Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heri Nugroho
Abstrak :
Jakarta Pusat merupakan daerah dengan tingkat kemacetan lalu-lintas yang tinggi sehingga emisi polutan dari kendaraan bermotor tinggi pula. Salah satu polutan tersebut suspended particulate matter (SPM) dapat dipengaruhi oleh faktor meteorologi (curah hujan, kelembaban relatif udara, suhu udara, dan kecepatan angin). Suspended particulars matter (SPM dapat menimbulkan gangguan kesehatan berupa infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan asma.

Tujuan dari penelitian ini untnuk mengetahui keoenderungan konsentrasi SPM dan faktor meteorologi serta hubungan faktor meteorologi dengan prevalensi penyakit infeksi saluran pemapasan bagian atas dan asma di Jakarta Pusat tahun 2003 sampai dengan 2005.

Penelitian ini merupakan studi ekologi, yang mengaualisis data sekunder faktor meteorologi dan suspended particulate matter (SPM) dari badan meteorologi dan geofisika Jakarta dan data penyakit dari suku dinas kesehatan Jakarta Pusat berupa data penderita infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma pada puskesmas kelurahan di Jakarta Pusat tahun 2003-2005. Sampel dalam penelitian ini adalah prevalensi infeksi saluran pemapasan akut bagian atas dan asma per kelurahan per bulan. Analisis meliputi uji anova untuk mencari apakah ada perbedaan bermakna antar tahun diantara variabel yang diteliti. Analisis hubungan dilakukan dengan uji korelasi dan regresi.

Rata-rata konsentrasi suspended particulate matter untuk tahun 2003 sebesar 164,486 µg/m3 konsentrasi tertinggi pada bulan Juli sebesar 211,224 µg/m3 dan terendah sebesar 121,827 µg/m3 pada bulan Desember Rata-rata konsentrasi pada tahun 2004 sebesar 152,447 µg/m3 dan tertinggi pada bulan Juni sebesar 288,022 µg/m3 dan terendah 108,067 µg/m3 pada bulan Januari, sedang pada tahun 2005 rata-rata konsentrasi sebesar 296,147 µg/m3 dan tertinggi pada Bulan Mei sebesar 296,147 µg/m3 dan terendah pada bulan Februari sebesar 82,788 gg/ma. Tidak ada perbedaan yang bennakna konsentrasi SPM antara tahun 2003, 2004 dan 2005.

Rata-rata suhu udara sepanjang tahun 2003 - 2005 adalah 28,461°C dengan suhu minimum sebesar 27,465 ?C dan suhu maksimum 29,048 °C. Curah hujan sebesar 163,831 mm, curah hujan minimum sebesar 18,800 mm dan mal-Lsirnum 422,933 mm, rata-rata hari hujan sebesar 11,773 hari, hari hujan minimum 3,333 hari dan maksimum 22,333 hari, Kelembaban udara rata-rata sebesar 74,069%, kelembaban minimum sebesar 68,669 % dan maksimum 80,312 %. Kecepatan angin rata-rata 2,394 knot, kecepatan angin minimum 2,144 knot dan maksimum 2,874 knot.

Hasil penelitian didapatkan prevalen infeksi saluran pemapasan akut bagian atas tertinggi di Jakarta Pusat pada 2003 terjadi pada bulan Juli sebesar 0,0165, tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,0185 dan pada tahun 2005 Bulan Agustus sebesar 0,0204 Kecenderungannya semakin naik dari tahun 2003 - 2005. Prevalensi asma di Jakarta Pusat yang tertinggi pada tahun 2003 pada Bulan Agustus sebesar 0,000843, dan pada tahun 2004 pada Bulan Desember sebesar 0,000930 dan pada tahun 2005 pada bulan Maret sebesar 0,000980. Kecenderungan prevalensi asma tahun 2005 lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Hubungan antara SPM dengan faktor meteorologi secara bersama-sama diuji menggunakan analisis regresi linear ganda menghasilkan nilai koefisien determinasi (R ) 0,319, artinya persamaan garis regresi yang dihasilkan dapat menerangkan 31,9 % variasi konsentrasi suspended particulate matter. Konsentrasi SPM = -2576,325 + 93,077 * suhu udara + 10,437 hari hujan + 1092,408 * kecepatan angin - 36,924 (suhu udara * kecepatan angin) - 4,940 (hari hujan * kecepatan angin) + e.

Hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dengan suspendend particulate matter bermakna dengan kekuatan hubungan lemah (r = 0,123) berarah positif. Prevalensi infeksi saluran pernapasan akut dapat dijelaskan oleh varibel suspended particulate matter sebesar 1,5 %, peningkatan konsentrasi suspended particulate matter sebesar satu satuan menaikkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut bagian atas sebesar 0,00003 atau 3 per 100.000 penduduk.

Hubungan antara asma dengan suspended parriculate matter bermakna dengan dengan kekuatan hubungan yang Iemah (r = 0,078) berarah positif. Prevalensi asma dapat dijelaskan oleh variabel szupended particulate matter sebesar 0,6 %. Peningkatan suspended particulate matter satu satuan akan meningkatkan prevalensi asma sebesar 0,000013 atau 13 per 1.000000 penduduk.

Penanggulangan pencemaran SPM dapat ditempuh dengan pengawasan yang ketat terhadap gas buang kendaraan melalui uji emisi secara periodik serta pembatasan umur kendaraan yang beroperasi di jalan raya, bagi penduduk yang tinggal di daerah dengan kepadatan lalu-Iintas dnggi perlu mengambil waktu berlibur pada daerah yang tak terpolusi, untuk mengurangi pajanan yang terus-menerus, penyemprotan air secara periodik pada titik sumber debu saat musim kemarau seperti pada area pembangunan gedung.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21153
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tezy Mellowin
Abstrak :
Anak anak manusia yang berkualitas. Anak anak infeksi, salah satunya ialah penyakit cacingan. Penyakir cacingan erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infeksl kecacingan dan hubungannya dengan higiene perorangan dan sanitasi tingkungan pada murid SD Negeri di Kecarnatan Sawangan Kota Depok. Higiene perorangan :anak terdiri dari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, setelah BAB, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan menggunting kuku, kebiasaan bermain. kehiasaan menghisap jari serta kondisi sanitasi lingkungan yang terdiri dari jenis lantai rumah. kepemilikan sarana air bersih (SAB) dan kepemiHkan jamban keluarga saniter (JAGA). selain itu juga diteliti karakteristik ibu wawancara dan pemeriksaan sampel tinja. Uji hipotesis dengan menggunkana uji chisquare. Penelitian ini menunjukkan proporsi kecacingan sebesar 16.2%. Murid kelas 3 yang paling banyak menderita cadngan yaitu sebanyak 8 orang (44.4°/o) dan yang paling sedikit ialah murid kelas satu sebanyak 3 orang (!3.7%). Adanya program pemberian obat cacing berkala (tiap 6 bulan) kepada seluruh murid sekolah dasar kelas satu yang dilaksanakan oleh instansi kesehatan. Lima dari enam variabel pada higiene perorangan sudah cukup baik, kecuali kehiasaan bermain yang kontak tanah (73.9%). Untuk kondisi sanitasi lingkungan, hanya kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM yang masih buruk (92.8%) sedangkan untuk karakteristik ibu, variabel pendidikan (62.2%) dan higiene perorangan (54.1%) memiliki proporsi lebih besar pada kategori buruk. Tidak diperolehnya hubungan yang bermakna antara variabel independen dan dependen namun pmposi cacingan lebih tinggi pada kategori kebiasaan bennain kontak langsung dengan tanah, kepemilikan SAB bukan ledeng/PAM, tingkat pendidikan ibu rendah dan kondisi ekonomi keluarga yang rendah. Penulis menyarankan untuk tetap mempertahankan kondisi sanitasi Hngkungan dan periiaku hidup bersih dan sehat yang telah ada di masyarakat sehingga mereka tidak tergantung pada program pengobatan masal (blanket mass treatment). Upaya promosi dan pendidikan kesehatan yang berbasis masyarakat dan melibatkan kelompok masyarakat dan organisasi sekolah {UKS) serta pentingnya kerjasama.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T32446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Allisa Pratami
Abstrak :
Kawasan Jalan Raya Bogor yang padat dan para pedagang beraktifitas hampir setiap hari dan mulai berjualan dari subuh hingga sore hari yang menyebabkan mereka rentan mengalami gejala ISPA karena paparan PM10 terus menerus. Berdasarkan penelitian ini penulis mengangkat masalah hubungan antara pemajanan PM10 dengan gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Pedagang di Kawasan Pasar Cisalak Jalan Raya Bogor. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan mengunakan rancangan Cross Sectional (potong lintang) dengan mengambil 100 responden. Hasil rata-rata pengukuran PM10 sebanyak 6 titik di Jalan Raya Bogor adalah 106.33 μg/m3.Gejala ISPA yang paling sering di alami oleh para pedagang adalah batuk sebanyak 74 orang dan pusing 73 orang. Umur pedagang di Pasar Cisalak rata-rata 38 tahun dengan umur termuda adalah 16 tahun dan yang tertua adalah 75 tahun. Pada umumnya pedagang berjualan setiap hari setiap minggunya selama 9 jam dan sudah berjualan selama 10 tahun di pasar Cisalak. Jumlah pedagang yang merokok di pasar Cisalak adalah sebanyak 62 orang merokok dengan rata-rata menghabiskan 14 batang rokok perhari dan telah merokok selama 15 tahun. Dari 38 orang yang tidak merokok ada 3 orang yang menyatakan pernah merokok. Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa 73 orang menyatakan bahwa mereka jarang mengalami gejala ISPA dan lebih dari setengah sampel, yaitu 52 orang pedagang tidak pernah mengalami gejala ISPA sebelum mereka berdagang di Pasar Cisalak. ......Jalan Raya Bogor region dense and traders activity almost every day and start selling from dawn until late afternoon that caused them susceptible to respiratory symptoms due to exposure to PM10 continuously. Based on this study the authors raise the issue of the relationship between PM10 exposure with symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI) in Cisalak Market Traders in the Area Highways Bogor. This research is a descriptive study using cross-sectional design (cross-sectional) by taking the 100 respondents. The average yield PM10 measurements as 6 points in Jalan Raya Bogor is 106.33 μg/m3.Gejala ISPA most often experienced by traders as many as 74 people were coughing and dizziness 73 people. Age Cisalak Market traders in an average of 38 years to the age of the youngest is 16 years old and the oldest was 75 years old. In general, traders sell every day every week for 9 hours and was selling for 10 years on the market Cisalak. The number of traders in the market who smoke Cisalak are as many as 62 people smoked on average 14 cigarettes per day and had been smoking for 15 years. Of the 38 people who do not smoke there are 3 people who said that they had smoked. From the results of the study showed that 73 people stated that they rarely have symptoms of ARI and more than half of the sample, ie 52 people have never experienced traders ARI symptoms before they trade on Cisalak Market.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44688
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni
Abstrak :
Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat karena merupakan penyumbang utama angka kesakitan dan kematian anak diberbagai negara. Penyakit diare sering menyerang pada bayi dan balita yang bila tidak diatasi akan menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Faktor Lingkungan Rumah, Status Gizi, Faktor Ibu dengan Kejadian Diare pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Ponrang selatan Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi selatan tahun 2012. Penelitian ini dilakukan kepada balita dengan metode cross sectional yang mana objek penelitian adalah balita usia 1- 4 tahun dengan jumlah sampel sebanyak 151 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner dan wawancara kepada pengasuh balita. Analisa dengan menggunakan chi square pada variabel faktor lingkugan rumah, status gizi balita dan faktor ibu. Variabel dependen yang diteliti adalah diare pada balita. Variabel independen yang diteliti meliputi faktor lingkungan rumah (sumber air bersih, jamban rumah tangga, tempat pembuangan sampah), status gizi balita, faktor ibu (perilaku cuci tangan, pendidikan, sosial ekonomi keluarga). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian diare pada balita sangat erat hubungan dengan sumber air bersih (OR 2,52), tempat pembuangan sampah (OR 15,7) dan perilaku cuci tangan ibu (OR 6,76). ......Diarrhea is a common public health problem since it majorly take part to the rate of children’s morbidity and mortality in most countries. Diarrhea often harasses baby and toddler in which if it is not handled well will cause lost of fluid and electrolyte through faeces. This research is intended to study the relationship between house environment factors, nutrition status, and mother factors to the event of diarrhea on children at Puskesmas South Ponrang, Luwu District, South Sulawesi Province in 2012. The study method is cross sectional, conducted on children age 1-4 years old, with total sample is 151. Data collection is conducted using questionnaire and interview to baby sitter. The analysis is using chi square in house environment factors, children’s nutrition status, and mother factors. Dependent variable examined is the event of diarrhea in children. Independent variable examined covered house environment factors (clean water source, lavatory, and waste disposal), toddler's nutrition status, and mother factors (behavior of washing hands, education, family social economy). The study result shows the event of diarrhea at toddler has a close relationship to the source of clean water (OR 2.52), waste disposal (OR 15.7) and mother's behavior of washing hands (OR 6.76).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latif Hidayat
Abstrak :
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan dan masalah kesehatan masyarakat, satu diantaranya terjadi di unit wilayah kerja Puskesmas Tegal Gundil dengan IR 13,5 per 10.000 penduduk pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sosiodemografi dan kondisi lingkungan dengan kejadian DBD di wilayah tersebut tahun 2014.

Rancangan penelitian menggunakan desain case control dengan jumlah sampel 64 orang. Populasi penelitian adalah masyarakat yang tinggal di Kelurahan Tegal Gundil dan Bantarjati. Data primer didapat dengan melakukan wawancara langsung mengenai DBD dan observasi kondisi lingkungan responden.

Hasil analisis bivariat menunjukan terdapat hubungan antara umur sebagai faktor sosiodemografi dengan kejadian DBD dengan OR 3,40. Kondisi lingkungan yang berhubungan dengan kejadian DBD yaitu keberadaan jentik dengan OR 4,59 dan breeding place dengan OR 16,24. Hasil analisis multivariat menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan, keberadaan jentik dan breeding place dengan OR 2,80. Variabel breeding place merupakan faktor paling dominan terhadap kejadian DBD.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an environtment-centered plague and also a society health problem. From many cases, one happened in Puskesmas Tegal Gundil Working Unit Area with the IR 13,5 per 10.000 people in 2013.

This reseach is aimed to discover the relationship between sociodemography and the environment condition of DHF case in that area in 2014. The research design used case control with 64 sample of participants. The population of the research is the community member who live and stay in Kelurahan Tegal Gundil and Bantarjati. The primary data is gained by conducting direct interview about DHF and observation to the respondence's environment condition.

The result from bivariat analysis shows correlation between age, as a factor of sociodemography, with DHF case, by OR 3,40. Environment condition which links to the DHF case is the existence of mosquito larva, with OR 4,59 and OR 16,24 of breeding place. The result from multivarite analysis shows the relationship between, knowledge, the existence of mosquito larva, and breeding place with OR 2,80. Breeding place variable is the most dominantly influential to the DHF case. Keywords:
2014
S56548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sormin, Kety Rohani
Abstrak :
PT. Unitex adalah pabrik tekstil dengan masalah kesehatan utama Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada pekerja berdasarkan data kunjungan Poliklinik PT. Unitex selama tahun 2010 dan 2011. Hasil pengukuran debu total pada tahun 2011 menunjukkan angka yang dibawah baku mutu debu (TSP) pada lingkungan kerja yang ditetapkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja Nomor SE- 01/MENAKER/1997. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan karakteristik dan perilaku pekerja (umur, penggunaan masker, lama bekerja, keberadaan perokok dalam rumah, dan kebiasaan merokok) dengan ISPA pada pekerja di PT. Unitex. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang dengan mengambil sampel 106 responden pekerja. Analisis data mencakup analisis univariat dan bivariat. Sebanyak 30,9% pekerja mengalami ISPA.Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan masker (p=0,022,OR=5,280) dengan kejadian ISPA pada pekerja. ......PT. Unitex is a textile mill with Acute Respiratory Infection (ARI) as its major health problem based on data of Polyclinic PT. Unitex in 2010 and 2011. Result of total suspended dust?s measurement in 2011 has proved that the number of TSP is below treshold limit value. Therefore, this research analyzed association between characteristics & behaviours (age, usage of mask, length of work, existance of smoker in house, and smoking habit) of workers that exposed with cotton dust and Acute Respiratory Infection (ARI).This research used cross sectional with using 106 sample. Univariate and bivariate analyze has done. Thirty point nine percent workers had Acute Respiratory Infection (ARI). There is an significant association between usage of mask with Acute Respiratory Infection (ARI) (p=0,022,OR=5,280).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yovita Salysa Aulia
Abstrak :
Air merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting, terutama fungsinya sebagai air minum. Akan tetapi, sumber air minum yang berasal dari air tanah semakin banyak yang terkontaminasi oleh limbah cair dan resapan septik tank. Oleh karena itu, masyarakat menjadikan Depot Air Minum Isi Ulang sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan air minum. Akan tetapi, kualitas air dari Depot Air Minum Isi Ulang selama ini masih diragukan yang disebabkan kurang maksimalnya filtrasi kovensional dalam menghilangkan bakteri patogen dalam air. Bakteri patogen merupakan bakteri yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Bakteri patogen dalam air biasanya terdiri dari Vibrio cholera, Salmonella typhi, Shigella dan coliform. Biofiltrasi merupakan konsep penyaringan alternatif untuk memaksimalkan penyaringan air pada depot. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan membandingkan hasil uji air suling yang melalui filtrasi konvensional dengan biofiltrasi menggunakan metode Membrane Filter. Hasil menunjukkan ada penghilangan bakteri patogen pada air yang melalui proses biofiltrasi. Sedangkan, tidak ada pengurangan kadar bakteri patogen pada air hasil filtrasi konvensional. Disarankan agar operator, pengelola, pemerintah, masyarakat dan kaum intelektual mulai menerapkan konsep ini sebagai alternatif penyaringan air yang lebih aman. ......Water is a very important human needs, especially its function as drinking water. However, the source of drinking water from groundwater has contaminated by a wastewater and seepage of septic tank. Therefore, people make refill drinking water as an alternative to supply their drinking water. However, the quality of water from refill drinking water is still doubtful due to lack of maximal conventional filtration in removing bacterial pathogens in water. Pathogen bacterial is a type of bacteria that can interfere of human health. Pathogen bacterial in water usually consists of Vibrio cholerae, Salmonella typhi, Shigella and coliform. Biofiltration is an alternative filtering concept to maximize water filtration on the depot. This study used a descriptive design to compare the test results of distilled water through conventional filtration than biofiltration with Membrane Filter method. The result shows there is removal of bacterial pathogens in water through a process biofiltration. Meanwhile, there is no reduction in levels of pathogenic bacteria in the water of conventional filtration result. It is recommended that operators, managers, government, society and the intellectuals began to implement this concept as an alternative safer water filtration.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauzia
Abstrak :
Chikungunya merupakan penyakit bersumber arbovirus yang ditularkan nyamuk Aedes sp. yang dilaporkan terjadi di Afrika dan sebagian Asia, termasuk Indonesia. Sejak ditemukan di Indonesia, kejadian chikungunya menunjukkan peningkatan jumlah kasus dan total wilayah yang terjangkit. Pada Desember 2011, sebanyak 199 kasus chikungunya terjadi di Kota Depok dan dinyatakan sebagai wabah. Penelitian ini bertujuan mengetahui analisis spasial kejadian chukungunya di Kota Depok tahun 2008-2011. Desain penelitian yang digunakan adalah desain studi ekologi dengan analisis korelasi, analisis hubungan grafik, serta analisis spasial dengan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan secara spasial kejadian chikungunya terjadi di wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan ABJ rendah. Wilayah risiko kejadian chikungunya terdapat di bagian tengah dan utara Kota Depok. Secara statistik, variabel yang memiliki hubungan bermakna dengan kejadian chikungunya adalah curah hujan. Sementara itu, didapatkan hasil tidak bermakna antara variabel suhu udara, kelembaban udara, kepadatan penduduk, dan ABJ terhadap kejadian chikungunya. Selama periode 2008-2011 kejadian chikungunya di Kota Depok mengalami peningkatan jumlah kasus dan menyebar ke beberapa kecamatan lain. Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya mengantisipasi munculnya wabah chikungunya saat dimulainya musim hujan dan sesaat setelah musim hujan berakhir. Selain itu, Dinas Kesehatan Kota Depok juga lebih memfokuskan program pencegahan dan pengendalian kejadian chikungunya di wilayah berisiko tinggi. Chikungunya is an arboviral disease transmitted by Aedes sp. mosquitoes. Outbreaks of chikungunya, have been reported in Africa and half parts of Asia including Indonesia. Since it was first discovered in Indonesia, chikungunya show an increasing trend number of cases and total area affected. On December 2011, 199 new cases of chikungunya were reported from Depok and it was stated as an outbreak. This research is aimed to determine the spatial analysis of chikungunya occurrence in Depok City 2008-2011. It then uses an ecological study by correlate method, graphic analysis, and spatial analysis from secondary data. The results showed spatially, the high occurrence of chikungunya found in areas with high population density and low larvae free index. The high risk area of chikungunya can be found in the center of Depok to the north. Statistically, rainfall has a significant correlation with chikungunya. Meanwhile, there is no significant correlation between temperature, humidity, population density, and larvae free index with chikungunya. During 2008-2011, chikungunya occurrence increased in Depok in number of cases and spread to other sub-district. Depok City Health Office should be anticipating chikungunya occurrence before monsoon and shortly in post-monsoon. Therefore, Depok City Health Office can be more focusing on doing chikungunya prevention and control programs in areas with high risk of chikungunya occurrence.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>