Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anne Putri Yusiani
"Penelitian ini merupakan penelitian awal tentang pedagogi di museum di Indonesia. hasil dariPtracking study dan wawancara pengunjung di Galeri Etnografi di Museum Nasional memperlihatkan cara pembelajaran pengunjung Indonesia di museum. Observasi di galeri dan wawancara dengan staf museum juga mengungkap bagaimana museum menciptakan dan menyampaikan narasinya kepada pengunjung. Dengan melihat pada proses belajar pengunjung museum dan konteks museum di Indonesia, beberapa nilai dari pedagogi Barat dapat diadaptasi sebagai dasar dari pedagogi museum di Indonesia.

This research is a preliminary research towards a museum pedagogy in Indonesia. The findings Tbased on tracking study and interview of visitors in the Gallery of Ethnography in the National Museum reveals how Indonesian visitors learn in museums. Observation in the gallery and interview with the museum's staff also shed a light in knowing how the museum construct and convey its narratives to visitors. By looking at the learning processes of Indonesian visitors and the museum context in Indonesia, some of the values of the Western pedagogy can be adapted as a basis for the Indonesian museum pedagogy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27633
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Perdana
"Tesis ini membahas tentang komunikasi sebagai salah satu bagian dari fungsi museum dan identitas budaya sebagai salah satu peran museum dalam melayani masyarakat dan perkembangannya. Lokasi penelitian adalah Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan, La Galigo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yang bersifat filosofis. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasi bahwa Museum La Galigo belum dapat mengkomunikasikan I La Galigo sebagai identitas budaya Sulawesi Selatan, karena museum ini masih berorientasi pada pengumpulan dan pelestarian tangible heritage. Museum La Galigo untuk menjadi new museum harus menampilkan I La Galigo sebagai identitas budaya dengan mengkombinasikannya sebagai memori kolektif. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengumpulan informasi (intangible heritage) tentang I La Galigo sebagai tradisi lisan. Informasi tersebut digunakan untuk mendesain media komunikasi di Museum La Galigo yaitu melalui desain ekshibisi I La Galigo.

This thesis discusses about communication as one of museum?s function and cultural identity as one of the museum?s role in the service of the society and its development. The research study is in Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan ?La Galigo?. This is a descriptive-qualitative research with a philosophical approach to new museum. The result of research is La Galigo Museum has still not communicated I La Galigo as cultural identity of South Sulawesi, because this museum is still oriented in collect and conserves the tangible heritage. In order to become new museum, La Galigo has to display I La Galigo as cultural identity by combining it as collective memory. Based on it, collecting information about I La Galigo as oral tradition (intangible heritage) is needed. The information is aimed to design the communication media in La Galigo Museum through I La Galigo exhibition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27648
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Sulistyowati
2009
T26100
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Libra Hari Inagurasi
"Obyek penelitian ini adalah peninggalan industri yang masih hidup (living industrial heritage) yang dikaji melalui arkeologi industri (industrial archaeology). Dipilihnya tema tersebut dalam penelitian ini dengan pertimbangan, selama ini penelitian arkeologi di Indonesia yang mengangkat topik arkeologi industri belum pernah dilakuan, meskipun peninggalan industri banyak terdapat di Indonesia. Manusia sejak masa lampau telah mengenal alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaannya. Seperti halnya dalam pembuatan gula berbahan baku tebu (Saccharum officinarum). Awal mulanya manusia mengenal pembuatan gula secara tradisional yakni menggunakan seperangkat alat sederhana yang dinamakan ?kilang?, yakni alat yang dibuat dari bahan kayu atau batu, gunanya untuk memeras atau menggiling tebu, digerakkan oleh tenaga hewan sapi atau kerbau. Cara-cara pembuatan gula secara tradisional tersebut setidak-tidaknya telah dikenal sejak abad ke-17 hingga abad ke-18 di Banten, Batavia dan sekitarnya. Bersamaan dengan kekuasaan bangsa Belanda, pada abad ke-19 mulai diperkenalkan teknologi baru dalam hal cara-cara pmbuatan gula, yakni menggunakan mesin-mesin mekanik dan mendirikan pabrik-pabrik gula. Mesinmesin tersebut adalah mesin bertenaga uap air bertekanan tinggi, merupakan wujud teknologi yang berkembang pada abad ke-19, yang ditemukan bersamaan dengan Revolusi Industri di Inggris abad ke-18. Industri gula merupakan suatu mekanisme yang terdiri dari beberapa komponen, lingkungan atau sumberdaya alam yang mendukung, ketersediaan bahan baku, mesin, peralatan, bangunan, dan orang-orang atau manusia yang melakukannya. Industri tersebut telah direncanakan secara matang dengan memperhatikan pertimbangan ekologis. Aktivitas industri gula Cepiring didukung oleh lingkungan alam atau lingkungan fisik yang ada disekitarnya. Berbagai benda-benda teknologi yang ditinggalkan, di masa kini menjadi buktibukti fisik kemajuan teknologi masa lampau, yakni kemajuan teknologi industri dan transportasi. Kemajuan teknologi tersebut disertai pula dengan perubahanperubahan pada masyarakat yakni munculnya masyarakat industri.

The Object of the research is living industrial heritage seen from the point view of industrial archaeology. The theme is chosen because thus far research on industrial archaeology has not been carried out in Indonesia. Since a very long time ago, human beings have known tools to make their works easier. This was also the case with sugarcane (Saccharum officinarum) based sugar manufacture. Initially people made sugar traditionally using a series of simple tools made of wood or stone named ?mill? (kilang) to press or grind sugarcanes. The tool is moved by a bull or water buffalo. Such traditional way sugar manufacture had been practiced at least within 17th?18th centuries AD in Banten, Batavia, and the surrounding environment. With the coming of the Dutch colonial, in 19th century AD new technologies was introduced in sugar manufacturing procedure, such as: the use of mechanical machines and the establishment of more modern sugar factories. The new machines were powered by high-pressured steam, which was a type of technology that was developed in 19th century AD and was innovated during the Industrial Revolution in the United Kingdom in 18th century AD. Sugar manufacture industry as a mechanism that consist of several component: suitable environment or natural sources, availability of raw material, machinery, apparatus, factory building and manpower. This type of industry was thoroughly planned and taking into account the ecological factors. The activities of the Cepiring sugar factory were supported by suitable natural sources or physical environment. The various technological items that survived are the physical evidences of technological advancement in the past in the fields of industry and transportation, which were accompanied."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27311
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjiyanto
"Arkeologi dan museum saat ini telah menjadi fenomena global, termasuk di Indonesia. Museum arkeologi adalah institusi yang mensinergikan disiplin ilmu arkeologi dan museologi. Museum ini berperan mengumpulkan budaya material, mengelolanya dan menginterpretasinya untuk dikomunikasikan pada publik. Menetapkan gagasan dan membuat konsep perencanaan awal pembentukan Museum Arkeologi Indonesia merupakan pokok bahasan pada tesis ini. Dengan konsep tiga fungsi dasar museum berupa penelitian, preservasi, dan komunikasi, perencanaan museum arkeologi dikembangkan. Pada museum generasi mendatang, termasuk museum arkeologi kecenderungannya beralih dari Eropa dan Wilayah Barat ke wilayah Asia dan Timur Tengah.
Bagi Indonesia sebagai salah satu pusat perkembangan peradaban di Asia, ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus direbut. Dengan potensi data arkeologi yang demikian melimpah dan sumberdaya yang cukup memadai, Indonesia harus berkompetisi bersama negara lain memajukan ilmu pengetahuan melalui media museum. Museum arkeologi dapat menjadi sebuah alat untuk menemukan identitas nasional, mengenali, dan menghargai tinggalan budaya material serta berbagai budaya yang masih hidup di daerah. Mengkonsepkan pembentukan Museum Arkeologi Indonesia merupakan bagian dari upaya mewujudkannya.

Nowadays Archaeology and Museum have become a global phenomenon. Such is the case in Indonesia. An archaeological museum is an institution which synergizes the disciplines of archaeology and museology. A museum?s role is to collect material culture, manage them and then interpret them to communicate them to the general public. Determining an idea and making an early plan to establish an Archaeological Museum of Indonesia are the main topic of discussion of this thesis. By using the concept of three basic functions of a museum ? research, preservation, and communication ? a plan of an archaeological museum is developed. The next generation of museums, including archaeological museums, the trend shifts from Europe and the Western World to Asia and the Middle East.
For Indonesia, as one of the development centers of civilization in Asia, this is a challenge and opportunity worth pursuing. With abundant potency of archaeological data and adequate sources, Indonesia has to compete with other countries in advancing science and knowledge with museum as its media. Archaeological museum can be used as a tool to find our national identity as well as to recognize and appreciate remains of material culture and various living cultures all over Indonesia. Making a concept of the establishment of an Archaeological Museum of Indonesia is part of the effort to realize it.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27813
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library