Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maryam Azizah Hanif
"ABSTRAK
Salah satu bahaya erupsi Gunung Merapi 2010 adalah banjir lahar hujan yang memberikan pengaruh terhadap Kali Woro sebagai salah satu sungai yang bersifat ephemeral dan rawan ditutupi oleh endapan lahar hujan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti morfodinamika badan Kali Woro sebelum dan sesudah erupsi Gunung Merapi 2010. Variabel bebas penelitian ini adalah kejadian banjir lahar hujan, topografi ketinggian dan kemiringan lereng , dan aktivitas tambang galian C yang diduga dapat mempengaruhi morfodinamika Kali Woro. Variabel terikat penelitian ini adalah morfodinamika Kali Woro yang terdiri atas perubahan indeks kelengkungan SRI , perubahan luas sungai dan perubahan lebar sungai. Penelitian ini menggunakan citra resolusi tinggi yang diperoleh dari aplikasi Google Earth. Hasil perhitungan morfodinamika diuji regresi untuk mengetahui pengaruh dengan kondisi topografi daerah aliran Kali Woro. Selain analisis dengan uji regresi, analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara kejadian lahar hujan dan aktivitas tambang dengan morfodinamika alur badan Kali Woro dilakukan secara deskriptif berdasarkan perbandingan antara data hasil perhitungan morfodinamika dengan fakta yang ada di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperolah kesimpulan bahwa Kali Woro mengalami peningkatan rata-rata SRI setiap tahunnya adalah 1,08; 1,15 dan 1,14. Luas Kali Woro juga semakin bertambah pasca erupsi Gunung Merapi 2010 dengan rata-rata luas setiap tahunnya adalah 34.026,58 m2, 43.001,24 m2 dan 62.696,23 m2. Berbanding lurus dengan kondisi luas sungai yang semakin meluas, Kali Woro juga mengalami pelebaran dengan nilai rata-rata lebar setiap tahunnya yaitu 42,91 m; 61,54 m dan 79,54 m. Lokasi yang mengalami perubahan bentuk adalah bagian hulu yang mencakup segmen 1 dan bagian tengah yang mencakup segmen 2 ndash; segmen 8. Berbeda dengan bagian hulu dan tengah, bagian hilir segmen 9 ndash; segmen 11 cenderung lebih tetap. Morfodinamika Kali Woro memiliki hubungan dengan seluruh variabel bebas, namun tidak semua variabel memiliki pengaruh. Luapan dan arah aliran lahar hujan juga dipengaruhi oleh kondisi topografi Kali Woro yang cenderung curam dan terjal serta rawan terhadap erosi permukaan, erosi alur dan longsor. Selain itu, peristiwa banjir lahar hujan menyebabkan potensi bahan tambang galian C di Kali Woro meningkat sehingga aktivitas tambang di bagian dasar maupun di bagian tebing Kali Woro juga bertambah.

ABSTRACT<>br>
One of the dangers of the 2010 Mount Merapi eruption is the lava flood that gives effect to the Woro River as one of the ephemeral river and is prone to be covered by rain lava sediment. This study aims to examine the morphodynamics of Woro River before and after the eruption of Mount Merapi in 2010. The independent variables of this research are the incidence of rain lava flood, topography height and slope , and mining activity suspected to affect Woro Kali morphodynamics. The dependent variable of this research is Woro River morphodynamics consisting of changes in curvature index SRI , changes in river area and changes in river width. This study uses high resolution imagery obtained from the Google Earth application. The results of morphodynamic calculations were tested by regression to determine the effect with topographic condition of Woro River area. In addition to the analysis with regression test, the analysis used to determine the relationship between the event of rain lava and mining activities with morphodynamic of Woro River is descriptively based on the comparison between the data of morphodynamic calculation with the facts in the field. Based on the results of the study, it is concluded that the Woro River has an average increase of SRI every year is 1.08 1.15 and 1.14. The area of Woro River is also increasing after the eruption of Mount Merapi 2010 with the average area of Woro River each year is 34,026,58 m2, 43,001,24 m2 and 62,696,23 m2. Directly proportional to the widespread condition of the river, Woro River also experiences widening with an average annual width of 42.91 m 61.54 m and 79.54 m. The deformed location is the upstream segment covering segments 1 and the middle segment covering the 2 segment segments 8. Unlike the upstream and middle sections, the downstream segment segment 9 segment 11 tends to be more fixed. Morphodynamics Woro times have a relationship with all independent variables, but not all variables have an influence. The outflow and direction of rain lava flow is also influenced by topographic condition of Woro River which tend to be steep and steep and prone to surface erosion, erosion of flow and landslide. In addition, the event of rain lava floods caused the potential of mining in Woro Kali increased so that mining activities at the bottom and in the cliffs Woro also increased."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Khairunnisa
"Curah hujan adalah input dalam sistem hidrologi yang memberikan output dalam aliran sungai dalam bentuk debit aliran. Debit adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu (m3/detik). Sungai Cilutung adalah anak sungai Cimanuk yang memiliki a fungsi yang lebih besar, yang merupakan salah satu pengendali banjir di bagian Muara Cimanuk setelah Cimanuk di bendung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola hidrograf banjir dan menentukan hubungan antara pola hidrograf banjir dan tata ruang variasi curah hujan di Aliran Sungai Cilutung. Variabel dalam penelitian ini termasuk curah hujan dan debit.
Metode penelitian menggunakan spasial deskriptif analisis, analisis hidrologi dan analisis statistik. Pola banjir hidrograf dapat terbentuk jika memiliki debit minimum 10 m3/detik dengan a minimum naik turun waktu 1 jam dan memiliki volume debit minimum 100 m3/dtk.
Pola hidrograf banjir terkait dengan curah hujan di mana jika curah hujan yang terjadi di Aliran Sungai Cilutung semakin tinggi, maka akan menghasilkan semakin tinggi laju aliran dan membentuk pola hidrografi banjir yang lebih tinggi. Ini didukung oleh terjadinya 22 sampel dipelajari, secara spasial ketika hujan turun pertama di Hulu bagian dari DAS Cilutung dan disertai dengan curah hujan dan intensitas tinggi dan waktu yang relatif lama akan mempengaruhi pola hidrograf banjir yang memiliki a nilai debit maksimum yang lebih tinggi dan volume pembuangan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Selain itu, Topografi DAS juga mempengaruhi hubungan banjir pola hidrograf dengan pola spasial curah hujan dimana semakin tinggi Cilutung Daerah aliran sungai, semakin tinggi debit dan disertai dengan curah hujan yang lebih tinggi baik. Ini menunjukkan hubungan antara pola hidrograf banjir dan spasial variasi curah hujan yang didukung oleh hasil uji korelasi yang menunjukkan a hubungan yang kuat antara debit maksimum dan debit total dengan curah hujan dan intensitas curah hujan.

Rainfall is an input in a hydrological system that provides output in a river flow in the form of a flowrate. Discharge is the amount of water flowing in units of volume per time (m3/sec). Cilutung River is a tributary of Cimanuk which has a greater function, which is one of the flood controllers in the Cimanuk estuary after Cimanuk is in the weir.
This study aims to identify patterns of flood hydrographs and determine the relationship between flood hydrograph patterns and spatial variations in rainfall in the Cilutung River Flow. Variables in this study include rainfall and discharge.
The research method uses descriptive spatial analysis, hydrological analysis and statistical analysis. Hydrograph flood pattern can be formed if it has a minimum flow of 10 m3 / sec with a minimum up and down within 1 hour and have a minimum discharge volume of 100 m3 / s.
The flood hydrograph pattern is related to rainfall where if the rainfall that occurs in the Cilutung River Flow is higher, it will produce higher flow rates and form higher hydrographic flood patterns. This is supported by the occurrence of 22 samples studied, spatially when the first rain fell in the Upper part of the Cilutung watershed and accompanied by rainfall and high intensity and a relatively long time will affect the flood hydrograph pattern which has a higher maximum discharge value and a higher discharge volume or vice versa.
In addition, the watershed topography also influences the relationship between hydrographic flood patterns and spatial rainfall patterns where the higher the Cilutung watershed, the higher the discharge and is accompanied by higher rainfall. This shows the relationship between flood and spatial hydrograph patterns variations in rainfall are supported by correlation test results which show a strong relationship between maximum discharge and total discharge with rainfall and rainfall intensity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fikri Adriansyah
"Kabupaten Sumedang terletak pada Provinsi Jawa Barat dengan iklim muson tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim ENSO, dan ENSO juga menyebabkan terjadinya fenomena El Nino dan La Nina. Berdasarkan pada nilai Southern Oscillation Index (SOI) periode tahun 2000-2020, terindikasi bahwa terjadi El Nino pada 5 tahun yang berbeda dengan klasifikasi yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh fenomena El-Nino Southern Oscillation serta dampaknya terhadap DAS Cimanuk Hulu di Kabupaten Sumedang, serta menganalisis pengaruh kekeringan meteorologis akibat El Nino dan La Nina terhadap sektor pertanian dan penduduk di Kabupaten Sumedang. Data yang diperlukan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data curah hujan bulanan dari stasiun pengamat curah hujan Kabupaten Sumedang, data curah hujan bulanan CHIRPS sebagai pengisi kekosongan data hujan bulanan stasiun curah hujan, serta data nilai SOI yang bersumber dari Australian Bureau of Meteorology. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Standardized Precipitation Index (SPI), interpolasi, analisis statistik, analisis spasial, dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa El Nino pada nilai SOI memiliki hubungan kuat dan berbanding lurus dengan kekeringan pada nilai SPI. Pada periode tahun 2000-2020, kekeringan meteorologis akibat ENSO di Kabupaten Sumedang terjadi pada tahun 2002, 2005, 2007, 2015, dan 2019. Kekeringan terluas terjadi pada Bulan Juli-September tahun 2007 dengan 86,29% wilayah Kabupaten Sumedang.

Sumedang Regency is located in West Java Province with a Monsoon tropical climate which is very sensitive to climate anomalies ENSO, and ENSO also causes phenomena El Nino and La Nina. Based on the Southern Oscillation Index (SOI) value for the period 2000-2020, it is indicated that El Nino occurred in 5 different years with different classifications. This study aims to identify the effect of the phenomenon El-Nino Southern Oscillation and its impact on the Upper Cimanuk Watershed in Sumedang Regency, and to analyze the effects of meteorological drought due to El Nino and La Nina on the agricultural sector and population in Sumedang Regency. The data needed and used in this study are monthly rainfall data from the Sumedang Regency rainfall observer station,monthly rainfall data CHIRPS as a filler for monthly rainfall data for rainfall stations, and SOI value data sourced from the Australian Bureau of Meteorology. The method used in this research is the method Standardized Precipitation Index (SPI), interpolation, statistical analysis, spatial analysis, and descriptive analysis. The results showed that El Nino at the SOI value had a strong relationship and was directly proportional to drought at the SPI value. In the 2000-2020 period, meteorological drought due to ENSO in Sumedang District occurred in 2002, 2005, 2007, 2015, and 2019. The widest drought occurred in July-September 2007 with 86.29% of the Sumedang Regency area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafadz Salam
"Struktur tata ruang kota digambarkan sebagai abstrak atau digeneralisasi definisi distribusi ruang geografis. Umumnya perkembangan suatu kota paling mudah untuk dilihat dengan memperhatikan kondisi fisik yang berkaitan dengan Penggunaan lahan atau bangunan dalam suatu kota. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tahun 2012-2032 Kota Balikpapan ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional yang memiliki berbagai potensi di sektor industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perkembangan struktur ruang Kota Balikpapan pada tahun 1932, 1991, 2020, dan 2032. Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi struktur ruang kota yang terbentuk adalah overlay data Penggunaan lahan dan kepadatan penduduk. Tahun yang digunakan untuk mengidentifikasi struktur ruang Kota Balikpapan adalah tahun 1932, 1991 dan 2020. Kemudian, untuk memprediksi perubahan Penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2032 menggunakan metode Cellular Automata-Markov Chain dengan driving factor jarak dari jalan, jarak dari lahan terbangun, jarak dari POI, lereng dan ketinggian. Hasil dari penelitian ini adalah struktur ruang Kota Balikpapan pada tahun 1932 memusat pada wilayah selatan Kota Balikpapan, sedangkan pada tahun 1991 struktur ruang Kota Balikpapan mengalami perkembangan kearah timur dan muncul pusat kegiatan kota baru dengan dibangunnya perkantoran pemerintahan di Kecamatan Balikpapan Selatan, lalu pada tahun 2020 struktur ruang Kota Balikpapan berkembang kearah utara kota dan berubahnya lokasi pusat dan sub pusat kegiatan kota. Hasil prediksi Penggunaan lahan tahun 2032 menunjukkan peningkatan pada lahan terbangun dan menjadikan lahan terbangun sebagai Penggunaan lahan yang mendominasi di Kota Balikpapan. Strukur ruang Kota Balikpapan pada tahun 2032 berdasarkan hasil prediksi perubahan Penggunaan lahan pekembangan terjadi pada kawasan permukiman-permukiman.

The urban spatial structure is described as an abstract or generalized definition of the distribution of geographic space. Generally, the development of a city is easiest to see by paying attention to the physical conditions related to the use of land or buildings in a city. Based on the 2012-2032 National Spatial Plan, Balikpapan City is designated as a National Activity Center which has various potentials in the industrial, trade, service and tourism sectors. This study aims to see the development of the spatial structure of Balikpapan City in 1932, 1991, 2020, and 2032. The method used in identifying the urban spatial structure that is formed is the overlay of land use and population density data. The years used to identify the spatial structure of Balikpapan City are 1932, 1991 and 2020. Then, to predict changes in land use that will occur in 2032 using the Cellular Automata-Markov Chain method with a driving factor of distance from the road, distance from built-up land, distance from POI, slope and elevation. The results of this study are the spatial structure of Balikpapan City in 1932 centered on the southern area of ​​Balikpapan City, while in 1991 the spatial structure of Balikpapan City experienced development towards the east and a new city center emerged with the construction of government offices in South Balikpapan District, then in 2020 The spatial structure of the city of Balikpapan develops towards the north of the city and changes in the location of the center and sub-center of city activities. The results of the prediction of land use in 2032 show an increase in built-up land and make built-up land the dominant land use in Balikpapan City. The spatial structure of Balikpapan City in 2032 is based on the prediction of changes in land use development that occurs in residential areas. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library