Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siallagan, Grace Adriani
Abstrak :
Defisiensi besi selama kehamilan adalah salah satu defisiensi gizi yang prevalensinya tetap tinggi di dunia yaitu mencapai 70%. Berat badan kurang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya defisiensi besi selama kehamilan. Feritin adalah protein cadangan zat besi yang disintesis oleh hati dan dapat meningkat selama peradangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1. Disain penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang. Penelitian dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat Kramat Jati, Jakarta selama bulan Oktober 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling. Empat puluh tujuh perempuan hamil trimester 1 didapatkan memenuhi kriteria penelitian. Didapatkan rerata usia 27,79±4,85 tahun, diantara subyek penelitian 5 orang (10,6%) memiliki berat badan kurang, 25 orang (53,2%) berat badan normal dan 17 berat badan lebih (36,2%). Nilai tengah asupan zat besi 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/hari. Asupan zat besi menunjukkan 66% subyek memiliki asupan zat besi kurang dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia. Nilai tengah kadar feritin serum 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L dan 6,4% subyek tergolong status feritin rendah. Hasil penelitian ini diperoleh korelasi positif tidak bermakna antara kadar feritin serum dengan indeks massa tubuh pada perempuan hamil trimester 1 (r=0,097, p=0,52).
Iron deficiency during pregnancy is one of nutritional deficiency with high prevalence in the world, reaching up to 70%. Underweight is one of the main risk factors for iron deficiency during pregnancy. Ferritin is an iron storage protein which synthesized in the liver and can be increased during inflammation. The aim of this study was to find out the correlation between serum ferritin levels and body mass index (BMI) in pregnant woman in their first trimester. The design of the study is cross-sectional. Data collection was conducted at Kramat Jati Primary Health Care, Jakarta during October 2013. Subjects were obtained by consecutive sampling method. A total of 47 pregnant women in their first trimester subjects had met the sudy criteria. The mean of maternal age was 27,79±4,85 years, among them are 5 underweight (10,6%), 25 normal weight (53,2%) and 17 overweight (36,2%). Median of iron intake was 23,21 (8,4 ̶ 36,80) mg/day. Intake of iron showed 66% of the subjects had intake of iron less than Indonesian recomended dietary allowance (RDA). Median of serum ferritin levels was 58,1 (4,9 ̶ 139,8) μg/L, while 6,4% of the subjects were catagorized as low ferritin status. No significant correlation was found between serum ferritin levels and BMI in pregnant women in their first trimester (r=0,097, p=0,52).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngesti Mulyanah
Abstrak :
Peningkatan BB selama kehamilan yang tidak optimal akan meningkatkan risiko komplikasi kehamilan, ibu dan anak melalui mekanisme peningkatan IL-6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi kadar IL-6 serum perempuan hamil trimester 3 dengan peningkatan BB selama kehamilan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari - Februari 2014 di Puskesmas Jatinegara, Jakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah potong lintang, consecutive sampling, pada 64 subyek perempuan hamil trimester 3 ≥37 minggu. Didapatkan hasil penelitian yaitu 42,2% mempunyai IMT trimester 1 BB lebih, 40,6% mempunyai asupan energi total berlebih dan sesuai anjuran serta rerata peningkatan BB 12,1 (±3,8) kg dengan 40,6% mempunyai peningkatan BB selama kehamilan sesuai rekomendasi IOM. Kadar IL-6 serum perempuan hamil trimester 3 pada penelitian ini adalah 3,067 (0,608 ? 18,207) pg/ml dengan kadar IL-6 serum pada peningkatan BB kurang (3,441 (±1,819) pg/ml) dan lebih (3,017 (1,234?14,083) pg/ml) cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sesuai (2,707 (0,608?18,207) pg/ml). Didapatkan korelasi positif lemah tidak bermakna antara kadar IL-6 serum perempuan hamil trimester 3 dengan peningkatan BB selama kehamilan (r=0,144, p=0,257) dan analisis kadar IL-6 serum berdasarkan kelompok peningkatan BB selama kehamilan didapatkan hasil tidak berbeda bermakna (p=0,708). Kesimpulan hasil penelitian ini adalah kadar IL-6 serum berkorelasi lemah dengan peningkatan BB selama kehamilan.
Gestational weight gain (GWG) that is not optimal will increase the risk of complications in pregnancy through increasing the IL-6 mechanism. This study aimes to determine the correlation of IL-6 serum levels on third trimester pregnancy with GWG. This is a cross-sectional study with consecutive sampling in 64 pregnant women ≥37 weeks. It was conducted in January-February 2014 at community health centers Jatinegara, Jakarta. The results are most subjects have overweight BMI at 1st trimester (42,2%), most of subjects have either sufficient or excessive total energy intake than the recommendation (40.6%), the majority of the subjects having sufficient GWG based on IOM guidelines (40.6%) with mean GWG is 12.1 (± 3.8) kg. Serum level of IL-6 is 3.067 (0.608-18.207) pg/ml with serum levels of IL-6 in insufficient GWG (3.441 (± 1.819) pg/ml)) and excessive GWG (3.017 (1.234-14.083) pg/ml)) tends to be higher compared with sufficient GWG (2.707 (0.608-18.207) pg/ml)). The correlation of IL-6 serum level on 3rd trimester with GWG is positive, weak and not significant (r = 0.144, p = 0.257). Analysis of IL-6 serum levels within GWG categories show no significant difference between groups (p = 0.708). In conclusion, there is weak correlation between IL-6 serum level on 3rd trimester of pregnancy with GWG.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Churniadita Kusumastuti
Abstrak :
ABSTRAK
Imbang nitrogen pada pasien sakit kritis selalu negatif akibat respon stres. Pada lansia perubahan metabolismenya berisiko memperburuk imbang nitrogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui imbang nitrogen dan hubungannya dengan asupan energi dan protein pada lansia sakit kritis dalam 48 jam pertama di ICU. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang, consecutive sampling. Subyek penelitian adalah 26 lansia sakit kritis. Hasil penelitian pada 24 jam I dan II adalah; imbang nitrogen -5,2 (-31,2 − -4,1) g dan -4,5+4,6; asupan energi 78,8+45,0% dan 91,1+50,2% terhadap target; asupan protein 0,57+0,35 g/kgBB/hari dan 0,71+0,37 g/kgBB/hari serta terdapat korelasi positif bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan energi; r=0,6 dan r=0,5 dan korelasi positif bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan protein; r=0,5 dan r=0,4. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna antara imbang nitrogen dengan asupan energi dan protein pada lansia sakit kritis
ABSTRAK
Nitrogen balance in criticaly ill patients tend to be negative due to stress response. In the elderly patients, the metabolic changes risk to worsening nitrogen balance.The aim of this study is to determine nitrogen balance and its relation with energy and protein intake in critically ill elderly patients within 48 hours in ICU. The study was cross sectional, consecutive sampling on 26 subjects. The nitrogen balances were -5.2 (-31.2 − -4.1) g and -4.5+4.6 g; energy intakes were 78.8+45.0% and 91.1+50.2% target; protein intakes were; 0.57+0.35 g/kgBW/d and 0.71+0.37 g/kgBW/d. There were positive correlation between nitrogen balance and energy intake; r=0.6 and r=0.5, and between nitrogen balance and protein intake; r=0.5 and r=0.4 in 24 hours I and II respectively. The conclusion is there were positive correlation between nitrogen balance with energy and protein intakes.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Yulia Nastiti
Abstrak :
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Hipoperfusi perioperatif yang diawali oleh hipoperfusi splanknik meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien pascaoperasi risiko tinggi. Parameter kadar laktat, P(cv-a)CO2 dan konsentrasi ScvO2 darah dapat digunakan untuk menilai hipoperfusi global. Peningkatan volume residu lambung dihubungkan dengan terjadinya hipoperfusi regional saluran cerna. Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung pada pasien pascaoperasi risiko tinggi yang dirawat di ICU RSCM. METODE: Sebanyak 48 subyek penelitian yang dianalisis didapatkan dengan metode consecutive sampling. Subyek penelitian yaitu pasien usia ≥18 tahun yang memenuhi kriteria pascaoperasi risiko tinggi, dapat dipasang pipa oro/nasogastrik, pasien tidak menolak diikutsertakan dalam penelitian, bukan pascaoperasi gastrektomi, tidak ada hematemesis, pasien tidak dengan gastrostomi, tidak diberikan opioid pascabedah, serta dilakukan pemasangan kateter vena sentral pada v. cava superior. Pasien akan dikeluarkan dari penelitian apabila pasien meninggal dan dilakukan resusitasi jantung paru sebelum 24 jam pascaoperasi, diberikan opioid. Pasien dirawat di ICU pascaoperasi dan dicatat volume residu lambung, kadar laktat, P(cv-a)CO2, konsentrasi ScvO2 pada jam ke-0, ke-8 dan 24. HASIL: Terdapat korelasi lemah antara kadar laktat dengan volume residu lambung pada jam ke-0 (r=0,301 p<0,05), jam ke-8 (r=0,374 p<0,01) dan jam ke-24 (r=0,314 p<0,05). Tidak terdapat korelasi antara kadar P(cv-a)CO2 dan ScvO2 dengan volume residu lambung pada jam ke-0,8 dan 24. KESIMPULAN: Tidak terdapat korelasi antara parameter hipoperfusi global (laktat, P(cv-a)CO2, ScvO2) dengan volume residu lambung.
ABSTRACT
Perioperative hypoperfusion preceded by splanchnic hypoperfusion increased morbidity and mortality in high risk surgical patients. Parameter levels of blood lactate, P(cv-a)CO2 and concentration ScvO2 can be used to assess global hypoperfusion. Increased gastric residual volume associated with the occurrence of gastrointestinal regional hypoperfusion. This study aims to determine the correlation parameter global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume in high risk surgical patients admitted to the ICU RSCM. METHODS: A total of 48 subjects analyzed were obtained by consecutive sampling method. The subjects are patients aged ≥ 18 years who meet the criteria of high risk surgical patients, can be mounted oro/ nasogastric tube, patients did not refuse to be included in this study, not postoperative gastrectomy, no hematemesis, without gastrostomy, not given opioid postoperatively, do the insersion of central venous catheter in v. cava superior. Patient will be excluded from the study if the patient died and performed CPR before 24 hours, administered opioid. Patients admitted to the ICU postoperatively and recorded gastric residual volume, levels of lactate, P(cv-a)CO2 , ScvO2 concentration at 0, 8th and 24th hour. RESULTS: There is a weak correlation between lactate level with gastric residual volume at 0 hour(r=0.301, p<0.05), 8th hour(r=0.374, p<0.01) and 24th hour (r=0.314, p<0.05). There is no correlation between P(cv-a)CO2 level and ScvO2 concentration with gastric residual volume at 0, 8th and 24th hour. CONCLUSION: There was no correlation between the parameters of global hypoperfusion (lactate, P(cv-a)CO2, ScvO2) with gastric residual volume.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pittara Pansawira
Abstrak :
ABSTRAK
Hiperglikemia sering terjadi pada pasien sakit kritis dan dapat menimbulkan volume residu lambung tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status hiperglikemia dengan status volume residu lambung tinggi pada pasien dewasa sakit kritis dalam 24 jam I dan II di ICU. Rancangan studi potong lintang, consecutive sampling, pada 96 subjek. Hasil penelitian, terdapat 45,8% subjek mengalami hiperglikemia pada 24 jam I dan 35,4% pada 24 jam II. Terdapat 28,1% subjek mengalami volume residu lambung tinggi pada 24 jam I dan 25% pada 24 jam II. Kesimpulannya, pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status hiperglikemia dengan status volume residu lambung tinggi.
ABSTRAK
Hyperglycemia commonly occurs in critically ill patients and can cause high gastric residual volume. The aim of this study is to determine the relationship between hyperglycemia status and high gastric residual volume status in adult critically ill patients within the first and second 24 hours of admission in ICU. The design was cross sectional with consecutive sampling in 96 subjects. There were 45.8% subjects who had hyperglycemia in the first 24 hours and 35.4% in the second. There were 28.1% subjects who had high gastric residual volume in the first 24 hours and 25% in the second. In conclusion, there was no significant relationship between hyperglycemia status and high gastric residual volume status in this study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Wina
Abstrak :
ABSTRAK
Pada pasien sakit kritis, salah satu faktor yang berhubungan dengan angka mortalitas adalah hilangnya protein tubuh, yang digambarkan dengan imbang nitrogen negatif. Imbang nitrogen negatif merupakan akibat penyakit pasien tanpa diimbangi asupan energi dan protein yang adekuat. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui korelasi antara asupan energi dan imbang nitrogen pasien sakit kritis di Intensive Care Unit (ICU) dewasa Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM). Metode penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang dengan cara mendapatkan sampel consecutive sampling. Kriteria penerimaan adalah pasien ICU dewasa RSUPNCM Jakarta, laki-laki atau perempuan, berusia 20-79 tahun, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria penolakan adalah pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal atau gangguan fungsi hati. Kriteria pengeluaran adalah pasien tidak dapat mengikuti penelitian sampai selesai atau data tidak lengkap. Data penelitian meliputi asupan energi dan nitrogen, nitrogen urea urin (NUU), serta imbang nitrogen dalam 24 jam awal perawatan. Hasil penelitian menunjukkan pada 30 subyek penelitian terdapat rerata asupan energi 56,3+33,9 % berdasarkan panduan ESPEN. Rerata asupan nitrogen, NUU dan imbang nitrogen masing-masing adalah 3,8+2,7 g, 8,3+4,4 g, dan -8,5+5,5 g. Terdapat korelasi positif kuat bermakna antara asupan energi dan imbang nitrogen, r=0,6, p<0,01. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin kurang asupan energi, maka imbang nitrogen akan semakin negatif.
ABSTRACT
High protein loss is an important factor in critically ill patients mortality, that is indicated by negative nitrogen balance. Negative nitrogen balance is the result of urinary urea nitrogen (UUN), caused by the severity of the disease, compared to energy and protein intake. This study had been completed, which aimed to determine the correlation between energy intake and nitrogen balance of critically ill patients in adults Intensive Care Unit (ICU) Ciptomangunkusumo general hospital. The method of this study was a cross sectional with consecutive sampling. Inclusion criteria were patients admitted to ICU, aged 20-79 years, and agreed to join this study. Exclusion criteria were patients with kidney or liver diseases. Drop out criteria were patiens who did not complete the study or have complete data. Data collected were energy and nitrogen intake, UUN, nitrogen balance during first 24 hours. There were 30 patients who participated in this study. Energy intake mean was 56,3+33,9 %, based on ESPEN guideline. Mean of nitrogen intake, UUN, and nitrogen balance were 3,8+2,7 g, 8,3+4,4 g, and -8,5+5,5 g, respectively. The correlation between energy intake and nitrogen balance was significantly strong positive correlated. The conclusion of this study is the lower energy intake, the more negative nitrogen balance.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library