Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putut Dwi Kurnianto
Abstrak :
ABSTRAK
Pada saat ~n1 pernaka1an logam Sn sebaga1 pelap~s kaleng semak~n berkembang, terutarna kaleng yang d~gunakan untuk meny1mpan rnakanan dan m1numan Hal ~ni d~karenakan Sn mempunya1 s1fat tahan koros1, mudah d1solder, mempunya1 daya lentur yang ba1k, sebagai dasar yang ba1k un+uk pelap1san bahan org~= n1k dan mudah pengerJaannya Untuk mencegah bahaya koros1 leb1h lanJut, maka kaleng yang sudah d1lap1s1 Sn d1lap1s1 kembal1 oleh suatu pol1mer Sampa1 seberapa Jauh sebenarnya ketahanan pol1mer tersebut terhadap larutan asam yang ada d1dalamnya, maka perlu d1lakukan penel1t1an penentuan kad~r Sn yang terdapat pada beberapa m1numan yan6 d1produks1 d1 Indones1a Penel1t1an 1n1 bertuJuan mel1hat kemungk1nan pertambahan logam Sn terhadap waktu peny1mpanan Penentuan kadar Sn dlLakukan dPngan menggunakan alat Spektroskopl Serapan ~tom Dalam penelit1an 1ni dikerjakan antara la1n, menentukan uH m1numan kaleng dengan pengaruh waktu peny1mpanen selama 4 bulan, destruksl m1numan kaleng, menentukan waktu kestal)llan lampu Sn, mel1hat pengaruh asam sulfat, asam perklorat~ asam n1trat. asam klor1da terhadap penyerapan Sn dan menentul< an kadar Sn pada minuman lecy, spot tonic, royal orange, orange juice dan mirinda dengan pengaruh waktu penyimpam:m se lama 4 bulan Dari penelit1an 1n1 didapatkan, bahwa kadar logam Sn rata-rata pada masing-masing m1numan sebaga1 ber1kut lecy 3,045 ppm, spot ton1c 1,264 ppm, royaJ orange 0,919 ppm, orange JU1Ce 1, 120 ppm dan m1rinda 1, 045 ppm Te:rnya ta d idapatkan, bahwa kadar Sn pad-a kel1ma m1numan tersebut mas1h Jauh d1 bawah batas ambang yang d1perbolehl~an yaltU 150 ppm
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Suryo Kusumo
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S30217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahman Gosarli
Abstrak :
Gambut merupakan material yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami berbagai tingkat penguraian dalam periode waktu yang cukup lama atau rawa yang mengandung air tempat dimana tumbuhan diendapkan di bawah air tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perbedaan penyerapan terhadap logam cr3+ Cd2+, Pb2+ oleh gambut sebelum dan sesudah pemisahan material humat Percobaan pengamatan penyerapan logam oleh gambut dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi larutan (65 sampai 400 ppm) waktu pengadukan (30-90 menit) dan pH fo larutan (1,5-6,5) Dari data hasil serapan yang diperoleh terlihat perbedaan serapan logam yang realtif kecil oleh gambut sebelum dan sesudah pemisahan material humat Pada konsentrasi larutan 200 ppm waktu pengadukan 60 menit, serapan maksimum penyerapan yang diperoleh dari percobaan pada pH 6,5 untuk c 3+, pH 4,5 untuk cd2+, dan pH 5,5 untuk Pb2+
1993
S29829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfi Rinaldi
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S30524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Apriliani
Abstrak :
Air merupakan salah satu kebutuhan pokok bag! manusia dalam kelangsungan hidupnya. Air yang ada di alam terdiri atas tiga macam, yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah. Ketiganya itu saling bergantung dan berada dalam sistem siklus hidrologi. Berdasarkan konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup yang luas, yaitu sifat-sifat air, pergerakan dan penyebaran air, keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan. Air mengandung atom JH. ^H, dan Isotop (jH) merupakan isotop radioaktif yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi pergerakan dan umur air tanah terutama air tanah dangkal, sehingga kandungan isotop (^H) dapat digunakan untuk studi tentang air. Kandungan isotop (^H) alam dalam air biasanya sangat kecil berkisar antara 3-6 TU. Untuk dapat dicacah dengan alat sintilasi cair, maka kandungan isotop (jH) dalam sampel perlu diperkaya. Proses pengkayaan dilakukan dengan cara elektrolisis pada alat pengkayaan {enrichment). Kemudian sampel dicacah menggunakan alat LSC {Liquid Scintillation Counter) untuk diketahui aktivitasnya dalam satuan tritium unit (TU). Hasil analisis kandungan isotop H) air hujan memiliki nilai ratarata 4,89 ± 1,21 TU. Sedangkan air tanah dangkal dan dalam, memiliki nilai rata-rata 4,31 ± 0,60 TU dan 0,32 ± 0,15 TU. Air tanah dangkal memiliki kandungan isotop (j H) yang hampir sama dengan air hujan. Sedangkan air tanah dalam, memiliki kandungan isotop (^H) yang jauh lebih kecil dibanding dengan air hujan. Dari analisis tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa air tanah dangkal berasal dari air hujan setempat (local recharge) yang merembes masuk ke dalam sistem air tanah dangkal sedangkan air tanah dalam, berasal dari suatu lokasi yang letaknya cukup jauh dari lokasi penelitian. Dilihat dari bentuk kontur isotop H) air tanah dangkal, dapat diindikasikan adanya arah gerakan kandungan isotop {]H) yaitu makin kecil ke arah tenggara. Isotop (^H) juga dapat digunakan untuk menentukan umur fair tanah. Dari analisis yang diperoleh, umur air tanah dangkal adalah 2,24 tahun. Sedangkan umur air tanah dalam, adalah 48,49 tahun
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Satriandi Rahman
Abstrak :
Organoclaydipreparasidengancara modifikasimontmorillonite(MMT) yang berasal dari fraksi bentonit Jambi dengan cara interkalasi Benzil Trimetil Ammonium Klorida (BTMA-Cl). Sebelum digunakan untuk preparasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Jambi untuk memurnikan montmorillonite (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan tembaga amin, dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan nilai KTK Na diperoleh sebesar 43,5 mek/100 gram Na-MMT. Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan surfaktan BTMA-Cl (Benzil Trimetil Ammonium Klorida) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi BTMA-Cl yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK. Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan surfaktan BTMA-Cl telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Produk organoclay tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap fenol dan p-klorofenol dengan variasi konsentrasi (10-80 ppm) dan membandingkannya dengan kemampuan adsorpsi dari bentonit alam dengan konsentrasi fenol dan p-klorofenol yang sama. Dari data yang diperoleh pada kurva isoterm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dari bentonit alam dalam menyerap fenol dan p-klorofenol.
Organoclay is prepared from montmorillonite (MMT) derived from fraction of bentonite Jambi by intercalating Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride (BTMA-Cl). Before being used for the preparation, carried out on bentonite Jambi fractionation process for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Cation in MMT homogenized with Na+ to be Na-MMT. The Cation Exchange Capacity (CEC) was determined by using copper ethylendiamine, and the obtained value is 43,5 meq/100 gram Na-MMT. Organoclay were prepared by mixing Na-MMT with BTMA-Cl surfactant (Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride) solution as an intercalated agent and BTMA-Cl according to the value of 1 CEC and 2 CEC. The results showed that surfactant BTMA-Cl has been successfully intercalated into MMT. Organoclay product is then tested as phenol and p-chlorophenol adsorbtion by varying the concentration (10-80 ppm) and compared the adsorption capacity to the natural bentonite. From the data obtained indicated that the adsorption isotherm curves of phenol and p-chlorophenol on the organoclay is more effective than the natural bentonite.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Setiawan
Abstrak :
Gibsit adalah mineral alumina dioktahedral, [Al(OH)3]. Struktur kristal gibsit merupakan tumpukan oktahedral aluminium hidroksida. Setiap lembar terdiri dari kation Al3+ yang berkoordinasi dengan 6 hidroksil (OH-), dan setiap ion OH- berkoordinasi dengan dua Al3+. 6 oktahedral yang membentuk cincin menyebabkan terbentuknya rongga oktahedral pada gibsit. Rongga ini dapat disisipi oleh kation yang berukuran kecil seperti lithium. Gibsit dan gibsit diinterkalasi litium (LIG) dapat mengadsorpsi anion melalui pertukaran anion. Sifat mengadsorpsi melalui pertukaran anion ini digunakan untuk menangkap kontaminan-kontaminan anion, seperti Cr(VI) dalam air. Gibsit alam dihilangkan senyawa besi dan material organik menggunakan metode asam askorbat-asam sitrat dan hidrogen peroksida (gibsit purifikasi). Preparasi interkalasi lithium ke dalam gibsit (LIG) dipreparasi dengan menambahkan gibsit ke dalam larutan LiCl. Pada studi ini, sebanyak 0,15 gram gibsit alam, gibsit purifikasi, LIG alam dan LIG purifikasi dimasukkan ke dalam 100 ppm larutan Cr(VI) pada pH 4 dan 10. Kemudian distirer selama 5, 15, 30, 60, 120, 180, 240, 360, 900 menit. Hasilnya menunjukkan bahwa adsorpsi Cr(VI) relatif lebih tinggi pada pH 4 dibandingkan pH 10. Gibsit purifikasi terinterkalasi litium (LIG purifikasi) menunjukkan adsorpsi paling tinggi sekitar 9,5 mg/gram pada pH 4 dan sekitar 7,90 mg/gram pada pH 10 . ......Gibbsite is dioctahedral alumina mineral, [Al(OH)3]. Crystal structure of gibbsite is octahedral packed of aluminium hydroxide. Each layer consist of cation Al3+ which coordinates with 6 hydroxyls and each ion OH- coordinates with 2 Al3+. 6 oktahedral make octahedral voids. This octahedral voids can hold small cation like lithium. Gibbsite and gibbsite intercalated litium (LIG) is capable of adsorbing anions through an ion-exchange reaction. The anion exchange adsorption capability is applied in scavenging anionic contaminants, such as Cr(VI) in the water. LIG was prepared by added gibbsite in to LiCl solutions. In this study, the adsorption of Cr(VI) by gibbsite and LIG was investigated at pH 4 (bichromate ions) and pH 10 (chromate ions). The results showed that Cr(VI) adsorption was relatively high in pH 4 compared to pH 10. Gibbsite with purification and then intercalated with lithium (LIG purification) showed highest adsorption around 9,5 mg/gram pH 4 and 7,90 mg/gram pH 10.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ermi Trihartiani
Abstrak :
Pemanfaatan kedelai sebagai bahan pangan di Indonesia meningkat karena harganya yang terjangkau serta tingginya zat gizi yang terdapat di dalamnya. Selain itu, kedelai mengandung zat anti gizi seperti fitat dan polifenol yang dapat mengganggu penyerapan zat besi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh polifenol terhadap fortifikasi zat besi pada pangan berbasis kedelai seperti, tempe, tahu dan susu kedelai. Fortifikan yang digunakan yaitu ferrous bisglycinate dan FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate disintesis dari glycine dan FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate hasil sintesis dikarakterisasi dengan FTIR yang menunjukan adanya pembentukan cincin heterosiklik pada 1610 cm-1. Pada penelitian ini diperoleh rasio antara Fe dan polifenol yaitu 1:3 yang digunakan untuk variasi penambahan fortifikan. Kadar Fe awal dan Fe non polifenol diperoleh dengan menggunakan AAS. Hasil pengukuran kadar Fe dengan AAS menunjukkan efektivitas tertinggi pada penambahan FeSO4.7H2O untuk tempe 99 mg, tahu 50 mg, dan susu kedelai 99 mg. Sedangkan ferrous bisglycinate untuk tempe 73 mg, tahu 36 mg, dan susu kedelai 73 mg. Sesuai dengan teori, ferrous bisglycinate lebih efektif sebagai fortifikan. Akan tetapi, dalam penelitian ini fortifikasi ferrous bisglycinate pada susu kedelai menghasilkan efektivitas yang lebih rendah dari FeSO4.7H2O.
Utilization of soybean as food in Indonesia is increasing because the price is affordable for all people and contain of high nutrients. Additionally, soy contains anti-nutrients such as phytates and polyphenols that can inhibit iron absorption. Aim of this study was to determine the effect of polyphenols on iron fortification in soy-based foods such as tempeh, tofu and soy milk. The fortificant which are used are ferrous bisglycinate anf FeSO4.7H2O. Ferrous bisglycinate is produced by synthesis of FeSO4.7H2O and glycine. Product of synthesis ferrous bisglycinate characterized with FTIR and the result show that formed envidence ring heterocyclic in 1610 cm-1. In this study we found that the ratio between the Fe and polyphenol amounts is 1:3 that used for addittion fortificant. Concentration of Fe initial and Fe non polyphenol were analysed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). The results showed the highest effectivity by using FeSO4.7H2O as fortificant are 99 mg for tempeh, 50 mg for tofu, and 99 mg for soy milk. Whereas by using ferrous bisglycinate are 73 mg for tempeh, 36 mg for tofu, and 73 mg for soy milk. Based on theory, ferrous bisglycinate more effective as fortificant. However, in our case the effectiveness of fortification with ferrous bisglyciante for soy milk lower than FeSO4.7H2O.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47629
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Maulida
Abstrak :
Zeolit ZSM-5 biasa dikembangkan sebagai katalis reaksi. ZSM-5 mesopori disintesis dengan variasi logam Fe dan Mn menggunakan metode impregnasi, kemudian dikarakterisasi dengan XRD, AAS, FTIR, SEM, EDX, dan Surface Area Analyzer. Fe/ZSM-5 (reagen Fenton), Mn/ZSM-5 (reagen mirip Fenton), dan ZSM-5 (pembanding) digunakan sebagai katalis reaksi konversi glukosa menjadi asam levulinat pada suhu 100°C selama 8 jam yang hasilnya dianalisis dengan HPLC. Hasil karakterisasi ZSM-5 mesopori yaitu nilai rata-rata radius pori 32,71-47,68 Å, luas permukaan 373,2-406,1 m2/g, konsentrasi Fe dan Mn berturut-turut yaitu 2,11 dan 1,89 wt%. Hasil analisis HPLC menunjukkan yield asam levulinat dan konversi glukosa maksimum oleh katalis ZSM-5, Mn/ZSM-5, Fe/ZSM-5 berturut-turut yaitu 23,93 dan 26,51; 19,25 dan 30,98; 135,19 dan 33,32 %. Hasil yang diperoleh menunjukkan Fe/ZSM-5 sebagai katalis terbaik dalam reaksi konversi glukosa menjadi asam levulinat.
Zeolite ZSM-5 is usually developed as reaction catalyst. Mesoporous ZSM-5 is synthesized with metal variation of Fe and Mn using impregnation method, then they are characterized by XRD, AAS, FTIR, SEM, EDX, and Surface Area Analyzer. Fe/ZSM-5 (Fenton reagent), Mn/ZSM-5 (Fentons-like reagent) and ZSM-5 (comparer) have been used as catalyst of conversion reaction glucose to levulinic acid at 100°C for 8 hours which the results are analyzed by HPLC. Characterization results of ZSM-5 show that average value of porous radius is 32,71-47,68 Å, the surface area is 373,2-406,1 m2/g, Fe and Mn concentrations are 2,11 and 1,89 wt%, respectively. The analysis results of HPLC show that levulinic acid?s yield and glucose conversion by catalyst ZSM-5, Mn/ZSM-5, Fe/ZSM-5 maximum at 23,93 and 26,51; 19,25 and 30,98; 135,19 and 33,32 %. The obtained results show that Fe/ZSM-5 is best catalyst in this reaction.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46047
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>