Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miskarina Della Yolanda
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S6472
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Miskarina Della Yolanda
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vany Kussury Aningtias
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S6902
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Ayu Adinda
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S8259
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasty Larasati
"Artikel ini bertujuan untuk melihat bagaimana orang menilai kulitnya, apakah dinilai cantik atau jelek. Hingga saat ini, cantik masih diasosiasikan dengan kulit putih, salah satunya menurut orang-orang Indonesia. Hal ini menjadi penting karena bagaimana kita merepresentasikan diri sendiri berkaitan dengan identitas kita− siapa kita dan bagaimana kita ingin dilihat. Perilaku orang kulit hitam entah percaya diri dengan kulitnya ataupun tidak, adalah cara mereka untuk merepresentasikan dirinya yang didapatkan dari negosiasi identitas. Tetapi diantara orang kulit hitam, ada yang secara percaya diri merepresentasikan dirinya melawan diskursus tentang kecantikan atau counter-discourse.
Literatur terdahulu menjelaskan ada dua alasan terjadinya hal tersebut, yaitu: rekognisi dan negosiasi. Rekognisi adalah saat aktor berjuang melawan diskursus, sementara negosiasi adalah saat aktor menegosiasikan apa yang ia miliki. Argumen dalam penelitian ini adalah perempuan bisa menolak diskursus karena negosiasi, mereka memiliki pilihan dan otonomi atas tubuhnya. Mereka juga bisa menolak diskursus karena memiliki kekuatan, yaitu melalui kekuatan tawar menawar.
Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap sembilan informan. Informan yang masuk dalam kriteria adalah perempuan dengan usia 16 - 24 tahun karena rentang usia tersebut adalah rentang usia dengan penggunaan internet yang besar. Klasifikasi warna kulit untuk pemilihan informan didasarkan dengan skala warna kulit Fitzpatrick.
Hasil penelitian menemukan tujuh dari sembilan informan telah menolak diskursus kecantikan. Informan juga menjelaskan bagaimana kepribadian atau kemampuan mereka bisa menjadi kekuatan tukar menukar mereka yang mempermudah untuk menolak diskursus kecantikan. Selain itu, informan telah melakukan negosiasi identitas dari menerima diskursus tentang warna kulit yang diinginkan hingga menolaknya. Hal ini bukanlah proses secara tiba-tiba, tetapi dibutuhkan peran dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kesadaran diri sendiri tentang cantik, sementara faktor eksternal berasal dari sosialisasi keluarga, teman atau media."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Johanes Halfano Liberti Nusantara
"Artikel ini menjelaskan belum berhasilnya komersialisasi liga profesional Futsal di Indonesia ditengah meningkatnya animo masyarakat terhadap olahraga Futsal. Futsal di Indonesia telah menjadi olahraga populer sejak tahun 2007. Studi-studi sebelumnya telah menjelaskan keterkaitan antara olahraga modern dengan bisnis. Tulisan ini mengkaji beberapa faktor yang menyebabkan belum berhasilnya upaya komersialisasi liga profesional Futsal di Indonesia, antara lain seperti faktor historis, peran televisi yang kurang maksimal, komitmen dan peran federasi yang belum optimal, dan faktor sosial ekonomi masyarakat. Studi ini menggunakan kasus liga profesional Futsal Indonesia untuk menjelaskan belum berhasilnya komersialisasi olahraga di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui observasi dan wawancara mendalam sebagai alat mengumpulkan data yang utama. Temuan penelitian ini adalah upaya komersialisasi liga profesional Futsal belum berhasil karena empat hal, yakni konteks historis perkembangan futsal; peran televisi yang tidak maksimal; komitmen dan peran federasi yang belum optimal ; kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

This article explains the still not succeed commercialization of Futsal professional league in Indonesia when the public interest about Futsal are increased. Futsal has been a popular sport in Indonesia since 2007. Previous studies have explained the link between modern sports and business. This paper examines several factors that have led to the unsucessful commercialization of futsal professional league in Indonesia, such as historical factors, inadequate television roles, unoptimal commitment and the role of the federation, and socio economic factors in the community. This study used the case of Futsal professional league in Indonesia to explain the still not succeed commercialization of sport in Indonesia. This study uses qualitative methods through observation and in depth interviews as a primary data collection tool. The findings of this research are that the commercialization of Futsal Indonesia rsquo s professional league has not been sucessful because four things, which are historical context of futsal development not maximal television roles unoptimal commitment and the role of the federation social and economic conditions of society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adysa Tiffany Wibowo
"ABSTRAK
Artikel ini membahas mengenai konsumsi tumbler Starbucks yang menjadi salah satu indikasi berlangsungnya pengokohan budaya konsumer pada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya hegemonic brandscape yang dijalankan oleh Starbucks dalam membentuk citra merek yang kuat pada Starbucks itu sendiri. Selain itu, terjadi proses pemaknaan yang dilakukan individu terhadap pengonsumsian tumbler Starbucks yang kemudian diadopsi menjadi gaya hidup. Studi-studi sebelumnya melihat citra merek sebagai faktor pendorong pada loyalitas konsumen dalam melakukan perilaku konsumsi dalam perspektif ilmu marketing. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha mencoba mengkaji dengan menggunakan pandangan sosiologis, yakni perspektif budaya konsumer. Argumen yang dihasilkan oleh studi ini, yaitu pengonsumsian tumbler Starbucks tersebut terjadi karena adanya penanaman makna dan simbol yang dilakukan oleh Starbucks terhadap masyarakat. Selain itu, individu memaknai tumbler Starbucks-nya sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas, dan meningkatkan status sosialnya. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam agar dapat menggali lebih jauh alasan individu mengonsumsi tumbler Starbucks tersebut.Artikel ini membahas mengenai konsumsi tumbler Starbucks yang menjadi salah satu indikasi berlangsungnya pengokohan budaya konsumer pada masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya hegemonic brandscape yang dijalankan oleh Starbucks dalam membentuk citra merek yang kuat pada Starbucks itu sendiri. Selain itu, terjadi proses pemaknaan yang dilakukan individu terhadap pengonsumsian tumbler Starbucks yang kemudian diadopsi menjadi gaya hidup. Studi-studi sebelumnya melihat citra merek sebagai faktor pendorong pada loyalitas konsumen dalam melakukan perilaku konsumsi dalam perspektif ilmu marketing. Oleh karena itu, tulisan ini berusaha mencoba mengkaji dengan menggunakan pandangan sosiologis, yakni perspektif budaya konsumer. Argumen yang dihasilkan oleh studi ini, yaitu pengonsumsian tumbler Starbucks tersebut terjadi karena adanya penanaman makna dan simbol yang dilakukan oleh Starbucks terhadap masyarakat. Selain itu, individu memaknai tumbler Starbucks-nya sebagai alat untuk mengekspresikan diri, menunjukkan identitas, dan meningkatkan status sosialnya. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode wawancara mendalam agar dapat menggali lebih jauh alasan individu mengonsumsi tumbler Starbucks tersebut.

ABSTRACT
This article discusses about the consumption of Starbucks tumbler which is one of indication of the consumer culture. This is caused by Starbucks hegemonic brandscape that shapes a brand image on Starbucks itself. Furthermore, there is a process of meaning that individuals do which is adopted into a lifestyle. Previous studies view brand image as a driving factor in consumer loyalty in conducting consumption behavior by the marketing science perspective. Therefore, this paper seeks to examine the issue using the sociological perspective, namely the perspective of consumer culture. This study has generated two arguments, first, the Starbucks tumbler consumption occurs due to the meaning and symbols made by Starbucks to the public. Second, the individual interpreted his Starbucks tumbler as a means of expressing himself, showing his identity, and improving his social status. This article uses a qualitative approach and an in depth interview method in order to explore further the reasons why individuals consuming the Starbucks tumbler. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Priscilla Indah
"ABSTRAK
Penelitian ini meninjau lebih jauh bagaimana preferensi individu dalam menggunakan transportasi berbasis online TBO pada merek-merek tertentu dan peranan merek pada pilihan tersebut dengan fitur-fitur yang menyertai sehingga menciptakan loyalitas konsumen. Penelitian menggunakan konsep brand image dan masyarakat informasi untuk menjelaskan preferensi dan loyalitas konsumen pada suatu merek TBO. Dalam studi-studi sebelumnya, fokus studi lebih banyak meneliti mengenai peran TBO dan preferensi konsumen. Pada saat ini, teknologi telah menjadi perangkat utama yang memfasilitasi informasi. Dalam era masyarakat infomasi, teknologi telah menjadi perangkat yang berorientasi pada kehidupan masyarakat, juga berpusat pada informasi yang seluruh kegiatannya ditunjukkan dalam sektor sosial-ekonomi. Bisnis yang berbasis pada teknologi informasi menggunakan sistem informasi tersebut yang memunculkan TBO. TBO memiliki berbagai macam fitur pendukung. Fitur-fitur pada TBO seperti fitur pemesanan makanan dan pengantaran barang memudahkan kehidupan konsumen sehingga konsumen tidak perlu memesan makanan atau mengantar barang ke lokasi tujuan secara langsung. Hal tersebut menyebabkan pola interaksi sosial pada masyarakat mengalami perubahan. Kelebihan pada bidang usaha jasa tersebut menciptakan berbagai macam provider merek TBO. Konsumen dalam penelitian ini memiliki makna yang berbeda-beda pada merek TBO yang dipilih.

ABSTRACT
This research observes further how individual preferences in using online based transportation on specific brands and the role of brands in these choices with the accompanying features that create consumer loyalty. The research uses the concept of brand image and information society to explain consumer preferences and loyalty to an online based transportation brand. In previous studies, the focus of the study was more on the role of online based transportation and consumer preferences. Now, technology has become the main tool that facilitates information. In the era of information society, technology has become a life oriented device, also information centered that all activities are shown in the socio economic sector. Business that based on technology information uses the information system that creates online based transportation service. Online based transportation has a variety of features. The features of online based transportation such as food ordering and delivery features which facilitate the life of consumers so that consumers do not have to order food or deliver goods to the destination directly. This causes the pattern of social interaction in the society changes. The advantages in that business service created a variety of online based transportation brand provider. Consumer in this research have different meaning on selected online based transportation brand. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mimandita Atsari
"Artikel ini membahas bagaimana budaya otaku sebagai sebuah budaya populer visual Jepang dikonsumsi oleh kaum muda di Jakarta. Budaya ini juga direproduksi melalui identifikasi diri mereka. Studi ini menggunakan kerangka berpikir industri budaya oleh Adorno dan Horkheimer. Peneliti berargumen bahwa budaya otaku anime, manga, dan video games bekerja sebagai mass consumption dengan menawarkan fungsi image creation atau fantasi akan dunia. Hal ini mendukung bekerjanya industri budaya sebagaimana digambarkan oleh Adorno dan Horkheimer. Temuan data menunjukkan bahwa budaya otaku, di satu sisi mendukung prinsip bekerjanya industri budaya, namun di sisi lain memunculkan kapasitas agensi melalui tiga tahap pengidentifikasian otaku dan reproduksi narasi dari para penggemarnya. Ditemukan pula bahwa budaya otaku mampu menjadi budaya populer yang bersifat transnasional karena memenuhi kebutuhan sosial kaum muda yang berbeda latar belakang kebangsaan. Budaya otaku menjadi suatu hal yang dekat dalam kehidupan sebagian kaum muda yang menemani mereka menuju kedewasaan.

This article discusses how otaku culture as a Japanese visual popular culture is consumed by youths in Jakarta. This culture is also reproduced through self identification. It is argued that otaku culture anime, manga, and video games works to generate mass consumption by offering an image creation or fantasy function. This supports how culture industry works as explained by Adorno and Horkheimer. It is found that otaku culture, on one side supports the principal function of culture industry, but on the other creates a capacity of agency through three stages of otaku identification and reproduction of narratives by its fans. It is also found that otaku culture can become a transnational popular culture for its function that mediates social needs of particular youths with different national backgrounds. Otaku culture becomes a close matter in the lives of particular youths that accompanies them as they grow into adulthood.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>