Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syahrul Ramadhan
"Hipertensi merupakan salah satu masalah yang paling umum terjadi di masyarakat. Prevalensi hipertensi berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 mencapai 34,1% pada masyarakat yang berusia ≥ 18 tahun. Di sisi lain, peningkatan tersebut juga terjadi pada anak-anak yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang tinggi atau obesitas. Prevalensi kejadian hipertensi pada anak usia sekolah secara umum berkisar 1–2%. Provinsi Sulawesi Utara menjadi peringkat pertama prevalensi hipertensi dan proporsi obesitas di Indonesia. Pada anak 5–12 tahun angka proporsi obesitas di Provinsi Sulawesi Utara menempati urutan ke-15 se-Indonesia dan tertinggi di antara provinsi lain di Sulawesi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap tekanan darah pada anak usia sekolah di provinsi sulawesi utara. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang diperoleh dari data South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek penelitian berjumlah 52 anak berusia 7–11 tahun yang terdiri dari 22 anak laki-laki dan 30 anak perempuan. Pada analisis bivariat menunjukkan bahwa IMT memiliki hubungan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik (p=0,020), sedangkan variabel lain tidak memiliki hubungan yang signifikan. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda pada analisis multivariat, yang paling memengaruhi tekanan darah sistolik secara berturut-turut adalah usia (p=0,003), IMT (p=0,009), aktivitas fisik (p=0,011), dan jenis kelamin (p=0,049). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa selain memiliki hubungan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik, IMT juga memengaruhi tekanan darah sistolik pada anak usia sekolah di provinsi sulawesi utara.

Hypertension is one of the most common problem in our society. The prevalence of hypertension based on Riskesdas data of 2018 is around 34.1% amongst people aged 18 year old. In another hand, there is an increase of hypertension occurred amongst children with a high Body Mass Index (BMI) or obese. The Prevalence of hypertension in school-age children generally ranges from 1–2%. North Sulawesi is ranked first in the prevalence of hypertension and the proportion of obesity in Indonesia. For children aged 5–12 year old, the proportion of obesity in North Sulawesi ranks 15th nationally and the highest in Sulawesi. This study aims to determine the effect of BMI on blood pressure of North Sulawesi's school-age children. This study utilised a cross-sectional design with secondary data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subject of this research subjects were 52 children aged 7-11 year old, consisting of 22 boys and 30 girls. Bivariate analysis showed that BMI had a significant relationship with systolic blood pressure (p=0.020), while other variables do not have a significant relationship. Based on the results of multiple linear regression in multivariate analysis, the most influencing systolic blood pressure respectively are age (p=0.003), BMI (p=0.009), physical activity (p=0.011), and gender (p=0.049). In conclusion, in addition to having a significant relationship with systolic blood pressure, BMI also affects systolic blood pressure in school-age children in North Sulawesi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azma Dwi K. Sasole
"ABSTRAK
Aktivitas fisik dan kualitas tidur merupakan dua faktor penting yang dapat berpengaruh pada kesehatan. Pekerja perkantoran merupakan individu yang rentan terhadap pola hidup sedenter, sehingga memiliki tingkat aktivitas fisik yang rendah. Tingkat aktivitas fisik yang rendah ini diduga memiliki pengaruh terhadap kualitas tidur dari para pekerja perkantoran. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan aktivitas fisik pada kualitas tidur pekerja perkantoran.
Metode penelitian ini adalah potong lintang dengan subjek penelitian pekerja perkantoran di Jakarta. Data aktivitas fisik diperoleh dari pengisian International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) versi Bahasa Indonesia dan data kualitas tidur diperoleh dari pengukuran Pittsburghs Sleep Questionnaire Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia.
Hasil yang ditemukan adalah rerata jumlah energi ekspenditur subjek penelitian adalah 2865 MET-menit/minggu dan rerata indeks kualitas tidur subjek penelitian adalah 6. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi yang bermakna antara jumlah energi ekspenditur dan indeks kualitas tidur pekerja perkantoran di Jakarta dengan kekuatan korelasi yang bisa diabaikan (p = 0,28; r = 0,15).
Hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur terjadi secara tidak langsung. Kualitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kelelahan dan tingkat stres. Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko terjadinya kelelahan dan stres, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas tidur.

ABSTRACT
Physical activity and sleep quality are two of important factor that may affect our health. Office workers are individuals who are vulnerable to having a sedentary lifestyle, so they lack of physical activity. Lack of physical activity suspected to be related to sleep quality in office workers. This study aimed to examine the correlation between physical activity and sleep quality in office workers.
The method of his study is cross-sectional and the subjects are office workers at Jakarta. The physical activity data was acquired from International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) Indonesian version and the sleep quality data was acquired from Pittsburghs Sleep Questionnaire Index (PSQI) Indonesian version.
Results of the data founds subjects median of total energy expenditure is 2865 MET-minutes/weeks and subjects median of sleep quality index is 6. The result of this study showed that there is no significant correlation between total energy expenditure and sleep quality index in office workers at Jakarta with the neglectable power of correlation (p = 0,28; r = 0,15).
The relation between physical activity and sleep quality are indirectly. Sleep quality is affected by several factors, among them are fatigue and stress. Physical activity may decrease the risk of fatigue and stress, that are indirectly may increase sleep quality.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naufal Pandu Irsyadi
"ABSTRAK
Studi ini meneliti tentang hubungan aktivitas fisik dan indeks stres pada pekerja perkantoran di Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan data numerik. Data aktivitas fisik berupa data jumlah energi ekspenditur berasal dari pengisian International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data indeks stres berasal dari pengukuran Heart Rate Variability (HRV). Rerata jumlah energi ekspenditur subjek penelitian adalah  2865 MET-minutes/week. Rerata indeks stres subjek penelitian adalah 150. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi bermakna antara jumlah  energi ekspenditur dan indeks stres pekerja perkantoran dengan kekuatan korelasi yang bisa diabaikan (p = 0,748; r = -0,045). Namun, terdapat korelasi bermakna antara indeks kelelahan dan indeks stres pada perkantoran dengan kekuatan korelasi yang tinggi (p = 0; r = 0,782).

ABSTRACT
The focus of this study is to identify the correlation between physical activity and stress index in office workers at Jakarta. This is a cross sectional study with numeric data. The physical activity data in the form of total energy expenditure data was acquired from International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) and the stress index data was acquired from Heart Rate Variability (HRV). Subjects' total energy expenditure has a median of 2865 MET-minutes/week. Subjects stress index has a median of 150. The result of this study shows that there's no significant correlation between total energy expenditure and stress index among office workers with neglectable power of correlation (p = 0,748; r = -0,045). However, theres significant correlation between fatigue index and stress index amongf office workers with a high power of correlation (p = 0; r = 0,782).
"
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Bintang Wirawan
"Pada tahun 2030-2040 Indonesia akan mengalami bonus demografi denganpersentase usia produktif akan jauh lebih besar dari usia non-produktif.Pekerja duduk sebagai contoh representatif dari golongan usia produktif rentan mengalami aktivitas fisik sedenter yang dapat menjadi salah satu faktor risiko utama dari penyakit jantung dan pembuluh darah yang seringkali berawal dari masalahaterosklerosis. Dari masalah tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan antara aterosklerosis dengan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan aterosklerosisditinjau dari kesehatan pembuluh darah dan nilai daya tahan kardiorespirasi. Penelitian ini dilakukan di salah satu lembaga independen yang ada diJakarta pada bulan Januari - April 2019, dengan menggunakan metode potong lintang terhadap 82 pekerja duduk yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diambil dari data intervensi dari penelitian indukdan seluruh data merupakan data yang valid. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hubungan antara progresivitas aterosklerosis dengan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan aterosklerosis seperti daya tahan kardiorespirasi, persentase lemak, umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan aktivitas fisik menggunakan uji analisis bivariat dan uji analisis multivariat.
Hasil yang didapatmenunjukkantidak adanya hubungan yang signifikan secara statistik baik menggunakan uji bivariat maupun uji multivariat antara nilai progresivitas aterosklerosis dengan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selain itufaktor-faktor yang selama ini diketahui dapat berhubungan dengan aterosklerosis ternyata dapatjuga tidak berhubungan dengan aterosklerosis pada beberapa kondisi seperti yang terjadi pada penelitian ini. Dibutuhkan penelitian lebih lanjutyang dapat memberikan variasi padasebaran karakteristik subjek.

Indonesia will experience demographic bonuses with the percentage of productive age will be much greater than non-productive age. Sitting Worker as a representative example of the productive age group are vulnerable to sedentary physical activity which can be one of the main risk factors for heart and blood vessel disease originating from the progression of atherosclerosis. From these problems the researchers wanted to know the relationship between atherosclerosis with factors that can be related to atherosclerosis in terms of blood vessel health and cardiorespiratory endurance value. This research was conducted at one of the independent institutions in Jakarta in January - April 2019, using the cross-sectional method of 82 seated workers selected according to inclusion and exclusion criteria. The data used in this study are secondary data taken from intervention data from main research and all data are valid data. Data analysis was performed by comparing the relationship between the progression of atherosclerosis with factors that could be related to atherosclerosis such as cardiorespiration endurance, fat percentage, age, sex, smoking hazard and physical activity using bivariate analysis and multivariate analysis.
The results obtained showed that there was no statistically significant relationship using either the bivariate test or the multivariate test between the value of atherosclerotic progression with factors that could be related to atherosclerosis. In addition, factors that have been related to atherosclerosis do not seem to be related to atherosclerosis in several conditions as happened in this study. Further research that can provide variations in the distribution of subject characteristics is needed to complete this research.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ihya Akbar
"Pendahuluan: Tidur yang optimal sangat penting untuk kesehatan fisik dan mental. Kualitas tidur yang baik diperlukan untuk mengurangi faktor risiko kesehatan. Kurangnya aktivitas fisik akan menciptakan gaya hidup yang tidak banyak bergerak yang mendorong penyakit tidak menular. Regulasi baru New Normal yang diberlakukan saat pandemi COVID-19 oleh Kementerian Kesehatan RI membuat pekerja kantoran harus bekerja dari rumah. Tidak ada penelitian yang meneliti hubungan kualitas tidur dan tingkat aktivitas fisik pekerja kantoran yang berbasis di Jakarta selama pandemi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan tingkat aktivitas fisik pekerja kantoran yang berbasis di Jakarta selama pandemi Metode: Penelitian ini menggunakan data primer dari pekerja kantoran di Jakarta. Pengumpulan data menggunakan Pittsburg Sleep Quality Index (PSPQI) untuk mengukur kualitas tidur dan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) untuk mengukur aktivitas fisik. Analisis data dilakukan dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 25 dengan menggunakan metodologi chi-square. Hasil: Analisis data menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan tingkat aktivitas fisik pekerja di Jakarta selama kondisi Pandemi. Kesimpulan: Kualitas tidur tidak terkait dengan tingkat aktifitas fisik pekerja kantoran berbasis Jakarta saat pandemi. Riset yang akan datang harus menggunakan ukuran sampel yang lebih besar.

Introduction: Optimal sleep is essential for the physical and mental health. Having a good quality of sleep is necessary to reduce risk factors of health. Lack of physical activity will create a sedentary lifestyle that promotes uncommunicable diseases. The new regulation of New Normal is applied during the pandemic of COVID-19 by The Health Ministry of Indonesia making office workers to work from home. No study has examined the relationship of sleep quality and physical activity level of office workers based in Jakarta during the pandemic. Purpose: To find the relationship between sleep quality and physical activity levels of office workers based in Jakarta during the pandemic Method: This study used primary data from office workers in Jakarta. Data collection used Pittsburg Sleep Quality Index (PSPQI) to measure sleep quality and International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) to measure physical activity. Analysis of data was performed using IBM SPSS Statistics 25 using the chi-square methodology. Result: Data analysis shows no significant relationship between sleep quality and physical activity level of workers in Jakarta during Pandemic condition. Conclusion: Sleep Quality is not related to physical activity level of office workers based in Jakarta during the pandemic. Future research must use larger sample size"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert Nathanael
"Tingkat aktivitas fisik yang baik merupakan investasi bagi kesehatan anak di masa depan. Saat ini, anak-anak di Indonesia belum menyadari pentingnya aktivitas fisik. Sebanyak 63,41% anak usia 10—14 tahun di Sulawesi Utara masih kurang aktif melakukan aktivitas fisik. Anak-anak dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah cenderung berisiko mengalami obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat aktivitas fisik terhadap indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia sekolah di Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang dengan data sekunder diperoleh dari South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek dalam penelitian ini adalah 52 anak usia 6—12 tahun. Analisis bivariat dengan analisis Spearman menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan IMT (p=0,152) sedangkan variabel lain yaitu asupan kalori (p=0,025) dan persentase lemak tubuh (p=0,027) memiliki hubungan yang signifikan. Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap IMT adalah asupan kalori (p=0,006). Dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berpengaruh terhadap IMT pada anak usia sekolah di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menyimpulkan faktor-faktor lain yang mendasari yang mungkin memengaruhi IMT pada anak usia sekolah.

A good level of physical activity is an investment for a child's health in the future. Currently, children in Indonesia do not realize the importance of physical activity. As many as 63.41% of children aged 10-14 years in North Sulawesi are still not active in physical activity. Children with low levels of physical activity tend to be at risk of obesity. This study aims to determine the effect of the level of physical activity on body mass index (BMI) in school-age children in Kotamobagu, North Sulawesi Province. The design used in this study was a cross-sectional design with secondary data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subjects in this study were 52 children aged 6-12 years. Bivariate analysis with Spearman analysis showed that the level of physical activity did not have a significant relationship with BMI (p=0.152) while other variables, namely calorie intake (p=0.025) and percentage of body fat (p=0.027) had a significant relationship. The results of multiple linear regression analysis concluded that the most influential variable on BMI was caloric intake (p=0.006). It can be concluded that the level of physical activity has no effect on BMI in school-age children in North Sulawesi Province. Further research is needed to conclude other underlying factors that may influence BMI in school-age children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakwinul Ammar
"Tingkat aktivitas fisik merupakan salah satu indikator kesehatan yang penting. Berdasarkan Riskesdas 2018, Provinsi DKI Jakarta menempati posisi pertama pada proporsi tingkat aktivitas fisik kurang pada anak usia lebih dari 10 tahun. Gangguan tidur memiliki korelasi dengan penurunan performa akademik siswa pada sekolah dasar, peningkatan risiko depresi, dan juga ketidakseimbangan emosional. Berdasarakan penelitian oleh Hermoniati et al., Prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah di Kota Jakarta Pusat sebesar 25,1%. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat aktivitas fisik dan gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan menggunakan sub data sekunder dari penelitian SEANUTS 2.0 dengan jumlah sub-sampel sebesar 104 anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik paling dominan secara berurutan adalah tingkat aktivitas fisik rendah (50%), tingkat aktivitas fisik sedang (42,30%), dan tingkat aktivitas fisik tinggi (7,6%). Gangguan tidur terjadi pada 55,77% dari total sampel. Secara bivariat terdapat korelasi lemah antara tingkat aktivitas fisik dan gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta dengan nilai r = -0,05 dan tidak signifikan dengan nilai p = 0,617. Selain itu, dilakukan juga uji korelasi terhadap aktivitas fisik dan sub-gangguan tidur dengan hasil gangguan memulai dan mempertahankan tidur (r = -0,068), gangguan pernapasan saat tidur (r = 0,017), gangguan kesadaran (r = -0,023), gangguan transisi tidur-bangun (r = 0,061), gangguan somnolen berlebihan (r = -0,83), dan gangguan saat tidur (r = -0,176). Oleh karena itu, intervensi terhadap aktivitas fisik demi mencegah kejadian gangguan tidur perlu dilakukan. Tenaga kesehatan dan tenaga pendidik pada sekolah dasar diharapkan mengetahui dan memahami pentingkat tingkat aktivitas fisik terhadap pencegahan gangguan tidur pada anak usia sekolah.

The level of physical activity is an important indicator of health. Based on Riskesdas 2018, DKI Jakarta Province occupies the first position in the proportion of the level of physical activity that is lacking in children aged more than 10 years. Sleep disturbances have been correlated with decreased academic performance in elementary school students, increased risk of depression, as well as emotional imbalance. Based on research by Hermoniati et al., the prevalence of sleep disorders in school-age children in Central Jakarta is 25.1%. This study aims to see the relationship between the level of physical activity and sleep disturbances in school-age children in DKI Jakarta Province. The research design used was a cross-sectional study using secondary data from the SEANUTS 2.0 study with a sub-sample of 104 children. The results showed that the most dominant levels of physical activity, respectively, were low levels of physical activity (50%), moderate levels of physical activity (42.30%), and high levels of physical activity (7.6%). Sleep disturbances occurred in 55.77% of the total sample. Bivariately there is a weak correlation between the level of physical activity and sleep disturbances in schoolage children in DKI Jakarta Province with a value of r = -0.05 and not significant with a value of p = 0.617. In addition, correlation tests were also conducted on physical activity and sleep sub-disorders with the results of disturbances in initiating and maintaining sleep (r = -0.068), sleep disturbances (r = 0.017), impaired consciousness (r = -0.023), transitional disorders sleep-wake (r = 0.061), excessive somnolence (r = -0.83), and sleep disturbances (r = -0.176). Therefore, intervention on physical activity to prevent sleep disturbances needs to be done. Health workers and educators in elementary schools are expected to know and understand the level of physical activity on the prevention of sleep disorders at school-age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radea Renoza
"TUJUAN: Modernisasi dan otomatisasi di hampir semua aspek kehidupan manusia semakin mendorong manusia untuk berperilaku sedenter dan memiliki aktivitas fisik yang rendah. Rendahnya tingkat aktivitas fisik masyarakat Indonesia terlihat dari data Riskesdas 2018 yang menyebutkan 64,4% anak usia 10—14 tahun tergolong memiliki aktivitas fisik kurang dari cukup. Dengan kurangnya aktivitas fisik, persentase lemak tubuh seseorang dapat meningkat. Persentase lemak tubuh dikatakan berkorelasi negatif dengan kelenturan punggung bawah (fleksibilitas) seseorang. Oleh karena itu, dengan meningkatnya persentase lemak tubuh, risiko anak-anak untuk mengalami cedera, sakit punggung, sakit leher, dan masalah postur juga akan meningkat karena kelenturan punggung bawah (fleksibilitas) yang berkurang.
METODE: Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang dengan menggunakan data SEANUTS 2.0 (Survei Nutrisi Asia Tenggara). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling. Data dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Sampel terdiri dari 102 anak usia sekolah (6—12 tahun): 40 (39,2%) laki-laki dan 62 perempuan (60,2%) dari Provinsi DKI Jakarta.
HASIL: Analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya usia, tinggi badan, dan panjang tungkai yang memiliki hubungan signifikan dengan kelenturan punggung bawah. Regresi linier berganda menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kelenturan punggung bawah adalah tinggi badan.
SIMPULAN: Faktor yang memengaruhi kelenturan punggung bawah anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta adalah tinggi badan.

OBJECTIVE: Modernization and automation in almost every aspect of human life have increasingly push humans to behave sedentary dan having low level of physical activity. The low level of physical activity of the Indonesian can be seen by data from Riskesdas 2018 which states that 64.4% of children aged 10—14 years are classified as having less than sufficient physical activity. With a lack of physical activity, a person can develop increasing body fat percentage. Body fat percentage is said to have a negative correlation with a person's flexibility. Therefore, as the body fat percentage increases, a children's risk of getting injuries, back pain, neck pain, and posture problems will also increase due to decreased flexibility.
METHODS: This study is conducted with a cross-sectional design with the use of SEANUTS 2.0 (South-East Asian Nutrition Survey) data. The sampling technique was done by simple random sampling. The data were analyzed in univariate, bivariate, and multivariate analysis. The sample consisted of 102 school-age children (6—12 years old): 40 (39,2%) boys and 62 girls (60,2%) from DKI Jakarta Province.
RESULTS: The bivariate analysis showed that only age, height, and leg length had a significant relationship with lower back flexibility. The multiple linear regression showed that factor influencing lower back flexibility is heigh.
CONCLUSION: Only one factor is influencing the lower back flexibility of school-age children in DKI Jakarta Province, which is height.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Safitri
"Sindroma metabolik merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian. Prevalensi sindroma metabolik di Indonesia diketahui sebesar 21,66%, dengan prevalensi di Jakarta sebesar 37,5%. Kejadian sindroma metabolik seringkali dihubungkan dengan faktor risiko terkait gaya hidup di antaranya aktivitas fisik dan perilaku sedenter. Berdasarkan data Riskesdas 2013 dan 2018, terjadi penurunan tingkat aktivitas fisik pada penduduk Indonesia. Pekerja perkantoran merupakan salah satu populasi yang berisiko terhadap penurunan aktivitas fisik. Hal ini karena rendahnya kebutuhan akan aktivitas fisik selama bekerja dan tinggnya waktu yang dihabiskan dalam posisi sedenter. Pandemi COVID-19 menyebabkan pemberlakuan pembatasan aktivitas dan kebijakan work from home (WFH). Kebijakan tersebut menyebabkan semakin menurunnya tingkat aktivitas fisik pada pekerja disertai peningkatan perilaku sedenter yang menyebabkan pekerja menjadi lebih rentan mengalami sindroma metabolik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik dengan kejadian sindroma metabolik pada pekerja perkantoran di masa pandemi COVID-19, serta mengetahui faktor-faktor lain yang memengaruhi. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan data sekunder yang diperoleh dari data Posbindu PTM yang dilaksanakan pada salah satu institusi pendidikan negeri di DKI Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 270 pekerja berusia 22-58 tahun yang terdiri dari 99 laki-laki dan 171 perempuan. Pada analisis bivariat ditemukan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian sindroma metabolik (p = 0,321), namun ditemukan hubungan yang signifikan antara waktu sedenter (p = 0,017), usia (p <0,001), dan jenis kelamin (p = 0,04). Berdasarkan analisis multivariat, ditemukan variabel usia yang memengaruhi kejadian sindroma metabolik. Dapat disimpulkan bahwa tingkat aktivitas fisik tidak berhubungan secara signifikan dan tidak memengaruhi kejadian sindroma metabolik pada pekerja perkantoran di masa pandemi COVID-19.

Metabolic syndrome is one of the health problems of concern. The prevalence of metabolic syndrome in Indonesia is known to be 21.66%, with a prevalence in Jakarta of 37.5%. The incidence of metabolic syndrome is often associated with lifestyle-related risk factors, including physical activity and sedentary behavior. Based on data from Riskesdas 2013 and 2018, there was a decrease in the level of physical activity in the Indonesian population. Office workers are one of the populations at risk for decreased physical activity. This is due to the low need for physical activity during work and the high time spent in a sedentary position. The COVID-19 pandemic has led to the implementation of activity restrictions and work from home (WFH) policies. This policy causes a decrease in the level of physical activity in workers accompanied by an increase in sedentary behavior which causes workers to become more susceptible to metabolic syndrome. This study aims to determine the relationship between the level of physical activity with the incidence of metabolic syndrome in office workers during the COVID-19 pandemic, as well as to determine other influencing factors. This study used a cross-sectional design with secondary data obtained from Posbindu PTM data which was carried out at one of the public educational institutions in DKI Jakarta. The research subjects were 270 workers aged 22-58 years consisting of 99 men and 171 women. Bivariate analysis found that the level of physical activity was not significantly associated with the incidence of metabolic syndrome (p = 0.321), but found a significant relationship between sedentary time (p = 0.017), age (p < 0.001), and gender (p = 0 ,04). Based on multivariate analysis, it was found that age variable that affects the incidence of metabolic syndrome. It can be concluded that the level of physical activity is not significantly related and does not affect the incidence of metabolic syndrome in office workers during the COVID-19 pandemic."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Dira Wagarasukma
"Prevalensi obesitas pada anak usia sekolah di DKI Jakarta adalah sebesar 14.0%. Ketidakseimbangan Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan melalui hormon ghrelin dan leptin sehingga dapat menyebabkan gangguan tidur pada anak. Prevalensi gangguan tidur pada anak usia sekolah di Jakarta Pusat adalah 25,1%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IMT terhadap gangguan tidur pada anak usia sekolah di Provinsi DKI Jakarta. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain crosssecitonal dengan data sekunder diperoleh dari South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). Subjek dalam penelitian ini adalah 104 anak usia 6-12 tahun yang terdiri dari 62 anak perempuan dan 42 anak laki-laki. Analisis bivariat menunjukkan bahwa IMT tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan tidur (p=0,135), sedangkan variabel lain yaitu kecemasan (p=0,000), berkeringat pada malam hari (p=0,013), dan persentase lemak (p=0,034) memiliki hubungan yang signifikan. Hasil analisis regresi linier berganda menyimpulkan bahwa variabel yang paling berpengaruh terhadap gangguan tidur adalah kecemasan (p=0,000) dan berkeringat pada malam hari (0,020). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa IMT tidak berpengaruh terhadap gangguan tidur pada anak Provinsi DKI Jakarta. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menyimpulkan faktor-faktor lain yang mendasari yang mungkin memengaruhi gangguan tidur pada anak-anak khususnya di Provinsi DKI Jakarta.

The prevalence of obesity in DKI Jakarta province is 14,0%. These imbalance in Body Mass Index (BMI) could affect growth development through imbalance of ghrelin and leptin, which could affect the quality of sleep and cause sleep disturbances in children. This study aims to determine the effect of BMI on sleep disturbances in school-aged children in DKI Jakarta Province. The design utilized in this study was a cross-sectional with data obtained from the South-East Asian Nutrition Survey 2.0 (SEANUTS 2.0). The subjects in this study were 104 children aged 6--12 years old, consisting of 62 girls and 42 boys. Bivariate analysis showed that BMI does not have a significant relationship with sleep disturbance (p=0.135), while other variables such as anxiety (p=0.000), sweating at night (p=0.013), and fat percentage (p=0.034) do have significant relationship. Results of multiple linear regression analysis conclude that variable with the influence for sleep disturbances are anxiety (p=0.000) and sweating at night (0.020). In conclusion, BMI does not affect sleep disturbances in children of DKI Jakarta Province. More research is needed to conclude other underlying factors that might affect sleep disturbances in children especially in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>