Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Della Manik Worowerdi Cintakaweni
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes mellitus adalah suatu keadaan yang kadang terdeteksi pada pasien skizofrenia. Kondisi ini mungkin berhubungan dengan genetik, obat-obat antipsikotik dan perkembangan skizofrenia sendiri yang mempengaruhi gaya hidup tidak sehat seperti gaya hidup sedentary dan peningkatan asupan makan. Penelitian potong lintang di Departemen Medik Kesehatan Jiwa RSUPN Cipto Mangunkosumo bulan Mei-Juni 2014 dilakukan untuk menilai korelasi kadar glukosa darah puasa pasien skizofrenia dengan indikator status gizi dan tingkat aktivitas fisik. Empat puluh tujuh subjek berhasil menyelesaikan protokol penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar glukosa darah puasa pasien skizofrenia tidak berkorelasi (r<0,2) dengan indikator status gizi dan tingkat aktivitas fisik, karena 91,5% subjek memiliki kadar glukosa darah yang normal. Penelitian ini menunjukkan bahwa subjek skizofrenia di RSUPN Cipto Mangunkusumo memiliki kadar glukosa darah puasa yang baik saat penelitian, namun hal ini masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut karena 31,9% subjek overweight, 48,9% subjek obesitas dan 74,5% subjek mengalami obesitas sentral.
ABSTRACT
Diabetes mellitus often accompany with schizophrenia patient. This condition probably related to genetic, antipsychotic drugs and the developmental of schizophrenia which can affect unhealthy lifestyle such as sedentary lifestyle and the increase of dietary intake. Cross-sectional study was held in Psychiatry Department RSUPN Cipto Mangunkusumo during May to June 2014 to determine the correlation between fasting plasma glucose concentration in schizophrenia patient with their nutritional status indicator and physical activity. Fortyseven subjects finished the protocols. The result showed that the fasting plasma glucose concentration in schizophrenia patient has no correlation with nutritional status indicator and physical activity level, 91.5% subject have normal fasting plasma glucose. This study shows that schizophrenia subject in RSUPN Cipto Mangunkusumo have a good fasting plasma glucose during the study, but it still needs further investigation because 31.9% subject overweight, 48.9% subject obesity and 74.5% subject has central obesity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Ernawati
Abstrak :
Tesis ini membahas korelasi antara asupan folat dengan kadar folat serum bayi sehat usia 6-8 bulan dan faktor-faktor yang berhubungan di kelurahan Kampung Melayu. Jakarta Timur tahun 2010. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dan merupakan bagian dari penelitian Medical Research Unit FKUI mengenai Efek Pemberian Makanan Pendamping ASI Tinggi Protein terhadap Tumbuh Kembang Bayi usia 6-11 bulan. Subyek penelitian 55 bayi dan 55 responden yang merupakan ibu subyek penelitian. Data subyek penelitian yang dikumpulkan meliputi panjang badan, berat bedan, asupan kalan, asupan protein, asupan folat, kadar hemoglobin, dan kadat fulat serum. Adapun data yang dikumpulkan dan responden meliputi usia, pekerjaan, pendidikan. pendapatan keluarga dan pengetahuan, sikap serta perilaku respunden tentang ASI dan MPASI. Subyek terdiri dari 35 bayi; laki-laki dan 20 bayi; perempuan. Subyek penelitian memililh median usia 6~84 dengan usia termuda 6.04 bulan dan usia tertua 8,84 bulan. Rerata usia responden 29±4,93 tahun. sebagian besar ibu tidak bekerja (81,8%) dan berpendidikan rendah (56,4%). lbu dengan usia di atas 35 tahun, yang merupakan risiko tinggi untuk melahirkan masih ada sebenyak 14,5%. Penghasilan berdasarkan upah minimum rata-rata, didapatkan 54,5% berada di bawah UMR. Tingkat pengetahuan responden mengena; ASI dan MP ASI sebagian besar masih kurang (47,3%), sedangkan untuk sikap sebagian besar dalam kategori cukup (54,5%) dan untuk tingkat perilaku sebagian besar masih kurang (45,5%). Rerata PB subyek 68,!2±3,12 cm dan median BB 7,5 kg dengan BB terendah 5,75 kg dan BB tertinggi 14,5 kg. Dari penilaian BMB terdapat 5,5% bayi kurus (Z score <-2 SD), Sedangkan untuk indikator PBIU dengan Z score<-2 SD, didapatkan 3,6% bay! pendek (Slunting). Dari indikator BBIU didapatkan 9,1% bay; dengan z-score <-2 SD. Data asupan eneergi dan food recall yaitu 833,28±I94,54 kkaI per hari dan dan FFQ semikuantitatif 836,88±211,31 kkal perhari, sedangkan asupan protein dari food recall sebesar 17,62±7,98 g perhari dan dan FFQ semikuantitatif diperoIeh median sebesar 17,2 g per hari dengan asupan terendah sebesar 4,8 g dan asupan tertinggi sebesar 46,4 g. Untuk asupan folat dari FFQ semikuantitatif lebih besar dibanding dari food recall dengan median 35,24 ~g per bari, asupan terendah sebesar 0,84 ~g dan asupan tertinggi 182,5 ~g, Asupan folat dari food recall diperoleh median 26,04 pg per hari dengan asupan terendah 0,84 ~g dan asupan terrtinggi sebesar 204,66 ~g. Median kadar folat serum 43,05 nmol/L, dengao kadar folat serum terendah 19,92 nmol/L dan kadar folat serum tertinggi 104,24 nmol/L, Tidak ada subyek yang memiliki kadar folat serum kurang. Rerata kadar Hb sebesar IO,82±I,I2 gldL. Terdapat 25 (45,5%) bayi; anemia. Antara kadar folat serum dengan asupan folat dari FFQ semikuantitatif memllw korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup (r ~ 0,435) dan bermakna (p = 0,001). Demikian juga antara asupan folat dari food recall dengan kadar folat serum memiliki korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang cukup (r = 0,329) dan bermakna (p ~ 0,014). Hasil penelitian ini diperoleh korelasi yang bermakna antara asupan folat dengan kadar folat serum baik dan foad recall maupun dan FFQ semikuantitatif bayi sehat usia 5-8 bulan di kelurahan Kampung Melayu tahun 2010. ......This tesis investigated the correlation between folate intake and serum folate level among health infants aged 6-8 months and its related factors in Kampung Melayu village, East Jakarta 2010. This study used cross-sectional design with infants aged 6-8 months who met the study criteria as the subjects. The respondents were mothers of the infants. Data collected included sex. age. length/height, weight, energy, protein and folate intake (based on a one-month semi quantitative FFQ and I day :24-hour food recall). folate and hemoglobin levels, Data collected from respondents included age, education, income based on average minimum monthly wage (UMR), knowledge. attitude and behavior on infants feeding. This results was significant positive correlation (p < 0.05) between the folate levels and folate intake, Based on food recall was (r ~ 0,329) and significant (p ~ 0.014), Similarly, between the folate intake from the semiq uantitative FFQ and serum folate levels, there was also a positive correlation (r= 0.435 and p = 0.001). This conclusion was significant correlation between serum folate levels and folate intake among health infants aged that months.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32868
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Puspasari
Abstrak :
Tujuan penelitian adalah diketahuinya pengaruh pemberian 100 gram tempe per hari selama empal minggu tcrhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus (DM) tipc 2 usia lanjut (usila). Penelitian ini merupakan uji klinis parael, acak, terbuka. Subyck penelitian adalah 30 orang pcndcxita DM tipc 2 usila yang tinggal di empat panti wredha di Jakarta. Alokasi acak dengan cara randomisasi blok diiakukan untuk membagi subyek menjadi dua kelompok. Seluruh subyek dibesikan pengaturan diet DM sesuai PERKENI. Kelompok sebanyak I6 orang yang diberikan 100 gram tempe, sedangkan kelompok K sebanyak I4 orang yang diberikan kacang-kucangan pengganti tcmpe. Data yang diambil meiiputi usia, jenis kelamin., berat badan dan indeks massa tumbuh (IMT), serta data asupan dengan metodc food record, Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa (GDP) dan glukosa darah 2 jam poslprandial (GDPP) dilakukan pada awal dan akhir pcrlakuan. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan dan uji Mann Whitney dengan batas kemaknaan 5%. Subyek yang mengikuti penelilian secara lengkap sebanyak 27 orang yang terdiri dari 15 orang kclompok perlakuan dan i2 orang kelompok kontrol. Kcrata usia suhyek adalah ?70,4:b9,5 rahun. Mayoritas subyck (63,5%) adalah perempuan, dan hampir setengah jumlah subyek mempunyai status gizi normai berdasarkan lMT. Sebagian besar (80%) subyck bclum menerima obat DM. Pada awal penclitian, usia, jenis kelamin, IMT, asupan kalori dan zat gizi subyek tidak menunjukkan pcrbcdaan bermakna (p>0,05). Seluruh subyek tidak dapat mematuhi anjuran diet DM yang dibcrikan, asupan Iemak subyek tinggi sedangkan asupan secara rendah. Setelah perlakuan terlihat kecenderungan penurunan kadar GDP dan peningkatan kadar GDPP yang tidak bcfbeda bermakna antam keiompok P dan K. Pcmbcrian 100 glam tempc selama empat minggu tidak menumnkan kadar GDP dan GDPP. ......Aim of this study was to investigate the effect of daily intake of 100 gram tempe for four weeks on plasma glucose level in elderly patients with type 2 diabetes mellitus. 'this study was a parallel randomized clinical trial. Subjects were 30 diabetic elderly living in four nursing homes in Jakarta. In the study, subjects were assigned into two groups using block randomization. All subjects had to take diabetic regiment with calorie and macronutrient following diabetic recommendation diet. The treatment group (n=I6) received tempe, while control group (n=14) received legumes other than tempe. Data collection included age, sex, body weight, body mass index, and nutrient intake using 3x24 hours food records. In addition isotlavone intake was also assessed. Fasting plasma glucose levels (FPG) and 2 hours postprandial plasma glucose (PPPG) levels were assessed before and after intervention Unpaired t-test and Mann Whitney wen: used to analysed data with the 5% significance level. There were 27 subjects completed the study: I5 of treatment group and I2 of control group. Mean of age were 70.4 :L 9.5 years. Majority (63.5%) of subjects were female, and almost half subjects had normal BMI. About 80% of subjects did not use diabetic medication. At base line age, BMI, sex, use of diabetic medication, calorie and macronutrient intake wene comparable. All subjects could not comply with diabetic regiment: high fat and low fiber intakes Far, tiber and isotiavoue intake were signiticantly higher in treatment group compare to control group. Decrease in FPG and increase in PPPG alter intervention were observed but were statisticaly insigniticant. In conclusion, daily intake of 100 gram tempc for four weeks did not decrease PPG and PPPG.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32291
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Wijaya
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar malondialdehida plasma pada perawat dan pegawai administrasi yang telah bekerja selama 7 jam berturut-turut dan mendapatkan modifikasi makanan berupa makanan dengan kandungan makronutrien sebesar 65% dari kebutuhan sehari dan asupan mikronutrien antioksidan (β-karoten, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, dan Se) sebesar 65% dari AKG/DRI. Penelitian ini merupakan suatu penelitian potong lintang berulang dengan rentang jangka waktu pemeriksaan pertama dengan pemeriksaan kedua adalah satu shift kerja (7 jam). Pengambilan data dilakukan di RSUD Tarakan, Jakarta pada bulan Januari sampai Februari 2013. Sebanyak 39 orang subyek bersedia ikut serta dalam penelitian ini dan sebanyak 31 orang subyek (15 perawat dan 16 pegawai administrasi) memenuhi kriteria penelitian. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, data antropometri (berat badan dan tinggi badan), pola asupan makronutrien dan mikronutrien antioksidan, serta pemeriksaan kadar malondialdehida plasma. Rerata persentase asupan lemak terhadap energi pada kelompok perawat (37 + 5,79 %) dan kelompok pegawai administrasi (36,57 + 6,72 %) melebihi asupan lemak total yang dianjurkan. Sebesar 42,86% subyek pada kelompok perawat dan pegawai administrasi memiliki asupan β-karoten yang kurang berdasarkan DRI, 14,29% subyek pada kelompok perawat dan 35,71% subyek pada kelompok pegawai administrasi memiliki asupan vitamin C yang kurang berdasarkan AKG. Sebagian besar subyek pada kedua kelompok memiliki asupan vitamin E, Cu, Zn dan Se yang kurang dibandingkan AKG/DRI. Terdapat peningkatan bermakna kadar MDA plasma kelompok perawat setelah bekerja dan mendapatkan asupan makanan (p = 0,001) tetapi tidak pada kelompok pegawai administrasi (p = 0,063). Tidak terdapat perbedaan bermakna antara rerata perubahan kadar MDA plasma sebelum dan setelah bekerja serta mendapatkan asupan makanan pada kelompok perawat dan pegawai administrasi. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan bermakna kadar MDA plasma setelah bekerja dan mendapatkan asupan makanan pada kelompok perawat yang menunjukkan peningkatan kerusakan oksidatif setelah bekerja.
ABSTRACT
The aim of study is to find out the differences of plasma malondialdehyde concentration in nurses and administrative workers after 7 hours of work and had meal modifications which contain 65% of total daily needs macronutrient and 65% of AKG/DRI antioxidant (β-carotene, vitamin C, vitamin E, Cu, Zn, and Se). This is a repeated cross-sectional study. The range from first examination to second examination is one work shift (7 hours). The data were obtained in Tarakan District General Hospital, Jakarta from January to February 2013. Out of 39 people whom signed the consents, 31 people matched the study criteria. The data taken in this study include demographic characteristic, anthropometric (weight and height), assessment of macronutrient and antioxidant micronutrient intake, and plasma malondialdehyde. The mean of percentage fat intake per energy in nurses group were 37 + 5,79 % and in administrative workers group were 36,57 + 6,72 %, both of them exceed the recommendation of fat intake. As much as 42,86% subjects in both group had a low β-carotene intake according to DRI, 14,29% subjects in nurses group and 35,71% in administrative workers group had a low vitamin C intake according to AKG. Most subjects in both group had a low vitamin C, Cu, Zn, and Se intake according to AKG/DRI. There was a significant increase of plasma MDA concentration after work and meal modification within nurses group (p = 0,001), but not on administrative workers? (p = 0,063). There were no significant increases of plasma MDA concentration after work and meal modification between nurses group and administrative workers group. The conclusion of this study is there was a significant increase of plasma MDA concentration after work and had meal modification within nurses group, which implicates an increase of oxidative damage after work.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellya Seswita
Abstrak :
Homosistein merupakan asam amino kelompok sulfhidril dari hasil metabolisme metionin. Faktor-faktor seperti, penuaan, defisiensi asam folat, vitamin B6 dan B12, dapat meningkatkan kadar homosistein. Telah dilakukan penelitian dengan desain studi potong lintang yang bertujuan mengetahui hubungan antara asupan folat dengan kadar homosistein pada usila perempuan. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 di Pusaka 12 (Tomang) dan Pusaka 39 (Senen). Pengambilan subyek dilakukan dengan cara cluster random sampling, dan didapatkan 55 orang subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara meliputi usia, tingkat pendidikan, penghasilan, food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif untuk menilai asupan folat, vitamin B6 dan B12. Pengukuran antropometri yaitu berat badan (BB) dan tinggi lutut (TL) untuk menilai status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) serta pemeriksaan laboratorium meliputi kadar homosistein. Didapatkan rerata usia 69,2±6,3 tahun. Malnutrisi terdapat pada 78,2 % subyek. Sebagian besar subyek penelitian, memiliki asupan folat, vitamin B6 dan B12 yang kurang dari angka kecukupan gizi (AKG), yaitu masing-masing 92,7%, 87,3% dan 80%. Median asupan folat berbahan kedelai 17,9(0,75–151,2)%. Median kadar homosistein 13,95(7.92–29,21)μmol/L. Hiperhomosisteinemia ringan dan sedang didapatkan sebanyak 23,6% dan 3,6%. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara asupan folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein (p=0,702, p=0,624, dan p=0,658). ......Homocysteine is an amino acid sulfhydryl group from the metabolism of methionine. Homocysteine levels influenced by various factors, ie aging, deficiency of folic acid, vitamin B6 and B12, can raise homocysteine level. The aim of the cross sectional study was to determine the relationship between intake of folate with homocysteine levels in elderly women. Data collection was conducted during December 2012 to January 2013 at the Pusaka 12 (Tomang) and Pusaka 39 (Senen). Subjects were obtained using cluster random sampling, and 55 subjects who met the study criteria were recruited. Data were collected through interviews include age, education level, income, and semiquantitative food frequency questionnaire (FFQ) to assess intake of folate, vitamin B6 and B12. Anthropometric measurements of the body weight (BW) and high-knee (TL) to assess the nutritional status based on body mass index (BMI) as well as laboratory examinations include homocysteine levels. This study obtained a mean age of 69.2 ± 6.3 years. Malnutrition was occurred in 78.2% of subjects. Majority of the subjects had intakes of folate, vitamin B6 and B12 were less than the nutritional adequacy rate (RDA), which is respectively 92.7%, 87.3% and 80%. Median folate intake from soybeans 17.9 (0.75 to 151.2)%. Median levels of homocysteine 13.95 (7.92-29,21) μmol/L. Mild hyperhomocysteinemia and intermediate hyperhomocysteine were obtained as 23.6% and 3.6%. No significant association was found between intake of folate, vitamin B6 and vitamin B12 with homocysteine levels (p = 0.702, p = 0.624, and p = 0.658).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library