Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra
"Latar Belakang: Katabolisme pascalaparotomi menyebabkan imbang nitrogen negatif dan diduga tidak dapat dicegah dengan pemberian nutrisi. Nutrisi parenteral dapat meningkatkan faktor anabolisme. Belum diketahui apakah proporsi asupan energi dan protein dari jalur parenteral terhadap asupan total berkorelasi dengan imbang nitrogen pasien pascalaparotomi elektif.
Metode: Studi potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada pasien pascalaparotomi elektif yang memperoleh supplemental parenteral nutrition (SPN) antara 3 hari pertama pascalaparotomi. Pemeriksaan nitrogen urea urin (NUU) dilakukan terhadap pasien dengan asupan ≥ 12 kkal/kg BB pada hari ketiga pascalaparotomi. Pasien dengan gangguan ginjal dan hati tidak disertakan dalam penelitian.
Hasil: Rerata imbang nitrogen hari ketiga pascalaparotomi sebesar -2,8 ± 3,8 g/hari, dengan median asupan energi 19 (12–34) g/kg BB dan protein 0,9 (0,4–1,9) g/kg BB. Proporsi asupan energi dari jalur parenteral sebesar 0,51 ± 0,26 dan protein 0,59 ± 0,28. Tidak ditemukan korelasi signifikan pada proporsi asupan energi dan protein dari jalur parenteral terhadap asupan total dengan imbang nitrogen. Korelasi signifikan ditemukan pada variabel total asupan energi (r = 0,697, p <0,001) dan protein (r = 0,808, p <0,001) dengan imbang nitrogen.
Kesimpulan: Pemberian SPN dini penting dalam mencapai total asupan energi dan protein untuk mengimbangi kehilangan nitrogen hari ketiga pascalaparotomi elektif di RSCM meskipun korelasi proporsi asupan nutrisi dengan imbang nitrogen belum tampak pada penelitian ini.

Background: Post-laparotomy catabolism causes a negative nitrogen balance and is unlikely prevented by nutritional intervention. Parenteral nutrition can increase anabolic factor. It is not known whether the proportion of energy and protein intake from parenteral nutrition to total intake correlates with nitrogen balance in elective post-laparotomy patients.
Methods: A cross-sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital in elective post-laparotomy patients who received supplemental parenteral nutrition (SPN) within first 3 days after laparotomy. Urine urea nitrogen (UUN) examination was performed on patients with intake ≥ 12 kcal/kg BW on the third day after laparotomy. Patients with renal and hepatic impairment were excluded. Results: The mean nitrogen balance on the third day post-laparotomy was -2.8 ± 3.8 g/day, with median energy intake of 19 (12–34) g/kg BW and protein 0.9 (0.4– 1.9) g/kg BW. The proportion of energy intake from the parenteral route was 0.51 ± 0.26 and protein was 0.59 ± 0.28. No significant correlation was found in the proportion of energy and protein intake from the parenteral nutrition to total intake with nitrogen balance. Significant correlations were found for total energy intake (r= 0.697, p <0.001) and protein (r= 0.808, p <0.001) with nitrogen balance. Conclusion: Early administration of SPN is important in achieving total energy and protein intake to compensate nitrogen loss on the third day after elective laparotomy although the association between the proportion of nutrition intake and nitrogen balance has not been observed in this study.
"
2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Thalya Alissya Rahma
"Latar Belakang: Pembedahan saluran cerna memiliki risiko komplikasi tinggi yang meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penurunan albumin pascaoperasi terkait inflamasi sistemik menjadi indikator penting komplikasi. Comprehensive Complication Index (CCI) digunakan untuk menilai komplikasi lebih komprehensif dibanding Clavien-Dindo Classification.
Metode:Studi kohort prospektif ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Juli-November 2024. Subjek penelitian adalah pasien dewasa yang menjalani pembedahan saluran cerna. Dari 80 subjek awal, 78 memenuhi kriteria dengan 39 pada kelompok albumin dibawah rata-rata atau median dan 39 albumin diatas rata-rata atau median. Komplikasi pascaoperasi diukur menggunakan Comprehensive Complication Index (CCI), yang mencerminkan seluruh komplikasi pada skala kontinu 0-100, di mana skor lebih tinggi menunjukkan beban komplikasi yang lebih berat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Mann-Whitney untuk membandingkan skor CCI antara kedua kelompok albumin.
Hasil: Dari total 78 subjek penelitian, didapatkan nilai tengah albumin 2,85 g/dL. Kelompok dengan albumin <2,85 g/dL memiliki skor CCI lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan albumin ≥2,85 g/dL. Analisis menunjukkan hubungan bermakna secara signifikan antara status albumin dan komplikasi pascaoperasi (p<0,05).
Kesimpulan: Status pascaoperasi berhubungan signifikan dengan komplikasi pasca pembedahan saluran cerna. Penilaian albumin dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi komplikasi dan merencanakan intervensi nutrisi guna mengurangi komplikasi.

Background: Gastrointestinal surgery carries a high risk of complications, increasing morbidity, mortality, and healthcare costs. Postoperative albumin decline associated with systemic inflammation serves as an important indicator of complications. The Comprehensive Complication Index (CCI) is used to assess complications more comprehensively than the Clavien-Dindo Classification.
Methods: This prospective cohort study was conducted at RSUPN Cipto Mangunkusumo from July to November 2024. The study subjects were adult patients undergoing gastrointestinal surgery. Out of 80 initial subjects, 78 met the inclusion criteria, with 39 in the <2.85 g/dL albumin group and 39 in the >2.85 g/dL albumin group. Postoperative complications were measured using the Comprehensive Complication Index (CCI), which reflects all complications on a continuous scale from 0 to 100, with higher scores indicating greater complication burden. Bivariate analysis was performed using the Mann-Whitney test to compare CCI scores between the two albumin groups.
Results: Among the 78 subjects, the median albumin level was 2.85 g/dL. CCI score in the <2.85 g/dL albumin group significantly higher than the >2.85 g/dL albumin group. These findings indicate a significant association between albumin levels and postoperative complication (p<0.05)..
Conclusion: Postoperative albumin status is significantly associated with gastrointestinal surgery complications. Albumin assessment can be used to identify high-risk patients and plan nutritional interventions to reduce complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Thalya Alissya Rahma
"Latar Belakang: Pembedahan saluran cerna memiliki risiko komplikasi tinggi yang meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya kesehatan. Penurunan albumin pascaoperasi terkait inflamasi sistemik menjadi indikator penting komplikasi. Comprehensive Complication Index (CCI) digunakan untuk menilai komplikasi lebih komprehensif dibanding Clavien-Dindo Classification.
Metode:Studi kohort prospektif ini dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Juli-November 2024. Subjek penelitian adalah pasien dewasa yang menjalani pembedahan saluran cerna. Dari 80 subjek awal, 78 memenuhi kriteria dengan 39 pada kelompok albumin dibawah rata-rata atau median dan 39 albumin diatas rata-rata atau median. Komplikasi pascaoperasi diukur menggunakan Comprehensive Complication Index (CCI), yang mencerminkan seluruh komplikasi pada skala kontinu 0-100, di mana skor lebih tinggi menunjukkan beban komplikasi yang lebih berat. Analisis bivariat dilakukan dengan uji Mann-Whitney untuk membandingkan skor CCI antara kedua kelompok albumin.
Hasil: Dari total 78 subjek penelitian, didapatkan nilai tengah albumin 2,85 g/dL. Kelompok dengan albumin <2,85 g/dL memiliki skor CCI lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan albumin ≥2,85 g/dL. Analisis menunjukkan hubungan bermakna secara signifikan antara status albumin dan komplikasi pascaoperasi (p<0,05).
Kesimpulan: Status pascaoperasi berhubungan signifikan dengan komplikasi pasca pembedahan saluran cerna. Penilaian albumin dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi komplikasi dan merencanakan intervensi nutrisi guna mengurangi komplikasi.

Background: Gastrointestinal surgery carries a high risk of complications, increasing morbidity, mortality, and healthcare costs. Postoperative albumin decline associated with systemic inflammation serves as an important indicator of complications. The Comprehensive Complication Index (CCI) is used to assess complications more comprehensively than the Clavien-Dindo Classification.
Methods: This prospective cohort study was conducted at RSUPN Cipto Mangunkusumo from July to November 2024. The study subjects were adult patients undergoing gastrointestinal surgery. Out of 80 initial subjects, 78 met the inclusion criteria, with 39 in the <2.85 g/dL albumin group and 39 in the >2.85 g/dL albumin group. Postoperative complications were measured using the Comprehensive Complication Index (CCI), which reflects all complications on a continuous scale from 0 to 100, with higher scores indicating greater complication burden. Bivariate analysis was performed using the Mann-Whitney test to compare CCI scores between the two albumin groups.
Results: Among the 78 subjects, the median albumin level was 2.85 g/dL. CCI score in the <2.85 g/dL albumin group significantly higher than the >2.85 g/dL albumin group. These findings indicate a significant association between albumin levels and postoperative complication (p<0.05)..
Conclusion: Postoperative albumin status is significantly associated with gastrointestinal surgery complications. Albumin assessment can be used to identify high-risk patients and plan nutritional interventions to reduce complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Wijayanti
"Latar Belakang: Pembedahan saluran cerna dapat menurunkan kapasitas fungsional, terlihat dari penurunan kekuatan genggam tangan, yang berhubungan dengan malnutrisi dan inflamasi. Albumin adalah parameter nutrisi penting yang dapat memengaruhi kekuatan otot, tetapi hubungan antara perubahan kadar albumin dengan perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien pasca bedah saluran cerna belum banyak diteliti.
Metode: Penelitian ini adalah studi kohort prospektif pada 52 pasien dewasa (19–65 tahun) yang menjalani pembedahan saluran cerna di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Kadar albumin serum diukur sebelum dan setelah operasi, sementara kekuatan genggam tangan dinilai menggunakan dinamometer digital. Analisis korelasi Spearman digunakan untuk menilai hubungan antara perubahan kadar albumin dan kekuatan genggam tangan.
Hasil: Mayoritas subjek memiliki kekuatan genggam tangan praoperasi rendah, dengan rata-rata penurunan kekuatan genggam pascaoperasi sebesar 3,5 kg. Mayoritas pasien juga mengalami hipoalbuminemia pascaoperasi, dengan rerata penurunan kadar albumin 0,4 g/dL. Uji korelasi menunjukkan hubungan bermakna antara perubahan kadar albumin dan kekuatan genggam tangan pascaoperasi (r = 0,328; p = 0,018). Kesimpulan: Terdapat korelasi sedang yang signifikan antara perubahan kadar albumin dan perubahan kekuatan genggam tangan pada pasien pasca bedah saluran cerna.

Background: Gastrointestinal surgery can reduce functional capacity, evidenced by a decline in handgrip strength, which is associated with malnutrition and inflammation. Albumin is an essential nutritional parameter that can influence muscle strength, but the relationship between changes in serum albumin levels and handgrip strength in postoperative gastrointestinal surgery patients has not been extensively studied. Methods: This study is a prospective cohort involving 52 adult patients (aged 19–65 years) who underwent gastrointestinal surgery at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. Serum albumin levels were measured preoperatively and postoperatively, while handgrip strength was assessed using a digital dynamometer. Spearman correlation analysis was used to evaluate the relationship between changes in serum albumin levels and handgrip strength.
Results: The majority of subjects had low preoperative handgrip strength, with an average decrease in postoperative handgrip strength of 3.5 kg. Most patients also experienced postoperative hypoalbuminemia, with an average albumin level reduction of 0.4 g/dL. Correlation analysis revealed a significant moderate association between changes in serum albumin levels and handgrip strength (r = 0,328; p = 0,018). Conclusion: There is a significant moderate correlation between changes in serum albumin levels and changes in handgrip strength in postoperative gastrointestinal surgery patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library