Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bey, Astira
"Perawatan dengan gigi tiruan cekat merupakan perawatan yang cukup banyak dilakukan untuk mengatasi kasus kehilangan gigi. Salah satu perawatan dengan gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan jembatan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan jembatan. Preparasi gigi merupakan hal yang paling penting karena preparasi gigi akan menghasilkan bentuk untuk menjadi fondasi bagi gigi tiruan tersebut. Preparasi gigi penyangga yang optimal untuk pembuatan gigi tiruan jembatan sukar dilakukan dengan sempurna. Pada preparasi gigi penyangga, syarat mekanis untuk mendapatkan retensi dan resistensi yang baik adalah pembentukan dinding aksial dengan derajat kemiringan/konvergensi tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat derajat konvergensi mesiodistal pada preparasi gigi penyangga berdasarkan lokasi gigi di RSGMP FKG UI. Data diperoleh dari 20 model kerja yang didapat dari pasien gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI secara konsekutif. Penelitian dilakukan terhadap 40 gigi penyangga yang telah dipreparasi dengan satu kali pengamatan terhadap sudut konvergensi mesiodistal menggunakan kamera digital. Setelah itu dihitung rata-rata sudut konvergensi mesiodistal yang dibentuk dan dikelompokkan berdasarkan lokasi gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sudut konvergensi mesiodistal yang paling kecil dibentuk adalah pada preparasi gigi anterior rahang atas kiri dan sudut konvergensi mesiodistal yang terbesar adalah pada preparasi gigi molar rahang atas kiri. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin posterior lokasi gigi yang dipreparasi, semakin besar derajat konvergensi mesiodistal yang dibentuk. Hal ini mungkin disebabkan karena akses untuk gigi posterior lebih sulit, yaitu berkaitan dengan visualisasi yang terbatas. Selain itu, gigi posterior memiliki bentuk anatomis dengan keliling/diameter permukaan yang lebih besar dibanding dengan gigi anterior sehingga sulit untuk mendeteksi sudut dengan derajat kecil.

Fixed prostheses is becoming more frequent and common treatment in field of dentistry for replacing a missing tooth. An example of such treatment is by utilizing a bridge. There are a number of factors that influences the successful outcome of bridge work treatment. Tooth preparation is considered as the most important stage in any dental restoration because it serves as the foundation in any restoration procedure. Optimal abutment tooth preparation in bridge construction is usually difficult and is rarely achieved perfectly. During abutment tooth preparation, mechanical requirements for good retention and resistance can be obtained by a form of convergence angle/taper. The objective of this study is to investigate the degree of mesiodistal convergence in abutment tooth preparation based on tooth location in Dental Hospital, Faculty of Dentistry, University of Indonesia. The data used are extracted consecutively from 20 working models developed for bridge patients in the hospital, and with 40 abutment teeth already prepared from a single observation of mesiodistal convergence angle using a digital camera. Mesiodistal convergence angle are measured in order to derive average values and, than, to be grouped based on teeth locations. This study reveals that the smallest mesiodistal convergence angle is formed in left upper jaw anterior tooth preparation, while left upper jaw molar tooth preparation produced the largest mesiodistal convergence angle. Based on the analysis derived in this study, it can be concluded that when the location of the treated tooth is more posterior, the angle of mesiodistal convergence will become larger. This may be due to the fact that posterior teeth are normally more difficult to be reached since visually it is more limited. In addition, posterior teeth have larger surface area due to wider circumference or diameter compared to anterior teeth and, hence, causing more difficulties in detecting angle with less degrees."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Novita Setiamy
"Perawatan dengan gigi tiruan jembatan yang merupakan restorasi cekat dapat menjadi sebuah pilihan tepat dalam mengatasi masalah kehilangan gigi. Keberhasilan perawatan dengan gigi tiruan jembatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain desain preparasi gigi penyangga. Desain preparasi gigi penyangga harus memenuhi pertimbangan mekanis, biologis, dan estetis. Salah satu hal dari pertimbangan mekanis yang penting adalah retensi dan resistensi. Hal ini dapat diperoleh dengan cara membentuk gigi penyangga sedemikian rupa agar menghasilkan bentuk geometri morfologi sirkumferensial hasil preparasi yang serupa dengan morfologi alami gigi asli. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi bentuk geometri morfologi sirkumferensial hasil preparasi gigi penyangga posterior pada perawatan dengan gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI. Data diperoleh dari 20 buah model kerja dengan 34 hasil preparasi gigi penyangga posterior pada pasien yang telah dibuatkan gigi tiruan jembatan di klinik Prostodonsia RSGMP FKG UI periode Januari 2006 - September 2007 secara konsekutif dan hanya dilakukan oleh satu orang peneliti. Pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan secara visual pada bentuk geometri sirkumferensial hasil preparasi gigi penyangga. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar hasil preparasi gigi-gigi penyangga premolar dan molar memiliki bentuk spesifik geometri morfologi sirkumferensial yang serupa dengan morfologi alami gigi asli. Maka dapat disimpulkan bahwa mahasiswa profesi FKG UI telah menunjukkan kemampuannya dalam menghasilkan preparasi gigi penyangga posterior dengan bentuk spesifik geometri morfologi sirkumferensial yang sesuai dengan morfologi alami gigi asli.

Fixed partial denture or Bridge work is a common treatment in replacement of missing teeth. One factor that influence the success rate of fixed partial denture or bridge work is abutment teeth preparation design. The teeth preparation design should fulfill the mechanical, biological, and esthetical considerations. Retention and resistance forms play an important role mechanically in supporting the bridge work optimally. These are achieved by such preparation of the abutment teeth that are resulted in a geometrically retentive form. This study was conducted to evaluate geometric forms as a result of abutment teeth preparation done by dental students of Faculty of Dentistry at the University of Indonesia from January 2006 - September 2007. Data were collected from 20 working models with 34 posterior abutment teeth prepared for bridge work. Evaluation done visually and found that most of premolar and molar abutment teeth prepared showed its geometrical form that similar to its natural teeth morphology. Therefore it could be concluded that the dental students showed their ability to gain the geometric forms of the posterior abutment teeth that they prepared in accordance with the natural teeth morphology."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Widyarini
"Jika sebuah atau beberapa gigi hilang, maka dibutuhkan perawatan untuk menggantikan gigi-gigi tersebut. Salah satu perawatannya adalah dengan Gigi Tiruan Jembatan. Untuk mendapatkan Gigi Tiruan Jembatan yang optimal dibutuhkan preparasi gigi penyangga yang optimal pula yang sesuai dengan prinsip preparasi, tanpa membahayakan pulpa dan jaringan sekitar. Salah satu prinsip yang harus diketahui adalah mengenai banyaknya pengambilan jaringan mahkota gigi penyangga. Mahasiswa profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia diharapkan dapat menerapkan pemahaman teori mengenai prinsip preparasi gigi penyangga pada perawatan dengan Gigi Tiruan Jembatan pada aplikasi klinis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hal ini dapat tercapai dengan melihat banyaknya pengambilan jaringan gigi penyangga. Data dikumpulkan dari 11 model studi dan 11 model kerja secara konsekutif, sehingga terdapat 21 elemen gigi penyangga yang dievaluasi. Penelitian dilakukan dengan satu kali pengamatan dan oleh satu orang peneliti. Hasil yang didapat adalah rata-rata pengambilan jaringan mahkota gigi posterior atas pada aspek aksial yaitu berkisar antara 0,6 sampai 1,4 mm; dan pada aspek oklusal berkisar antara 1,3 sampai 1,7 mm, sedangkan rata-rata pengambilan jaringan mahkota gigi posterior bawah pada aspek aksial berkisar antara 0,5 sampai 2,0 mm; dan pada aspek oklusal berkisar antara 1,5 sampai 1,8 mm. Maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa profesi belum mengaplikasikan prinsip dan teknik preparasi dengan benar, terutama mengenai banyaknya pengambilan jaringan gigi penyangga pada aspek aksial.

When a tooth was missing in dental arch, treatment to replace that condition is needed. Fixed Partial Dentures is considered as one of the most popular treatment of choice in order to replace a missing tooth or teeth. To have a success Fixed Partial Dentures, an optimal abutment teeth preparation should meet the principal of tooth preparation, without dangering pulp and surrounding tissues. One of the principles that must be known is the depth reduction of abutment teeth. Dental student are expected to have the ability in implementation of their knowledge to the real clinical work. This study was conducted to investigate how much the depth of an abutment tooth/ teeth reduction done by dental student at Prosthodontics Departement of Faculty of Dentistry University of Indonesia. The data were collected from 11 study models and 11 working models concecutively, hence 21 abutment teeth were evaluated. The research was done by one time evaluation and by one researcher. From the data evaluated, it can be reported that the average depth of axial reduction of posterior maxillary abutment teeth is 0,6 - 1,4 mm and occclusal reduction ranged between 1,3 - 1,7 mm in comparison to the axial reduction of posterior mandibulary abutment teeth that ranged between 0,5 - 2,0 mm and occlusal reduction ranged between 1,5 - 1,8 mm. Therefore, it can be concluded that the knowledge they mastered for Fixed Partial Dentures regarding abutment teeth preparation has not been implemented optimally, especially for axial reduction."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library