Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afridayanti Nurwulan
"Latar Belakang: Efektivitas Human Platelet Lysate (HPL) tanpa penambahan EGF dan bFGF dalam medium HUVEC terhadap profil protein sudah diketahui. Namun, belum diketahui pengaruh HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF terhadap ekspresi protein CD106. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF terhadap ekspresi protein CD106 pada kultur HUVEC. Metode: HUVEC dikultur dengan FBS dan HPL ditambah EGF dan bFGF sebagai kelompok kontrol, dan HUVEC dikultur dengan HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF sebagai kelompok perlakuan, setelah itu semua kelompok sampel dianalisis dengan FACS. Hasil: Ekspresi protein CD106 dari HUVEC yang dikultur dengan FBS, HPL ditambah GF dan HPL tanpa penambahan GF tidak berbeda bermakna. Simpulan: Ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF tidak berbeda dengan ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL dan FBS dengan penambahan EGF dan bFGF. Ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL 2% dan 5% tanpa penambahan EGF dan bFGF tidak berbeda.

Background: Effectiveness of Human Platelet Lysate (HPL) without additional EGF and bFGF in HUVEC culture medium on protein profile is known. However, it remains unknown how the effect of HPL without additional EGF and bFGF on CD106 protein expression. Objective: To evaluate the effect of HPL without additional EGF dan bFGF on CD106 protein expression in HUVEC culture. Methods: HUVEC cultured with FBS and HPL with additional EGF and bFGF as a control group, and HUVEC cultured with HPL without additional GF as the experimental group. CD106 expression were analyzed by FACS. Results: CD106 protein expression in FBS, HPL with additional EGF and bFGF and HPL without additional EGF and bFGF did not differ significantly. Conclusion: CD106 protein expression cultured using HPL without additional EGF and bFGF did not differ with CD106 expression cultured using HPL and FBS with additional EGF and bFGF. CD106 expression cultured using HPL 2% and 5% without additional EGF and bFGF didn?t different."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Steven Setiadi
"ABSTRACT
Latar Belakang: Periodontitis merupakan penyakit yang disebabkan adanya akumulasi  bakteri sehingga dapat menyebabkan kerusakan tulang. Selama ini  tindakan preventif  periodontitis  banyak menggunakan terapi obat sintetis  sehingga menimbulkan berbagai efek samping. Oleh sebab itu, pemanfaatan dan penggunaan ekstrak etanol Hibiscus sabdariffa  diharapkan dapat memberikan alternatif bahan  preventif periodontitis. Tujuan: Menganalisis efek preventif Hibiscus sabdariffa terhadap periodontitis Metode: Pembuatan model periodontitis pada Mus musculus dilakukan dengan mengikatkan ligature silk thread pada gigi molar kedua, selanjutnya perlakuan diberikan dengan irigasi dengan salin steril Otsu-NS 0.9% (kontrol) dan ekstrak etanol rosela 10% (preventif) agar  terjadi penumpukan plak. Pada hari ke tujuh ligature dilepas diambil sampel selanjutnya  dianalisis dengan Image-J. Hasil: Tidak terjadi perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan kontrol dengan ekstrak etanol rosela 10%. Kesimpulan: Ekstrak etanol kelopak bunga rosela10% tidak menunjukkan adanya efek preventif terhadap kerusakan tulang pada model periodontitis dengan Ligatur Silk Thread.

ABSTRACT
Peridontitis is a disease that is caused by accumulation of bacteria that cause bone destruction. Studies have shown that antibiotic thus one of the most common preventive theraphy for periodontitis however there are side effects in prolonged use, recent studies shown that Hibiscus sabdariffa a well known traditional herbal medicine has a significant effect in retaining anti bacterial  behavior of cells. Therefore, by utilizing and using ethanol extract of  Hibiscus destruction hope to be an alternative way for an effective preventif theraphy. Objective: To analyze  preventive property of Hibiscus sabdariffa for periodontitis in maxillary  posterior region of  Swiss Webster Mouse. Methods: Periodontitis model was induced by ligature silk thread circumferentially on the maxillary second molar gingiva of Swiss Webster mouse using ligature silk thread. Spooling with sterlized saline solution Otsu-NS 0.9% for control and ehthanol extract rosela 10% for preventive theraphy, respectively. After the seventh day sampel was taken and analyze by image-J. Results: Overall bone loss occurred after the injection of Ethanol extract in Hibiscus sabdariffa 10% is 166,5µm 2 compare  with control that is 142µm2 on the site of the Ligature wire. Conclusion: Active anti-inflammation  properties  of ethanol extract in Hibiscus sabdariffa 10%  has not shown some preventive effect for periodontitis preventive theraphy."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Xaviera
"

Latar Belakang: Periodontitis disebabkan oleh infeksi mikroba sepertiStreptococcus sanguinisyang mengganggu respon imun dan integritas jaringan pendukung gigi.Ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) memiliki kandungan antimikrobial terhadap bakteri Gram-positif seperti S. sanguinis. Untuk mengembangkan bentuk sediaan, dibuat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela.Tujuan: Mengetahui efektivitas antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap S. sanguinisMetode: Studi in vitro metode difusi agar yang mengukur zona hambat (mm) gel rosela 10%, 15%, dan 25% yang dipaparkan pada agar Mueller Hinton terinokulasi bakteri S. sanguinis, diinkubasi 6 jam, serta metode total plate count (CFU/mL) untuk menghitung jumlah koloni hidup bakteri S. sanguinis setelah terpapar gel rosela 10%, 15%, dan 25%. Kontrol positif yaitu gel klorheksidin 0,2% dan kontrol negatif yaitu gel basis tanpa zat aktif. Hasil: Zona hambat gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% dan 25% berbeda bermakna dibandingkan kontrol (p<0,05), gel konsentrasi 10% tidak menghasilkan zona hambat. Ketiga konsentrasi gel secara signifikanmenurunkan jumlah koloni bakteri dibandingkan kontrol (p<0,05). Efek penghambatan terbesar terdapat pada gel konsentrasi 25%. Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela memiliki efek hambat terhadap bakteri S. sanguinis.


Background: Periodontitis is caused by microbial infection, such as Streptococcus sanguinisthat disturbs immune response and the integrity of tooth-supporting tissue. Roselle (Hibiscus sabdariffa Linn.) calyx ethanol extract has antibacterial properties against Gram-positive bacteria, including S. sanguinis. In order to develop the dosage form, roselle calyx ethanol extract gel was made. Objective:To observe the antibacterial effectiveness of roselle calyx ethanol extract gel against S. sanguinisMethodin vitrostudy using disk diffusion method which measures clear zone of inhibition (mm)of 10%, 15%, and 25% roselle gel applied on Mueller Hinton agar inoculated with S. sanguinis, incubated for 6 hours, and total plate count method which counts the number of living S. sanguiniscolonies (CFU/mL)after being exposed to 10%, 15%, and 25% roselle gel. Positive control is 0.2% chlorhexidine gel and negative control is gel without active substances.Result: Inhibitory zones of 15% and 25% roselle gel have significant differences compared controls (p<0.05), 10% roselle gel did not show inhibitory zones.All three concentrations of gel significantly reduced the number of colonies compared to controls (p<0.05). Highest inhibitory effect was observed in 25% roselle gel.Conclusion: roselle calyx ethanol extract gel showed inhibitory effect against S. sanguinis.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah
"Latar Belakang: Penyakit periodontal terjadi karena adanya keterlibatan mikroorganisme oral salah satunya adalah Fusobacterium nucleatum. Perawatan suportif penyakit periodontal dapat berupa penggunaan antiseptik sintetik atau alami seperti tanaman obat. Salah satunya adalah rosela yang dilaporkan memiliki khasiat antibakteri secara in vitro. Dalam upaya pengembangan bentuk sediaan, ekstrak etanol kelopak bunga rosela dibuat dalam bentuk sediaan gel.
Tujuan: Mengetahui potensi antibakteri gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela terhadap Fusobacterium nucleatum.
Metode:Uji zona hambat dilakukan dengan menghitung diameter zona hambat yang terbentuk pada kertas saring yang telah dipaparkan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela pada media MHA yang sudah diinokulasi Fusobacterium nucleatum. Uji Total Plate Countdilakukan dengan menghitung jumlah koloni Fusobacterium nucleatumyang bertahan hidup setelah dipaparkan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela.
Hasil: Uji zona hambat, gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% memiliki zona hambat yang setara dengan gel klorheksidin. Pada uji Total Plate Count, adanya penurunan jumlah koloniFusobacterium nucleatumpada gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 10%, 15%, dan 25% yang setara dengan gel klorheksidin 0,2%.
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga konsentrasi 10%, 15%,25% memiliki efek antibakteri terhadap Fusobacterium nucleatum.

Background:Periodontal disease occurs due to the involvement the presence of oral microorganisms, one of them is Fusobacterium nucleatum. Supportive treatment of periodontal disease can use synthetic or natural antiseptics such as medicinal plants. One of them is roselle which is reported to has antibacterial effect (in vitro). In developing the dosage form, roselle calyx ethanol extract is developed into gel form.
Objective: To determine the antibacterial effect of roselle calyx ethanol extract gel at 10%, 15%, and 25% concentration on Fusobacterium nucleatum.
Method: The inhibition zone test was carried out by counting the inhibition zone formed on paper disc that had been exposed to the roselle calyx ethanol extract gel on MHA media that had been inoculated by Fusobacterium nucleatum. Total Plate Count test was performed by counting the colonies of Fusobacterium nucleatumthat survived after being exposed to roselle calyx ethanol extract gel.
Result: In inhibition zone test, 15% concentration roselle calyx ethanol extract gel showed inhibition zone equivalent to chlorhexidine gel. Total plate count test showed that at 10%, 15%, and 25% concentration gel,Fusobacterium nucleatumcolonies have survived equivalent to chlorhexidine gel.
Conclusion: Roselle calyx ethanol extract gel at 10%, 15%, and 25% concentration have antibacterial effect to Fusobacterium nucleatum.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibah Hafshah
"Pendahuluan: Salah satu bakteri penyebab periodontitis adalah Treponema denticola. Untuk perawatan penyakit periodontal diperlukan aplikasi terapi topikal antibakteri tambahan untuk mempercepat penyembuhan dibanding hanya dengan terapi tunggal seperti kuretase. Ekstrak tanaman rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) memiliki khasiat antibakteri yang dapat melawan bakteri Gram negatif seperti Treponema denticola. Dalam upaya pengembangan bentuk sediaan, ekstrak etanol kelopak bunga rosela dibuat dalam bentuk sediaan gel.
Tujuan: Mengetahui efektivitas gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) sebagai antibakteri terhadap Treponema denticola.
Metode: Uji zona hambat dilakukan dengan meletakkan cakram kertas yang dipaparkan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela 10%, 15%, 25%, kontrol positif, dan kontrol negatif di atas medium mueller-hinton agar yang telah diinokulasi bakteri Treponema denticola lalu diinkubasi dalam waktu 6 jam dengan suhu 37oC pada kondisi anaerob. Uji total plate count dilakukan dengan menghitung jumlah koloni Treponema denticola yang masih hidup setelah dipaparkan dengan gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela 10%, 15%, 25% serta kontrol positif dan kontrol negatif.
Hasil: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela konsentrasi 15% dan 25% menunjukkan efek zona hambat terhadap bakteri Treponema denticola. Pada uji total plate count, gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 25% menunjukkan pengurangan jumlah koloni bakteri Treponema denticola.
Kesimpulan: Gel ekstrak etanol kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.) konsentrasi 25% terbukti paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Treponema denticola ATCC 33520.

Introduction: One of the bacteria that causes periodontitis is Treponema denticola. For the treatment of periodontal disease, an additional antibacterial therapy by topical application to accelerate healing is needed rather than a single therapy such as curettage. The ethanol extract of the rosella plant (Hibiscus sabdariffa Linn.) has an antibacterial agent that can against Gram-negative bacteria such as Treponema denticola. In an effort to develop the dosage form, ethanol extract of roselle calyx was made in gel form.
Objective: To investigate the efficacy of gel ethanol extract of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa Linn.) as an antibacterial against Treponema denticola.
Methods: Inhibition zone test was carried out by placing paper discs exposed with 10%, 15%, 25% rosella calyx extract gel ethanol, positive control, and negative control on the mueller-hinton agar medium which had been inoculated with T. denticola bacteria and then incubated within 6 hours with a temperature of 37oC in anaerobic conditions. Total plate count test is done by counting the number of T. denticola colonies that are still alive after being exposed with 10%, 15%, 25% rosella calyx extract gel as well as positive and negative controls.
Result: The gel ethanol extract of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa Linn.) concentration of 15% and 25% showed the effect of inhibitory zones on the bacterium Treponema denticola. In the total plate count test, gel ethanol extract of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa Linn.) with a concentration of 10%, 15%, and 25% showed reduction in the number of Treponema denticola colonies.
Conclusion: The gel ethanol extract of roselle calyx (Hibiscus sabdariffa Linn.) concentration of 25% was proven to be the most effective in inhibiting the growth of the bacterium Treponema denticola ATCC 33520."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurensia Flavia Domitilla
"Latar Belakang: Bone tissue engineering merupakan alternatif untuk remodeling tulang pada defek kritis melalui pemanfaatan scaffold tiga dimensi berbahan polimer maupun ceramic. Bahan dari alam seperti propolis telah terbukti mampu meningkatkan pembentukan tulang baru melalui pemanfaatannya secara tunggal maupun dengan material lainnya. Namun, penambahan propolis dengan polymer-ceramic based scaffold belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh propolis terhadap fasa kristal hidroksiapatit dan ukuran pori scaffold hidroksiapatit-gelatin-propolis melalui karakterisasi XRD dan SEM. Metode: Karakterisasi XRD dan SEM dilakukan pada scaffold dengan prosedur yang diadaptasi dari penelitian Sunarso et al. (2011). Agen crosslink pada penelitian ini menggunakan glutaraldehida. Scaffold dikarakterisasi dengan XRD untuk mengamati fasa kristal hidroksiapatit dan SEM untuk mengamati morfologi permukaan. Hasil: Pada seluruh spesimen, fasa kristal masih didominasi oleh Ca(OH)2 dan kadungan hidroksiapatit menurun seiring penambahan propolis. Semakin tinggi konsentrasi propolis, ukuran pori semakin meningkat dengan rentang rata-rata diameter pori dari seluruh spesimen 87 μm-112 μm. Kesimpulan: Hidroksiapatit pada penelitian ini tidak terbentuk sempurna dan penambahan propolis menurunkan kristalitas hidroksiapatit. Secara morfologi, spesimen yang dihasilkan memenuhi syarat scaffold.

Background: Bone tissue engineering is an alternative for bone remodeling in critical defects through the use of three-dimensional scaffold made from polymer or ceramic. Natural material such as propolis has been shown to increase new bone formation through their use alone or with other materials. However, incorporation of propolis to polymer-ceramic based scaffold has never been done before. Objective: To evaluate the effect of propolis on hydroxyapatite crystal phase and pore size of hydroxyapatite-gelatin-propolis scaffold through XRD and SEM characterization. Methods: XRD and SEM characterization was carried out on scaffold made from chemical mixing procedure adopted from Sunarso et al. (2011). This study used glutaraldehyde as crosslink agent. The scaffold was characterized by XRD to observe the hydroxyapatite crystal phase and SEM to observe the surface morphology. Results: The crystal phase from all specimens is still dominated by Ca(OH)2 and the hydroxyapatite content is decreasing as the addition of propolis. Addition of propolis also increasing the pore size increases with the average range is 87 μm-112 μm. Conclusion: The hydroxyapatite in this study is not fully formed and the addition of propolis decreases the crystallinity of hydroxyapatite. Morphologically, all specimens fulfill the scaffold requirements."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa
"Gel IgY anti-ComD S.mutans bekerja dengan inaktivasi gen comD sehingga menurunkan kemampuan komunikasi S.mutans yang berakibat terhambatnya pembentukan plak. Kitosan memiliki sifat antibakteri dan pengawet.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap jumlah S.mutans dalam saliva subjek karies dan bebas karies.
Metode: 40 subjek diaplikasikan gel selama tujuh hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, saliva subjek diisolasi dan dibiakkan di TYS20B. Jumlah koloni S.mutans dihitung.
Hasil: Penurunan rerata jumlah S.mutans terjadi pada kelompok subjek yang diaplikasikan gel IgY anti ComD S.mutans.
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan tidak dapat menurunkan jumlah S.mutans dalam saliva.

Gel IgY anti-ComD S.mutans decreasing the ability of S.mutans to start the plaque formation. Chitosan has antibacterial and preservative properties.
Objective: Evaluate the effect of gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan on numbers of Salivary S.mutans in Subjects.
Method: 40 subjects used this gel for seven days. Before and after treatment, subjects’ saliva was isolated and cultured in TYS20B. The number of salivary S.mutans were counted.
Result: Reduction happen in groups that were given gel containing IgY anti ComD S.mutans
Conclusion: Gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan is unable to decrease the number of salivary S.mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Matul Khoiriyah
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penggunaan obat kumur sudah menjadi kebiasaan disamping
menyikat gigi. Salah satu obat kumur yang beredar di masyarakat mengandung zat
aktif zinc acetate dan chlorine dioxide yang berkhasiat sebagai antimikroba,
antikalkulus dan mengurangi halitosis. Bagaimana dampak penggunaannya
terhadap protein saliva perlu diteliti. Tujuan: Menganalisis perubahan profil
protein saliva sebelum dan setelah penggunaan obat kumur yang mengandung
zinc acetate dan chlorine dioxide selama waktu tertentu. Metode: Whole saliva
dari 5 subyek dikumpulkan sebelum berkumur dan 1 minggu, 2 minggu serta 3
minggu setelah berkumur. Profil protein saliva dianalisis dengan menggunakan
SDS-PAGE. Hasil: Rentang pita protein sebelum bekumur yaitu 21-192 kDa; 1
minggu setelah berkumur yaitu 21-236 kDa; 2 minggu setelah berkumur yaitu 20-
83 kDa; dan 3 minggu setelah berkumur yaitu 29-240 kDa. Kesimpulan: Secara
deskriptif, terlihat perubahan profil protein saliva setelah menggunakan obat
kumur yang mengandung zinc acetate dan chlorine dioxide.

ABSTRACT
Backgrounds: Using mouthwash has been a daily habit besides tooth brushing. A lot
of mouthwash that present in the market with variety of component and function, one
of them is containing zinc acetate and chlorine dioxide as antimicrobial, anticalculus,
and reducing halitosis. How its impacts to the salivary proteins need to be
investigated. Objective: To analyze the effect of mouthwash containing zinc acetate
and chlorine dioxide on salivary protein profile. Methods: whole saliva from 5
subjects were collected before rinsing, 1 week, 2 weeks, 3 weeks after rinsing.
Salivary protein profile analyzed by SDS-PAGE method. Results: Range of protein
band before rinsing are around 21-192 kDa, 1 week after rinsing are around 21-236
kDa, 2 weeks before rinsing are around 20-83 kDa, and 3 weeks after rinsing are
around 29-240 kDa. Conclusion: There was alternation of salivary protein profile
after usage of mouthwash containing zinc acetate and chlorine dioxide.
"
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarramurti Satshidananda
"ABSTRAK
Latar belakang: Penggunaan obat kumur untuk menjaga kesehatan rongga mulut di
masyarakat belakangan ini meningkat. Cetylpiridinium chloride (CPC) adalah salah
satu zat aktif dalam obat kumur yang banyak digunakan yang mempunyai sifat
antibakterial.Penggunaan rutin dari obat kumur dapat mempengaruhi kondisi rongga
mulut, termasuk protein saliva yang mempunyai fungsi masing-masing.Tujuan:
Untuk menganalisis perubahan profil protein saliva setelah berkumur dengan obat
kumur yang mengandung CPC selama tiga minggu. Metode: Whole saliva dari 5
Subyekpenelitian ditampung sebelum berkumur dan 1 minggu, 2 minggu serta 3
minggu setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC dua kali
sehari, kemudian dianalisis menggunakan SDS-PAGE. Hasil: Rentang pita protein
sebelum berkumur 10-67 kDa, setelah seminggu berkumur 22-186 kDa, setelah 2
minggu 22-42 kDa, dan rentang pita protein pada 7-240 kDa setelah 3 minggu
berkumur. Kesimpulan: Terdapat perubahan profil protein saliva berdasarkan berat
molekulnya setelah berkumur dengan obat kumur yang mengandung CPC selama
tiga minggu berturut-turut

ABSTRACT
Background: Increased use of mouthwash in the community in addition to teeth
brushing for preserving oral cavity health. Cetylpiridinium chloride (CPC) is one of
active substances used widely in mouthwash. It has antibacterial property. Regular
use of mouthwash will affect the oral cavity condition, including salivary protein
with its respective functions. Objective: To analyze the salivary protein profile
change after rinsing with mouthwash containing CPC for three weeks. Method:
Whole saliva from 5 subjects were collectedbefore rinsing their mouth and 1 week, 2
weeks, 3 weeks after rinsing with mouthwash containing CPC twice a day and then
analyzed using SDS-PAGE. Result:Protein band range found before rinsing is 10-67
kDa; 1 week, 2 weeks and 3 weeks after rinsing we found 22-186 kDa, 22-42
kDaand 7-240 kDa protein band respectively. Conclusion: A change in salivary
protein profile is identified after rinsing with CPC-contained mouthwash for three
weeks."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Florentina
"[Udang kering adalah sumber daya alam Indonesia yang mudah diperoleh dan diduga
mengandung kalsium yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
kadar kalsium udang (Macrobrachium sp.) dan pengaruh metode preparasi (oven
dan non oven) dan isolasi (pengocokan, digesti asam, dan pengabuan) terhadap
pengukuran kadar kalsium menggunakan AAS dan ISE. Hasil penelitian
menunjukkan kadar kalsium tertinggi diperoleh dengan metode isolasi digesti asam,
yaitu 7.749 ppm (oven) dan 8.853 ppm (non oven). Terdapat perbedaan hasil
pengukuran kalsium antar metode preparasi dan antar metode isolasi. Metode
preparasi berkorelasi kuat dengan hasil pengukuran kalsium. (r2=0,878; p<0,05);Dried shrimps is one of Indonesia?s natural resources which easily obtained and
assumed to contain high calcium. This research aims to know the calcium level in
Macrobrachium sp. and the effects of preparation (oven and non oven) and isolation
(dilution, acid digestion, and ashing) methods in calcium level measurement by AAS
and ISE. Results showed that the highest calcium level was obtained by acid
digestion isolation which are 7,749 ppm (oven) and 8,853 ppm (non oven). There
were calcium level differences between preparation methods, and among isolation
methods. Preparation methods have strong correlation with calcium level
measurement. (r2=0.878, p<0.05), Dried shrimps is one of Indonesia’s natural resources which easily obtained and
assumed to contain high calcium. This research aims to know the calcium level in
Macrobrachium sp. and the effects of preparation (oven and non oven) and isolation
(dilution, acid digestion, and ashing) methods in calcium level measurement by AAS
and ISE. Results showed that the highest calcium level was obtained by acid
digestion isolation which are 7,749 ppm (oven) and 8,853 ppm (non oven). There
were calcium level differences between preparation methods, and among isolation
methods. Preparation methods have strong correlation with calcium level
measurement. (r2=0.878, p<0.05)]"
[, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia], 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>