Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hikmat Nadzaruddin
Abstrak :
Penentuan prospek zona permeabilitas sekuder ditentukan melalui analisis terpadu pengideraan jauh, data geologi, magnetotellurik dan gravitasi. Berdasarkan analisis penginderaan jauh, kelurusan yang berkembang berarah dominan Baratlaut-Tenggara dan Timurlaut-Baratdaya dengan kerapatan 2.5-3.2 km/km2, berkorelasi dengan kemunculan manifestasi dan alterasi yang berkembang didaerah penelitian. Perkiraan zona alterasi dan manifestasi menggunakana Metoda Direct Principal Component DPC pada citra Landsat 7 ETM menghasilkan area terduga seluas 73 km2 dari 160 km2 luasan area penelitian yang terkonfirmasi berdasarkan peta sebaran alterasi dan manifestasi yang berada didalam area terduga. Berdasarkan pemodelan inversi 3D MT dan forward modelling 2D data gravitasi, lapisan claycap bernilai resistivitas < 10 ?m dengan densitas 1.7-1.9 gr/cc merupakan alterasi argilik pada formasi Aimere dan Siutoro. Top of Reservoir TOR ditandai dengan keberadaan alterasi propilitik pada sumur MT-02 berada pada kisaran kedalaman 400-600 mdpl dengan ketebalan reservoar berkisar 800-1000 m dengan nilai resistivitas 10-100 ?m dan densitas 2.1-2.6 gr/cc yang diperkirakan berada pada formasi volkanik tua. Heatsource diperkirakan merupakan tubuh intrusi formasi Bajawa dibagian Timurlaut dan pluton formasi kompleks kerucut breksi volkanik dibagian Baratdaya dengan nilai resistivitas >150 ?m dan densitas 2.7-3.1 gr/cc. Manifestasi berupa mataair panas ML1 dan ML2, fumarol dan kolam lumpur panas diperkirakan merupakan upflow dari sistem geotermal berasosiasi dengan Tinggian Volkanik dengan karakter Fluida 2 Fasa yang berada diatas heatsource dibagian Timurlaut. Perkiraan temperatur reservoar berkisar 200-300°C berdasarkan profil temperatur sumur MT-02 dan geotermometer gas. Delineasi daerah prospek reservoar ditentukan seluas 1.6 km2 berdasarkan hasil depth slice elevasi 400m pemodelan inversi 3D MT. Rekomendasi sumur pemboran trajectory menargetkan sesar F08 Sesar Waeluja mengacu kepada hasil analisis curve splitting, FHD, SVD yang mengkonfirmasi keberadaan struktur bawah permukaan diperkirakan merupakan prospek zona permeabilitas sekuder dengan temperatur dan permeabilitas tinggi. ......Prospect identification of secondary permeability zone determined by using integrated analysis of remote sensing, geological, magnetotelluric and gravity data. Lineament pattern characterized the geological structural development dominates on NW SE and SW NE direction with lineament density reach 2.5-3.2 km km2 correlates with the appearance of surface manifestation and alteration zone within research area. Prediction of alteration and manifestation by using Direct Principal Component DPC technique from Landsat 7 ETM image resulting predicted area of 73 km2 out of 160 km2 research area and confirmed by comparing with the alteration and manifestation map from the previous research. 3D MT inversion model and 2D forward modelling gravity resulting geophysical characterization of the geothermal system. Claycap characterize as resistivity value 10 m with density 1.7 1.9 gr cc refer to Aimere and Siutoro argillic altered formation. Top of Reservoar TOR identifies in comparison with log description MT 02 well with the appearance of prophylitic alteration found at elevation of depth 400-600 msl with thickness of reservoir 800 1000m below characterized as resistivity value 10 100 m with density 2.1-2.6 gr cc interpreted as old volcanic formation. Heatsource interpreted as intrusive body of Bajawa formation found on the Northeastern part while at the Southwestern part related with the pluton of the breccia volcanic cone complex with the resistivity value 150 m and the density value 2.7 3.1 gr cc. Surface manifestation lies above the heatsource at Northeastern identified as the upflow zone of the typical Volcanic Associated Geothermal System on High Terrain with the 2 Phase Fluid characteristic. Reservoir temperature predicted 200-300°C based on temperature profile from well MT 02 and gas geothermometer. Delineation of the reservoir prospect area determined 1.6 km2 wide based on depth slice of 3D MT inversion at elevation 400 msl. Recommended trajectory drilling well, targeting F08 fault Waeluja Fault based on the result of confirmation of the occurrence subsurface geological structure using curve splitting, FHD, SVD predicted as the prospect of secondary high permeability zone and high temperature.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Gidson Andriano
Abstrak :
Lapangan "X" merupakan salah satu lapangan panas bumi di Indonesia yang terbentuk pada lingkungan magma basaltik. Fluida panas satu fasa bertemperatur tinggi terbentuk pada zona resevoir yang memiliki permeabilitas tinggi sebagai fasa cair. Fluida ini dapat tersimpan dengan baik di reservoir dikarenakan ditutupi lapisan penudung berupa batuan ubahan yang bersifat inpermeable. Zona upflow terbentuk di dalam kaldera komplek Telong tepatnya di puncak Gunung Telong seperti batuan alterasi. Sedangkan zona outflow terbentuk di daerah sekitar manifestasi air panas Mapane, Masaingi dan Buayana bertipe klorida-bikarbonat dan berada pada zona immature water dengan suhu berkisar antara 35-36 °C. Inversi 3-D dari data magnetotellurik dilakukan untuk mengetahui distribusi resitivitas bawah permukaan. Inversi 3-D ini dilakukan dengan menggunakan initial model yang berbeda, yaitu initial model heterogen (inversi 2-D) dan initial model homogen (100 Ωm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa inversi 3-D dengan model awal heterogen mampu menggambarkan distribusi resistivitas bawah permukaan dengan lebih baik dibandingkan dengan inversi 3-D dengan model awal homogen. Zona clay cap dengan nilai resistivitas <10 Ωm memiliki ketebalan hingga 1,5 km dari permukaan. Zona reservoir yang berada di bawah clay cap dengan range nilai resistivitas 30-60 Ωm berada pada kedalaman 1,5-2,5 km dari permukaan. Sumber panas bumi (heat source) yang ditandai dengan nilai resistivitas tinggi >100 Ωm berada pada kedalaman >2,5 km. ...... Field "X" is one of the Indonesia geothermal field that formed in basaltic magma environment. Single phase high temperature thermal fluids formed in the resevoir zone that has a high permeability as liquid phase. This fluid can be stored in the reservoir due to the covering of alteration as cap rocks. Upflow zone formed within the caldera of Telong complex, exactly at the top of Mount Telong such as altered rock. While its outflow zone formed at around of the manifestations of Mapane, Masaingi and Buayana that categorized as chloride-bicarbonate type and include on immature water zone with temperature range between 35 - 36 °C. The 3-D inversion of magnetotelluric data was performed to determine the subsurface resistivity distribution. The 3-D inversion using different initial model, a model compiled from 2-D inversion and a homogeneous earth of resistivity 100 Ωm. The results of inversion show that 3-D inversion with a model compiled from 2-D inversion can delineate subsurface resistivity distribution more clearly than 3-D inversion with 100 Ωm homogeneous initial model. Clay cap zone with resistivity value <10 Ωm has a thickness of about 1500 m b.s.l. Reservoir zone is discovered below the clay cap has resistivity value about 30 - 60 Ωm at elevation 1500 - 2500 m b.s.l. And heat source with high resistivity (>100 Ωm) seen at >2500 m b.s.l.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donny Isa Marianto Suryo Putro
Abstrak :
Daerah “D” merupakan salah satu daerah prospek panasbumi di Indonesia. Daerah ini di dominasi oleh batuan produk vulkanik yang terdiri dari aliran lava dan kubah-kubah vulkanik. Manifestasi di daerah ini terdiri dari kelompok mata air panas D dengan temperatur sebesar 95 – 97oC dan kelompok mata air panas M dengan temperatur sebesar 60,9 – 84,0oC. Kedua kelompok mata air panas tersebut memiliki tipe klorida. Selain itu, terdapat batuan ubahan di sekitar manifestasi yang mengandung mineral ubahan yang di dominasi oleh mineral silika. Untuk mendelineasi sistem panasbumi tersebut, maka dilakukan inversi 3-D data magnetotellurik, baik dengan full impedance tensor maupun dengan off-diagonal element dengan menggunakan software MT3Dinv-X. Hasil dari inversi 3-D dengan full impedance tensor menggambarkan kondisi bawah permukaan lebih baik dibandingkan dengan off diagonal element. Lapisan konduktif (<15 ohm-m) dengan ketebalan 200 m – 1 km diindikasikan sebagai caprock. Lapisan dibawah caprock (15 – 158 ohm-m) diindikasikan sebagai reservoar. Sedangkan body dengan resistivitas >1.000 ohm-m diindikasikan sebagai heat source yang merupakan intrusi dari batuan beku muda. Selanjutnya, hasil inversi 3-D tersebut diintegrasikan dengan data gravitasi untuk membuat model konseptual dari sistem panasbumi “D”. Dimana sistem panasbumi “D” merupakan jenis sistem panasbumi intermediate temperature dengan temperatur reservoar sebesar 190oC berdasarkan geotermometer Na/K.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S54869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Hikmah Ramadianti
Abstrak :
ABSTRAK
Salah satu target eksplorasi panas bumi adalah zona permeabilitas tinggi, yang mana zona ini biasanya berhubungan dengan banyak struktur. Pemetaan struktur pada geologi hanya mampu menunjukkan struktur permukaan saja. Kemenerusan struktur ke bawah permukaan sulit dideteksi. Hal ini dapat dilakukan dengan analisis struktur menggunakan metode Magnetotelurik (MT), yaitu induction arrows, kurva splitting dan diagram polar. Dengan menggunakan induction arrow dan diagram polar kita dapat memetakan keberadaan anomali konduktif. Spliting pada data kurva MT pada range frekuensi tinggi biasanya terjadi karena struktur di bawah permukaan. Forward modeling 3-D pun dilakukan guna memastikan struktur pada daerah tersebut, dengan model sintetik yang lebih simple dibuat berdasarkan acuan dari hasil inversi 3-D sehingga dapat mempermudah dalam melihat respon analisis induction arrows, kurva splitting dan diagram polar data MT riil lapangan. Hasil penelitian dari penelitian Lapangan ?S? ini menunjukan adanya korelasi antara struktur geologi dengan data MT baik analisis kurva splitting, induction arrows, dan diagram polar. Korelasi tersebut memperlihatkan adanya kontrol struktur yakni Sesar Sm dan Cg terhadap hadirnya zona main conductor. Zona pemboran diorientasikan sebelah Selatan Sesar Sm berarah NW-SE, dimana berdasarkan kemiringan struktur Sm ini mengarah NE-SW.
ABSTRAK
One of the geothermal exploration target is a zone of high permeability, which is usually associated with a lot of structure. Geological mapping of the structure is only able to show the structure of the surface. Continuity of structures beneath the surface difficult to detect. However, to look for structure, can be done by using the methods of structural analysis magnetotellurics (MT), such as, the induction arrows, splitting curves and polar diagram. By using induction arrow and diagram polar we can map the presence of anomalous conductive. Spliting the MT curve data at high frequency range usually occurs because of the structure below the surface. Forward 3-D modeling was done to ensure the structure of the region, with a more simple synthetic models are based on 3-D inversion results. The results of the Field "S" shows a correlation between the geological structure of the data is good MT splitting curve analysis, Induction Arrows, and a polar diagram. The correlation shows that the control structure of the Sm and Cg Fault zone to the presence of the main conductor. Zone drilling is oriented southern Sm Fault trending NW-SE, which is based on the slope of the structure of Sm leads NE-SW.
2016
S64171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wambra Aswo Nuqramdha
Abstrak :
Daerah prospek panasbumi Arjuno-Welirang terletak di wilayah Kabupaten Malang, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu. Daerah prospek ini berada di lingkungan geologi yang didominasi oleh batuan vulkanik berumur Kuarter. Manifestasi permukaan yang terdapat di daerah prospek ini berupa fumarol ? Solfatar yang terletak di puncak Gunung Welirang serta mata air panas yang berada di sebelah barat dan baratlaut Gunung Welirang. Mata air panas ini bertipe bicarbonate, dengan suhu berkisar antara 39,4 ? 55 0C. Dari hasil perhitungan geothermometer Na-K, suhu reservoir area prospek ini sekitar 310-314 0C. Untuk mengetahui informasi bawah permukaan daerah prospek panasbumi Arjuno-Welirang, dilakukan survey magnetotelurik. Selanjutnya hasil dari data MT akan di integrasikan dengan data geologi dan geokimia. Data magnetotelurik diolah dari time-series data hingga mendapatkan kurva resistivitas versus frekuensi, dan fase, lalu dilakukan filtering, rotasi dan koreksi static shift untuk mendapatkan kurva MT yang lebih representatif. Selanjutnya dilakukan inversi 2-dimensi dan divisualisasikan secara 3-dimensi. Hasil penelitian ini memperlihatkan lapisan konduktif (<15 ohm-m) dengan ketebalan sekitar 1 km, diindikasikan sebagai clay cap dari sistem panasbumi. Lapisan yang berada di bawah clay cap dengan nilai resistivitas sedikit lebih tinggi (>30 ohm-m), diindikasikan sebagai zona reservoir. Updome shape dengan nilai resistivitas yang tinggi (±1000 ohm-m), mengindikasikan hot rock, yang berada di bawah Gunung Welirang dan masih meluas kearah Selatan dan Tenggara. Model konseptual dibuat dengan mengintegrasikan data MT, geologi dan geokimia, sebagai pedoman dalam melakukan pengeboran eksplorasi.
Arjuno-Welirang geothermal prospect area is located in the district of Malang, Mojokerto, Pasuruan, dan Batu Town. The prospect area is located in the geological environment that is dominated by Quaternary volcanic rocks. Surface manifestations occurred in this prospect area are fumaroles-solfatara found on the top of Mount Welirang and hot springs located on the West and Northwest of Mount Welirang. These hot springs are bicarbonate types, with temperature range between 39.4 to 55 0C. From the calculation of Na-K geothermometer, the temperature of the reservoir is about 310-314 0C. To understand the subsurface information of the Arjuno-Welirang geothermal prospect for further development, a magnetotelluric survey was carried out. The result was then integrated with geological and geochemical data. The Magnetotelluric data was processed from the time-series data to obtain resistivity and phase versus frequency. Further processing were filtering, rotation and static shift correction to obtain a more representative MT curve. The final processing was two-dimensional inversion and 3-D visualization. The results show a conductive layer (<15 ohm-m) with a thickness of about 1 km, indicating a clay cap of the geothermal system. A slighty higher resistivity values (>30 ohm-m) is found below the clay cap, indicating as reservoir zone. An updome shape of high resistivity zone (± 1000 ohm-m) is encountered below the indicated reservoir zone. This resistive zone indicating the hot rock is located below the Mount Welirang cone and is still expanding towards the south and southeast. A conceptual model of the geothermal system was then developed on the basis of the MT data, integrated with geological and geochemical data. This model could be used for a guidance in conducting exploration drilling.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S911
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Amriyah
Abstrak :
Lokasi prospek geotermal Tawau berada sekitar 20 km arah timur laut kota Tawau, Sabah, Malaysia. Daerah ini didominasi oleh batuan vulkanik Pliocene- Quaternary berupa batuan basalt, dacite, tuff dan andesit yang menyebar di sekitar area Gunung Maria dan Gunung Andrassy. Mata air panas pada lokasi ini ditemukan di area Apas Kiri (A1-A4, A5, A8), area Balung (B1, B2), area Tawau (T1, T2) dan area Sungai Jepun (J1, J2). Berdasarkan data geokimia, pusat reservoar geotermal diperkirakan berada di sebelah tenggara Gunung Maria yang meluas ke area Balung. Untuk memverifikasi hal tersebut, dilakukanlah survey Magnetotellurik (MT). Data MT yang diperoleh dari lapangan kemudian diinversi secara multidimensi (2D dan 3D). Inversi 2D dan 3D secara berturut-turut dilakukan dengan menggunakan software WinGlink dan MT3DInv-X. Selanjutnya, hasil inversi MT tersebut diintegrasikan dengan data geologi dan geokimia yang ada sehingga diperoleh sebuah konseptual model sistem geotermal daerah Tawau yang terintegrasi. Pemodelan visualisasi dilakukan dengan menggunakan software Geoslicer-X. Adapun hasil penelitian memperlihatkan bahwa secara umum hasil inversi 2D telah dapat menggambarkan kondisi bawah permukaan. Akan tetapi, hasil inversi 3D ternyata lebih baik dibandingkan dengan hasil inversi 2D dalam hal kesesuaian dengan struktur. Oleh karenanya, integrasi antar keduanya diperlukan untuk menggambarkan kondisi bawah permukaan yang lebih akurat. ......Tawau geothermal prospect is located about 20 km northeast of Tawau City, Sabah, Malaysia. This area is dominated by Pliocene-Quaternary volcanic rocks such as basalt, dacite, tuff and andesitic rock which are spread around the Mt. Maria and Mt. Andrassy. Hot spring in this area appears in Apas Kiri area (A1-4, A5, A8), Balung area (B1, B2), Tawau area (T1, T2) and Jepun River area (J1, J2). Based on geochemistry data, center of geothermal reservoar is assessed beneath the southeastern part of Mt. Maria and may extends to the Balung Area. Survey Magnetonetotelluric (MT) was carried out to verify that point. The MT data was processed using multidimensional inversion (2D and 3D). The 2D Inversion was done by using WinGlink software, while the 3D Inversion has been carried out using MT3DInv-X software. The result of MT inversion was then integrated with geological and geochemical data to get an integrated conceptual model of geothermal system Tawau. Visualization modelling was performed by using Geoslicer-X software. The result of this study show, that in general, 2D inversion's result indicates the subsurface condition with good result. But, 3D inversion is actually more better than 2D inversion in describing geological structure. Accordingly, integration of both results is necessary to describe the subsurface condition more acurately.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Boko Nurdiyanto Suwardi
Abstrak :
Telah dilakukan analisa potensi panasbumi Kepahiang, Bengkulu menggunakan metode gaya berat dan MT hasil pengukuran dari PSDG. Analisa dilakukan terhadap 286 titik gaya berat dan 37 titik MT yang tersebar di bagian selatan Gunung Kaba hingga mata airpanas Babakan Bogor. Sistem panasbumi Kepahiang berkaitan dengan aktivitas vulkanik Gunung Kaba yang masih menyimpan panas dari magma sisa. Anomali residual gaya berat menunjukkan struktur yang mengontrol airpanas Sempiang diperkirakan sesar Sempiang yang berarah hampir utara-selatan. Sedangkan airpanas Babakan Bogor dikontrol oleh sesar Sumatera. Batuan penudung tersebar di sekitar airpanas Sempiang mulai dekat permukaan tanah dengan ketebalan antara 1500 meter hingga 2500 meter. Batuan penudung merupakan satuan Lava Kaba Muda dengan nilai tahanan jenis <10 Ohm-m dan densitas 2.2 gr/cm3. Reservoir panasbumi diperkirakan berada di bawah batuan penudung tersebar di sekitar airpanas Sempiang dengan nilai tahanan jenis 10-60 Ohm-m dan densitas 2.4 gr/cm3. Puncak reservoir ini diperkirakan pada kedalaman sekitar 1500 meter, batuan ini merupakan produk Vulkanik Kaba Tua baik berupa lava ataupun piroklastik. Area prospek panasbumi Kepahiang berada di sekitar mata airpanas Sempiang dibatasi oleh kontras tahanan jenis dan sesar yang mempunyai luas area 19 km2 dan potensi panasbuminya dengan asumsi temperatur resevoir 250 0C (geokimia) adalah sebesar 133 Mwe. Perhitungan potensi panasbumi ini termasuk dalam klasifikasi cadangan terduga yaitu luas dan ketebalan reservoar serta parameter fisik batuan dan fluida diestimasi berdasarkan data ilmu kebumian detil terpadu yang digambarkan dalam model tentatif. ......An analysis of geothermal potential in Kepahiang-Bengkulu area, using gravity and MT measurements of PSDG has been done. The analysis was conducted on 286 gravity points and 37 MT points spread over the southern part of Mount Kaba to Babakan Bogor hot springs. Kepahiang geothermal system is related to the volcanic activity of Mount Kaba which is still preserving the residual heat from the magma. Based on the gravity residual anomaly, the structure that controls the emerging Sempiang hot springs is estimated to be Sempiang fault that in near north-south direction, while Babakan Bogor hot springs is estimated to be controlled by the Sumatra fault. The cap rocks scatter around Sempiang hot springs start from near ground surface with thickness of between 1500 meters to 2500 meters. Cap rock is a unit of Lava Kaba Muda with resistivity < 10 Ohm-m and 2.2 gr/cm3 in density. Geothermal reservoir is estimated to be located under the cap rocks scatter around Sempiang hot springs as indicated by values of 10-60 Ohm-m in resistivity and 2.4 gr/cm3 in density. The top of reservoir is estimated to be 1500 meters below the ground surface, these rocks are Kaba Tua volcanic products in form of either lava or pyroclastic. Kepahiang geothermal prospect area scatters 19 km2 wide around Sempiang hot springs which is bound by contrast resistivity and fault. It has potential geothermal of 133 MWe with the assumption of reservoir temperature (geochemistry) is 250 0C. Calculation of geothermal potential is included in the classification of expected reserves, as well as the extent and thickness of reservoir rock and fluid physical parameters are estimated based on data integrated geosciences detail depicted in the model tentatively.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35382
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Barkah
Abstrak :

Gunung Tangkuban Parahu yang terletak di sebelah utara Bandung, Jawa Barat mulai dieksplorasi sebagai daerah prospek geothermal sejak awal tahun 1980. Pemboran eksplorasi juga pernah dilakukan hingga kedalaman 620m dengan temperature 50-60oC. Walaupun demikian, hingga saat ini belum ada kemajuan ke tahap pengembangan. Untuk itu, dibutuhkan pemahaman sistem geotermal pada lapangan ini secara rinci dan terintegrasi.

Salah satu aspek penting dalam sistem geotermal adalah zona permeabel yang erat kaitannya dengan keberadaan struktur geologi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memetakan keberadaan struktur geologi, estimasi temperature, zona permeabel, zona prospek geotermal serta lokasi optimal untuk pemboran. Namun begitu, penelitian ini lebih menekankan pada zona permeabel.

Untuk mendapatkan informasi terkait hal tersebut, maka digunakan metodologi analisis remote sensing dan gravity. Teknik pencahayaan pada citra DEMNAS diaplikasikan pada penelitian ini dengan menggunakan delapan sudut pencahayaan yang berbeda. Teknik ini mampu merepresentasikan zona high fracture, dan struktur geologi major pada skala besar. Zona high fracture yang menindikasikan zona permeable dominan terbentuk di sekitar patahan major. Penggabungan data DEMNAS dan composite band 432 dan 567 pada Landsat 8 menghasilkan deliniasi litologi pada daerah ini. Lebih lanjut, teknik turunan pada data gravity yaitu First Horizontal Derivative (FHD) dan Second Vertical Derivative (SVD) memberikan informasi strutkur geologi major seperti Sesar Lembang, Sesar Haruman, dan Sesar Ciater di permukaan menerus hingga ke bawah permukaan, adapun beberapa struktur geologi yang tidak nampak di permukaan.

Analisis struktur geologi yang diintegrasikan dengan data MT dan analisis geokimia air menghasilkan model konseptual sistem geotermal di daerah ini. Berdasarkan model konseptual yang dibuat, zona upflow berada di area manifestasi DMS dan CTR, sedangkan zona outflow berada di Utara dan Selatan gunung Tangkuban Parahu. Berdasarkan model MT, zona reservoir berada tepat di bawah puncak gunung Tangkuban Parahu diindikasikan dengan keberadaan dome. Area tersebut memiliki temperature berkisar 240-250oC pada kedalaman BOC -500m di bawah permukaan. Heat source diperkirakan berasal dari sisa intrusi magma. Area optimal untuk pengeboran dari hasil penelitian ini berada pada area sekitar manifestasi DMS dan CTR. Dengan catatan area pemboran ini mempertimbangkan area volcanic hazard (erupsi hidrotermal).


Tangkuban Parahu, located north of Bandung, West Java, has been explored as a geothermal prospect area since the early 1980s. Exploration drilling has also been carried out to a depth of 620m with a temperature of 50-60oC. However, to this day there has been no progress to the development stage. Therefore, understanding detailed and integrated geological conditions are needed.

One of the important aspects of geothermal system is the permeable zone, which is closely related to the existence of geological structures. Therefore, this research was conducted to map the existence of geological structures, temperature estimates, permeable zones, geothermal prospect zone and optimal locations for drilling. However, this study only focus on the permeable zone.

To obtain the information related to permeable zone, a remote sensing and gravity analysis methodology were used. The artificial lighting technique in DEMNAS datasets were applied in this study using eight different sun azimuth angles. This technique is able to represent fracture zones and major geological structures on a large scale. High fracture zone which indicates a permeable zone, predominantly formed around major faults. The combination of DEMNAS data and composite bands 432 and 567 on Landsat 8 have been able to delineate the lithology in this area. Furthermore, the derivative techniques in gravity data, namely First Horizontal Derivative (FHD) and Second Vertical Derivative (SVD) have provide information that some of major geological structures that appear on the surface such as Lembang fault, Haruman Fault and Ciater Fault have continuity to the subsurface, while another geological structures are not visible on the surface.

Integration of structural geological analysis with MT model and water geochemical analysis has produced in a conceptual model of the geothermal system in this area. Based on the conceptual model that has been made, the upflow zone is located in the DMS and CTR areas, while the outflow zone is located in the North and South of Tangkuban Parahu mountain. The reservoir zone is located under the Tangkuban Parahu crater, this is indicated by the presence of a dome in the MT model. The area has temperatures ranging from 240-250oC at a depth of BOC -500m below the surface. The heat source may have been formed from residual magma intrusion. The optimal area for drilling from the results of this study is around the DMS and CTR manifestations. With a note that the drilling location must consider a volcanic hazard area (hydrothermal eruption).

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Purbiyantoro
Abstrak :
Terdapat dua prospek panas bumi di sekitar Gunung Slamet, yaitu prospek Guci di sebelah barat laut dan prospek Baturaden di sebelah selatan dari Gunung Slamet. Menjadi sangat menarik untuk mengetahui hubungan kedua prospek tersebut, apakah prospek tersebut merupakan dua daerah prospek yang dipisahkan oleh tinggian low permeability barrier sehingga tidak akan terjadi interferensi diantara kedua prospek? Dengan melakukan deliniasi zona permeabel berdasarkan analisis data magnetotelurik dan data gravity dikorelasikan dengan data struktur geologi permukaan dan data manifestasi permukaan yang ada, diharapkan dapat mengetahui hubungan diantara kedua prospek tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan pemrosesan dan pemodelan data geofisika menggunakan metode magnetotelurik inversi 2-D dan metode gravity 2-D forward. Pemodelan ini sangat efektif dalam mendeteksi zona-zona dengan kontras resistivitas tinggi untuk mendeliniasi zona permeabel lapangan panas bumi. Daerah prospek panas bumi Gunung Slamet dapat terdeliniasi dengan jelas berdasarkan beberapa penampang lintasan yang dibuat, yang menunjukkan daerah prospek berada di sisi sebelah barat Gunung Slamet dengan luas berdasarkan peta BOC sekitar 13 km2, dan berdasarkan peta resistivitas pada elevasi 0 meter yang dikombinasikan dengan peta struktur geologi luas daerah prospek sekitar 22 km2. Dan hasil akhir dari penelitian ini adalah memberikan rekomendasi dalam menentukan lokasi pemboran, dengan sebelumnya membuat model konseptual prospek panas bumi Gunung Slamet.
There are two geothermal prospects in the vicinity of Mount Slamet, the prospect of Guci in northwest and prospects Baturaden in the south of Mount Slamet. Be very interesting to know the relationship between the two prospects, whether the prospect of two regions separated by low permeability barrier heights so that there will be no interference between the two prospects? By doing permeable zone delineation based on data analysis magnetotelluric and gravity, correlated with surface geological structural data and existing surface manifestations, are expected to know the relationship between the two prospects. In this research, processing and modeling of geophysical data using magnetotelluric inversion method 2-D and 2-D method of gravity forward. Modeling is very effective in detecting zones with high resistivity contrast to delineate the permeable zone geothermal field. Geothermal prospect areas of Mount Slamet can be delineated clearly based on some of the tracks that made cross-section, showing the prospect area is located on the west side of Mount Slamet with broad based map BOC about 13 km2, and resistivity maps based on elevation of 0 meters, combined with the structure geological maps, the prospect area about 22 km2. And the end result of this study is to provide recommendations in determining the location of drilling, with previous a conceptual model of geothermal prospects Mount Slamet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-43405
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnul Riyanto
Abstrak :
Keberadaan struktur dalam lapangan geothermal mempunyai peranan penting untuk terbentuk zona reservoir terutama untuk lapangan geothermal non vulkanis. Hal ini dikarenakan struktur tersebut akan membentuk zona fracture sehingga formasi batuan yang ada disekitarnya menjadi permeable. Inversi 2D magnetotelurik dan forward 2D gravity merupakan salah satu metode yang mutakhir untuk menentukan pola struktur dan zona permeabel dalam sistem panas bumi, tentu saja dengan didukung data geologi dan geokimia. Dari hasil analisa dari kedua metode tersebut di atas, diketahui bahwa struktur sesar Palu Koro dan Sesar Bora sebagai sesar utama yang membentuk reservoar panas bumi. Hal ini diperkuat dengan analisa geokimia dimana suhu reservoar pada daerah tersebut berkisar 2000C dengan kedalam sekitar 1500-2000 meter dengan mata air panas Bora sebagai Up flow. Dari hasil perhitungan cadangan dengan metode volumetrik, didapatkan potensi yang dapat dikembangkan sekitar 52 MW dengan luas zona prospek 26 km2.
Geological structure in geothermal field have important to develop reservoir zone especialy ini non volcanic system. It caused by the structure might created fracture zone to increase permeability. 2D Inversion of magnetotelluric and forward 2D modeling of gravity are currently method to define structure and permeable zone in geothermal system which is supported by geochemistry and geological data. From the analysis of both method, known if Palu Koro fault and Bora fault is main structure to made reservoir zone. The geochemist analysis shown if temperature in reservoir is 2000C where Bora hot spring as up flow with 1500-2000 of depth. There was about 52 MW can be developed in Bora area counted by volumetric method with 26 Km2 extensive.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>