Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Riewpassa, Leonardo Ch. M.
"Sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian tentang bentuk anatomi dan fungsi bibir setelah dilakukan tindakan labioplasti terutama hasil dari satu tehnik operasi. Komplikasi yang sering terjadi berupa jebolnya jahitan dan terjadinya kelainan pertumbuhan maksila akibat terlalu tegangnya otot yang dihubungkan sehingga dicoba tehnik modifikasi Millard dimana kedua otot dijahitkan diprolabium dengan tujuan rnengurangi tegangan yang terjadi.
Metode yang digunakan dimana semua penderita labioschizis bilateral yang dioperasi dengan memakai tehnik ini dinilai komplikasi yang terjadi, bentuk penampilan -dan fungsi bibir atas dengan memakai modified William's form dan formulir penilaian fungsi bibir selama bulan Agustus sampai September 2006. Hasilnya diuji dengan memakai Mann Whitney dan hubungan keduanya dengan regresi tinier.
Hasil yang didapatkan adalah : penderita berjumlali 27 orang sebanyak 24 orang laki-laki ( 88.88 %) dan 3 orang perempuan. ( 11.12 % ). Ditemukan I orang (3.7 % ) penderita dengan komplikasi berupa dehisensi. Terdapat 5 orang ( 18.52% ) dengan delayed speech. HasiI dinilai oleh 6 orang penilai. Pada penelitian ini digunakan nilai toleransi. Tehnik ini dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai toleransi (p = 0.193 ), tidak dapat dipakai jika dibandingkan dengan nilai normal (p = 0.000 ). Fungsi bibir tidak didapatkan perbedaan bermakna ( p = 0.153 ) dan terdapat hubungan antara bentuk penampilan dan fungsi bibi atas."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindrawati Tjuatja
"Palsi serebral adalah penyebab utama disabilitas fisik di negara berkembang. Penderita palsi serebral dengan ketidakmampuan ambulasi berpeluang mengalami kontraktur sendi dan kelainan postur, yang dapat memburuk. Kelainan postur yang dapat terjadi adalah skoliosis, pelvic obliquity dan subluksasi/dislokasi panggul dengan problem sekunder nyeri, hilangnya kemampuan mandiri, duduk, berdiri, berjalan, ulkus dekubitus, masalah dalam kebersihan perineal, kardiovaskular dan respirasi. Sehingga perlu dilakukan deteksi sejak dini kelainan postur terutama kejadian subluksasi/dislokasi panggul.
Metode : Desain penelitian ini adalah studi potong lintang dengan tujuan melihat apakah terdapat hubungan antara derajat spastisitas otot aduktor panggul, level Gross Motor Function Classification System (GMFCS) dan nilai Migration Percentage (MP) untuk mendeteksi dislokasi panggul pada anak palsi serebral yang datang ke poli rawat jalan divisi pediatri Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo. Spastisitas otot aduktor panggul dinilai menggunakan Modified Tardieu Scale (MTS) komponen R2, R1 dan R2-R1, level GMFCS dinilai dengan menggunakan panduan GMFCS dan nilai MP didapat dari pengukuran foto panggul AP oleh dokter spesialis Radiologi.
Hasil : Dari 30 responden penelitian, 3 tungkai dieksklusi sehingga analisis spastisitas aduktor panggul dan MP dilakukan pada total 57 tungkai. Penelitian ini menunjukkan tidak ada korelasi antara derajat spastisitas otot aduktor panggul dengan nilai MP dalam mendeteksi dislokasi panggul (antara variabel R2 dan MP dengan nilai r = -0,060; p = 0,658. Antara variabel R1 dan MP dengan nilai r = - 0,136; p = 0,314) dan tidak ada perbedaan bermakna level GMFCS dengan nilai MP dalam mendeteksi dislokasi panggul (p = 0,831).
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan adanya korelasi antara derajat spastisitas otot aduktor panggul dengan nilai Migration Percentage dan tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna level Gross Motor Function Classification System dengan nilai Migration Percentage dalam mendeteksi dislokasi panggul.

Cerebral palsy was the most common cause of physical disability in the developing country. A non-ambulant child with cerebral palsy was vulnerable to the development of joint contractures and postural deformity, which are often progressive. Postural deformities that can arise were scoliosis, pelvic obliquity and hip subluxation/dislocation with the secondary problems were pain, loss of ability to be independence, sitting, standing, walking, pressure ulcers, perineal hygiene and cardiorespiration. It was necessary to make early detection for postural deformities particularly hip subluxation/dislocation.
Methods : This was a cross sectional study. The aim of this study to see there are any associations among the degree of hip adductor spasticity, the level of Gross Motor Function Classification System (GMFCS) and the Migration Percentage (MP) to detect the occurrence of hip dislocation in children with cerebral palsy who came to outpatient polyclinic pediatric division of Physical and Rehabilitation Departmen, RSUPN Cipto Mangunkusumo. The hip adductor spasticity was measured with Modified Tardieu Scale (MTS) R2, R1 dan R2-R1 component, The level of GMFCS was measured with GMFCS protocol and the MP has done by Radiolog on plain foto of pelvic AP.
Results : From the 30 respondens, 3 legs were exclude, therefor just 57 legs were analized for hip adductor spasticity and MP. This study shows that there was no correlation between degree of hip adductor spasticity and MP (between variable R2 and MP with score r = -0,060; p = 0,658. Between variable R1 and MP with score r = -0,136; p = 0,314), there was no significant difference between level of GMFCS and MP (p = 0,831).
Conclusion : This study shows that there is no correlation between degree of hip adductor spasticity and MP, there is no significant difference between level of GMFCS and MP to detect the occurance of hip dislocation in children with cerebral palsy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Kusuma Wardhani
"Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji keandalan dan kesahihan Gillette Functional Assessment Questionnaire sebagai alat ukur fungsi kemampuan berjalan pada anak pasca poliomyelitis yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.
Metode : Disain penelitian ini adalah studi potong lintang pada 35 anak poliomyelitis kronik di Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Keandalan antarpemeriksa dilakukan dengan membandingkan skor Gillette FAQ yang diperoleh peneliti dari observasi langsung dan empat penilai lainnya yang menilai dari hasil wawancara dan rekaman video. Kesahihan eksterna dilakukan dengan membandingkan skor Gillettte FAQ dan skor modified WeeFIM sebagai alat ukur fungsional yang banyak digunakan.
Hasil : Tiga puluh lima subyek penelitian usia 7- 17 tahun dianalisa dalam penelitian ini. Pada uji keandalan antarpemeriksa didapatkan tingkat konsistensi yang tinggi pada penilai yang berbeda, yakni nilai kappa 1 antara peneliti dan 4 orang penilai lainnya. Uji kesahihan eksterna dengan membandingkan skor Gillette FAQ dan skor modified WeeFIM subskala mobilitas, didapatkan korelasi yang baik dengan kekuatan korelasi 0,994 ( p=0,001). Diperoleh rumus persamaan perolehan skor modified WeeFIM yaitu 3,13 + (3,23 x skor Gillette FAQ).
Kesimpulan : Gillette FAQ merupakan alat ukur yang andal dan sahih, serta praktis dan mudah digunakan untuk menilai fungsi kemampuan berjalan pada anak pasca poliomyelitis.

Objectives : To examine validity and reliability of Gillette Functional Assessment Questionnaire (FAQ) in Indonesian language translation.
Methods : A cross sectional study was performed in 35 children post poliomyelitis, aged 7 to 17 years at Lebak and Serang regency. The Gillette FAQ was administered by observations and four rater through video records to determine the functional walking level of the child, and the interrater reliability of the Gillette FAQ was calculated. External validity was determined by comparing score between the Gillette FAQ and a commonly used modified WeeFIM as a functional ability instrument.
Results : Good interrater reliability among a researcher and 4 raters was demonstrated, with high levels of consistency ( kappa=1). External validity comparing Gillette FAQ with modified WeeFIM- mobility subscale resulted a good correlation with the power of correlation 0,994 (p = 0.001). The equation’s formula to predict score of modified WeeFIM was 3.13 + (3.23 x score of Gillette FAQ).
Conclusion : Gillette FAQ is a reliable and a valid tool which is simple and easy to use for measuring functional walking ability in children with poliomyelitis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rigen Herpramasanti
"ABSTRAK
Tujuan : Mengetahui angka kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur, mengetahui adakah perbedaan rerata kemampuan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), dan melihat hubungannya dengan faktor-faktor ibu yaitu pendidikan ibu, ibu bekerja, jumlah anak dalam keluarga, riwayat pemberian ASI lebih dari 6 bulan, dan rentang waktu interaksi ibu dan anak.
Metode : Desain penelitian adalah potong lintang. Populasi terjangkau adalah anak riwayat lahir prematur yang terdata di Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak tahun 2009 sampai dengan 2010 dan anak riwayat prematur yang terdata di Poli Rawat Jalan Divisi Pediari Departemen Rehabilitasi Medik. Cara pengambilan sampel dengan consecutif sampling. Penilaian kemampuan bahasa dan kognisi dengan menggunakan Capute Scale CAT/CLAMS.
Hasil : Angka kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur usia 18-36 bulan adalah sebesar 25%. Terdapat kecenderungan nilai rerata kemampuan bahasa dan kognisi yang lebih rendah pada anak riwayat prematur BBSR dibandingkan BBLR, namun tidak signifikan (p>0,05). Faktor ibu yang memberikan hubungan yang bermakna adalah rentang waktu interaksi ibu dan anak, dimana didapatkan memiliki korelasi lemah terhadap kemampuan kognisi (r=0,275, p=0,04)
Kesimpulan : Kejadian keterlambatan bahasa dan kognisi pada anak riwayat prematur usia 18-36 bulan cukup besar, sehingga memerlukan perhatian khusus. Ibu dengan anak riwayat prematur hendaknya meningkatkan rentang waktu interaksi dengan anaknya untuk meningkatkan kemampuan kognisi pada anak.

ABSTRACT
The aim: To knew the prevalence of language and cognition problem in preterm children, to knew the difference in language and cognition acquitition between preterm children with low birth weight (LBW) and very low birth weight (VLBW), and to knew relationship with maternal factors are maternal education, working mother, number of chlidren, breast feeding for 6 months, dan length time of mother children interaction.
Methods: Study design was crosssectional. The population was preterm infant registered in Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak 2009 until 2010 and preterm children registered in Poli Rawat Jalan Divisi Pediari Departemen Rehabilitasi Medik. Cara pengambilan sampel dengan consecutif sampling. The tools used to measure language and cognition acquisition were Capute Scale CAT/CLAMS.
Results: The prevalence of language and cognition problem in premature children was 25%. There is a trend that language and cognition acquisition lower in premature children with VLBW than LBW, but not significant (p>0,05). Maternal factor that gave significant relationship only the length time of mother children interaction, with gave weak correlation with cognition acquisition (r=0,275, p=0,04)
Conclussion: The prevalence of language and cognition problem in preterm children was high, so should be gave close attention. Mother of preterm children shoould be increase the length time of interaction with her child to increase the child’s cognition"
[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ], 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikari Ambara Sjakti
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T22665
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiati Laksmitasari
"ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui apakah uji jalan dua menit dapat digunakan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan cerebral palsy atau palsi serebral ambulatori. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek anak dengan palsi serebral ambulatori diminta untuk melakukan uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit pada hari yang berbeda. Analisis statistik dilakukan untuk menilai korelasi antara jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit. Hasil penelitian menyatakan bahwa uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit mampu laksana pada anak dengan palsi serebral ambulatori, dengan penyesuaian khusus dalam teknis pelaksanaan. Rerata jarak tempuh uji jalan dua menit dan uji jalan enam menit masing-masing sebesar 47,87 + 28,54 m dan 134,33 + 80,27 m. Jarak tempuh uji jalan dua menit dan jarak tempuh uji jalan enam menit berkorelasi secara signifikan dengan tingkat korelasi yang sangat kuat (r = 0,920). Maka, uji jalan dua menit dapat dipertimbangkan sebagai alternatif uji kebugaran kardiorespirasi pada anak dengan palsi serebral ambulatori. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai validitas dan reliabilitas uji jalan dua menit subjek tersebut.

ABSTRACT
This thesis was aimed to know whether two-minute walking test can be used as an alternative to cardiorespiratory fitness tests in children with ambulatory cerebral palsy (CP). The design was cross sectional. Children with ambulatory CP performed two-minute walking test and six-minute walking test on different days. Statistical analysis was performed to assess the correlation between the two-minute walking distance and the six-minute walking distance. The results stated that the two-minute walking test and the six-minute walking test were feasible for children with ambulatory CP, provided that some modifications were made in procedures. The meanof the two-minute walking distance and the six-minute walking distancewere 47.87 + 28.54 m and 134.33 + 80.27 m respectively.There issignificant correlation between two-minute walking distance and six-minute walking distance with very strong level (r = 0.920). Thus, two-minute walking test can be considered as an alternative to cardiorespiratory fitness tests in children with ambulatory CP. Further research is needed to test the validity and reliability of the two-minute walking test."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Meiliana
"ABSTRAK
Tesis ini disusun untuk mengetahui kondisi kualitas hidup ibu yang mengasuh anak dengan palsi serebral (PS), serta hubungannya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu. Penelitian menggunakan desain potong lintang. Subjek ibu diminta untuk mengisi kuesioner WHOQOL-BREF dan dilakukan wawancara untuk penilaian faktor sosial demografik dan kondisi mental ibu menggunakan MINI ICD-10, serta penilaian kondisi PS anak melalui pemeriksaan dan data rekam medis. Analisa statistik untuk menilai kualitas hidup ibu serta korelasinya dengan kondisi PS anak, faktor sosial demografik, dan kondisi mental ibu. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai tengah dari kualitas hidup ibu sebesar 50 (31-88), 63 (13-94), 62,5 (0-100), dan 50 (25-75) pada setiap domain. Faktor sosial demografik mempengaruhi kualitas hidup ibu pada faktor usia ibu, usia anak, pendapatan keluarga, jarak dari rumah ke pusat terapi, status tempat tinggal, jenis kelamin anak, pekerjaan ibu, dan pendidikan ibu. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi PS anak dan kondisi mental ibu terhadap kualitas hidup ibu. Maka, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk mulai memberikan pendampingan dan pelayanan yang komperhensif kepada para ibu yang mengasuh anak dengan PS ataupun kondisi disabilitas lainnya.

ABSTRACT
This thesis was aimed to determine the mother s quality of life (QoL) who caring for cerebral palsy (CP) child, also its relationship with CP child s condition, socio-demographic factors and mother s mental conditions. The design was cross-sectional. Mothers were asked to fill out the WHOQOL-BREF questionnaire and interviews to assess the social demographic factors and mental conditions using the MINI ICD-10, also assess the CP child s condition from examination and medical record data. Statistical analysis was conducted to assess the mother s QoL and its correlation with the CP child s condition, socio-demographic factors, and the mother s mental condition. The results stated that the mean value of mother s QoL were 50 (31-88), 63 (13-94), 62.5 (0-100), and 50 (25-75) in each domain. Social demographic factors affect the mother s QoL on the mother s age, child s age, family income, distance from home to the therapy center, residence state, child s sex, mother s occupation, and mother s education. There is no significant correlation between the CP child s condition and mother s mental condition to the mother s QoL. Thus, this research can be considered to start providing comprehensive assistance and services to mothers with CP child or other disability conditions. "
2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Prima Yolanda
"Latar Belakang: Ketrampilan menghisap dan koordinasi antara menghisap, menelan dan bernafas belum adekuat belum adekuat pada neonatur prematur. Neonatal Oral-Motor Assessment Scale (NOMAS) adalah alat ukur yang telah sahih dan andal dalam menilai oromotor skill pada neonatus prematur. Penelitian ini ingin menguji validitas isi dan reliabilitas interrater dan test-retest yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Metode : Desain penelitian ini adalah uji validasi, terdiri dari 16 subjek yang diambil berdasarkan kriteria penerimaan; neonatus prematur, kondisi umum stabil dan diizinkan oleh orang tua dengan mengisi informed consent. Data berupa video saat menyusu diawali dari saat pertama bertemu peneliti hingga usia koreksi 40 minggu. Oromotor skill dinilai dengan NOMAS yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Validitas isi dilakukan dengan proses non-statistik; keandalan intrarater dinilai dengan uji Cohen?s Kappa dan Inter Class Correlation, keandalan interrater dengan uji Cronbach Alpha dan Inter Class Correlation.
Hasil : Dari 16 neonatus didapatkan usia gestasi 32-35 minggu dan BBLR 93,75%. Secara isi NOMAS berbahasa Indonesia telah dinyatakan sesuai dengan NOMAS berbahasa Inggris. Keandalan intrarater bernilai baik hingga sempurna (K= 0,6-1,00 dan ICC= 0,4-1,00). Uji keandalan interrater bernilai rendah hingga hampir sempurna (Cronbach?s Alpha = 0,18-0,84 dan ICC= 0,05- 0,80).
Kesimpulan : NOMAS berbahasa Indonesia mempunyai validitas isi dan reliabilitas yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur oromotor skill pada neonatus prematur. Sebaiknya mengikuti pelatihan NOMAS agar lebih mengusai penggunaan alat ukur ini.

Background : Sucking skills and the coordination between sucking, swallowing and breathing are inadequate on premature neonates. Neonatal Oral-Motor Assessment Scale (NOMAS) is a measuring instrument that is both valid and reliable in assessing oromotor skills in premature neonates. The study aims to test the content validity and interrater reliability and test-retest reliability of NOMAS translated to Bahasa Indonesia which has never been done before.
Methods : This study is a validation test, consisting of 16 subjects who were taken using the inclusion criteria; premature neonates, in stable general condition and allowed by their parents to participate in the study by filling out an informed consent. Data was collected in the form of a video taken during feeding, starting from the first meeting with the researcher until 40 weeks corrected age. Oromotor skills was assessed using NOMAS which has been translated into Bahasa Indonesia. Content validity was performed using non-statistical process; intrarater reliability was assessed using Cohen's Kappa test and Inter Class Correlation, and interrater reliability using Cronbach Alpha test and Inter Class Correlation.
Results : Of the 16 neonates, a mean gestation age of 32-35 weeks and low birth weight incidence of 93.75% was found. The content of NOMAS in Bahasa Indonesia has been declared in accordance with NOMAS in English. Intrarater reliability was good to perfect (K= 0,6-1,00 and ICC= 0,4-1,00). Interrater reliability was low to almost perfect (Cronbach?s Alpha = 0,18-0,84 and ICC= 0,05- 0,80).
Conclusion : NOMAS in Bahasa Indoensia has good content validity and reliability and can be used as a measuring tool for oromotor skills in premature neonates. NOMAS training is adviced to master the use of this measure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marion Cinta Kuntjoro
"ABSTRAK
Latar Belakang: Disfagia fase faring ditemukan pada sebagian besar pasien karsinoma nasofaring (KNF) pasca-kemoradiasi. Manuver Mendelsohn bertujuan untuk meningkatkan durasi elevasi kompleks hyolaringeal, telah digunakan dalam penatalaksanaan disfagia dengan berbagai penyebab. Penelitian ini menilai pengaruh latihan manuver Mendelsohn pada penderita KNF pasca-kemoradiasi dengan disfagia fase faring.
Metode: Desain kuasi eksperimen dengan penilaian sebelum dan sesudah latihan menelan dengan manuver Mendelsoh selama 6 minggu. Penelitian dilakukan pada 20 pasien KNF yang memenuhi kriteria penelitian. Sampel didapat secara konsekutif. Penilaian dilakukan dengan flexible endoscopic swallowing study (FEES) terhadap standing secretion, residu, penetrasi, dan aspirasi menggunakan konsistensi pure, thick liquid dan thin liquid.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakan pada penilaian standing secretion (p=0,034). Penilaian terhadap residu mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,021 dan p=0,008), sedangkan pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,129). Penilaian terhadap penetrasi mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian pure dan thick liquid (p=0,034 dan p=0,008), pada pemberian thin liquid tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,059). Penilaian terhadap aspirasi tidak mendapatkan perbedaan bermakna pada pemberian ketiga konsistensi (p=>0,05).
Kesimpulan: Latihan menelan dengan manuver Mendelsohn selama 6 minggu memeperbaiki standing secretion, residu pada pemberian pure dan thick liquid, penetrasi pada pemberian pure dan thick liquid. Latihan ini tidak memperbaiki aspirasi secara bermakna pada pemberian ketiga konsistensi.

ABSTRACT
Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. ;Background: Dysphagia is commonly seen in patients with nasopharingeal carcinoma (NPC) post chemoradiation. The Mendelsohn maneuver which promotes a prolonged voluntary of hyolaryngeal elevation at the peak of swallowing process has been used to treat various causes of pharyngeal dysphagia. The aim of the study was to see of the influence of swallowing exercise with Mendelsohn manuever in post-chemoradiation NPC patients with pharyngeal phase dysphagia.
Methods: A quasi experimental with pre and post-test assessment at before and after six weeks exercise of Mendelsohn manuever. The study was conducted on 20 NPC patients who met the study criteria. Flexible endoscopic of swallowing study (FEES) was used to asess standing secretion, residue, penetration, and aspiration by giving 3 consistency of food/fluid (pure, thick liquid and thin liquid).
Results: There was a significant difference in standing secretion assesment (p=0,034). Significant differences were found in residue assesment of pure and thick liquid, although no significant difference was found in thin liquid (p=0,129). There were also significant differences in penetration assesment of pure and thick liquid (p=0.034 and p = 0.008), but no significant difference in thin liquid ( p = 0.059 ). The study did not find significant differences in assesment of aspiration in all kind of consistencies (p > 0.05).
Conclusion: Six weeks swallowing exercise with Mendelsohn manuever can reduce severity of standing secretion, residue and penetration of pure and thick liquid. However the exercise improve aspiration status but did not reach significant difference at all consistencies. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Ambarwati
"ABSTRAK
Penanganan palsi serebral(PS) yang baik membutuhkan
peran serta aktif pelaku rawat . Sehingga diperlukan alat ukur penilaian fungsi
motorik kasar yang singkat dan dapat dimengerti .Tujuan penelitian ini adalah
menguji kesahihan dan keandalan FRQ-GMFCS versi Bahasa Indonesia .agar
dapat dipergunakan para klinisi dan pelaku rawat anak dengan PS.
METODE.Desain penelitian dengan metode potong lintang pada 53 subjek,
berusia 2-18 tahun.yang dikelompokan sesuai dengan pembagian usia pada FQGMFCS
. Pengolahan data dilakukan dengan analisa univariat dan nilai Cohen
Kappa .
HASIL: Hasil uji kesahihan dan keandalan FRQ-GMFCS versi Indonesia
mendapat hasil yang secara statistik bermakna.
KESIMPULAN: FRQ-GMFCS versi Bahasa Indonesia terbukti memiliki
kesahihan dan keandalan yang baik serta cukup spesifik untuk digunakan klinisi
dan pelaku rawat anak dengan PS.
ABSTRACT
A good handling of cerebral palsy requires the active
participation of caregivers. So, we need an understandable short questionaire of
gross motor function assessment.The aim of this study was to determine the
validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS so it can be used
for clinicians and caregivers of children with cerebral palsy(CP).
METODE:We conducteds a cross-sectional study in 53 caregivers of children
with CP, aged 2-18 yeras old and was grouped according to the age distribution of
the FRQ-GMFCS. Data processing was performed with univariate analysis and
Cohen Kappa value.
RESULTS: The validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS
statistically are significant.
CONCLUSION: Indonesian version of FRQ-GMFCS shown to have good
validity and reliability as well as the specific enough to be used clinicians and
caregivers of children with CP. ;BACKGROUND: A good handling of cerebral palsy requires the active
participation of caregivers. So, we need an understandable short questionaire of
gross motor function assessment.The aim of this study was to determine the
validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS so it can be used
for clinicians and caregivers of children with cerebral palsy(CP).
METODE:We conducteds a cross-sectional study in 53 caregivers of children
with CP, aged 2-18 yeras old and was grouped according to the age distribution of
the FRQ-GMFCS. Data processing was performed with univariate analysis and
Cohen Kappa value.
RESULTS: The validity and reliability of Indonesian version of FRQ-GMFCS
statistically are significant.
CONCLUSION: Indonesian version of FRQ-GMFCS shown to have good
validity and reliability as well as the specific enough to be used clinicians and
caregivers of children with CP. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>