the result of floating cage culture; 2) identify water quality concerning to chemical-physical and biological aspects; 3) and to retrieve the effect of fisheries aquaculture for eutrophycation (nitrogen and phosphorus) in lakes; 4) and to study method of organize fishery aquaculture floating cage. Primary research data are survey locations, set sampling points, taken water sampling are grab samples and so analyze water quality at laboratory. The samples were taken from 2 stations inside floating cage culture; and 1 station outside the location with repeat 3 times, at consistent time interval. Observatory parameters are pH, dissolved oxygen, biochemical oxygen demand (BOD 5 ), nitrit, nitrat, ortofosfat and phytoplankton biomass (diversity index, equitability index and phytoplankton dominant). Statistic analysis using double linear regression and t-test hypotesis. The research result as the measurement of water quality analyze are pH 6,20-7,90; dissolved oxygen is about 4,0 - 5,7 mg/l; biochemical oxygen demand (BOD 5) is about 3,0 - 8,3 mg/l; nitrit 0,004 - 0,012 mg/1; nitrat is about 0,05 -1,7 mg/1 ; ammonia 0,01-0,27 mg/l and orthofosfat 0,17 - 2,0 mg/l. The average of phytoplankton biological index were found low; i.e phytoplankton abundan range from 40 - 625 cell/ml; 0,8239 - 2,1377 for diversity index; 0,1183 - 0,771 equitability index and the phytoplankton dominant index was ranged of 0,8135 - 1,0002 is relatively high and the result show that of phytoplankton from class Bacillariophyceae i.e synedra, navicula, and diatoms. From regression analysis show that there is relationship with nutrient content and phytoplankton abundance, and from quality status, Sentani lakes from KJA effect. There are polluted middle, so it means that Sentani lake in condition of oligotrofik.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16870
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Yuliati
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai April 2006, dengan lokasi daerah Tanggamus propinsi Lampung. Perkembangan dan pembangunan daerah Tanggamus dari kecamatan menjadi kabupaten dan juga pembangunan waduk Batutegi merupakan faktor eksternalitas yang menyebabkan peningkatan jumlah penduduk dan perubahan pola penggunaan lahan yang drastis. Karena itu perlu dikaji pola operasi waduk akibat adanya faktor eksternalitas yang berupa perkembangan daerah Tanggamus dari kecamatan menjadi kabupaten. Dari setiap kabupaten tersebut dilihat hubungan antara jumlah penduduk dan tahun berdasarkan kondisi tertentu yang digambarkan dalam model matematis baik regresi linier maupun eksponensial yang berupa garis best fit sehingga dapat diambil nilai rata-ratanya untuk dijadikan dasar analisis daerah Tanggamus, diantaranya regresi jumlah penduduk dan waktu (tahun) secara keseluruhan dan regresi penduduk berdasarkan kategori tertentu seperti luas wilayah, jarak ke ibukota propinsi, komposisi perkerjaan maupun letaknya pada pulau Sumatera maupun Sulawesi. Selain itu dilihat pula keterhubungan antara peningkatan jumlah penduduk dengan perubahan tata guna lahan daerah setempat. Hasil analisis memperlihatkan pertumbuhan tiap kabupaten sangat berbeda tergantung pada faktor pemicunya. Untuk mengetahui bagaimana laju pertumbuhan daerah tanggamus maka dibuat garis regresi berdasarkan expected value pertahunnya sehingga dapat kita simpulkan bahwa kabupaten Tanggamus nantinya akan mengalami pertumbuhan rata-rata, atau dapat dikatakan bahwa pertumbuhan penduduk daerah Tanggamus nantinya tidak akan terlalu drastis walaupun mengalami eksternalitas pemicu berupa pembangunan waduk dan reklasifikasi wilayah. Kemudian dapat dilihat bahwa akibat pembangunan waduk di daerah Tanggamus terjadi perubahan tata guna lahan yang cukup drastis pada areal persawahan dan permukiman. Hal ini tentu mempengaruhi kondisi supply air waduk karena peningkatan permukiman dan areal sawah yang cukup besar akan membuat kebutuhan air meningkat sedangkan suplai air menurun akibat dari perarnbahan daerah tangkapan yang diubah menjadi permukiman liar dan daerah pertanian. Dari semua perubahan tersebut perlu disiapkan beberapa skenario untuk operasi waduk yang mengikuti tingginya peningkatan jumlah penduduk yaitu kondisi maksimum, rata-rata, dan minimum. Setiap operasi waduk harus mengutamakan terpenuhinya kebutuhan air sesuai prioritas yang ditetapkan pemerintah daerah setempat untuk daerah tersebut walaupun kondisi supply air semakin menurun sehingga tidak ada kebutuhan yang saling bertabrakan.
This research have been done from January to April 2006, with location in Tanggamus, Lampung province. The development of Tanggamus from sub district to district and construction of Batutegi dam are being an eksternalities factor that cause an increase of population and changes of land use pattern drastically. Caused by those fact, we need to analyze a dam operation because of eksternalities that is development Tanggamus from sub district to district. From each district can be seen a correlation of population and year based on spesific condition that is being drawn in mathematical models of linear and eksponensial regression which have form a best fit line, so we can take the average point to be a based of Tanggamus analyzed, there are regression of citizen and time (year) for all district and regression for citizen based on spesific cluster like, width of an area, the distance from each district to its province city, working composition and also its location in Sumatera and Sulawesi island. Besides that we can also see the correlation of population with land use changes in Tanggamus district. The result shows the growth of each district is different from others depend on the trigger. To know Tanggamus growth rate, we made a regression based on expected value in every year so we can conclude that Tanggamus will have average growth, or we can say that Tanggamus population growth will not too drastic although Tanggamus have eksternalities trigger that is dam's construction and region reclasification. After that we can see, because of construction of a dam in Tanggamus would occur land use changes drastically in agricultural and municipality aea. This condition affect water supply of Batutegi dam because the high increase of municipality and agricultural area will make water demand also increase while water supply decrease caused by denudation of catchment area that became an illegal municipality and agricultural area. From all changes, we have to had some scenario for dam's operation that follows an increasing population in maksimum, average and minimum condition. Each dam's operation have to fulfill water demand based on a priority that being settled by local district government for that area although water supply condition keep decreased, so there is no more needs that collide.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfan Rahimy
Abstrak :
Daerah muara sungai Jeneberang dari waktu ke waktu memperiihatkan proses perubahan fisik yang sangat dinamis. Proses ini meliputi perubahan garis pantai dan intensitas sedimen pembentuk endapan di sepanjang garis pantainya. Untuk mensimulasikan pengendapan angkutan sedimen perlu dilakukan kalibrasi atas parameter-parameter hidrologi menggunakan perangkat lunak pemodelan numerik dua dimensi. Pemodelan dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak Surface Water Modelling System (SMS). Proses kalibrasi dilakukan melalui dua model yaitu model hidrodinamika dan model angkutan sedimen. Domain komputasi dibentuk mesh dengan jenis elemen triangular quadratic sebanyak 1319 elemen. Data kedalaman batimetri dirubah menjadi elevasi untuk mempermudah perhitungan dan analisa dengan mengambil datum elevasi pada muka air rata-rata (Mean Sea Level) 25 meter. Pada kondisi steady digunakan debit konstan rata-rata sebesar 10 m3/ detik di bagian hulu (inflow). Pada kondisi steady di bagian hilir (head boundary), digunakan elevasi sebesar 26 meter. Proses simulasi pada kondisi unsteady dilakukan dengan menggunakan data aliran debit harian selama tahun 1997 pada bagian hulu (sungai) dan pada bagian hilir (head) berupa fluktuasi elevasi muka air akibat pasang surut. Pada simulasi awal secara steady masing-masing perubahan parameter tidak berbeda secara signifikan terutama pada grafik elevasi muka air (water surface elevation) yang dihasilkan. Pada kondisi dinamis (unsteady) dengan rentang waktu 24 jam, kalibrasi dilakukan dengan membandingkan perubahan elevasi muka air serta besaran dan arah kecepatan arus dengan hasil pengukuran lapangan. Kalibrasi yang cocok untuk arah kecepatan dihasilkan dari simulasi dengan Viskositas Eddy sekitar 10.000 dan Koefisien Kekasaran Manning antara 0,02-0,03. Untuk simulasi dengan rentang waktu yang lebih panjang perbedaan nilai viskositas eddy tidak terlalu memberikan perubahan berarti pada proses pengendapan yang tejadi. Sedangkan pada titik-titik tertentu perubahan koefisien Manning cukup berpengaruh. Perubahan debit aliran air, koefisien difusi yang digunakan serta besamya pasokan konsentrasi sedimen tersuspensi sangat mempengaruhi pengendapan di daerah ini. Perubahan amplitudo pasang surut hanya mempengaruhi beberapa titik tertentu di daerah muara.
The Jeneberang estuary has dynamics physical change during the time. Those include coastline changes and sedimentation process along the beach. Calibration of hydrological parameters should be emphasized prior to simulate the two dimension numerical model of sediment transport process in this area. Surface Water Modeling System (SMS) has been used as the model software. The calibration has been treated for both hydrodynamic and sediment transport model. The computation domain has been built by 1319 triangular quadratic mesh elements based on the bathymetric data from field survey in 1997. Constant flow rate of 10 m3/sec and water surface elevation of 1 meter above mean sea level has been used as inflow and head boundary for steady state simulation, respectively. The dynamic simulation using the daily river discharge and tidal water surface elevation during 1997 as both inputs. There are no significant differentiations between six types of material properties composition on steady state initial condition. The dynamic simulation for 24 hours has been compared to the field survey at the same observation point for water surface elevation, velocity magnitude and velocity vector. The velocity vector shows some significant relation between simulation and field data for material properties of Eddy Viscosity about 10,000 and Manning Roughness Coefficient of 0.02- 0.03. The sensitivity of model has been tested for longer simulation time by different variables of inflow, suspended sediment concentration, diffusion coefficient and tides amplitude. There are some significant results for above variables except for tides amplitude. The roughness coefficient of Manning affects on different nodes of mesh element.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16872
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Evita
Abstrak :
Pemanasan global yang disebabkan oleh kegiatan manusia yang menghasilkan gas rumah kaca pada dua abad terakhir mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global. Peningkatan suhu bumi ini pada gilirannya akan membawa perubahan pada pola dan distribusi curah hujan yang membawa pengaruh pada sistem sumber daya air. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam tesis ini dilakukan penelitian terhadap perubahan intensitas curah hujan maksimum untuk melihat indikasi perubahan iklim seiring terjadinya perubahan iklim global. Perubahan pada intensitas curah hujan maksimum pada penelitian ini, dilihat dari kecenderungan peningkatan maupun penurunannya. Analisis dilakukan dengan mengumpulkan data intensitas curah hujan maksimum dari tiga stasiun penakar hujan yaitu stasiun Pondok Betung, Darmaga dan Citeko. Metode yang digunakan adalah studi kasus pada wilayah Jakarta sebagai daerah pesisir dan Bogor sebagai daerah pegunungan. Pengolahan data dilakukan dengan metode statistik yaitu Spearman Rank Test dan Moving Average. Hasil analisis memperlihatkan untuk ± 15 tahun pengamatan terjadi kecenderungan peningkatan intensitas hujan maksimum pada bulan-bulan musim hujan di ketiga stasiun penakar hujan tersebut walaupun tidak semua periode waktu signifikan. Namun untuk ± 10 tahun terakhir kecenderungan peningkatan intensitas hujan dilihat dari nilai koefisien korelasi (Rs) lebih kuat dibandingkan dengan 15 tahun pengamatan. Perubahan yang dilihat ini diduga adalah bagian dari perubahan iklim global. Diharapkan dengan hasil analisis ini pengelolaan sumber daya air dapat lebih ditingkatkan untuk mengantisipasi meningkatnya ketersedian air pada musim ? musim penghujan yang diakibatkan perubahan iklim global.
Global warming due to increasing greenhouse gases in the last two centuries had changed global climate. Increasing global temperature will change precipitation patterns and distributions. This condition leads to the change on water resources system. This paper studies the change on intensity of maximum precipitation in order to indicate climate change along with global climate change. In this research, intensity of maximum precipitation changing is observed from its trend both increase and decrease. Data from three stations Pondok Betung, Darmaga, and Citeko are collected and analyzed with Spearman Rank Test and Moving Average. In the research method Jakarta as a coastal area and Bogor as a mountain area are used as cases study. The result shows that in ±15 years observed there have been trends of increasing intensity of maximum precipitation on months in rainy season in three stations considered even though it only significant in some periods. However, according to correlation index (Rs) the trend of increasing intensity of precipitation in the last 10 years is more considerable than 15 years periods observed. This condition is believed as a part of global climate change. This research also suggests that water resources should be manage more appropriate in order to anticipate the increasing water supply on months in rainy season as a result of global climate change.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>