Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rheza Maulana
Abstrak :
Satwa liar adalah aspek penting bagi lingkungan, namun saat ini banyak satwa liar yang terusir dari habitat alaminya. Sebagian satwa liar yang terusir akan ditempatkan di penangkaran, seperti pada pusat penyelamatan satwa dengan tujuan rehabilitasi untuk kemudian dilepasliarkan. Masalah yang terjadi pada satwa di penangkaran adalah munculnya zoochosis, yaitu penyakit kejiwaan pada satwa yang ditunjukkan dengan perilaku stereotip berulang akibat stres dalam kurungan. Zoochosis tentunya akan mengganggu peluang sukses rehabilitasi, maka zoochosis sebaiknya tidak terjadi pada satwa yang direhabilitasi. Pemahaman mendalam mengenai kebutuhan dan perilaku satwa sangat diperlukan dan harus diterapkan dalam rancangan kandang, dalam hal ini mengenai satwa macan tutul Jawa. Tidak hanya untuk mencegah zoochosis, tetapi untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku alami macan tutul Jawa. Melalui metode penelitian qualitative assessment of behaviour dan perancangan arsitektur, yang dilakukan pada suatu pusat penyelamatan satwa di Sukabumi. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi rancangan bangunan rehabiltiasi secara keseluruhan, dan perilaku macan tutul Jawa. Hasil yang didapat adalah bahwa bangunan rehabilitasi macan tutul Jawa yang ada, sesuai dengan tujuan pemeliharaan satwa. Dari lima gejala zoochosis hanya satu yang muncul, dan frekuensi terjadinya sangat rendah yaitu hanya tiga kali dalam empat minggu penelitian. Macan tutul Jawa yang diamati dapat dikatakan tidak memiliki gejala zoochosis yang signifikan. Rancangan bangunan rehabilitasi yang baik adalah yang memperhatikan jumlah, ukuran, ketinggian, dan lingkungan kandang serta memenuhi kebutuhan teknis mengenai keamanan, kenyamanan, dan kemudahan peratawan satwa. ......Wild animals are important aspect of the environment, unfortunately most are driven away from their natural habitat. Some wild animals would be put in captivity, such as at rescue centers for rehabilitation purposes to release them back to the wild. The issue with animals in captivity is the occurrence of zoochosis, a mental illness in animals showcased by repetitive stereotypic behaviour due to stress in confinement. Zoochosis will definitely interfere with the success of rehabilitation process. Cases of zoochosis must not occur in rehabilitation facilities. A further understanding of animal`s needs and behaviour is needed and must be implemented in the design of the enclosure, in this case is for Javan leopards. Not only to prevent zoochosis, but also to improve and promote the natural behaviour of the Javan leopard. This study aims to analyse how the design of an enclosure correlates to Javan leopard`s behaviour. Through methods of qualitative assessment of behaviour and architectural design, conducted at at a rescue center in Sukabumi. By studying the overall facility design and the behaviour of the leopards. Results shows that the Javan leopard enclosure is suited for Javan leopard rehabilitation. From five symptoms of zoochosis, only one is shown and at a low rate which is only three times of occurrence during four weeks of research. The Javan leopards shows no significant sign of zoochosis. A good rehabilitation building design is one that pays attention to the number, size, height, and environment of the enclosure also one that meets the technical needs regarding safety, comfort, and efficiency of animal care.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T54024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Aulia
Abstrak :
RTH privat memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai rosot karbon. PLTU XYZ memiliki luas wilayah 72 Ha dengan RTH seluas 18 Ha. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis besaran rosot karbon dari RTH PLTU XYZ; Menghitung perhitungan emisi CO2 yang dihasilkan PLTU XYZ; mengkaji pengetahuan dan harapan pengelola PLTU XYZ terhadap manfaat RTH; dan merencanakan penghijauan melalui pendekatan potensi rosot karbon. Pendekatan riset kuantitatif dengan metode kuantitatif yang dilengkapi dengan interview kepada manajemen. Hasil penelitian menujukkan potensi rosot karbon dari RTH alami PLTU XYZ sebesar 1.082,79 CO2 eqf Ton/tahun atau 77,34 CO2 eqf Ton/Ha/tahun; Jumlah emisi CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas PLTU XYZ sebesar 3.955.244 Ton/tahun; Harapan dari pengelola adalah membuat penghijauan dengan mempertimbangkan menggunakan tanaman yang memiliki potensi rosot karbon yang tinggi serta memiliki nilai estetika; dan penghijauan melalui pendekatan potensi rosot karbon menghasilkan kemampuan rosot karbon sebesar 20.825 CO2 eqf Ton/tahun. Untuk mencapai kesetimbangan pengelola perlu mempertimbangkan pendekatan teknologi dan pendekatan sosial.
Private green open space has the potential to be developed as carbon sinks. The CFPP XYZ has an area of 72 hectares with open space of 18 hectares. The purpose of this study is to analyze the total of carbon sink from green open space CFPP XYZ; Calculation of CO2 emissions produced by the CFPP XYZ; reviewing the knowledge and expectations of the CFPP XYZ manager on the benefits of green open space; and planning for reforestation through the approach of carbon sink potential. Quantitative research approach with quantitative methods which is equipped interviews with management. The results showed the potential for carbon sink from the natural green open space of the CFPP XYZ was 1,082.79 CO2 eqf Ton / year or 77.34 CO2 eqf Ton / Ha / year; The amount of CO2 emissions produced by the CFPP XYZ activity is 3,955,244 Ton / year; The hope of the management is to make reforestation by considering using plants that have high carbon potential and aesthetic value; and reforestation through the carbon sink potential approach produces a carbon sink capability of 20,825 CO2 eqf Ton/year. To achieve equilibrium, management need to consider technology approach and social approach.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T53260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Fitri Ekarini
Abstrak :
Interaksi negatif dengan manusia muncul sebagai salah satu ancaman utama populasi harimau sumatera. Pendekatan berbasis masyarakat dalam penanggulangan interaksi negatif manusia-harimau sumatera (IMH) dapat menjadi solusi berbasis lokal yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi konsep penanggulangan IMH berkelanjutan berbasis masyarakat dengan elaborasi: hotspot IMH; pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat; upaya kolektif masyarakat, dan; peran pemangku kepentingan di wilayah penyangga lanskap Bukit Balai Rejang Selatan (BBRS), Bengkulu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis statistika, spasial, SWOT, dan deskriptif. Zona hotspot IMH tersebar di luar perbatasan lanskap BBRS dengan probabilitas IMH tinggi pada perkebunan atau pertanian di daerah penyangga hutan. Pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap harimau sumatera dan IMH cukup baik, namun perilaku masyarakat cenderung belum mengarah pada perilaku dengan inisiatif positif. Upaya kolektif masyarakat dalam penanggulangan IMH pada kelompok desa dampingan sudah terorganisasi dengan baik. Peran pemangku kepentingan terkait upaya penanggulangan IMH di tingkat desa belum terintegrasi dan memadai. Konsep penanggulangan IMH berkelanjutan berbasis masyarakat dapat tercapai dengan elaborasi aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dengan dukungan pemangku kepentingan terkait. ......Negative interactions with humans emerge as one of the main threats to Sumatran tiger population. Community-based approach in managing human-tiger interaction (HTI) can be a sustainable local-based solution. This study aims to provide recommendation of sustainable community-based HTI management concept by elaborating: HTI hotspot; community’s knowledge, attitude, practice; community’s collective efforts, and; role of stakeholders in the Bukit Balai Rejang Selatan (BBRS) landscape buffer area, Bengkulu. The approach used is quantitative approach with statistical, spatial, SWOT, and descriptive analysis methods. The HTI hotspot zone are spread outside the border of the BBRS landscape with a high probability of HTI on plantations or agricultures in forest buffer areas. Community’s knowledge and attitude towards the Sumatran tiger and HTI is quite good, but community’s behavior tends not to lead to behavior positive initiatives. Community’s collective efforts in managing HTI in assisted village groups have been well organized. The role of stakeholders in efforts to manage HTI at the village level is still not integrated and sufficient. Sustainable community-based HTI concept can be achieved by elaborating environmental, social, and economic aspects with the support of relevant stakeholders.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library