Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistiowati
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang. Jaringan parut fibrosis pasca infark berpotensi menyebabkan aritmia fatal, iskemia berulang, gagal jantung, dan kematian jantung mendadak. Deteksi jaringan parut akan menentukan strategi tatalaksana selanjutnya yang menguntungkan setiap pasien. Resonansi magnetik jantung (RMJ) merupakan alat diagnostik baku emas yang tidak dapat diterapkan pada semua pasien. EKG 12 sadapan dapat menjadi pilihan alternatif. Rasio initial dan terminal ventricular activation velocity (vi/vt) pada EKG membandingkan kecepatan impuls listrik pada awal (vi) dan akhir (vt) kompleks QRS. Jaringan parut akan mempunyai vi/vt yang berbeda dari jaringan normal karena kondisi iskemia mengubah aktivitas elektrik dan penjalaran impuls listrik akibat remodeling kanal ion dan proses transport ion. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang, mengikutsertakan subyek yang menjalani RMJ di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita selama Januari 2013-Agustus 2014 yang diambil secara konsekutif. Penilaian jaringan parut miokardium pada RMJ dilakukan dengan teknik late gadolinium enhancement yang dinilai secara kualitatif. Vi/vt diukur secara manual pada EKG 12 sadapan kemudian diambil reratanya pada tiap sadapan bersuaian. Hasil. Sebanyak 113 subyek laki-laki dengan rerata umur 55.7±9.7 tahun diikutsertakan dalam analisis. Mayoritas subyek mempunyai jaringan parut ≥1 teritori dan melibatkan teritori yang diperdarahi arteri left anterior descending (LAD). Analisis vi/vt secara umum di tiap sadapan menunjukkan nilai vi/vt yang lebih kecil secara signifikan terhadap keberadaan jaringan parut miokardium dengan nilai p<0.001 untuk sadapan V1-V5, p=0.006 untuk sadapan I, aVL, V6 dan p=0.004 untuk sadapan II, III, aVF. Analisis secara spesifik nilai vi/vt sadapan V1-V5 bermakna terhadap teritori LAD yang isolated maupun mixed, sedangkan sadapan I, aVL, V6 dan sadapan II, III, aVF hanya bermakna terhadap jaringan parut yang mixed. Dari analisis ROC didapatkan nilai ambang batas vi/vt ≤1.35 mV di sadapan V1-V5 dengan sensitivitas 71.4% dan spesifisitas 75%. Nilai ambang batas vi/vt di sadapan II, III, aVF adalah ≤1.20 mV dengan sensitivitas 69.4% dan spesifisitas 66.7%. Kesimpulan. Vi/vt pada EKG 12 sadapan memiliki hubungan dengan lokasi dan keberadaan jaringan parut miokardium. Nilai vi/vt 1.20-1.35 mV berhubungan dengan keberadaan jaringan parut miokardium di teritori LAD dan RCA dengan sensitivitas 69.4-71.4% dan spesifisitas 66.7-75%.
ABSTRACT
Background. Fibrotic scar tissue post infarction may potentially lead to fatal arrhythmias, recurrent ischaemia, heart failure, and sudden cardiac death (SCD). Detecting myocardial scar will guide further treatment which has the most advantages for each patient. Cardiac magnetic resonance (CMR) is still a gold standard which cannot be applied to every patient. A 12-leads ECG might be an alternative. Initial and terminal ventricular activation velocity ratio on surface ECG is comparing elecrical conduction at the beginning (vi) and at the end (vt) of the QRS complex. Myocardial scar tissue will have a different vi/vt than a normal tissue because ischaemia change cellular electrical activity and impulse propagation due to remodelling of intracellular ion channels and transport processes. Methods. This is a cross-sectional study. A consecutive subjects who underwent CMR in National Cardiac Centre Harapan Kita during January 2013 and August 2014 were included. Myocardial scar were analyzed visually using late gadolinium enhancement CMR. Vi/vt on 12-leads ECG were measured manually on each lead and mean of each contiguous leads were included into analysis. Results. A total of 113 male subjects with average age of 55.7±9.7 years old were enrolled. Myocardial scar were located in 1 territory or more in most of subjects and left anterior descending (LAD) territory as the most common territory. General analysis of vi/vt in each contiguous leads shows significantly smaller vi/vt value in myocardial scar presence with p value <0.001 in V1-V5 leads, p=0.006 in I, aVL, V6 leads, and p=0.004 in II, III, aVF leads. Specific analysis of vi/vt in V1-V5 leads show significant difference of vi/vt in isolated and mixed scar in LAD territory, meanwhile vi/vt in I, aVL, V6 and II, III, aVF leads show significant difference of vi/vt only in mixed scar in each territory according to contiguous leads. A cut-off value ≤1.35 mV of vi/vt in V1-V5 leads with 71.4% sensitivity and 75% specificity and a cut-off value ≤1.20 mV of vi/vt in II, III, aVF leads with 69.4% sensitivity and 66.7% specificity were obtained by ROC analysis. Conclusion. Vi/vt on 12-leads ECG associated with myocardial scar presence and location. A value of vi/vt 1.20-1.35 mV associated with myocardial scar presence in LAD territory and RCA territory with 69.4-71.4% sensitivity and 66.7-75% specificity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irnizarifka
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang : Meskipun manajemen gagal jantung (GJ) semakin maju, prognosis pasien tetap belum membaik. Hal ini disebabkan karena adanya komorbid, terutama perburukan fungsi ginjal yang juga memainkan peran utama dalam patofisiologi GJ. Pada tahun 2015, Putri dkk telah mengembangkan sistim skor VKPP untuk memprediksi perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan Gagal Jantung Dekompensasi Akut (GJDA), yang variabelnya terdiri atas jenis kelamin perempuan, Hb < 12,5 mg/dl, kreatinin awal > 2,5 mg/dl, riwayat hipertensi, dan usia > 75 tahun. Nilai diskriminasi sistim skor tersebut 0,682 (95% IK; 0,630 - 0,734). Sampai saat ini, belum ada validasi eksternal pada sistim skor VKPP tersebut, sehingga perlu dilakukan agar dapat diimplementasikan secara klinis. Tujuan : Melakukan validasi eksternal sistim skor Kardio-Renal VKPP pada pasien dengan GJDA yang menjalani rawat inap. Metode : Penelitian merupakan studi kohort retrospektif dengan metode validasi eksternal temporal yang dilakukan di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Indonesia/Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, menggunakan data sekunder September 2015 hingga April 2016, yang diambil secara consecutive sampling. Analisis data ditujukan untuk mendapatkan nilai kalibrasi dan diskriminasi. Hasil : Sampel akhir berjumlah 418, dengan kejadian perburukan fungsi ginjal sebesar 20,3%. Odds Ratio (OR) semua variabel sesuai dengan OR pada studi VKPP, kecuali variabel jenis kelamin perempuan yang justru tidak menjadi faktor risiko (OR 0,78; 95% IK 0,43-1,45). Setelah dilakukan penghitungan skor VKPP pada semua sampel studi, didapatkan nilai kalibrasi 0,594 dan diskriminasi/AUC sebesar 0,568 (95% IK; 0,502 - 0,634). Pada studi Validasi, kejadian perburukan fungsi ginjal pada kelompok risiko rendah, sedang, dan tinggi yang dihitung menggunakan skor VKPP berurutan sebesar 18,6%, 21,9%, dan 29,6%. Dengan demikian, hanya kelompok risiko rendah yang berada pada rentang probabilitas prediksi perburukan fungsi ginjal yakni 11-26% (pada risiko sedang dan tinggi sebesar 27-49,5% dan 50-80%). Kesimpulan : Sistim skor VKPP secara eksternal valid untuk memprediksi kelompok risiko rendah, namun masih perlu kajian lebih lanjut pada kelompok risiko sedang dan tinggi.
ABSTRACT Background : Although the management of Heart Failure (HF) has developed, prognosis of patients still not significantly improved. It is due to comorbidities, especially worsening kidney function, which also plays a major role in the pathophysiology of HF. In 2015, Putri et al have developed a scoring system (VKPP score) to predict worsening of renal function in patients with Acute Decompensated Heart Failure (ADHF), in which predictors are female, Hb < 12.5 mg/dl, admission creatinine > 2.5 mg/dl, history of hypertension, and age > 75 years . This scoring system yields discrimination value of 0.682 (95% CI; 0.630 to 0.734). Until now, there has been no external validation on the VKPP scoring system, therefore it is needed in order to implement them clinically. Objective : To validate externally the VKPP Cardio-Renal scoring system in patients who are hospitalized with ADHF. Methods : This is a retrospective cohort study with temporal external validation method that performed at the Department of Cardiology and Vascular Medicine, Universitas Indonesia/National Cardiovascular Center Harapan Kita, using secondary data from September 2015 until April 2016, which taken by consecutive sampling method. The data analysis is intended to develop the value of calibration and discrimination. Results : The final samples are 418, with 20.3 % incidence of kidney function deterioration. Odds Ratio of all predictors is similar with the result in VKPP study, except female variable which is not a risk factor (OR 0.78; 95% CI; 0,43-1,45). As final, the calibration and discrimination values are 0.594 and 0.568 (95% CI; 0.502-0.634). In the validation study, the incidence of worsening renal function in the low, moderate, and high risk group which are calculated using VKPP consecutively valued 18.6 % , 21.9 % and 29.6 %. However, only the low-risk group who were in the range of probability predictions of worsening renal functions, which is 11-26 % (moderate and high risk valued 27 to 49.5 % and 50-80 %).
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library