Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratri Ariatmi N.
"Penggunaan persamaan keadaan kubik untuk memprediksi perilaku Kesetimbangan Fase Cair-Uap, saat ini sudah banyak dilakukan. Pengembangan aturan pencampuran untuk perhitungan kesetimbangan cair-uap yang antara lain diusulkan oleh Huron-Vidal, Michelsen, Heidemann-Kokal dan Wong-Sandler adalah dengan menggabungkan pendekatan Koefisien Aktivitas (y) dan Koefisien Fugasitas (co). Wong-Sandler mengaplikasikan perhitungan Kesetimbangan Uap-Cair tersebut dengan menggunakan pendekatan y-rp dan Persamaan Keadaan Peng-Robinson.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa Aturan pencampuran Wong-Sandler dapat digunakan untuk memprediksi kesetimbangan fase cair-uap sistem tidak ideal pada rentang suhu dan tekanan yang luas (343-473 K dan tekanan rendah sampai dengan 40 bar). Aturan Pencampuran Wong-Sandler yang menghubungkan dengan persamaan NRTL 6 parameter (A12,A21,B12,B21,a12, dan k12) bersifat fleksibel dan memberikan hasil yang lebih akurat (PDAR P bervariasi dad 0.7 %- 16.0 %) dibandingkan dengan aturan pencampuran van der Waals (PDAR P bervariasi dari 2 %-39 %) dan aturan pencampuran Wong-Sandler 5 parameter (A12,A21,B12,B21, dan a12) . Sedangkan prediksi kesetimbangan fase sistem tidak ideal dengan Persamaan Vidal kedua korelasi NRTL (B-NRTL) memberikan hasil PDAR P yang baik yaitu bervariasi dari 0.5% - 2.9 % pada suhu rendah.
Suatu metoda termodinamika diuji kemampuannya, disamping didalam memprediksi Kesetimbangan Cair-Uap juga didalam mengevaluasi sifat thermodinamika yang lain (entalpi, kapasitas panas, dan entropi). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa meskipun Aturan pencampuran Wong-Sandler memberikan hash yang balk di dalam memprediksi Kesetimbangan fase cair-uap sistem tidak ideal dibandingkan dengan aturan pencampuran van der Waals, tetapi masih harus dipertimbangkan jika akan digunakan untuk perhitungan entalpi ekses, hal ini disebabkan karena adanya ketergantungan yang kompleks dan implisit dad term a dan b persamaan keadaan terhadap suhu dan pada model ekses Gibbs yang digunakan, sehingga akan memberikan perilaku entalpi ekses yang tidak konsisten. Sedangkan dengan menggunakan persamaan keadaan virial kedua dengan korelasi NRTL (B-NRTL) memberikan hash yang baik pada suhu yang relatif rendah dengan penyimpangan bervariasi dari 4.3 J/mol- 934.3 J/mol.

Application of cubic equation of state for predicting of vapor liquid equilibrium (VLE) behavior, have been used. Development of mixing rule for calculation of VLE proposed by Huron-Vidal, Michelsen, Heideman-Kokal and Wong-Sandler is combining activity coeffisient ()) and fugacity coeffisient (q) approach. Wong-Sandlerhas applied 7- p approach for VLE calculation dan used Peng-Robinson equation of state.
The result of Wong-Sandler mixing rule has been shown to be suitable to predict VLE non-ideal system at high pressure and temperature. Wong-Sandler mixingrule correlated with NRTL model 6 parameters (A12,A21,B12,B21,a12, dan k12) flexible and to give result more accurate with average absolute pressure deviation (MPD) is 0.7 %-1 & 0 % than van der Waals mixing rule with AAPD is 2 %-39 % and Wong-Sandler mixing rule 5 parameters (A12,A21,B12,B21, dan a12). For prediction VLE of non-ideal system used second viral equation with NRTL correlation (B-NRTL) has good result, at low temperature with AAPD is 0.5% - 2.9 %.
A thermodynamic method are tested with regard to their ability to predict VLE and for an evaluation of derived thermodynamic properties (enthalpies, heat capacities, and entropies) The result of excess enthalpies calculation has been shown, although the Wong-Sandler mixing rule to give better result than van der Waals mixing rule to predict VLE non-ideal system , but must be considered to excess enthalpies calculation. Because of the complex dependency of a and b term equation of state in temperature and the choise of Gibbs excess model being used, so give inconsistent excess enthalpies behavior. For using second virial equation with NRTL correlation (B-NRTL) give the good result at low temperature with deviation is 4.3 J/mol- 934.3 J/mol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozani Andawari
"Bahan semikonduktor yang efektif dalam mereduksi CO2 secara fotokatalitik adalah titanium dioksida. Salah satu usaha untuk meningkatkan reaktivitas fotokatalitik adalah dengan menambahkan penyangga pada katalis titanium dioksida tersebut. Untuk mengetahui sejauh mana peranan penyangga Zeolit Alam Lampung (ZAL) dan penyangga zeolit-y, maka perlu dilakukan preparasi katalis TiO2-zeolit, karakterisasi dan uji aktivitas.
Penelitian diawali dengan aktivasi ZAL agar menjadi penyangga yang baik, dengan langkah berturut-turut yaitu dealuminasi, pertukaran ion dan kalsinasi. Tahapan berikutnya adalah preparasi katalis TiO2-zeolit dengan metode impregnasi basah, dengan bahan awal titaniumnya adalah titanium tetra isopropoksida. Kemudian katalis dibuat dalam bentuk film yang dilapiskan pada quartz berbentuk cincin. Pelapisan film TiO2-zeolit dilakukan dengan metode dip-coating dengan jumlah pelapisan 30 kali. Untuk mengetahui karakteristik dari katalis basil preparasi, dilakukan analisis BET, FTIR, XRD, AAS, SEM/EDX dan TPD. Katalis hasil preparasi diuji aktivitasnya untuk reduksi CO2 dengan menggunakan reaktor vakum bentuk pipa U sistem batch yang dilengkapi dengan lampu UV jenis black light lamp.
Tingginya reaktivitas fotokatalitik pada katalis 10% TiO2-ZAL dan 10% TiO2-zeolit-y salah satunya disebabkan oleh pengaruh tingginya tingkat dispersi dari katalis tersebut. Katalis 10% TiO2-ZAL yang memiliki struktur kristal yang relatif tidak beraturan selain selektif terhadap pembentukan produk metana, juga selektif terhadap produk metanol, sedangkan katalis 10%TiO2-zeolit-y struktur kristalnya relatif beraturan lebih selektif terhadap produk metana. TiO2 dengan struktur kristal rutile juga aktif, terbukti dari tingginya reaktivitas fotokatalitik katalis 10%TiO2-zeolit-y dan 10%TiO2-ZAL yang lebih ke fase rutile.
Katalis yang menggunakan penyangga zeolit-y reaktivitasnya jauh lebih baik dibandingkan dengan katalis yang menggunakan penyangga ZAL. Hal ini selain dipengaruhi oleh luas permukaan yang rendah pada ZAL, juga dipengaruhi oleh struktur kristal dan adanya pengotor pada ZAL. Dan beberapa hasil karakterisasi dapat dijelaskan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi reaktivitas fotokatalitik adalah tingkat dispersi intiaktif TiO2, sedangkan yang mempengaruhi selektivitas produk lebih kepada struktur kristal dari katalis tersebut.

An effective material in reducing CO2 in a photocatalytic way is titanium dioxide. One of the efforts to raise the photocatalytic reactivity is by adding supported to the titanium dioxide catalyst, To know how far is the role of Zeolit Alam Lampung (ZAL) supported and zeolit-y supported, we need to do a TiO2-zeolit catalyst preparation, characterization and activity test.
The research starts with ZAL activation so it will become a good supported, with the following steps, dealumination, ion trade and calcinations. The next stage is TiO2-zeolit catalyst preparation with wet impregnation method, the early titanium material is titanium tetra isopropoxide. Then the catalyst is made in the form of film coated on ring shaped quartz. The coating of TiO2-zeolit film is done with dip-coating method with a number of 30 coatings. To know the characteristics of prepared catalyst, BET, FT1R, XRD, SEMIEDX and TPD analysis is done. Using a vacuum reactor in the shape of U system batch with black light lamp type UV lamp, the activity of the prepared catalyst is tested.
One of the causes of high photocatalytic reactivity in 10%TiO2 - ZAL and 10%TiO2-zeolit-y is the influence of high dispersion rate of the catalyst. Besides selective towards methane product forming, the 10%TiO2-ZAL which have an irregular crystal structure is also selective in methanol product. While the 10%TiO2 -zeolit-y with the relatively regular crystal structure is more selective to methane product. TiO2 with crystal structure rutile phase is also able to increase the photocatalytic activity, the prove is the 10%TiO2-zeolit-y and 10%TiO2-ZAL photo catalytic catalyst reactivity to a more rutile phase.
Catalyst with zeolit-y supported has better reactivity compared to catalyst with ZAL supported. Besides influenced by ZAL wide low surface, this is also influenced by the crystal structure and the waste on ZAL. From several characteristic results it can be explain that one of the factors which influence photo catalytic reactivity is the rate of TiO2 active core dispersion, while product selectivity is influenced by the crystal structure of the catalyst.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Husaini
"Perhitungan titik kritis secara langsung untuk campuran komponen jamak menurut metode Heidemann dan Khalil yang didasarkan pada persamaan keadaan seperti Soave-Redlich-Kwong (SRK) dan Peng-Robinson (PR) telah diaplikasikan untuk berbagai campuran fluida. Dibandingkan dengan metode empiris dan metode tak langsung, metode ini mempunyai kelebihan di mana titik kritis dapat diperoleh secara langsung tanpa menghitung garis titik embun dan garis titik didih seperti yang dilakukan oleh metode tak langsung yang digunakan oleh sebagian besar simulator proses komersial yang ada saat ini. Metode ini yang didasarkan pada turunan parsial kedua dan ketiga untuk energi bebas Helmholtz terhadap jumlah mol masing-masing komponen, menunjukkan hasil yang memuaskan dalam mendapatkan titik kritis campuran fluida komponen jamak. Perbandingan hasil perhitungan dengan data eksperimental untuk tiga puluh dua campuran fluida non-polar adalah dari sekitar 1.27% sampai 2.32%, campuran fluida polar dan non-polar adalah dari sekitar 0.74 % sampai 2.3%.

Critical points calculation for multi-component mixtures according to Heidemann and Khalil method based on Equation of State such as Soave-Redlich-Kwong (SRK) and Peng-Robinson (PR) has been implemented. In comparison to empirical and indirect methods, show that this method has many features that is critical points can directly be obtained without calculation of dew points and bubble points of the phase envelope diagram which is affected by mostly commercial process simulators. This method is based on second and third partial derivatives of the Helmholtz free energy with respect to the mole numbers show that this method has excellence results. The comparison between the calculation results and experimental data for thirty two non-polar mixtures is from about 1.27% to about 2.23% and for polar and non-polar mixture is about 0.74% to about 2.3%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T2666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprapto Soemardan
"Rhodium yang disanggah α-A1203 telah diteliti melalui proses reformasi CH4/CO2 pada temperatur tinggi (1250-1325 °K) dan di atas tekanan atmosfer (3-7 atm). Secara termodinamika pada temperatur 1285 K, pembentukan karbon terjadi pada CO2/CH4 <60/40. Aktifitas katalis (0.3%berat) Rhla-A1203 didaparkan sangat baik dan katalis menunjukkan kestabilan selama eksperimen (18 hari) serta tidak menunjukkan adanya tanda-tanda deaktivasi. Umumnya konversi metana dan CO2 meningkat dengan kenaikan temperatur, tekanan dan W/FCH4O. Peningkatan kandungan CO2 sampai CO2/CH4=80/20 ternyata juga dapat menaikkan konversi metana. Penambahan sedikit air (H2O/CH4=5%) dapat menaikkan konversi metana dan CO2. Namun penambahan air selanjutnya menurunkan konversi CO2. Perbandingan reaktan CO2/CH4=70/30 menghasilkan perbandingan gas sintesis H2/CO sekitar 0.80. Perbandingan Hz/CO dapat dinaikkan dengan penambahan H2O. Persamaan laju reaksi diperoleh berdasarkan skema mekanisme Langmuir-Hinshelwood dengan menganggap reaksi permukaan fase teradsorp CH4* dan CO2* sebagai rate limiting step. Pengujian terhadap persamaan laju hanya didasarkan atas data eksperimen variasi tekanan parsial CO2 pada tekanan parsial CH4 konstan pada 1285 K dan 4 atm. Plot antara laju reaksi eksperimen dan laju reaksi perhitungan terhadap tekanan parsial CO2 menunjukkan kurva yang sangat dekat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Suhartanto
"Reaksi reformasi metana dengan karbondioksida (CO2 reforming) untuk menghasilkan gas sintesis (campuran gas CO dan H2) belum dimanfaatkan pada skala industri. Pada beberapa aplikasi, reaksi ini lebih unggul dibandingkan reaksi reformasi dengan kukus (steam reforming) untuk menghasilkan gas sintesis.
Riset dan pengembangan pada saat ini terutama dititikberatkan pada pengembangan katalis dan reaktor untuk reaksi reformasi CO2 yang diaplikasikan sebagai reaksi termokimia untuk konversi dan transmisi energi matahari menjadi energi panas, pembuatan gas sintesis untuk sintesa metanol dan pemanfantan gas alam yang mengandung CO2.
Pada penelitian ini, dilakukan pengujian katalis bermuatan logam M dari golongan VIIB dengan penyangga γ-Al2O3. Katalis dipersiapkan dengan metoda impregnation to incipient wetness, dengan muatan 1, 2 dan 3 % mol M/Al, dan dengan metoda impregnasi pelet. Sebagai pembanding, diuji katalis bermuatan 0,5 % mol Rh/Al.
Pengujian katalis dilakukan menggunakan reaktor unggun tetap pada suhu 600 - 850 °C dan tekanan 1 atm. Katalis berbentuk butiran berukuran 150 - 250 μm. Sebagai umpan digunakan campuran gas CH4 dan CO2 dengan perbandingan 1 : 1,1 pada laju alir 200 ml/min STP.
Hasil terbaik diberikan katalis 2 % mol M/γ-Al2O3 dimana konversi, selektivitas, yield, perbandingan CO/H2 dan parameter kinetika reaksinya lebih baik dari katalis bermuatan M lainnya.
Energi aktivasi rata-rata katalis bermuatan logam M yang diuji adalah 131 kJ/mol. Ada kemungkinan pembentukan deposit karbon pada suhu rendah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desbudiman
"Indonesia sebagai negara penghasil gas, dengan iklim tropis (tidak mengenal empat musim), sangat cocok untuk mengembangkan teknologi pemanfaatan energi dingin LNG, terlebih dengan adanya rencana pembangunan LNG Receiving Terminal di Pulau Jawa. Pada Tesis ini dilakukan analisis aspek teknis dan ekonomi terhadap potensi aplikasi LNG Receiving Terminal yang memanfaatkan energi dingin LNG untuk pembangkit listrik di Pulau Jawa. Kajian teknologi dilakukan dengan melakukan simulasi tiga model proses yaitu; Siklus Rankine, Proses Gabungan, dan Combined Cycle Power Plant. Berbagai parameter proses di tiap alat disimulasikan dan dioptimisasi dengan bantuan perangkat lunak HYSYS. Untuk evaluasi kinerja proses digunakan analisis pinch. Untuk kapasitas LNG Receiving Terminal 1286 MMscfd dengan 50% laju alir LNG di utilisasi, didapat hasil sebagai berikut; Untuk model proses Siklus Rankine dihasilkan listrik sebesar 22 MW untuk DTmin 2,0°C. Model Proses Gabungan dihasilkan listrik 41 MW (31 MW net power) pada DTmin 2,0 °C. Untuk proses Combined Cycle Power Plant, jumlah LNG yang dibakar 50 MMscfd. Total listrik bersih yang dapat dihasilkan dari proses ini adalah sekitar 400 MW, dimana 86 MW merupakan hasil dari pemanfaatan energi dingin LNG. Analisis ekonomi yang dilakukan, secara umum menunjukkan ketiga model proses layak untuk diaplikasikan, kecuali Combined Cycle Power Plant (Desain-3) yang Pay Back Period masih sedikit diatas 8 tahun.

Indonesia as LNG producing country, which do not have four season, gas demand in this country does not fluctuate as much as it is in Japan. For these reason Indonesia have good prospect to develop cold energy utilization technology, especially Indonesia had plan to built LNG Receiving Terminal. In this research, technical and economical analysis for application LNG receiving terminal with cryogenic power plant unit, which built in Java Island will be studied. For better utilize LNG's low temperature, pinch analysis will be used for process optimization. Three processes model will be simulated, there are: cryogenic Rankine cycle, combined cryogenic Rankine cycle and direct expansion, combined cycle power plant. LNG receiving terminal with capacity 1286 MMSCFD, 50% of this capacity will be utilized to produced electricity in cryogenic power plant. From cryogenic Rankine cycle, resulting 22 MW electricity at DTmin 2,0°C. Combined cryogenic Rankine cycle and direct expansion, resulting 41 MW (31 MW net power) at DTmin 270°C. Net power which producing from combined cycle power plant is 400 MW, where it is 86 MW come from LNG cold temperature utilization. Analysis are continued with economical aspect analysis and sensitivities analysis. From economical analysis, in general, show that all design that simulated are feasible and applicable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainuddin S.
"Ekstraksi ion Hg(II) menggunakan Membran Cair Emulsi (MCE) dengan fasa organik yang baru diusulkan telah dilakukan. Fasa organik yang digunakan adalah asam oleat sebagai ekstraktan, Span-80 sebagai surfaktan tunggal, Span-80 dan Tween-20 sebagai surfaktan campuran, dan kerosin sebagai pelarut organik.
Untuk memperoleh persen ekstraksi ion Hg(II) maksimum, terlebih dahulu dilakukan uji kestabilan emulsi pertama (w/o) dengan berbagai konsentrasi asam oleat, surfaktan tunggal, dan surfaktan campuran, serta berbagai waktu pengadukan. Pada pembuatan emulsi kedua (w/o/w) atau tahap ekstraksi ion Hg(II), dilakukan percobaan dengan memvariasikan parameter-parameter berikut; rasio volum membran emulsi terhadap volum fasa akuatik umpan (Ve : Vu), kecepatan pengadukan, dan waktu pengadukan.
Ekstraksi ion Hg(II) maksimum diperoleh pada konsentrasi ekstraktan 0,3 M, konsentrasi surfaktan campuran 3%(w/v) dengan rasio Span-80 terhadap Tween-20 sebesar 96, 8 %(wt) : 3, 2 %(wt), rasio Ve : Vu sebesar 1 : 4, waktu pengadukan emulsi pertama 30 menit, waktu pengadukan emulsi kedua 25 menit, dan kecepatan pengadukan emulsi kedua 300 rpm. Kehadiran ion Ni(II), Cu(II), dan Mg(II) sebagai ion dalam fasa umpan tidak memberi efek yang signifikan pada kemampuan ekstraktan asam oleat untuk memisahkan ion Hg(II).
Hasil percobaan menunjukan bahwa membran cair emulsi dengan fasa organik yang terdiri dari ekstraktan asam oleat, surfaktan campuran, dan pelarut kerosin efektif mengekstraksi ion Hg(II) hingga 98,48 % dalam satu tahap pemisahan.

Separation of Hg(Il) using emulsion liquid membrane with new organics phase has been reported Organic phase used were oleic acid as extractant, span-80 as single surfactant, span-80 and tween-20 as mixture surfactants, and kerosene as organic solvent.
The maximum extraction of Hg(II), initiated by stabilization of first emulsion (w/o) with various step concentrations of oleic acid, single surfactant, mixture surfactant, and time of mixing. The second emulsions (w/o/w) or Hg(II) extraction step conducted using various parameters such as; ratio emulsion volume to aquatic external volume (Ve : Vu), speed mixing, and time of mixing.
Maximum extraction of Hg(II) is resulted from 0.3 M extractant concentration, 3% (w/v) mixture surfactant with ratio of span-80 to tween-20 as much as 968% (wt) : 3.2% (wt), ratio of Ve : Vu is 1 : 4, 30 minute time of mixing first emulsion, 25 minute time of mixing second emulsions, 300 rpm speed of mixing second emulsions. The presence such as Ni(M,Cu(I2), and Mg(II) as other ions in the external phase showed no sign j1cant effect to the extraction ability of oleic acid to separate Hg(II).
The results of experiment indicated that emulsion liquid membrane with organic phase consists of oleic acid extractant, mixture surfactants, and kerosene solvent were effective to extract Hg(II) up to 98.48% in one stage separation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hutapea, Emmanuel Bohemindo
"Cadmium (Cd) merupakan salah satu logam berat dan beracun (toxic) yang penting saat ini. Karena daya racunnya yang kuat, cadmium harus selalu diperhatikan dan dijaga kadarya dalam konscntrasi tertentu. terutama dalam limbah industri agar tidak membahayakan. Untuk memisahkan cadmium tersebut yang berupa ion Cd(II) dari suatu larutan air (fasa akuatik) digunakan metode ekstraksi pelarut (solvent extraction). Dalam suatu proses ekstraksi, penggunaan ekstraktan dan pelarut organik (diluent) tertentu akan menghasilkan karakteristik pemisahan tersendiri. Dalam penelitian ini dilakukan pemisaban Cd(II) sebesar 100 ppm dari larutan Cd(N03),.4 H20 sebagal fasa akuatik Ekslnlktan yang digunakan ada 2 jenis (divariasikan), yaitn asam 2,2 dimetil pentanoat (2,2 dimethyl pentanoic acid) atau 2,2 DMPA dan asam Versatic- 6 (Versatic-6 acid), keduanya merupakan golongan asam karboksilat Sedangkan sebagai pelarut organik (diluent) dipakai toluena. Pengganaan 2,2 DMPA maupun asam Versatic-6 untuk mengekstraksi Cd(II) belum pernah dijumpai dalam literatur. Dengan alasan itulah dalam penelitian ini dilakukan ekstraksi Cd(II) menggunakan 2,2 DMPA dan asam Versatic-6 sehingga kemampuan 2,2 DMPA dan asam Versatic-6 untuk memisahkan Cd(II) dapat diketahui. Pada penelitian pemisahan Cd(II) menggunakan ekstraktan 2,2 DMPA waktu kesetimbangan ekstraksi dicapai dalam 120 menit (2 jam) dengan persen ekstraksi tertinggi sebesar 24% pada pH7, konsentrasi 2,2 DMPA..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Gunawan Kosasih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S48821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>