Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Niendra Kemala Destriana Chaerunisa
Abstrak :
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengidentifikasi karakter pemimpin narsistik pada Larry Ellison dan pengaruhnya terhadap Oracle untuk menjadi perusahaan narsistik. Literatur literature tentang narsisme dalam perusahaan digunakan. Skripsi ini dimulai dengan menjelaskan pengertian dari pemimpin dan perusahaan narisisme, dilanjutkan dengan mengaplikasikan fakta tentang Larry Ellison dan Oracle dengan literature yang digunakan, dan disimpulkan dengan analisis berdasarkan dengan literatur yang digunakan. ...... The purpose of this thesis is to identify narcissistic leader characteristics on Larry Ellison and whether this influence Oracle Corporation into a narcissistic leader. The literature on narcissism in organizational context is reviewed. It begins by describing the narcissism in organizational context. Followed by applying the literature review to the facts and finding. It concluded by using several measurements analysis as indicated in the literature review.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gisheila Ruth Anggitha N.
Abstrak :
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal di Indonesia. Suatu studi menyatakan Preeklampsia Berat (PEB) merupakan penyebab kematian ibu sebesar 1,5-25% dan bayi 45-50% di Indonesia. Status paritas dinilai menjadi salah satu faktor penting terhadap tingginya angka kejadian PEB. Walaupun sudah cukup banyak studi epidemiologi mengenai kaitan antara PEB dan paritas, sangat disayangkan RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit pusat rujukan nasional belum pernah melaporkan data serta analisis kasus PEB. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi tentang distribusi karakteristik sosiodemografi pasien RSCM, prevalensi PEB di RSCM, serta hubungan antara status paritas dan PEB. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang. Data dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis pasien Departemen Obstetri Ginekologi RSCM sepanjang tahun 2011. Dari 2517 data, 2462 data memenuhi kriteria yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square. Pada penelitian ini ditemukan karakteristik sosiodemografi pasien hamil RSCM berasal dari Jakarta (79,05%), beragama Islam (87,98%), pendidikan terakhir SMA (35,2%), ibu rumah tangga (71%), dan menggunakan jaminan persalinan (44%). Prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011 sebesar 16,4%. Status paritas memiliki hubungan yang signifikan dengan prevalensi angka kejadian PEB di RSCM tahun 2011, dengan proporsi angka kejadian PEB paling tinggi ada pada kelompok grande multipara (24,3%). ...... Preeclampsia is one of the major causes of maternal and fetal morbidity and mortality in Indonesia. One study showed that severe preeclampsia caused 1,5-25% of maternal death and 45-50% of neonatal death in Indonesia. Parity seems to become one of the major risk factors that contribute to the high incidence of severe preeclampsia. Although there have been many studies about epidemiology of correlation between parity and preeclampsia, RSUPN Cipto Mangunkusumo (RSCM) as a central national refferal hospital has not yet reported any data and analysis about severe preeclampsia case. The aim of this study was to know about the characteristics sosiodemographic of obstetric patients, prevalence of severe preeclampsia, and relationship between parity and prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011. The method used in this study was cross sectional. The data were obtained from medical record of all patients from Department Obstetric Gynecologic RSCM in 2011. From 2517 data, 2462 data were fulfilled research criteria, and were analyzed using Chi-Square test. Through this study, we obtained some characteristics of maternal in RSCM, i.e. originated from Jakarta (79,05%), Moslem (87,98%), last educational was high school (35,2%), housewife (71%), and had labor inssurance (44%). Prevalence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 was 16,4%. There was a significant relationship between parity and incidence of severe preeclampsia in RSCM in 2011 (p=0,002), which the highest proportion of incidence severe preeclampsia was in the grande multipara group (24,3%).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Viryawan
Abstrak :
ABSTRACT
Kehamilan dengan preeklampsia berat (PEB) merupakan kehamilan risiko tinggi, yang dapatmenyebabkan kematian ibu bahkan bayi. PEB merupakan theory of disease, dengan banyak faktorrisiko dan penyebab, salah satunya adalah tingginya kadar gula darah yang umum terjadi pada ibuhamil. Penelitian ini bertujuan mencari prevalensi PEB dan hubungannya dengan kadar glukosa darahsewaktu. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan subjek seluruh ibu hamil dirumah sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011 yang memenuhi kriteria penelitian; datadidapat dari rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi PEB di RSCM selamatahun 2011 adalah 16.4% dan prevalensi pasien hamil yang terdeteksi mempunyai peningkatan guladarah sewaktu adalah 8.3%. Dengan uji Chi-square untuk mengetahui beda proporsi antara kehamilandengan PEB dan tidak PEB pada kelompok kadar glukosa darah rendah, sedang dan tinggi didapatkanhasil yang signifikan (p=0.004). Disimpulkan bahwa kadar gula darah sewaktu ibu hamil berhubungandengan prevalensi PEB.
ABSTRACT
Pregnancy with severe preeclampsia is a high risk pregnancy, which can lead to maternal and babies death. Severe preeclampsia is a theory of disease that has numerous risk factors, including elevation of blood glucose that is common occurred in pregnancy. This study aimed to know the relationship between maternal blood glucose levels and the prevalence of severe preeclampsia. This study used cross-sectional methods. Subject was pregnant women in Cipto Mangunkusumo hospital (RSCM )in the year 2011 who fullfil the research criteria; data were obtained from medical records. The results showed that the prevalence of severe preeclampsia in RSCM during 2011 was 16.4%, and the prevalence of pregnant patients who had an elevation of blood sugar level was 8.3%, and there was significant relationship between severe preeclampsia with elevation of blood sugar (Chi-square test; p=0.004). In conclusion, maternal blood sugar levels is related to the prevalence of severe preeclampsia.
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Agung Asari
Abstrak :
ABSTRAK
Formalin merupakan larutan fiksasi utama cadaver untuk praktikum anatomi. Karena mudah menguap, formalin dapat menimbulkan beberapa keluhan subjektif seperti iritasi mata, bau yang menyengat, hidung berair, dan keluhan di tenggorokan. Amonium karbonat, zat tidak berwarna yang beraroma amoniak, diketahui dapat menetralisir formalin dan mengurangi keluhan-keluhan subjektif mahasiswa selama mengikuti praktikum anatomi. Namun, dalam aplikasinya dengan cara menyemprotkan pada sediaan anatomi berformalin belum diketahui berapa kadar yang tepat. Penelitian ini merupakan studi quasi-eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada jumlah mahasiswa yang mempunyai keluhan subjektif dan tingkatan keluhannya selama mengikuti praktikum anatomi dengan menggunakan sediaan anatomi (cadaver) berformalin yang telah disemprot dengan amonium karbonat kadar 10% dan 20%. Keluhan subjektif didata dengan kuisioner, dikumpulkan dan diolah dengan SPSS versi 20. Dari 147 responden, 95(64,6%) adalah perempuan dan 52(35,4%) adalah laki-laki; 111(75,5%) berasal dari kelas reguler dan 36(24,5%) dari kelas khusus internasional, yang berusia 16-20 tahun. Terdapat penurunan keluhan subjektif total (jumlah subyek dan derajat keluhannya) responden secara bermakna (p=0,013; McNemar) pada penggunaan ammonium karbonat kadar 20% dibandingkan kadar 10%. Disimpulkan bahwa 20% amonium karbonat dapat menurunkan keluhan subjektif mahasiwa lebih signifikan dibandingkan 10% amonium karbonat.
ABSTRACT
Formaldehyde is the main preservative solution for cadaver used in practical anatomy. Due to rapid evaporation, formaldehyde may cause several subjective complains, such as eye irritation, stingy odor, runny nose, and throat discomfort. Ammonium carbonate ((NH4) 2CO3,) a colorless substance with ammoniac odor, is known to neutralize the formaldehyde gas and subsequently students subjective complaints during practical anatomy. On the other hand, the concentration needed to neutralize the effect of formaldehyde is still unknown. This quasi-experimental study aimed to know the difference of medical students’ subjective complains during practical anatomy with 10% and 20% ammonium carbonate sprayed on the anatomy preparations. The subjective complains were assessed through questionnaire and processedwith SPSS ver 20. Among 95 female respondents (64,6%) and 52 male respondents (35,4%), 111 followed the regular class (75,5%), and aged 16-20 years. There was a significant decrease in students’ total subjective complaints, both event and degree of complain (p=0,013; McNemar). Thus, it is concluded that the use of 20% ammonium carbonate can lower the subjective complaints of students during practical anatomy greater than 10% ammonium carbonate.
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doria Putri Anny
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah efek paparan formalin terhadap kesehatan manusia masih belum mendapat perhatian khusus di Indonesia terutama terhadap para individu yang terpapar formalin akibat kerja seperti mahasiswa kedokteran yang terpapar formalin dari kadaver praktikum. Hal ini terlihat dari kurangnya penelitian mengenai keluhan subjektif yang timbul akibat penggunaan formalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan timbulnya keluhan subjektif menggunakan preparat kering (tanpa formalin) dan preparat basah (berformalin). Metode penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan subjek penelitian yaitu semua mahasiswa (total sampling; n=154). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan keluhan subjektif mahasiswa secara bermakna ( Marginal Homogenity test; p<0,05) antara penggunaan preparat kering (82/154 atau 53,2%) dan penggunaan preparat basah (130/154 atau 84,4%). Keluhan subjektif terbanyak (81,2%) terjadi selama praktikum dengan preparat basah. Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan proporsi mahasiswa yang mengeluhkan adanya keluhan subjektif pada penggunaan preparat basah.
ABSTRACT
Until now, the effects of formaldehyde exposure on human still become coexistence occupational health problem in Indonesia, especially for medical student who frequently exposed to formaldehyde used in anatomy laboratory for cadaver embalming. Lack of research on subjective complaints arising from the use of formaldehyde shown that special attention has not given on this problem. The aim of this research was to know the different effects of wet (with formaldehyde) and dry (without formaldehyde) preparations to student’s subjective complaints during work in anatomy laboratory. The method was cross-sectional study included all medical students (total sampling; n=154) who were working in anatomy laboratory during musculosceletal module in 2012. The result of this study showed that there was significance difference (Marginal homogenity test; p<0,05) of subjective complaining between using wet (130/154 or 84,4%) and dry (82/154 or 53,2%) preparations. Furthermore, it showed that most of subjective complaint of wet preparation is in a mild degree 81,2%. From this study, it concluded that there was an increase proportion of students who have subjective complaint from using wet preparation.
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Krisna
Abstrak :
ABSTRAK
Jenazah untuk pendidikan anatomi kedokteran (kadaver) umumnya diawetkan dengan formalin untuk mencegah proses pembusukan selama rentang waktu penggunaannya. Namun, karena formalin merupakan pengawet yang poten, tanpa netralisasi, setelah dikebumikan, kadaver akan sulit diuraikan sehingga berpotensi menjadi polutan. Larutan amonium karbonat telah diketahui dapat menetralkan larutan formalin, tetapi belum pernah dilaporkan apakah amonium karbonat dapat digunakan untuk menetralkan formalin dalam tubuh kadaver sehingga jasad dapat mengalami dekomposisi sempurna. Oleh karena itu, dilakukan percobaan dengan hewan coba mencit (Mus musculus) untuk mengetahui apakah berbagai organ mencit berformalin dapat dinetralkan dengan amonium karbonat dan mengalami dekomposisi setara dengan organ-organ mencit tanpa formalin. Pada penelitian eksperimental ini mencit (n=18) dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu tidak diawetkan (tanpa formalin; n=6), diawetkan dengan formalin (konsentrasi awal 10%, konsentrasi lanjut 4%; n=6), dan diawetkan formalin lalu dinetralkan dengan amonium karbonat (konsentrasi 25%; n=6). Agar menyerupai proses pemakaman pada manusia, sebelum dikebumikan mencit beserta organnya dimandikan dengan air dan dibungkus kain kafan. Pengamatan proses dekomposisi, yaitu skor tahapan dekomposisi dan persentase penurunan berat organ (usus, hati, otot, jantung, paru, dan otak) dilakukan setiap minggu. Dari total enam minggu pengamatan, diketahui bahwa skor tahapan dekomposisi dan persentase penurunan berat organ-organ mencit kelompok amonium karbonat lebih besar dari kelompok formalin, tetapi lebih kecil dari kelompok tanpa formalin. Disimpulkan bahwa penetralan berbagai organ mencit berformalin dengan 25% amonium karbonat mampu meningkatkan proses dekomposisi organ-organ tersebut, walaupun belum setara dengan jasad mencit tanpa formalin (tanpa diawetkan).
ABSTRACT
Corpse for medical anatomy education (cadaver) is generally preserved by formalin to prevent the decay process during the period of its use. However, because formalin is a potent preservative, without neutralization, after being buried, cadavers will be difficult to decompose and potentially become pollutants. Ammoniumcarbonate solutions have been known to neutralize formalin solutions, but it has never beenreported whether ammoniumcarbonate can be used to neutralize formalin in cadaveric bodies so that the body can experience perfect decomposition. Therefore, experiments with mice (Mus musculus) were conducted to determine whether the organ of formalin mice can be neutralized with ammoniumcarbonate and experience decomposition equivalent to the organs of mice without formalin. In this experimental study mice (n = 18) were divided into three groups, namely not preserved (without formalin n = 6), preserved with formalin (initial concentration 10%, following concentration 4%; n = 6), and preserved formalin then neutralized with ammoniumcarbonate (25% concentration; n = 6). In order to resemble the process of funeral in humans, before being buried miceswith their organs are bathed with water and wrapped in kafan cloth. Observation of the decomposition process, which is decomposition stage score and weight loss percentageof organs(intestine, liver, muscle, heart, lung, and brain) is carried out every week. From a total of six weeks ofobservation, it was found that the decomposition stage scores and the weight losspercentage of the ammoniumcarbonate group were greater than the formalin group, but smaller than the formalin-free group. It was concluded that neutralizing the organs of formalin mice with 25% ammoniumcarbonate was able to improve the decomposition process of those organs, although not equivalent to the organsof mice without formalin (without preserving).
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaanvi Manesh Gindwani
Abstrak :
Penyakit hati kronik telah menyerang sebagian besar populasi dunia, dengan kurang lebih 41,473 kematian pertahun di Amerika Serikat. Sirosis, sebagai tahap akhir dari penyakit ini menyebabkan kerusakan hati melalui proses neo-angiogenesis, penyusunan kembali sistem vaskular, dan pengendapan matriks selular tambahan. Hati adalah organ regeneratif yang dapat memperbaiki kerusakan. Pada kondisi hati sudah tidak dapat mengkompensasi kerusakan, transplan hati adalah pilihan pengobatan utama walaupun dianggap mahal dan tidak mudah tersedia. Terapi sel punca mesenkim asal tali pusat dengan dosis 1 x 106 pada pasien dengan penyakit hati kronik telah dilakukan dalam beberapa kajian, walaupun tidak cukup konklusif untuk digunakan secara klinis. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini pada kondisi cedera hati kronis pada hewan model dengan pemberian terapi suntik sel punca mesenkim asal tali pusat dengan dosis yang berbeda yakni 1 x 106 dan 3 x 106 sel. Bahan biologi tersimpan hati tikus diproses dan diwarnai dengan Masson Trichrome untuk digunakan pada penelitain ini. Terdapat empat kelompok sampel penelitian: kelompok sehat sebagai kelompok kontrol, kelompok induksi 2AAF/CCl4 tanpa sel punca mesenkimal, kelompok 2AAF/CCl4 dengan 1 x 106 sel punca mesenkimal, dan kelompok induksi 2AAF/CCl4 dengan 3 x 106 sel punca mesenkimal. Tahap fibrosis dianalisis menggunakan kriteria NASH dan cakupan area digunakan untuk melihat perbedaan antara tahap fibrosis dalam setiap kelompok. Hasil riset menunjukkan bahwa kelompok induksi 2AAF/CCl4 tanpa sel punca mesenkimal mempunyai tahap fibrosis yang paling tinggi, diikuti dengan kelompok induksi 2AAF/CCl4 yang disuntik dengan 1 x 106 sel punca mesenkimal,kelompok induksi 2AAF/CCl4 dengan 3 x 106 sel punca mesenkimal, dan terakhir kelompok kontrol. Kedua kelompok yang diinduksi dengan 1 x 106 dan 3 x 106 sel punca mesenkimal efektif dalam menurunkan area cakupan fibrosis dalam sampel. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan penambahan jumlah sampel, lebih banyak kriteria parameter yang diamati seperti nekrosis, inflamasi, dan sel swelling, dan induksi kimia lain untuk mendukung hasil penelitian tersebut. ......Chronic liver disease affects a large majority of the world’s population globally, with approximately 41,473 deaths per year in the United States. Cirrhosis, being the final stage of this disease leads to several damaging processes such as neo-angiogenesis, vascular reorganization, and the deposition of extra cellular matrix. To an extent, the liver is a regenerative organ unless damaged to a point of no return. In such cases, liver transplant is the treatment of choice although it is considered to be expensive, shortage, and unavailability. The introduction of umbilical cord derived mesenchymal cells (1 x 106 stem cells) into the treatment of chronic liver disease has been implicated in several past studies, although not conclusive enough to be applied clinically. This study however aims to highlight the effectivity when chronically injured rat liver samples are injected with a dose of 3 x 106 stem cells. Archived biological material of rat liver was processed and stained with Masson Trichrome for this research. There are four experimental groups namely: the healthy group as a control, 2AAF/CCl4 induced group without stem cells, 2AAF/CCl4 induced group with 1 x 106 stem cells, and 2AAF/CCl4 induced group with 3 x 106 stem cells. The degree of fibrosis; analyzed using NASH criteria and the affected area will be used to investigate the difference between fibrosis levels in the four experimental groups. Results showed that the 2AAF/CCl4 induced group without stem cells had the highest level of fibrosis, followed by the 2AAF/CCl4 induced group injected with 1 x 106 stem cells, 2AAF/CCl4 induced group with 3 x 106 stem cells, followed by the control group. Both the groups induced with 1 x 106 and 3 x 106 stem cells were effective in lowering fibrosis affected area in samples. Further research could be carried out with a larger sample size, more criterions including necrosis, inflammation, and cell swelling, as well as other chemical inducers to support the results of this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Biyan Bahtiar Ramadhan
Abstrak :
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi S. scabiei var. hominis. Penyakit tersebut menular pada masyarakat dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi dan perilaku hidup individu yang tidak baik. Untuk membentuk perilaku hidup yang bersih dan sehat pada individu, diperlukan pengetahuan yang berkaitan dengan penyakit yang sering terjadi di kelompok masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan santri pesantren X Jakarta Timur mengenai penularan skabies dan hubungannya dengan kriteria demografis santri sebagai langkah awal untuk memberikan pemberian informasi penularan skabies yang tepat pada santri. Penelitian dilakukan di pesantren X Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner kepada 154 santri yang telah diberi informed consent sebelumnya. Kuesioner berisi pertanyaan mengenai media penularan skabies dan faktor risiko skabies. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas santri bernilai kurang (64,9%). Analisis bivariat terhadap tingkat pengetahuan penularan skabies dengan karakteristik demografis, sumber informasi dan informasi paling berkesan menghasilkan nilai p>0,05. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan penularan skabies dengan faktor-faktor tersebut sehingga disarankan penyuluhan yang diberikan tidak perlu memperhatikan karakteristik demografis dan sumber informasi yang berperan. Scabies is a skin disease caused by infestation of S. scabiei var. hominis and the prevalence is high in population who has unhygienic and unhealthy behavior. To form a hygienic behavior and healthy behavior in each individual, the knowledge related to diseases which often occur in population is needed. Thus, this study focus on determining the level of knowledge related to transmission of scabies in X boarding school students in East Jakarta correlated with demographic factor so the output can be used to determine which factor should be focused in the next counseling. The study was conducted in East Jakarta boarding X in cross-sectional design. Data collection is held on January 22, 2011 by giving questionnaires to 154 students who had previously given informed consent. The questionnaire contains questions about the media and risk factors of scabies transmission. The results showed that the most sudentshave low score (64.9%). Bivariate analysis between level of knowledge of scabies transmissionand demographicfactor, information sources quantity and most liked information sources yield p values> 0.05. This concludes that there was no relationship between the level of knowledge in scabies transmission with demographic factors, information resources quantity and most liked information resources. It is recommended that the next counseling shouldbe done to all of students without considering the differences in demographic factors, resources quantitiy and resources which students liked most.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar
Abstrak :
Anemia merupakan masalah yang sering ditemukan pada ibu hamil, terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia pada ibu melahirkan dengan APGAR score bayi yang dilahirkannya pada pasien ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2011. Metode penelitian yang dipakai adalah cross-sectional; data diambil dari rekam medis ibu seluruh ibu melahirkan di RSCM pada tahun 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 28,7% ibu melahirkan di RSCM menderita anemia berdasarkan kriteria anemia pada ibu hamil menurut World Health Organization (WHO). Sedangkan persentase bayi dengan APGAR score yang buruk untuk menit ke-1 dan ke-5 masing-masing adalah 11,5% dan 3,6%. Uji chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0.05) proporsi bayi dengan APGAR score buruk antara kelompok ibu anemia dengan tidak anemia, baik menit ke-1 maupun menit ke-5. Disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara anemia pada ibu dengan APGAR score baik menit pertama maupun menit kelima. ...... Anemia is a worldwide problem, including Indonesia, especially in pregnant women because of high prevalence among them. The goal of this study was to know the relationship between maternal anemia and APGAR score among Cipto Mangunkusumo Hospital`s patients in 2011. The study design was cross-sectional; data was gathered from all medical record of women whom give birth in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) in 2011. From the study it was known that 28,7% of pregnant women in RSCM was anemic, according to the criterion of maternal anemia from WHO. Total numbers of baby born with poor APGAR score were 11,5% for the 1st minute and 3,6% for the 5th minute. Result of chi square test showed that there was not significant different in proportion of poor APGAR score between group of maternal with anemia and without anemia (p>0.05). In conclusion, Maternal anemia has not significant relation with the APGAR score both for the 1st minute and 5th minute.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trivanie Sherly Elona
Abstrak :
Angka kematian neonatus yang tinggi dengan jumlah 19 per 1000 kelahiran hidup masih menjadi masalah di Indonesia. Cara persalinan dan evaluasi kondisi awal kehidupan bayi melalui Apgar score merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan pelayanan, dan kualitas kesehatan ibu dan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi melahirkan pervaginam dan perabdominal dan mengetahui hubungan cara persalinan dengan Apgar score neonatus. Desain penelitian adalah studi potong lintang (cross-sectional) dengan data sekunder dari rekam medik pasien melahirkan di rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011 (n=2238). Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan perabdominal lebih sering dilakukan (54,4%) daripada persalinan pervaginam (45,5%). Apgar score menit pertama yang baik sebanyak 88,7%, dan buruk sebanyak 11,3%. Hampir seluruh Apgar score menit kelima (96,4%) memiliki jumlah nilai ≥ 7. Uji Chi-square menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna antara Apgar score buruk menit pertama dengan cara melahirkan (p=0,072), tetapi didapatkan perbedaan bermakna antara Apgar score buruk menit kelima dan cara melahirkan (p=0,004). Disimpulkan bahwa cara persalinan berhubungan dengan Apgar score menit kelima. ...... High neonatal mortality rate 19 per 1.000 live births is one of the health problems in Indonesia. Mode of delivery, and early evaluation of neonatal condition after birth by Apgar score are important to increase the service and quality of maternal and child health. The purpose of this study was to acknowledge the proportion of vaginal and abdominal deliveries, and the relationship between mode of delivery and neonatal Apgar score. A cross-sectional study of 2,238 data from medical record was conducted to obtain sociodemographic characteristic, mode of delivery, and Apgar score at National General Hospital of Cipto Mangunkusumo. Among the data, abdominal delivery was more done than vaginal one (54,4% and 45,5%, respectively). Good first-minute Apgar score was higher (88,7%) than the bad one (11,3%). Most data showed that fifth-minute Apgar score was good (96,4%). There was relation between mode of delivery and fifth-minute Apgar score (p=0,004). Although the mode of delivery and first-minute Apgar score had no relation (p=0,072). This study showed that the mode of delivery had correlation with fifth-minute Apgar score.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>