Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elin Pike Rusadhi
"Untuk mengatasi kemacetan dengan segera, beberapa kota memilih untuk mengadakan infrastruktur busway daripada infrastruktur kereta api. Pengadaan infrastruktur transportasi seharusnya diikuti dengan peningkatan harga lahan di wilayah sekitar. Terdapat perdebatan apakah peningkatan harga lahan akibat infrastruktur busway setara dengan infrastruktur kereta api.
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengukur dampak Transjakarta terhadap harga lahan kelurahan-kelurahan di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan data panel. Variabel keluaran adalah harga lahan dalam 3 (tiga) tahun; 2013, 2014, dan 2015. Terdapat 2 (dua) treatment dalam penelitian ini; yaitu pengadaan busway koridor 12 dan perpanjangan koridor 2.
Penelitian ini menggunakan pendekatan difference-in-difference dan juga estimasi score matching yaitu Nearest Neighbor Matching. Studi ini menemukan bahwa pengadaan busway baru akan meningkatkan harga lahan sekitar 20 – 30 persen. Kuantitas ini cukup besar namun cukup masuk akal. Karena itu adalah benar jika dampak busway setara dengan kereta api. Manfaat yang besar ini dapat digunakan untuk mendorong peran serta swasta dan publik dalam membantu pembiayaan pengadaan infrastruktur busway.

To immediately curb severe traffic congestion, some cities choose to establish bus rapid transit (BRT) infrastructure over rail-transit. New establishment of transportation infrastructure should be followed by the increases of land value. There have been debates whether the increases on land value because of BRT establishment are on par of railway investments.
This study mainly intents to determine the impact of TransJakarta BRT on land value of sub-districts in DKI Jakarta Province. The research utilizes panel data. Outcome variable is land value in 3 (three) years; 2013, 2014, and 2015. There are two treatments in this thesis. They are installation of BRT route 12 and installation of extension of BRT route 2.
This study utilizes difference-in-difference approach as well as score matching estimation namely Nearest Neighbor Matching (NNM). The research found that the new installation of BRT causes land value to increase around 20 – 30 percent. This magnitude is high. Hence it is correct to say that BRT impact on land value is on par with other transportation establishment such as railway. Its apparent benefit to land value can be used as basis to encourage more private and public-sector involvement in helping to fund the BRT installation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T52021
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novie Kusumawati
"ABSTRAK
Tesis ini berisi penelitian atas hubungan antara beban pajak, dalam bentuk tarif pajak riil yang dipikul oleh Wajib Pajak, dengan aliran masuk FDI di Indonesia selama kurun waktu 1997-2009. Studi yang dilakukan terhadap negara-negara ASEAN, terutama Indonesia, mengindikasikan bahwa baik sebab maupun akibat dari FDI harus dikaji pada lingkup sektoral, karena setiap sektor dapat memiliki respon yang berbeda terhadap aliran masuk FDI. Pentingnya pajak dalam mempengaruhi pembuatan keputusan untuk berinvestasi telah diketengahkan dalam berbagai literatur. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tarif pajak yang lebih tinggi menahan investasi asing. Secara spesifik, ditemukan bahwa hubungan antara pajak dan aliran masuk FDI di negara-negara eropa adalah beragam diantara sejumlah sektor (Stowhase,2007). Hubungan antara kedua faktor ini, FDI dan tarif pajak, menggunakan beberapa tingkatan agregasi yang berbeda, selanjutnya diangkat sebagai topik di tesis ini. Tepatnya mempertanyakan “ apakah pada perspektif subsektoral, tarif pajak mempengaruhi aliran masuk FDI di Indonesia?”
Selanjutnya, aliran masuk FDI biasanya dilaksanakan oleh Perusahaan Multinasional (MNE) yang berada (setidaknya) didalam dua daerah yuridiksi pajak (negara tuan rumah dan negara asal). Respon MNE terhadap perpajakan, secara teori, akan dipengaruhi oleh interaksi baik regim pajak negara tuan rumah dan regim pajak negara asal. Tesis ini juga mengkaji masalah tersebut dalam pertanyaan kedua yaitu apakah regim pajak negara asala mempengaruhi aliran masuk FDI di Indonesia.
Analisis Deskripsi diterapkan untuk menganalisa beban pajak pada level mikro menggunakan tarif pajak rata-rata (ATR) yang dihitung dari laporan keuangan perusahaan publik yang terdaftar di Pasar Modal Indonesia (IDX). Lebih lanjut, ATR digunakan untuk mengerti hubungan antara tarif pajak dan aliran masuk FDI pada disaggregated level. Estimasi dilaksanakan dua kali, pertama dengan menggunakan metode data panel dimana data di gabungkan menjadi satu (pool method). Lalu untuk mengetahui hubungan antara ATR subsektor dengan aliran masuk FDI, digunakan data panel dimana setiap subsektor memiliki koefisien slope tarif pajak sendiri.
Hasil analisa deskripsi mengindikasikan bahwa keadilan dan netralitas mungkintidak terjadi pada peraturan pajak saat ini. Walaupun terdapat beberapa tanda-tanda perbaikan setelah dua kali amandemen undang-undang pajak, perbedaan masih tetap terjadi. Sementara itu, hasil pendekatan ekonometric mengungkapkan bahwa sensitivitas setiap subsektor, kepada aliran masuk FDI dan beban pajak di sektor tersebut, berbeda. Sebagian besar subsektor yang diteliti memiliki hubungan negatif antara kedua faktor, aliran masuk FDI dan beban pajak, tersebut. Sedangkan untuk subsektor lainnya terungkap bahwa hubungan aliran masuk FDI dan beban pajak adalah positif atau bahkan tidak dapat disimpulkan. Sebagai tambahan, tidak ada temuan yang cukup untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peraturan perpajakan negara asal dengan aliran masuk FDI.
Hasil empiris penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk perancangan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan aliran masuk FDI ke Indonesia. Sebagai rekomendasi, pemerintah harus melaksanakan kebijakan pajak yang langsung tertuju kepada subsektor/sektor secara spesifik, dengan memperkenalkan kebijakan perpajakan yang disesuaikan dengan karakteristik subsektor tersebut. kup untuk menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara peraturan perpajakan negara asal dengan aliran masuk FDI Hasil empiris penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk perancangan kebijakan kebijakan yang dapat meningkatkan aliran masuk FDI ke Indonesia Sebagai rekomendasi pemerintah harus melaksanakan kebijakan pajak yang langsung tertuju kepada subsektor sektor secara spesifik dengan memperkenalkan kebijakan perpajakan yang disesuaikan dengan karakteristik subsektor tersebut

ABSTRACT
This study examines the relationship between tax rate and foreign direct investment (FDI) inflows in Indonesia during 1997-2009 period. Literature claims that higher tax rates deter foreign investments. The importance of tax in influencing investment decision- making has been underscored in a number of literature. The relationship between tax and FDI inflows were found to differ across the sectors (Stowhase, 2007).
The influences of these two factors specifically on the determination of the level of aggregation were therefore investigated. This research specifically aims to answer the following question, “From a subsector perspective, do tax rates affect FDI inflows in Indonesia?”
Moreover, FDI inflow usually conducted by Multinational Enterprise (MNE) involved (at least) two tax jurisdiction (host country and home country). Responses of MNE to taxation (in theory) are influenced by the interaction of both host country tax regime and home country tax regime. This study examined this issue further with the second objectives to examine whether or not home country tax treatment influenced FDI inflows in Indonesia.
Descriptive analysis was used to analyze the tax burden on a micro level based on the average tax rate (ATR) calculated from the Financial Statements of companies listed in the Indonesian Capital Market. Furthermore, the ATR was used to understand the relationship between the tax rates and FDI inflows at the disaggregated level. Estimates conducted using the panel data method which requires data to be pooled together, were first performed. To understand the unique subsector average tax relationship with FDI inflows, panel data that allows different sub-sectors to have different tax rate slope coefficients were then used.
The result from the descriptive analysis indicated that equity and neutrality may not hold in the current tax treatment. Although there were signs of improvement after the tax code was changed twice, dispersion still exists. Meanwhile, the results in the econometric approach revealed that the sensitivities of each subsector to the FDI inflows and the corresponding tax burden were different. A negative relationship between the two factors was observed in most of the subsectors studied. For the other subsectors, the results revealed either a positive relationship between the FDI inflows and tax, or were inconclusive. In addition, there were no conclusive findings of home country tax treatment influence FDI inflow.
The empirical results of this study can be used as a guide for the formulation of policies that may help increase FDI inflows to Indonesia. It is recommended that the government should conduct a direct targeting tax treatment to the specific subsectors/sector, by introducing tax treatments that are tailored to each of the subsectors’ characteristics.
"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koesnul Syaidah
"Di Indonesia, kemiskinan di pedesaan masih yang tertinggi dibandingkan dengan kemiskinan di perkotaan dan di tingkat nasional. Pemerintah telah menetapkan suatu program penanggulangan kemiskinan untuk daerah pedesaan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat bernama PNPM Mandiri Perdesaan. Pemerintah melalui program pengentasan kemiskinan ini telah mendistribusikan dana secara langsung ke rekening masyarakat di setiap kabupaten disebut sebagai Community Block Grant (BLM) per tahun. Pemerintah telah menetapkan alokasi dana ini sedemikian rupa sehingga tujuan penanggulangan kemiskinan dapat tercapai. Penelitian ini pada dasarnya ingin mengetahui pengaruh kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan community block grant (BLM) di PNPM Mandiri Perdesaan terhadap pengurangan kemiskinan di daerah pedesaan Indonesia.
Penelitian ini menggunakan data panel dari 297 kabupaten di Indonesia pada tahun 2007-2011 dan hasil empiris menemukan bahwa alokasi community block grant (BLM) memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Namun, alokasi pemerintah tampaknya akan terus memberikan kontribusi besar terhadap pengurangan angka kemiskinan tetapi tidak dapat membantu untuk mengurangi tingkat kesenjangan kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan untuk periode yang lebih lama.

Poverty in rural areas in Indonesia is still the highest one compared to poverty in urban areas and in the national level. The government already established a poverty reduction program in rural areas that based on community empowerment named PNPM Mandiri Rural. The government through this poverty alleviation program distributes funds directly to the community account in every district named as Community Block Grants (BLM) annually. The government has set this funds allocation in such a way so that the goal of poverty reduction can be achieved. This study, in overall, wants to investigate the effect of government policy of allocating community block grants (BLM) in PNPM Mandiri Rural on reducing poverty in Indonesia's rural areas.
This study uses panel data of 297 districts in Indonesia at 2007-2011 and the empirical result found that the community block grants (BLM) allocation has significant contribution on poverty reduction in Indonesia's rural areas. However, the government allocation seems to continue to make a substantial contribution to poverty headcount reduction but cannot help to reduce the gap of poverty and the severity of poverty over the longer period.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sokhid
"Kewirausahaan merupakan satu isu yang hangat untuk didiskusikan saat ini, sedang peran pengusaha semakin penting bagi suatu perekonomian. Kewirausahaan menarik untuk dipelajari baik saat ini maupun sejak dahulu. Pengusaha merupakan motor dalam perekonomian karena merekalah yang mampu melihat peluang serta merealisaikannya dengan memanfaatkan sumber daya sumber yang lain (seperti tanah, modal, buruh dan teknologi) dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Menyadari peran penting pengusaha dalam pembangunan ekonomi, pemerintah Indonesia berusaha memfasilitasi tumbuhnya pengusaha-pengusaha baru. Ternyata hal ini juga menjadi perhatian pihak lain, beberapa pemuda yang memiliki semangat berwira usaha yang tinggi berusaha menularkan semangat tersebut ke pihak lain dan memotivati mereka untuk menjadi pengusaha. Mereka mendirikan wadah bernama komunitas “Tangan di Atas” pada tahun 2006, dari awalnya 40 orang, kini organisasi tersebut memiliki anggota sekitar 20.000 anggota di akhir tahun 2012.
Umumnya, penelitian tentang pengusaha dan pengusaha sukses saat ini mengacu pada kasus-kasus yang terjadi di negara-negara maju. Oleh sebab itu, studi ini akan berusaha memberi pandangan lain karena dilakukan di negara berkembang dan mengukur pengaruh komunitas terhadap tahapan menjadi pengusaha dan juga menjadi pengusaha yang sukses.
Studi ini mengadopsi 2 (dua) sudut pandang tahapan menjadi pengusaha (entrepreneurial engagement) serta 2 (dua) indikator kinerja untuk menilai kesuskesan pengusaha (entrepreneurs success). Untuk tahapan menjadi pengusaha, sudut pandang dikotomi (manusia dibedakan menjadi pengusaha dan bukan pengusaha) cukup lama digunakan dalam berbagai studi, sedang sudut pandang dinamis bertumpu pada 7 tahap pengusaha versi Grilo dan Thurik (2005 dan 2008). Terkait dengan kesuksesan pengusaha, studi ini hanya akan menggunakan tingkat kepuasan pengusaha dan kepuasan atas kinerja 3 (tiga) tahun terakhir sebagai indikator kesuksesan dikarenakan sulitnya mendapat indikator kinerja yang objektif.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahapan menjadi pengusaha maupun kesuksesan pengusaha, studi ini menggunakan model analisa regresi logistik ordinal. Karena peranan networking merupakan salah satu yang ditekankan dalam penelitian ini, maka variabel networking (dengan dan tanpa networking) akan digunakan dalam model yang dibangun.
Kami menarik keimpulan, setelah diperoleh hasil regresi, bahwa sudut pandang dinamis lebih baik dalam menerangkan tumbuhnya pengusaha baru (tahapan menjadi pengusaha) karena model dinamis mampu mengidentifikasi lebih banyak faktor penting dibanding model dikotomi. Kami menyimpulkan bahwa terdapat 4 (empat) variabel signifikan terkait dengan tahapan menjadi pengusaha (entrepreneurial engagement) yaitu parent education, previous job wage, job experience dan variabel interaksi antara active dan being member. Sedang sehubungan dengan kesuksesan pengusaha (entrepreneurs success), variabel yang penting adalah parent education, failure experience, firm location dan being an active member.

Nowadays, entrepreneurship is a popular issue for discussion and people with entrepreneurial skill have become more and more important to the economy. Entrepreneurship has been an interesting issue for study not only in recent years but also for the last few decades. They are the main motor in the economy because entrepreneurs are able to recognize opportunities and after realizing these opportunities, assemble other resources (land, capital, labor, and technology) in order to fulfill these needs.
Realizing the strategic position of entrepreneurs in the process of economic development, the Indonesian government has made efforts to facilitate the emergence of new entrepreneurs. However, this situation was also a concern for other parties. Some young people with a high level of entrepreneurial spirit attempted to contribute to solving this problem by spreading the same spirit to others and motivating them to be businesspersons. In 2006, they founded an organization called the “Tangan di Atas” (TDA) community. Started by 40 pioneers, this organization has been growing and there were about 20,000 members at the end of 2012.
The current studies of entrepreneurs or successful entrepreneurs mostly refer to cases in developed countries. For this reason, the present study provides a new point of view of entrepreneurship because it was conducted in a developing country and assesses the influence of the community on its members in relation to the steps of becoming an entrepreneur and a success.
This study adopts two points of view on entrepreneurial engagement, while to measure success two kinds of performance indicators are utilized. For engagement, the dichotomous view, as used by many studies for a very long period, divides people into two categories, entrepreneurs and non-entrepreneurs, while the dynamic point of view follows the seven stages of entrepreneurial engagement by Grilo & Thurik (2005 and 2008). For success, due to the difficulty of obtaining objective performance data on small businesses, the success indicators used in this study are the satisfaction of being an independent entrepreneur and the perceived last three years of performance.
In our aim to identify the factors that affect the engagement of entrepreneurs and the success of entrepreneurs, we performed ordered logit regression analyses. One concern in this study is the role of networking. For this reason, we offer models with and without networking activity variables.
We recognize, after obtaining the regression results, that the dynamic point of view of the entrepreneurial process is better for explaining the start up progress of entrepreneurs. This model allows us to recognize broader factors than the dichotomous model. Related to our objectives of measuring the determinants of engagement and success of entrepreneurs, we can state the result of this study as follows: there are four variables that are significant to engagement: parent education, previous job wage, job experience and the interaction variable of being an active member. In terms of success, the significant variables for success are: parent education, failure experience, firm location and being an active member.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Triana Falentina
"Penelitian ini mengeksplorasi durasi perdagangan Indonesia, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat berhentinya perdagangan. Kami menemukan sebagian besar arus perdagangan Indonesia berumur pendek, durasi rata-rata hanyalah 2 tahun untuk semua spell, baik impor atau ekspor. Namun, beberapa arus perdagangan bertahan lebih lama, yaitu barang impor penting (misalnya gandum), atau barang ekspor di mana Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang kuat (misalnya minyak kelapa sawit dan karet). Selain itu, perdagangan sering kali terputus ('berhenti dan mulai kembali'). Faktor-faktor yang berdampak terhadap tingkat berhentinya perdagangan impor (dan ekspor) adalah: jarak, negara mitra, nilai perdagangan awal, ukuran pasar, ukuran pemasok (hanya untuk impor), pertumbuhan rasio kredit, nilai tukar, dan jenis produk yang diperdagangkan.

This study explores the duration of Indonesian trade and identifies the factors that affect its hazard rate. We found that most of Indonesian trade flows are short-lived; the median duration is merely 2 years for all spells, independent of whether one considers imports or exports. However, some trade flows last longer. These consist of imported goods, on which Indonesia depends greatly (e.g. wheat), or export goods in which Indonesia has a strong comparative advantage (e.g. palm oil or rubber). Moreover, there is evidence of trade being frequently interrupted (‘stopped and re-started’). Factors that have impacts on hazard rate of stopping import (and export) are: distance, partner countries, initial trade value, market size, supplier size (only for import), growth of credit ratio, exchange rate and product type."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T39102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Setiawan Adi Nugroho
"ABSTRAK
Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kepemilikan rumah dan level jaringan sosial sebuah keluarga. Selain itu juga terdapat beberapa bukti empiris yang menunjukan bahwa jaringan sosial memiliki efek yang signifikan terhadap kesempatan keluarga untuk memperoleh pinjaman usaha. Oleh karena itu sangat memungkinkan adanya korelasi secara tidak langsung antara kepemilikan rumah dan kesempatan sebuah keluarga untuk mendapatkan kredit usaha dimana hubungan tersebut dimediasi oleh tingkat jaringan sosial yang dimiliki keluarga tersebut. Dengan menggunakan metode mediation analysis kami akan menginvestigasi hubungan antara kepemilikan rumah, jaringan sosial dan kesempatan keluarga untuk memperoleh bantuan keuangan untuk usaha. penelitian ini difokuskan pada keluarga yang penghasilan utamanya berasal dari kegiatan usaha enterpreneur dan tinggal di wilayah perkotaan. Temuan utama dari penelitian ini adalah terdapat korelasi yang positive dan signifikan antara kepemilikan rumah dan level jaringan sosial sebuah keluarga sedangkan keluarga yang mempunyai tingkat jaringan sosial yang lebih tinggi akan lebih berpeluang untuk memperoleh kredit usaha. Hasil dari mediation analysis menunjukan lebih kurang 37 korelasi antara kepemilikan rumah dan peluang keluarga untuk menerima pinjaman usaha dimediasi oleh tingkat jaringan sosial.

ABSTRACT
From the prior studies it can be concluded that relationship between homeownership and social network is inevitable. Moreover, there are some empirical evidences promote the significant effect of family network on the credit access. Therefore, it is highly likely that homeownership has impact on the opportunity of household to obtain business credit through the social network. Using mediation analysis this paper would like to investigate the relationship between homeownership, network and the opportunity of household to obtain business credit in Indonesia. This research focus on household that their main income came from business activities entrepreneur and they live in the urban area. The main finding of this study is homeownership has positive and significant correlation on the household rsquo s network furthermore household with higher social network more likely to get better opportunity to obtain finance loan. In addition, mediation analysis shows that approximately, 37 the correlation between homeownership and the probability to get business credit is mediated by social network."
2016
T47501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library