Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yaya Suyana
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gejala perkembangan pola penggunaan lahan di daerah hulu sungai sehubungan dengan perkembangan penduduk dan dinamika sosial ekonomi, dan bagaimana dampaknya terhadap kondisi hidrologi. Masalah pokok yang diteliti mencakup: (a) perkembangan pola penggunaan lahan dan dampaknya terhadap fluktuasi debit sungai, (b) korelasi antara peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan alihguna lahan tersebut menjadi pemukiman, dan (c) korelasi antara status pemilikan atau penguasaan lahan pertanian dengan kondisi penggunaan lahan tersebut. Sehubungan dengan kemungkinan adanya korelasi-korelasi antara variabel-variabel tersebut, dirumuskan dua hipotesis sebagai berikut : 1) Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ada korelasinya dengan peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan tersebut, kalau peralihan hak itu terjadi dari penduduk lokal (desa) kepada penduduk kota. 2) Kondisi penggunaan lahan pertanian yang dimiliki atau dikuasai oleh penduduk kota cenderung lebih jelek dari lahan pertanian yang dimiliki penduduk desa. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data perkembangan penggunaan lahan di daerah hulu Ciliwung, Kecamatan Cisarua, Jawa Barat, yang meliputi kurun waktu 17 tahun {1969-1986). Perkembangan pola penggunaan lahan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan hasil analisa peta-peta penggunaan lahan tahun 1969, 1978, dan 1983 serta data registrasi Kantor Kecamatan Cisarua tahun 1986. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara analisa statistik menggunakan 438 sampel persil tanah yang dipilih secara acak terlapis di 7 desa dalam wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pertanian di daerah hulu Ciliwung mengalami perubahan yang cepat menjadi pemukiman, dan di samping itu ada kecenderungan alihguna sawah menjadi kebun campuran. Laju perluasan lahan pemukiman rata-rata 44 ha (5,8 %) per tahun. Akibat tekanan penduduk kota laju perluasan pemukiman lebih cepat daripada laju pertumbuhan penduduk lokal. Alihguna lahan pertanian menjadi pemukiman ternyata mempunyai korelasi kuat dengan peralihan hak pemilikan atau penggunaan lahan tersebut dari penduduk lokal kepada penduduk kota. Walaupun di daerah ini terdapat kasus-kasus tanah terlantar yang dimiliki penduduk kota, namun ternyata tidak ada korelasi antara status pemilikan atau domisili pemilik lahan dengan kondisi penggunaan lahan tersebut. Perkembangan penggunaan lahan di daerah ini diduga telah mengakibatkan dampak negatif terhadap kondisi hidrologi berupa peningkatan.fluktuasi debit sungai akibat perluasan lahan pemukiman dan terutama akibat penggunaan lahan pertanian lahan kering yang kurang memperhatikan aspek konservasi tanah. Selain daripada itu peralihan hak pemilikan atau penguasaan lahan dari penduduk desa kepada penduduk kota diduga dapat menimbulkan dampak sosial berupa pelonjakan harga lahan pertanian, melemahnya fungsi sosial tanah di pedesaan, dan keresahan sosial.
This research aims to know phenomenon of land use pattern development in upstream area in connection with population growth and socio-economical dynamic and, to assess its impact on hydrological condition. The main issues include: (a) the trend of land use changes and it's impact on fluctuation of river run off, (b) correlation between mutation of agricultural land ownership and it's land use conversion to settlement area, and (c) correlation between status of agricultural land ownership and condition of it's utilization. Two hypotheses concerning correlations between the mentioned variables are formulated: 1) Agricultural land use conversion into settlement area is having correlation with its mutation of land ownership, if the mutation happened from the rural to urban people; 2) Condition of the agricultural land utilization owned by the urban people tends worse than that owned by the rural people. The research was carried out using land use development data in the Upper Ciliwung, Cisarua Sub district, West Java, covering 17 years period (1969-1986). The trend of land use changes during this period was analyzed based on land use maps of the 1969, 1978, and 1983 editions, and land registration data of the Cisarua Sub district Office in 1986. To prove the hypotheses, statistical analysis was applied using 438 stratified random samples of plot (land holding) taken from 7 villages in the study area. Conclusions of this research are as follows: During the period of 1969-1986 agricultural land in Upper Ciliwung rapidly changed into settlement area and, there is also a tendency of conversion of rice field into mixed garden. Average extension rate of the settlement area was about 44 ha (5.8 %) per year. This rate was higher than the rate of local population growth due to urban population pressure. Conversion of agricultural land into settlement area evidently has strong correlation with mutation of land ownership from rural to urban people. Although there are some agricultural lands belong to urban people are poorly utilized, but there is no correlation between status of agricultural landowner ship and condition of its utilization. Land use development in this area is predicted to bring about negative impact on hydrological condition i.e. the increase of river run off fluctuation caused by extension of settlement area and mainly due to utilization of agricultural land with less attention on land conservation aspect. It is predicted also that mutation of land ownership from the rural to urban people possibly causes social impacts such as rising of agricultural land price, weakening the social function of land in rural area, and social stress.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Widiastuti
Abstrak :
Ekosistem mangrove merupakan sumberdaya alam daerah tropika yang mempunyai manfaat ganda dengan pengaruh yang sangat luas ditinjau dari aspek sosial, ekonomi dan ekologi. Besarnya peranan ekosistem mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis binatang dan tumbuhan termasuk manusia yang hidupnya tergantung pada ekosistem mangrove. Pada saat ini masih banyak orang yang tidak mengetahui bagaimana pentingnya hutan mangrove dalam mata rantai kehidupan di alam ini. Sebagian orang berpendapat bahwa pemanfaatan hutan mangrove semata-mata hanyalah sebagai hutan untuk menunjang kebutuhan hidupnya; sehingga peranan yang multi-kompleks dalam rangkaian sistem ekologis dari hutan mangrove tidak terpikirkan. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang memerlukan lahan permukiman, pertanian, perindustrian dan fasilitas lainnya, maka konversi hutan mangrove makin meningkat pula.Setiap bentuk pengusahaan dalam ekosistem mangrove pada awalnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga bentuk usaha pemanfaatan masih bersifat tradisional. Selanjutnya pemanfaatan ini berkembang ke dalam bentuk usaha-usaha yang dilakukan secara besar-besaran, yang terjadi hampir di seluruh areal ekosistem mangrove di Indonesia. Sebagian penggunaan lahan tersebut tidak terkendali sehingga pada areal tertentu kegiatan tersebut mengarah ke suatu bentuk perambahan. Lokasi penelitian adalah di daerah Morodemak yang termasuk wilayah Kecamatan Bonang, Kabupaten Daerah Tingkat II Demak, Jawa Tengah; di mana di daerah ini hutan mangrove yang ada semakin berkurang dan banyak dikonversi menjadi pertambakan, sehingga kegiatan ini mengarah ke perambahan dan berpengaruh langsung terhadap produktivitas pantai. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sampel dan pengukuran parameter baik di lapangan maupun di laboratorium. Untuk mendukung hasil pengukuran, juga dilakukan wawancara dengan para nelayan yang menangkap ikan di sekitar lokasi penelitian. Hipotesis yang diajukan adalah bahwa perambahan mempengaruhi komposisi dan struktur hutan mangrove serta produktivitasnya, yang kemudian akan mempengaruhi pula produktivitas pantai. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan berikut:
Pada hutan mangrove Morodemak perambahan mempengaruhi tingkat pertumbuhan tingkat semai, belta dan pohon yang mengalami penurunan, tetapi belum mempengaruhi kecepatan dekomposisi serasah.
Adanya perambahan berupa penebangan liar dan terjadinya banjir di hutan mangrove Morodemak menyebabkan produktivitas pantai berupa ikan dan udang bukan tambak mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis korelasi antara indeks nilai penting hasil penelitian yang terdahulu (X) dengan indeks nilai penting hasil penelitian sekarang (Y) yang mempunyai koefisien korelasi r = 0,98. Dan pada pengujian hipotesis dengan uji t diperoleh nilai sebesar 6,91 dan ternyata t hitung > t tabel, berarti hipotesis diterima. Di samping oleh perambahan, menurunnya komunitas mangrove di Morodemak juga disebabkan oleh konversi hutan mangrove menjadi tambak. Pengamatan terhadap faktor-faktor lingkungan memperoleh hasil sebagai berikut : keadaan pH perairan menunjukkan bahwa perairan tergolong produktif sampai dengan sangat produktif, keadaan DO menunjukkan bahwa perairan tergolong kurang produktif sampai dengan sangat produktif, BODnya menunjukkan bahwa perairan tercemar sedang, CODnya menunjukkan bahwa perairan belum tercemar sampai tercemar ringan, keadaan plankton menunjukkan bahwa perairan tercemar ringan sampai dengan tidak tercemar, dan keadaan bentos menunjukkan bahwa perairan tidak tercemar. ...... The mangrove ecosystem is a natural resource in the tropical areas, which has various benefits and influences in terms of social, economic, and ecological aspect. The importance of mangrove ecosystem can be known from a many kinds of animals and plants including human beings which life depends on the mangrove ecosystem. At present, many people still do not know the importance of mangrove forest in the chain linkage life in the world. Some people think that the utilization of mangrove forest is for the support of the human life only, so that the multiple role of mangrove forest in the ecological system has not been thought. Following the population increase, which affects the increase in the needs for settlement, areas, agriculture, industrial sites and other facilities, the mangrove forest conversion has also increased. Efforts to use the mangrove ecosystem, firstly was in order to fulfill a daily requirement of human lives, so that the type of conversion was still followed a traditional way. The use of mangrove ecosystem, however become more intensive and occurs almost in every mangrove area in Indonesia. The land use have not been controlled so this lead to a deforestation. This study was located at the Morodemak, District of Bonang, in Demak Regency, Central Java, where the size of mangrove forest is gradually decreased. In the near future, the degradation process is estimated to be higher and may cause direct impacts to coastal, productivity. The study involved fieldwork (i.e. samples collection and measure of parameter) and laboratory work. In order to support primary data, it was collection of secondary data by interviewing some selective respondents adjacent to the study area. The proposed hypothesis was that deforestation would influence the composition, structure and productivity of mangrove forest, which subsequence would effect of the coastal productivity. The study has found several items as follow: In the mangrove forest of Morodemak, deforestation had reduced growth levels of seed, sapling and trees. However, deforestation had no significant effects on the rate of decomposition or production of detritus. Deforestation by means uncontrolled felling and flooding in the mangrove forest of Morodemak, decreased the coastal productivity significantly. The result of correlation analysis between the important value index from the past study (X) and the important value index of the current study (Y), was significantly high where coefficient correlation r 0,98. The hypothesis was accepted with using t test, it has pointed 6,91. Decreasing mangrove community in Morodemak was also caused by conversion forest to be fishponds. Result of monitoring of environmental factors adjacent to the mangrove water is as follow:
The pH could bee classified to be productive to very productive. The DO was in the range of less productive to very productive. Based on measurement of BOD, the waters were moderately contaminated. However values of COD indicated that the waters could classify to be no contaminated to less contaminate. Abundance of plankton indicated that this area had degrees of contamination null to less. However, benthos showed in a good condition.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library