Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rasyad Abdul Azis
"PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) memiliki peran penting dalam upaya memastikan ketahanan energi nasional melalui upaya memperkuat pasokan dan memperluas Pembangunan infrastruktur gas bumi. Upaya yang dilakukan ada dengan terus melakukan terobosan bisnis dan mengembangkan insfrastruktur serta peningkatan pemanfaatan gas bumi. Dengan meningkatnya pertumbuhan kebutuhan gas bumi di Indonesia akan disertai dengan bertambahnya jumlah asset penyalur gas. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan untuk menjaga kehandalan asset penyalur gas demi memastikan keamanan dan keselamatan pengguna gas ataupun masyarakat dari kecelakaan ataupun bencana akibat penyaluran gas bumi. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk menjaga kehandalan instalasi penyalur gas salah satunya adalah dengan melakukan inspeksi teknis dengan mengacu pada Permen ESDM Nomor  32  Tahun  2021  tentang  Inspeksi  Teknis  dan  Pemeriksaan Keselamatan Instalasi dan Peralatan pada Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi. Kegiatan inspeksi yang dilakukan yaitu pengaplikasian metode RBI pada MRS Bitung 3 merupakan bentuk pelaksanaan dari peraturan tersebut. Hasil analisis menggunakan metode RBI menunjukkan bahwa pada MRS Bitung 3 masuk kedalam kategori high risk dengan remaining life 9 tahun. Dengan kategori tersebut, MRS Bitung 3 perlu dilakukan rencana inspeksi dalam 1 tahun kedepan dan perlu pemeliharaan dan pengecekkan rutin pada sistem metering dan regulating agar tidak terjadi kegagalan. Dalam aspek kode etik dan etika insiyur, penerapan dilakukan dengan tetap mematuhi peraturan K3L dan berkoordinasi dengan pihak terkait perihal hasil inspeksi. Penyajian data dilakukan secara transsparan dan objektif agar hasil inspeksi dapat dipertanggung jawabkan untuk melakukan langkah preventif pada MRS Bitung 3. Dalam aspek K3L, penerapan dilakukan pada saat inspeksi dengan mematuhi peraturan K3L yang diberlakukan di Perusahaan seperti penggunaan APD lengkap, pengecekkan kesesuaian alat, dan melakukan toolbox meeting. Aspek K3L juga diterapkan pada instalasi dan peralatan MRS Bitung 3 seperti adanya perlengkapan deteksi dini dan peralatan penanggulangan bahaya.
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) plays a crucial role in ensuring national energy resilience by strengthening supply and expanding the development of natural gas infrastructure. Efforts undertaken include continuous business innovation and infrastructure development as well as increasing the utilization of natural gas. With the growing demand for natural gas in Indonesia, there will be an increase in the number of gas distribution assets. Therefore, activities are needed to maintain the reliability of gas distribution assets to ensure the safety and security of gas users and the community from accidents or disasters resulting from gas distribution. One of the activities that can be done to maintain the reliability of gas distribution installations is by conducting technical inspections referring to Ministerial Regulation No. 32 of 2021 concerning Technical Inspection and Safety Inspection of Installations and Equipment in the Oil and Gas Business Activities. The inspection activity carried out involves the application of RBI methods at MRS Bitung 3, which is a form of implementation of the regulation. The analysis results using the RBI method indicate that MRS Bitung 3 falls into the high-risk category with a remaining life of 9 years. With this category, MRS Bitung 3 needs to undergo inspection planning in the next 1 year and requires routine maintenance and checking of metering and regulating systems to prevent failures. In terms of ethical codes and engineering ethics, implementation is carried out by adhering to HSE regulations and coordinating with relevant parties regarding inspection results. Data presentation is done transparently and objectively so that inspection results can be accounted for to take preventive measures at MRS Bitung 3. In terms of HSE aspects, implementation is carried out during inspections by adhering to OHS regulations enforced in the Company such as the use of complete PPE, checking equipment compliance, and conducting toolbox meetings. HSE aspects are also applied to the installations and equipment of MRS Bitung 3, such as the availability of early detection equipment and hazard mitigation tools."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adhyatma Evan Danendra
"Perpindahan panas merupakan suatu proses atau fenomena untuk menghasilkan energi panas, dan proses perturakan energi panas. Fenomena perpindahan panas ini sering kali terjadi pada industri – industri proses manufaktur. Perpindahan panas biasa terjadi secara konduksi. Konduksi adalah perpindahan panas yang membutuhkan medium atau perantara dan tanpa disertai dengan perpindahan perantara yang ada. Konduksi biasa terjadi pada beragam jenis material atau perantara, bisa berfasa padat, cair, maupun gas. Perpindahan panas bisa diketahui dengan pengukuran konduktivitas termal. Pengukuran ini biasa dilakukan dengan alat ukur tertentu seperti thermometer dan termokopel. Dalam penelitian kali ini, pengukuran dilakukan menggunakan temperature data logger dan dihubungkan dengan cooling box peltier. Material yang digunakan adalah besi untuk fasa padat dan untuk fasa cair digunakan aquades dengan variasi yang berbeda-beda. Penurunan temperatur selama 30 detik akan menjadi acuan dan setelah didapatkan nilainya, kemudian akan diolah untuk mendapatkan nilai kl serta kesalahan relatif nya.

Heat transfer is a process or phenomenon of heat energy production, and heat energy exchange processes. Heat transfer phenomena often occur in the manufacturing process industry. Heat transfer usually occurs by conduction. Conduction is a heat transfer that requires medium without transfer the intermediate medium. Conduction can occurs in a variety of materials and media, can be liqud, solid, even gas. Heat transfers can be determined by measuring thermal conductivity, in this research measurements were done by using a temperature data logger connected to a peltier cooling box. The material used in the measurement is iron for solid phase and aquadest as a liquid phase. A temperature drop of 30 seconds will be the reference and after the value is obtained, it will be processed to obtain the value of kl and relative error.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Cahyo Utomo
"Endapan hasil proses presipitasi tersebut umumnya juga mengandung litium, yang bisa diambil kembali melalui proses pencucian. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah gelombang ultrasonik dapat membantu mengambil kembali litium yang terperangkap pada endapan hasil presipitasi. Endapan dicuci menggunakan aquadest, dibantu dengan gelombang ultrasonik dan diberi variasi waktu pengerjaan pada 1, 5, 10, 20, dan 30 menit serta temperatur pengerjaan sebesar 30, 40, dan 90 ˚C. Dari percobaan didapatkan bahwa kadar litium untuk tiap sampel berada di kisaran 49,12 ppm sampai dengan 68,95 ppm dan magnesium yang larut kembali berada pada kisaran 0,39 ppm sampai 4,37 ppm, dengan variabel pengerjaan paling optimum berada pada temperatur 40 ˚C dan waktu 1 menit, dengan pengambilan litium kembali sebesar 52,1684 ppm dan magnesium yang terambil kembali sebesar 0,399 ppm, sehingga didapat filtrat dengan perbandingan magnesium:litium sebesar 0,007. Hal tersebut terjadi karena pencucian ini menggunakan aquadest dan tidak melibatkan reaksi kimia maka temperatur dan waktu tidak mempengaruhi jumlah litium yang terambil kembali dari endapan, karena litium yang bisa diambil kembali hanya yang berjenis water-solluble. Hasil percobaan jika dibandingkan dengan pencucian tanpa ultrasonik terdapat perbedaan yang cukup signifikan, dimana pencucian tanpa ulltrasonik hanya mampu mengambil kembali litium sebesar 10,88 ppm. Hal tersebut dikarenakan ketika menggunakan gelombang ultrasonik akan terjadi fenomena kavitasi yang dapat memecah tiap butir endapan dan membuka jalan bagi aquadest untuk masuk serta melarutkan litium yang berada pada dalam butiran endapan

The precipitate resulting from the precipitation process generally also contains lithium, which can be recovered through the washing process. This research was conducted to see whether ultrasonic waves can help recover the trapped lithium in the precipitation. The precipitate was washed using aquadest, assisted with ultrasonic waves and given variations in working time at 1, 5, 10, 20, and 30 minutes and working temperatures of 30, 40, and 90 ˚C. From the experiment, it was found that the lithium content for each sample was in the range of 49.12 ppm to 68.95 ppm and the dissolved magnesium was in the range of 0.39 ppm to 4.37 ppm, with the most optimum working variable being at a temperature of 40 ˚C and a time of 1 minute, with 52.1684 ppm of lithium taken back and 0.399 ppm of reclaimed magnesium, so that the filtrate with a magnesium:lithium ratio of 0.007 is obtained. This happens because this washing uses aquadest and does not involve a chemical reaction, so the temperature and time do not affect the amount of lithium recovered from the sediment, because only the water-solluble type of lithium can be recovered. The experimental results when compared with washing without ultrasonic there is a significant difference, where washing without ultrasonic is only able to recover lithium by 10.88 ppm. This is because when using ultrasonic waves there will be a cavitation phenomenon that can break up each grain of sediment and pave the way for aquadest to enter and dissolve the lithium in the sediment grains. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library