Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ineke Gavrila
"Asam vanilat merupakan turunan vanilin yang memiliki aktivitas antioksidan yang baik, namun masih belum digunakan sebagai obat karena efeknya belum optimal. Substitusi basa Mannich, salah satunya adalah dimetilamin, dapat meningkatkan aktivitas antioksidan suatu senyawa. Oleh karena itu, dilakukan sintesis metoksi fenol dengan dimetilamin dan dievaluasi aktivitas antioksidannya. Sintesis dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama, sintesis asam vanilat dari vanilin dengan metode fusi kaustik.
Produk diuji kemurniannya menggunakan KLT dan identifikasi jarak lebur serta elusidasi struktur menggunakan spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri IR, spektrometri 1H-NMR dan 13C-NMR. Tahap kedua, asam vanilat direaksikan dengan dimetilamin dan formaldehid, direfluks selama 30 menit dan pengadukan 24 jam. Produk diuji kemurniannya menggunakan KLT serta elusidasi struktur menggunakan spektrofotometri UV-Vis, spektrofotometri IR, spektrometri 1H-NMR dan 13C-NMR.
Berdasarkan hasil elusidasi, senyawa tahap pertama adalah asam vanilat. Nilai rendemen yang didapatkan adalah 91,41. Senyawa tahap kedua adalah metoksi fenol tersubstitusi dimetilamin pada posisi orto dan para fenol. Gugus karboksilat pada asam vanilat telah mengalami dekarboksilasi. Nilai rendemen yang didapatkan adalah 18,23. Kedua senyawa diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan metode DPHH. Ativitas antioksidan metoksi fenol tersubstitusi basa Mannich dimetilamin 2,7 kali lebih kuat dibandingkan standar kuersetin. Sedangkan, asam vanilat memiliki aktivitas antioksidan yang paling lemah.

Vanilic acid is vanillin derivate which has good antioxidant activity. However, it has not been used as a drug because the activity has not optimal yet. Substitution of Mannich base, one of them is dimethylamine, can improve antioxidant activity of compounds. Therefore, substituted methoxyphenol with dimethylamine Mannich base was synthesized and its antioxidant activity was evaluated. The synthesis was done through two steps. Step one, synthesis of vanillic acid from vanillin with caustic method.
The compound was evaluated for purity by TLC and melting point determination, and elucidated by using UV Vis spectrophotometry, IR spectrophotometry, 1H NMR and 13C NMR spectrometry. Phase two, vanillic acid was reacted with dimethylamine and formaldehyde, refluxed for 30 minutes and stirred for 24 hours. The compound was evaluated for purity by TLC, and elucidated by using UV Vis spectrophotometry, IR spectrophotometry, 1H NMR and 13C NMR spectrometry.
Based on the elucidation results, compound of step one is vanillic acid and has 91,41 yield value. The compound of step two is substituted methoxyphenol with dimethylamine on ortho and para position of the phenol. Carboxylic group of vanillic acid undergo decarboxilation. The compound has 18,23 yield value. Both compounds were evaluated for antioxidant assay with DPPH metode. Antioxidant activity of substituted methoxyphenol with dimethylamine is 2,7 times stronger than quercetin standard. While compound vanillic acid has the lowest antioxidant activity.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Wahyudi
"Dalam menuju target pencapaian MDG?s pada tahun 2015, peran puskesmas sangatlah penting, puskesmas sebagai institusi terdepan tidak hanya pemberi pelayanan kesehatan saja, tetapi juga melaksanakan berbagai program kesehatan untuk mempercepat pencapaian MDG?s tersebut . Beberapa hasil penelitian menunjukkan masih adanya ketidakpuasan yang dialami pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan di puskesmas terutama pelayanan kesehatan di unit rawat jalan. Oleh karena itu dalam aplikasinya, puskesmas harus memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diberikannya agar kepuasan pasien dapat terpenuhi. Indeks Kepuasan Masyarakat pada tahun 2012 di Puskesmas Cikampek hanya berada pada nilai indeks 78.91 yang artinya puskesmas masih harus meningkatkan mutu pelayanannya agar kepuasan pasien dapat tercapai, karena dengan tercapainya kepuasan pasien maka akan memberikan nilai tambah yang positif bagi Puskesmas Cikampek sendiri, sehingga pada akhirnya puskesmas dapat menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memelihara kesehatannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik pasien dengan persepsinya terhadap mutu pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek Kabupaten Karawang pada tahun 2014. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian adalah pasien yang telah mendapatkan pelayanan rawat jalan dan setelah dilakukan penghitungan sampel didapatkanlah sebanyak 96 responden dengan ditambah 15% maka total responden adalah 111 responden, dengan kriteria responden yang telah berumur 16 tahun dan merupakan pasien rawat jalan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan antara pendidikan pasien dengan persepsinya terhadap dimensi mutu assurance pada pelayanan rawat jalan di Puskesmas Cikampek, dimana prosentase responden yang puas dengan pelayanan rawat di Puskesmas Cikampek adalah 45.2 % responden dan 54.8 % responden tidak puas dengan pelayanan rawat jalan puskesmas Cikampek.

In towards the achievement of MDG targets by 2015, the role of health center is important, as the health center is not only a leading institution health care providers alone, but also carry out various programs health to accelerate the achievement of the MDG's. puskesmas responsible for the development of health in the working area, so that existence is still very much needed by the community. In its application, health centers should pay attention to the quality of health services that it provides, that patient satisfaction can be met. Cikampek health center should attention to patient satisfaction because it is the achievement of satisfaction patients it will provide added value to the health center positive Cikampek itself, which in turn can be a health center for the community choice to maintain his health.
The purpose of this research is to know relationship of patient characteristics with perceptions of the quality of ambulatory care Cikampek health center street in Karawang district. This study is quantitative research. As for the sample in the study is patient who has received outpatient services, and obtained as much 111 respondents with a simple random sampling technique.
Results of the study shows that there is a relationship between the perception of patient education the quality of outpatient services at the health center with the percentage ikampek 45.2% of patients with ambulatory care health centers and 54.8% Cikampek patients are not satisfied with the service Cikampek outpatient health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Athiyyah Hilmy
"The Wandering Earth-Liúlàng Dìqiú (2019) adalah sebuah film bergenre science fiction atau fiksi ilmiah Tiongkok yang menceritakan tentang regu penyelamat yang berusaha untuk merelokasi bumi ke orbit yang jauh dari matahari, sambil berusaha untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter. Tokoh protagonis yang berasal dari berbagai latar belakang bersatu di bawah Pemerintahan Bumi Bersatu (PBB), untuk membentuk aliansi global, mengumpulkan sumber daya dan pengetahuan untuk melaksanakan rencana ambisius merelokasi bumi, mencerminkan nilai tradisional Tiongkok yang mengutamakan kesejahteraan kolektif di atas kepentingan individu. Penelitian ini membahas bagaimana nilai kolektivisme-Jítǐ zhǔyì khas Tiongkok memengaruhi tindakan yang diambil oleh tokoh protagonis untuk mencegah bumi bertabrakan dengan jupiter dan menyelamatkan kehidupan manusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dengan metode pengumpulan data dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang bersumber dari buku maupun jurnal. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ditampilkannya nilai kolektivisme khas Tiongkok sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan umat manusia dan bumi melalui tindakan para tokoh protagonisnya merupakan pesan propaganda tentang peran penting Tiongkok dalam memimpin kerja sama dan kolaborasi global menghadapi tantangan kelangsungan hidup manusia di muka bumi.

The Wandering Earth- Liúlàng Dìqiú (2019) is a science fiction film that tells a story about rescue teams that are trying to move the Earth into an orbit far from the sun, while trying to prevent the earth from colliding with jupiter. Protagonists who come from various backgrounds unite under the United Earth Government (UEG) to form a global alliance, gathering resources and knowledge to carry out an ambitious plan to relocate the earth, reflecting traditional Chinese values that prioritize collective well-being over individual interests. This research aims to discuss how the typical Chinese value of collectivism influences the actions taken by the protagonist to prevent the earth from colliding with Jupiter and save human life. This study used a qualitative-descriptive method with data collection methods using literature study by collecting data from books and journals. The results of the research show that the display of the unique Chinese value of collectivism- Jítǐ zhǔyì as a way to save humanity and the earth through the actions of the protagonists is a propaganda message about China's important role in leading global cooperation and collaboration in facing the challenges of human survival on earth.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Relita Maizara
"Pendahuluan: Limbah makanan menjadi isu global di tengah meningkatnya kekhawatiran akan kelaparan di beberapa negara. Indonesia termasuk ke dalam 5 negara penghasil sampah makanan terbesar di dunia dan merupakan negara penghasil sampah terbanyak di Asia Tenggara. Sampah makanan menimbulkan banyak kerugian dari sektor ekonomi, lingkungan dan kesehatan. Dibutuhkan upaya untuk mencegah timbulnya sampah makanan tersebut. Upaya yang paling utama yaitu mencegah pada sumbernya dengan membatasi produksi makanan berlebih dan ketika terjadi surplus makanan, upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah mendistribusikan kembali makanan tersebut untuk dikonsumsi. Praktik untuk mendistribusikan kembali makanan berlebih ini disebut praktik food sahring.
Tujuan: Praktik food sharing ini belum banyak diterapkan di Indonesia, salah satunya kota Depok. Sehingga dibutuhkan penelitian untuk menggali informasi terkait potensi penerapan praktik food sharing di Kota Depok.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil: Informan belum mengetahui terkait konsep food sharing namun memiliki sikap yang positif terhadap konsep ini. Fasilitas Restoran dan Panti asuhan memadai sedangkan fasilitas mediator tidak memadai. Kemudian kerja sama lintas sektor juga belum terlaksana untuk penerapan food sharing. Kebijakan dari Pemerintah daerah untuk pengelolaan makanan berlebih belum ada di Kota Depok. Hal-hal inilah yang melatarbelakangi belum terlaksananya praktik food sharing secara melembaga di Kota Depok.
Kesimpulan: Praktik food sharing secara melembaga belum diterapkan di Kota Depok. Namun, praktik food sharing telah diterapkan yaitu apabila ada makanan yang berlebih diberikan kepada Karyawan. Faktor pengetahuan, ketersediaan dan kelayakan makanan merupakan hambatan utama untuk potensi pelaksanaan praktik food sharing di Kota Depok.

Introduction: Food waste is becoming a global issue amidst growing hunger concerns in several countries. Indonesia is one of the top 5 food waste generating countries in the world and the top waste generating country in Southeast Asia. The negative impacts of food waste are felt economically, environmentally, and in terms of health. Consequently, efforts are necessary to prevent food waste. The main focus should be on preventing it at the source by reducing the production of excess food, and when surplus occurs, the distribution of food for the next consumption becomes crucial.
Objectives: This redistribution practice is known as food sharing. Unfortunately, the practice of food sharing has not been widely adopted in Indonesia, including in Depok city. Therefore, research is needed to explore information related to the potential application of Food Sharing practices in Depok City.
Methods: This study was a qualitative study with a descriptive design.
Results: Informants were unfamiliar with the concept of food sharing but had a positive attitude towards this concept. Restaurant and orphanage facilities showed readiness in implementing the Food Sharing practices while mediator facilities showed unreadiness. There was no cross-sectoral cooperation available for further implementation of Food Sharing. Furthermore, there was a lack of local government policy for surplus food management in Depok City, caused no Food Sharing practices have been implemented in this area.
Conclusion: In Depok City, there has been no adoption of institutionalized food sharing practices. However, the practice of food sharing has been implemented, if there is surplus food, it is distributed to the employees. The main barriers to the potential implementation of food sharing practices in Depok City were the lack of awareness, accessibility, and suitability of the food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radityaharjo Joyopuspito
"Xiaokang Shehui merupakan salah satu impian Republik Rakyat Cina yang ditargetkan dapat dicapai pada tahun 2021. Xiaokang Shehui merupakan konsep dari Konfusianisme yang mengacu pada masyarakat yang relatif sejahtera dan perekonomian yang merata. Sejak dimulainya Reformasi dan Keterbukaan, perekonomian Cina terus berkembang dengan pesat selama beberapa dekade terakhir, tapi kemiskinan dan ketimpangan terus menjadi masalah utama di Cina. Demi bisa mengatasi kemiskinan dan ketimpangan serta mewujudkan masyarakat yang cukup sejahtera secara komprehensif, pemerintah Cina menerapkan berbagai strategi untuk mengentaskan kemiskinan. Seiring dengan waktu dan perkembangan ekonomi, strategi pengentasan kemiskinan yang sebelumnya diterapkan tidak lagi sesuai untuk mengatasi masalah yang menjadi penyebab kemiskinan, terutama untuk warga-warga di daerah pedalaman dan terpencil. Agar bisa mengatasi kemiskinan yang disebabkan oleh faktor yang berbeda-beda, pemerintah Cina menerapkan strategi Jingzhun Fupin atau Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran. Artikel ini membahas mengenai strategi Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran dengan berfokus kepada hasil yang dicapai dan melihatnya melalui perspektif Membangun Masyarakat Cukup Sejahtera secara Komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan adanya dampak yang signifikan dari strategi Pengentasan Kemiskinan yang Tepat Sasaran dalam mengentaskan kemiskinan dan membangun masyarakat cukup sejahtera secara komprehensif.
Xiaokang Shehui is one of the dreams of the People's Republic of China targeted to be achieved in 2021. Xiaokang Shehui is a concept that originates from Confucianism which refers to a relatively prosperous society and an equitable economy. Since the start of Reform and Opening Up, China's economy has continued to develop rapidly over the past few decades, but poverty and inequality continue to be major problems in China. To overcome poverty and inequality and create a comprehensively prosperous society, the Chinese government is implementing various strategies to alleviate poverty. Along with the times and economic developments, the poverty alleviation strategies that were previously implemented are no longer suitable for overcoming the problems that cause poverty, especially in rural and remote areas. In order to overcome poverty caused by different factors, the Chinese government implemented the Jingzhun Fupin or the Targeted Poverty Alleviation strategy. This article discusses the Targeted Poverty Alleviation strategy with a focus on the results achieved and seeing it through the perspective of Comprehensively Building a Moderately Prosperous Society. The research results show that there is a significant impact of the Targeted Poverty Alleviation strategy in alleviating poverty and comprehensively building a moderately prosperous society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Grandy Marchellino Guswandi
"Film The Flowers of War adalah sebuah film bergenre perang karya sutradara Zhang Yimou, seorang sutradara ternama Tiongkok. Film yang dirilis pada tahun 2011 ini merupakan adaptasi dari novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) karya Yan Geling. Perilisan film ini diwarnai juga dengan meningkatnya tensi antara Tiongkok, Jepang, dan Amerika tentang kepulauan Senkaku. Film yang berlatar belakang pada peristiwa Pembantaian Nanjing pada era Perang Tiongkok-Jepang tahun 1937 ini, menampilkan kerumitan karakter perempuan bernama Yu Mo yang diperankan oleh Ni Ni. Artikel ini membahas karakter Yu Mo sebagai metafora bunga Plum (Meihua) salah satu bunga khas dalam budaya Tiongkok yang memiliki makna ketahanan, pengorbanan, dan keindahan, juga sekaligus menyoroti perannya sebagai sosok patriotik dalam film. Menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data berupa studi pustaka, artikel ini berhasil mengungkap karakterisasi protagonis perempuan meresonansi simbol bunga Plum dalam menyampaikan pesan patriotik dan ketahanan Tiongkok.

The Flowers of War is a war film by renowned Chinese director Zhang Yimou. The movie, released in 2011, is an adaptation of the novel 13 Flowers of Nanjing (Jinling Shisan Chai) by Yan Geling. The film's release was also marked by rising tensions between China, Japan, and the United States over the Senkaku islands. The movie, set during the Nanjing Massacre during the 1937 Sino-Japanese War, features a complex female character named Yu Mo, played by Ni Ni. This article discusses Yu Mo's character as a metaphor of the plum blossom (Meihua), a typical flower in Chinese culture with meanings of resilience, sacrifice, and beauty, while also highlighting her role as a patriotic figure in the film. Using a qualitative method with data collection in the form of a literature study, this article successfully reveals the characterization of the female protagonist resonating the symbol of the Plum flower in conveying China's patriotic and resilience message."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anantha Dian Tiara
"Unmet need KB adalah pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak tapi tidak menggunakan alat kontrasepsi. Unmet need KB merupakan salah satu indikator yang menggarnbarkan pelayanan KB dan merupakan salah satu capaian MDGs 2015. SDK! 2007 menunjukkan unmet need KB sebesar 9,1 persen, sedangkan SDKI 2002-2003 menunjukkan 8,6 persen. Di Indonesia, sejak 12 tahun terakhir unmet need KB stagnan di 9 persen sehfngga merupakan masalah lain yang perlu diatasi Peneiitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungab dengan unmet need K.B. Penelitlan ini merupakan penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan unmet need KB. Jumlah sampel untuk melihat Unmet need KB Nasional adall1h seluruh PUS usia 1549 tahun yang meniklth yang terdapat dalam SDK! 2007. Sedangksn sampel untuk studi ini tidak termasuk mereka yang contraceptive failure, desire birth <2 years, infecundlmenopausal dengan sam pel 21, 157. Penelitian ini mclihat hubungan faktor sosiodemografi (umur, tingkat pendidikan1 pekeljaan, tingkat pendidikan suami, pekerjaan suami~ jumlah anak. dan tingkat ekonomi, tempat tinggal). faktor sosiopsikologis (persetujuan suami tentang KB; diskusi dengan suami tentang KB, pengetahuan tentang metode kontrssepsi), dan faktor pelayanan (infurmasi KB dsri fusilitas kesehatan dan sumber informasi KB). Dari hasil analisis bivariat, didapatkan bahwa unmet need KB eenderung meningkat pada umur dewasa tua, pendidiksn !ebih rendah, punya anak lebih dari 2, tingkat ekonomi rendah. tinggal di pedesaan, suami tidak setuju dengan KB, tidak diskusi dengan suami, tidak mendapat informasi dart fasilitas kesehaan dan ti-dak mendapat informasi KB dari surnber manapun. Saran dari studi ini adalah agar Kementerian Keseltatan Rl menyediakan pelayanan KB sesuai kebutuhan klien mulai dsri memberikan infonnasi KB kepada PUS, menyediakan alokon, pembisysan KB bagi yang tidak marnpu. Puskesmas harus mendukung ketersediaan alokon yang ada dengan sspek lain seperti bebas biaya jasa pemasangan alokon serta memperbaiki akses. BKKBN dapat mentngkatkan promosi KB lebih melibatkan suami maupun masyarakat lainnya. Peneliti lain dapat melihat dari sisi kepemitikan asuransi.

Unmet need for family planning are couples of childbearing age who do not want to have children but do not use contraceptives. Unmet need for family planning are one of the indicators that describe family planning services and is one of the achievements of MDGs. IDHS 2007 showed unmet need for family planning of 9.1 percent, while the 2002-2003 IDHS shows 8.6 percent. In Indonesia, since last 12 years unmet need for family planning stagnant at 9 percent so that is another issue that needs to be addressed. This study aims to conduct empirical tests to determine the factors associated with unmet need family planning. This study is a cross sectional study using secondary data about the factors associated with unmet need for family planning. The number of are married couples at child bearing period, aged 15-49 years who married as stared in IDHS 2007. While the sample for !his study does not include contraceptive failure, desire birth <2 years, lnfeeund lmenopausal are 21.157 samples. This study analyzes the effects of sociodemographic factors (age, educational Ievel, occupation education level of husband. husband's occupation, the number of children, and economic Jevel, residence), sosiopsycologis factor (husband approval about family planning, discussion with husband about family planning, knowledge about contraceptive methods ), and services factor (family planning information from health facilities and source of Information). From the results of bivariate analysis,. it was found that the unmet need family planning tend to increase in older adult, lower education, have more than 2 children, low economic level, living in rural area, whose husband does not agree with family planning, no discussion with the husband, not being informed of health facilities and do not receive family planning information from any source. It is suggested that Ministry of Health to serve family planning services based on clients by providing family planning information for married couple, providing contraception, budgetting for poor married couple who need family planning and to increasing the acces. NFPCB can increase family planning promotion to improve support from husband and other people. Future research can examine from insurance variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
T33713
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kurnia Esa
"ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama yang
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga
merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam Milenium Development
Goals (MDGs). Menurut data SDKI 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat
cukup besar yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup dari 228 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI 2007). Salah satu penyebab tingginya AKI yaitu masih adanya
persalinan yang ditolong oleh tenaga selain petugas kesehatan (paraji). Menurut
laporan tahunan Puskesmas Sentul tahun 2012 cakupan persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan hanya 57,03 % dari target 87,50 %.
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional . Pengumpulan
data dengan cara wawancara kepada ibu yang pernah melahirkan paling lama 12
bulan terakhir. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor apa saja yang
berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Sentul
Kabupaten Bogor. Hasil penelitian mendapatkan status sosial ekonomi dan
banyaknya keluhan selama hamil menjadi variabel yang berhubungan secara
signifikan terhadap pemilihan penolongan persalinan. Status sosial ekonomi
merupakan variabel yang paling dominan dimana ibu yang status sosial
ekonominya tinggi 5,4 kali memilih tenaga kesehatan sebagai penolong kesehatan
dibanding dengan ibu yang status sosial ekonominya rendah setelah dikontrol oleh
banyaknya keluhan selama hamil, riwayat ANC, pendidikan ibu, pendidikan
suami, dan paritas.

ABSTRACT
Maternal Mortality Rate (MMR) is one of the main indicators that describe the
health of society. The maternal mortality rate is also one predetermined targets in
the Millennium Development Goals (MDGs). According to data from IDHS 2012
Maternal Mortality Rate (MMR) is high enough increase that is 359 per 100,000
live births from 228 per 100,000 live births (IDHS 2007). One of the causes of
high maternal mortality rate is still the existence of births attended by skilled
health personnel other than (paraji). According to the annual report 2012 Sentul
health center coverage of births attended by skilled health personnel is only
57.03% from targets 87.50%.
The study was a cross sectional quantitative study. The data collected are the
primary data, obtained by interviewing mother giving birth under 12 month ago.
The aim of this study is to identify the trigger of maternity helper selection of
Sentul Health Center, District of Bogor. The results obtained from this study
showed that the socioeconomic status and complaints during pregnancy variables
were significantly associated with the selection of delivery helper, socioeconomic
status is the most dominant where 5,4 of mother with high socioeconomic status
with the delivery helper choose medical personnel as their delivery helper
compare with low socioeconomic status, followed by complaints during
pregnancy, history of ANC, education wife, education husband and parity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Wulan
"ABSTRAK
Penyakit TB menempatkan beban luar biasa bagi penderita, keluarga, masyarakat,
dan anggaran pemerintah. Selain kehilangan produktivitas kerja efek paling
mendalam adalah penurunan tingkat kesejahteraan bahkan pemiskinan. Tujuan
penelitian ini menganalisis beban ekonomi yang ditanggung pasien dan anggota
rumah tangga akibat penyakit Tuberculosis. Merupakan penelitian eksploratif
deskriptif secara retrospektif dengan desain studi cross sectional. Sampel adalah
pasien TB Paru BTA + dengan metode pengambilan sample probability
proportional to size sebanyak 71 pasien.
Estimasi total beban ekonomi akibat sakit TB di Kota Bengkulu adalah Rp
7.259.600,- atau sebesar 28.48% dari rata-rata pendapatan rumah tangga.
Komponen biaya yang paling dominan adalah biaya tidak langsung yaitu sebesar
Rp 5.134..400,- atau 20.14% rata-rata pendapatan rumah tangga di ikuti biaya
langsung sebesar Rp 2.125.200,- (8.34%) rata-rata pendapatan rumah tangga.
Pasien dengan penghasilan rendah, umur lebih dari 43 tahun, tidak memiliki
jaminan kesehatan, memiliki jumlah anggota rumah tangga lebih dari 4,
melakukan coping strategy dan pernah menjalani rawat inap akan menangalami
katastropik dibandingkan dengan kelompok lainnya, pada akhirnya
mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan pemiskinan rumah tangga. Diperlukan
kajian kebijakan kesehatan yang dapat melindungi rumah tangga dari semua aspek
biaya karena sakit, khususnya TB dalam mengurangi pengeluaran kesehatan
dalam biaya non medis maupun indirect cost.

ABSTRACT
Tuberculosis puts a tremendous burden for patients, families, communities and
government budgets. In addition to the work productivity loss, the most profound
effect is the decrease in the level of well-being even impoverishment. The purpose
of this study is analyze the economic burden by patient and households as a result
of Tuberculosis. It is an explanatory retrospective descriptive study with cross
sectional design. Total respondents were 71, they were pulmonary TB patients
with smear positive. Sampling technique used probability proportional to size.
Estimated total economic burden of illness due to Tuberculosis int the Bengkulu
city is Rp 7.259.600, which is 28.48% of the average household income. The most
dominant component costs are indirect costs amounting to RP 5.134.400,-while
the direct cost is Rp 2.125.200,-. Patients with low income, age over 43 years, do
not have health insurance, have a household size of more than 4, do coping
strategy and have ever hospitalized will experience catastrophic compared to other
groups, which then affecting the level of household welfare and poverty. It is a
need to produce a health policy with the that can protect households
expencesndue to do TB illness, especially expenses on non medical costs and
indirect costs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lea Meirina Trisnawati
"Kasus HIV dan AIDS di Indonesia terus meningkat. Sementara untuk penularan dari ibu ke bayi atau anak, jika tidak dilakukan intervensi program PPIA, kemungkinan penularannya akan lebih besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan peran penentu baik bidang kesehatan dan non kesehatan dalam pelaksanaan program PPIA. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan mengambil lokasi di Kabupaten Jayawijaya. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yaitu melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi sedangkan data sekunder berasal dari survei fasilitas kesehatan yang dilakukan di Papua. Jumlah informan adalah 11 orang.
Hasil penelitian ini menggambarkan pelaksanaan program PPIA dilihat dari peran sistem kesehatan masih kurang memadai. Mengingat luasnya wilayah dan kesulitan akses ke pelayanan kesehatan, Pemerintah Daerah perlu segera melakukan perluasan layanan PPIA yang komprehensif, pemberian Obat ARV pada ibu hamil dan kebutuhan reagen, serta dukungan psikososial pada ODHA.

HIV and AIDS cases are increasing progressively. Especially on HIV transmission from mother to child, the possibility is greater than others if we do not apply PMTCT intervention. The objective of this research is to determine role of health system to the implementation of PMTCT. This is qualitative research located in Jayawijaya district. Primary data is collected through in depth interview, observation, and documentation, while secondary data is collected based on health facilities survey in Papua. The informant of this research is 11 people.
This research is resulting insufficient PMTCT coverage due to the weak of health system. Access to health facilities is still challenging, so local government is required to provide and expand comprehensive PMTCT services, ensuring provision of HIV related commodities to people living with HIV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>