Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachma Fitriati
"Industri otomotif merupakan kelompok industri yang merefleksikan kinerja industri suatu negara. Tidaklah mengherankan jika pemerintahan suatu negara akan mengeluarkan berbagai kebijakan yang berhubungan dengan arah strategi industri otomotif tersebut. Terlebih lagi industri otomotif memberikan sumbangan devisa sangat besar bagi negara produsennya.
Tesis ini dikembangkan terutama untuk melihat kejelasan arah strategi industri otomotif di Indonesia. Berbagai kebijakan otomotif yang telah dikeluarkan selama ini terlihat tidak konsisten dan tidak koheren. Sejak awal, pemerintah menggunakan pendekatan strata industrialisasi subsitusi impor terhadap industri otomotif sehingga industri ini sarat proteksi. Pemerintah cenderung memberikan perlindungan kepada pelaku industri otomotif sehingga industri ini menjadi industri bayi (infant industry) yang manja. Terkesan pula pelaku industri sebagai kelompok penekan (pressure group), memiliki peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi arah kebijakan yang dibuat pemerintah dalam industri otomotif.
Kekuatan tesis ini terletak pada pendekatan studi analysis kebijakan yang dilakukan untuk menciptakan, menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses pembuatan kebijakan, yang meliputi perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan dan evaluasi. Untuk mempertajam analisis tesis ini memfokuskan diri pada proses pemantauan atau dampak suatu implementasi kebijakan otomotif khususnya terhadap industri dan pasar otomotif selama rentang waktu 1990 sampai 1998. Alasannya, dalam kurun waktu ini pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan penting di sektor otomotif yang arahnya berbeda dari kebijakan-kebijakan yang pernah dibuat sebelumnya, dan berdampak sangat luas terhadap arah strategi industrialisasi dan pasar otomotif di Indonesia.
Berdasarkan pada pendekatan tersebut, beberapa pertanyaan mendasar digunakan sebaga acuan untuk menjawab : bagaimana implikasi kebijakan pemerintah pada industri kendaraan bermotor roda empat terhadap perkembangan industri otomotif dan pasar otomotif.
Dalam studi kebijakan ini ditemukan kebijakan otomotif selama kurun waktu 1990 sampai 1998 memberikan pengaruh terhadap industri otomotif berupa : pertama, tinggi rendahnya pencapaian nilai kandungan lokal tidak terlepas dari besar-kecilnya permintaan pasar terhadap produk otomotif tersebut, Pengorbanan dari sisi investasi dan teknologi dapat ditopang jika produk tersebut memenuhi skala ekonomis. Dengan tingginya permintaan pasar maka produsen akan berupaya mengikuti program kandungan lokal untuk memperoleh insentif dari pemerintah. Terbukti prosentase nilai kandungan lokal tertinggi terdapat pada kendaraan niaga sebagai kendaraan yang memiliki angka penjualan tertinggi. Kedua, untuk mencapai prosentase nilai kandungan lokal tertinggi, maka produsen akan berupaya memenuhi komponen penyumbang nilai kandungan lokal terbesar. Terbukti, motor penggerak dan chassis body - sebagai komponen dengan nilai prosentase terbesar, adalah komponen yang paling banyak diraih oleh produsen untuk memperoleh program insentif. Hasil ini juga menunjukkan besarnya minat investor untuk memperoleh insentif dari pemerintah yang berarti adanya pengurangan pajak dan bea masuk terhadap produk otomotif yang dihasilkan. Ketiga, program insentif kandungan lokal ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap sikap ATPM untuk meningkatkan kemampuan teknologi dan efisiensi apabila: semua kenaikan ongkos produksi dapat dibebankan kepada konsumen dan profitability masih dapat terjamin; (2) economic of scale tidak dapat terpenuhi,; (3) pesaing domestik lain masih belum menawarkan harga yang kompetitif dan harga produk pesaing luar masih jauh lebih tinggi serta dihambat oleh PPn-BM tinggi.
Terhadap pasar otomotif, penelitan ini membuktikan terdapatnya hubungan yang sangat erat antara produksi yang ditawarkan (supply) dengan daya serap pasar (demand secara keseluruhan, pasar otomotif Indonesia mengalami over demand atau daya serap pasar (permintaan) lebih besar dari pada produksi (penawaran), kecuali 1992 dan 1995, menunjukkan tingginya daya serap masyarakat Indonesia terhadap produk otomotif. Bahkan, ketika terjadi krisis moneter sekalipun. Sayangnya, tingginya daya serap pasar tidak didukung tingginya nilai ekspor. Total rasio ekspor masih sangat kecil terhadap total penjualan nasional. Kenyataan ini membuktikan lemahnya posisi Indonesia, baik terhadap prinsipal asing maupun lemahnya daya saing produk otomotif buatan Indonesia di pasar otomotif dunia.
Tesis ini sekaligus memperlihatkan adanya dominasi yang sangat kuat tiga kelompok usaha terhadap penjualan produk otomotif selama satu dasawarsa. Dominasi ketiga kelompok usaha ini berpotensi besar ke arah pembentukan pasar oligopoli (kartel) dalam bisnis otomotif Indonesia.
Akhirnya, peneliti berharap hasil penelitian terhadap implikasi kebijakan industri otomotif selama rentang waktu 1990 sampai 1998 ini dapat menjadi pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan kebijakan sehingga arah kebijakan industri yang dibuat akan selalu mengedepankan kepentingan masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1851
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syakir Hasyimi
"Konsep pengembangan produk di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Barang Kulit, Karat dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta belum berorientasi pada sinergi lintas fungsional. Manajemen pengetahuan yang memfasilitasi lahirnya inovasi produk/ proses belum sepenuhnya disadari oleh pejabat struktural dan fungsional sebagai pendorong kinerja organisasi. Sehingga yang menjadi masalah adalah sejauh mana persepsi karyawan BBKKP dalam memahami learning organization dalam meningkatkan kinerja organisasi.
Penelitian dilakukan dengan mengambil objek penelitian BBKKP Yogyakarta, adapun batasan populasi dalam penelitian ini adalah para pejabat struktural dan fungsional. Data primer diperoleh dengan mengedarkan kuisioner sebanyak 120 buah dan wawancara. Selain itu diperlukan data sekunder sebagai pendukung. Variabel yang mengacu pada teknik After Action Review (AAR) digunakan pada analisis deskriptif, sementara variabel yang mendasarkan pada ten-facilitating factor & seven learning orientation digunakan pada analisis faktor.
Pada era informasi saat ini terjadi pergeseran dari people management menjadi knowledge management (Jones, 1999:155). Pengelolaan pengetahuan penting karena knowledge creation akan mendorong pada inovasi berkelanjutan yang mengarah pada keunggulan bersaing (Nonaka, Takeuchi, 1995 : 6 ). Pengetahuan hanya akan terdifusi manakala terdapat proses pembelajaran (Senge, 1999:535). Aktifitas pembelajaran diperlukan untuk operasi organisasi saat ini dan masa depan (Barton, 1995:8). Akhirnya, dibutuhkan kebijakan dan strategi dalam membangun organizational learning (Marquart, 1997 : 37).
Analisis terhadap model sinergi lintas fungsional telah terbukti meningkatkan pengetahuan yang memperkokoh basis kapabilitas dalam penelitian dan pengembangan. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan model tersebut adalah: kebebasan, krisis, tujuan bersama, keberanian, kerjasama dan dukungan pimpinan. Analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan bagi terjadinya pembelajaran di BBKKP dihasilkan tujuh faktor utama yaitu : kreatifitas, eksperimentasi, perbaikan berkelanjutan, pembelajaran atas masalah, keragaman dan kebhinekaan, kepedulian terhadap Iingkungan eksternal, dan kesaling-tergantungan antar unit kerja.
Operasionalisasi tujuh faktor utama pendorong organizational learning di BBKKP memerlukan kebijakan dan strategi dalam beberapa aspek, diantaranya menyangkut struktur organisasi, sumberdaya manusia, tata kerja, kepemimpinan dan finansial."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2862
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Hasmirizal
"Perubahan lingkungan organisasi abad dua puluh satu yang ditandai dengan karakteristik perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Perubahan lingkungan ini memerlukan suatu kajian tentang keberadaan organisasi Bidang Metrologi Medan dari bentuk organisasi tradisional menjadi organisasi pembelajar. Permasalahan yang dihadapi Bidang Metrologi Medan adalah rendahnya kemampuan organisasi dalam mengelola informasi, ilmu pengetahuan (knowledge), pendidikan dan pelayanan jasa. Sehingga transformasi organisasi perlu dilakukan.
Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi prioritas dalam mengubah pola organisasi pada Bidang Metrologi Medan menjadi organisasi pembelajar agar dapat meningkatkan pengelolaan informasi, knowledge, pendidikan dan pelayanan jasa Kemetrologian. Untuk melakukan transformasi organisasi menjadi organisasi pembelajar dilakukan penilaian melalui pendekatan AHP menurut faktor-faktor sistem organisasi seperti kepemimpinan, struktur, budaya organisasi, misi dan strategi, praktek manajemen, kebijakan dan prosedur, dan iklim kerja.
Dari hasil penilaian terhadap terhadap kuesioner yang diterima berdasarkan pendekatan AHP, diperoleh bahwa Kepemimpinan merupakan prioritas yang pertama (48,33 %), diikuti dengan faktor lainnya seperti struktur (20,94 %), budaya organisasi (13,10 %), misi dan strategi (7,21 %), praktek manajemen (5,02 %), kebijakan dan prosedur (3,28 %), dan iklim kerja (2,12 %). Adapun aktor yang berperan dalam melakukan transformasi organisasi dari organisasi tradisional menjadi organisasi pembelajar prioritas pertama adalah Kepala Bidang (68,90 %) kemudian Kepala Seksi (22,16 %) dan Pegawai (8,94 %), dengan prioritas tujuan adalah pembelajaran (66,56 %), peningkatan pengelolaan informasi (24,71 %), peningkatan pendidikan dan pelayanan jasa (8,73 %). Sedangkan alternatif penyelesaian yang diprioritaskan adalah Disiplin Kelima (53,53 %), Total Quality Management (TQM) (37,93 %), dan Benchmarking (8,54 %). Transformasi organisasi Bidang Metrologi Medan bukan merupakan proses sekali jadi melainkan merupakan proses berkesinambungan, maka komitmen seluruh level didalam manajemen perlu dibangun."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T4062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Dawaman
"Tesis "Realisasi Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Lampung" ini ditulis dalam Lima Bab. Perlunya memacu pertumbuhan ekonomi lebih cepat melalui penanaman modal oleh dunia usaha pada sektorl subsektor unggulan, setelah melemahnya sektor migas merupakan latar belakang masalah. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka. Alat analisis yang penulis gunakan dalam tesis ini adalah : LQ, Share Growth Rate, Avarage Growth Rate, Kontribusi Sektor, Dan ICDR.
Pertumbuhan tidak terjadi disembarang tempat, dan tidak serempak, tetapi pertumbuhan tersebut terjadi pada titik-titik tertentu dengan intensitas pertumbuhan yang berbeda dan menyebar. Teori Neo Klasik tentang expected earning dalam investasi, teori Marginal Efisiensi of Capital dan Teori Keynes adalah sebagian terori yang penulis gunakan dalam Kerangka Pemikiran.
Gambaran umum perekonomian dan arah investasi berisikan keadaan dan potensi daerah. PDRB per Dati II, kebijaksanaan pembangunan dan arah investasi, kebijaksanaan investasi dan pengembangan usaha, rencana penanaman modal yang disetujui Pemda, dan realisasi investasi per Dati II.
Analisis dilakukan melalui enam langkah, pertama menghitung LQ tiap sektor, kedua laju pertumbuhan rata-rata dan kecenderungan pertumbuhannya, ketiga menghitung share sektor/subsektor dan kecenderungan perkembangan, Keempat menggabungkan ketiga cara tersebut untuk mendapatkan sektor/subsektor unggulan, dan kelima menghitung kontribusi sektor dan keenam menghitung perkembangan ICOR.
Dari analisis tersebut diatas, maka didapat hasil sebagai berikut :
1. Terdapat dua sektor yang potensial dikembangkan dengan meningkatkan realisasi investasi untuk memacu pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu :
a. Sektor pertanian dengan subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
b. Sektor angkutan dan komunikasi
2. Selain kedua sektor tersebut yang juga potensial dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi Propinsi Lampung adalah:
a. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
b. Sektor listrik dan air minum.
c. Sektor industri dan pengolahan
d. Sektor pertambangan dan penggalian.
2. Kontribusi realisasi investasi terhadap PDRB Propinsi Lampung relatif kecil, yaitu dengan kontribusi rata-rata sebesar 7,8 persen per tahun.
3. Perkembangan 1COR berfluktuatif dan 3 tahun terakhir ICOR-nya cukup tinggi, sehingga efisiensi investasi relatif rendah. Hal ini mengakibatkan kebutuhan investasi untuk meningkatkan pertumbuhan PDRB makin besar. Sehingga dengan investasi yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang makin kecil."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T1342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrayana Chaidir
"Sejak tahun 1988 sampai dengan 1994, Pemerintah telah mengeluarkan empat kebijakan insentif disektor hulu industri minyak dan gas bumi, yang dinamakan Kebijakan Paket Insentif Perminyakan. Tujuan dikeluarkannya kebijakan-kebijakan insentif tersebut adalah untuk mendorong investor/kontraktor Kontrak Bagi Hasil (KBH) meningkatkan investasi/kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi di Indonesia. Tantangan, peluang dan kendala yang dihadapi industri minyak dan gas bumi dimasa yang akan datang menuntut perlunya diadakan evaluasi terhadap kebijakan-kebijakan insentif tersebut sebagai dasar penyempurnaan atau penyesuaian/dikeluarkan kebijakan insentif baru.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan insentif yang telah dikeluarkan Pemerintah selama ini dengan melakukan analisis mengenai formulasi, implementasi dan implikasi dari kebijakan-kebijakan insentif tersebut serta perlu/tidaknya dikeluarkan kebijakan insentif baru dan bagaimanakah kebijakan insentif yang lebih menarik bagi kontraktor KBH.
Data untuk penelitian diperoleh dari wawancara mendalam dengan beberapa pejabat yang berkompeten, menyebarkan kuesioner kepada beberapa kontraktor KBH yang beroperasi di Indonesia serta dari publikasi dan dokumentasi Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi. Dari hasil penelitian terungkap antara lain perkembangan investasi/kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi kontraktor KBH setelah dikeluarkannya Kebijakan Paket Insentif Perminyakan belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharapkan. Hal ini disebabkan disamping adanya beberapa kelemahan pada kebijakan insentif, juga diakibatkan pengaruh dari faktor-faktor diluar kebijakan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya dorongan/kebutuhan untuk dikeluarkannya kebijakan insentif yang baru sebagai penyempurnaan/peningkatan dari kebijakan-kebijakan insentif yang telah dikeluarkan Pemerintah selama ini.
Beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah : melibatkan kelompok sasaran kebijakan (kontraktor KBH) dalam proses formulasi kebijakan insentif, penyempurnaan petunjuk pelaksanaan kebijakan, Pemerintah perlu mempertimbangkan untuk mengeluarkan kebijakan insentif baru yang lebih menarik bagi kontraktor KBH, yaitu yang dapat meningkatkan "return" investasi yang ditanamkan dan dapat meringankan beban kontraktor KBH dalam tahap eksplorasi (risk sharing) terutama untuk daerah frontier, laut dalam dan Kawasan Timur Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Nastiti Budianti
"ABSTRAK
PT Great River International (GRI) adalah perusahaan pembuat pakaian
jadi dengan Iisensi merek-merek terkenal dunia. Sebagai perusahaan yang
terintegrasi dan menguasai pangsa pasar terbesar pakaian jadi untuk segmen
menengah ke atas di Indonesia dan telah melakukan ekspor ke Iebih dari 20
negara di dunia, posisi PT GRI sebenarnya tergolong kuat. Tetapi dengan
dihapuskannya Multi Fibre Arrangement secara bertahap sampai tahun 2004,
maka struktur pasar PT GRI jadi berubah. Yakni dari pasar Iokal yang semula
diproteksi menjadi pasar terbuka, sehingga mengakibatkan produk impor
membanjiri pasar domestik. Selain itu, tingkat kompetisi bisnis pakaian jadi di
dunia juga semakin meningkat.
Untuk menghadapi peningkatan persaingan dan mempertahankan
survival korporasinya, PT GRI perlu menyusun dan merencanakan strategi
bisnisnya dengan merespon setiap perubahan yang terjadi di Iingkungan internal
maupun eksternal perusahaan.
Dari analisis Iingkungan eksternal diketahui bahwa ancaman utama yang
dihadapi PT GRI adalah perkembangan ekonomi dan politik selama kurun 2
tahun terakhir yang buruk. Sedangkan faktor peiuang adalah permintaan ekspor
yang tinggi akibat depresiasi rupiah dan perkembangan jumlah penduduk yang
terus meningkat. Dari analisis lingkungan internal perusahaan, terutama faktor
manajemen, pemasaran dan produksi menunjukkan indikasi yang kuat.
Sebaliknya faktor keuangan cukup lemah. lni disebabkan depresiasi rupiah yang
taiam telah menaikkan biaya impor dan pengeluaran-pengeluaran yang dibayar
dalam dolar AS.
Hasii analisis SWOT menunjukkan bahwa posisi bisnis PT GRI berada
pada kwadran I, yang berarti perusahaan harus meiakukan strategi
pertumbuhan. Namun demikian dengan mempertimbangkan kondisi keuangan
perusahaan, maka perusahaan dapat mengkombinasikannya dengan strategi
devensif dengan tujuan penghematan dan memperbaiki posisi keuangan
perusahaan. Sedangkan strategi generik yang sesuai untuk PT GRI adaiah
strategi diferensiasi. Untuk mengurangi risiko akibat penerapan strategi
diferensiasi, perusahaan perlu memiliki kemampuan, diantaranya 1 strategi
pemasaran yang kuat, inovasi/kreativitas mode atau fashion dan reputasi
perusahaan untuk memimpin mutu dan teknologi pada industri pakaian jadi.
Hasil analisis Competitive Profile Matrix menunjukkan posisi PT GRI di
pasar domestik unggul dalam segmen pakaian dalam wanita, pakaian pria dan
pakaian anak. Sedangkan pada segmen pakaian dalam pria dan jeans &
pakaian santai, posisinya di bawah pesaing, terutama pada faktor harga,
promosi dan distribusinya. Untuk memperbaiki posisi bersaing kedua segmen ini
di pasar domestik, perusahaan dapat melakukan pengembangan produk dan
pasar terutama pada segmen menengah yang diyakini daya belinya masih
cukup tinggi. Perusahaan juga perlu menurunkan harga, meningkatkan
anggaran periklanan dan memperbaiki jalur distribusi yang ada.
Hasil analisis portofolio General Electric menunjukkan : Segmen
pakaian dalam wanita dan pakaian pria pada posisi daya tarik industri tinggi dan
kekuatan bisnis perusahaan yang juga tinggi, maka slrategi unit bisnis dan
alokasi sumber daya diarahkan untuk mempertahankan dominansi pasar,
melindungi kekuatan yang ada dan kelola sebaik-baiknya untuk laba sekarang,
serta maksimumkan investasi. Segmen pakaian anak pada posisi daya tarik
industri tinggi dan kekuatan bisnis perusahaan sedang, maka strategi unit
bisnis dan alokasi sumber daya diarahkan untuk memelihara dan
mempertahankan posisi sekarang, identifikasi segmen pasar yang bertumbuh,
pengembangan produk dan pasar, sementara investasi dilakukan hati-hati dan
selektif. Sedangkan segmen pakaian dalam pria dan jeans & pakaian santai
pada posisi daya tarik industri sedang dan kekuatan bisnis perusahaan sedang,
maka strategi unit bisnis dan alokasi sumber daya diarahkan untuk
mengidentifikasi segmen pasar yang bertumbuh, pengembangan produk dan
pasar, sedangkan investasi dilakukan selektif dan dipusatkan pada segmen
dengan Iaba yang baik dan risiko yang rendah.

"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T16680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salomonsz, A.L.
"Kajian Peluang Ekspor Komoditi Furnitur Ke Wilayah Uni Eropa merupakan suatu konsekuensi logis untuk dianalisis guna mewujudkan akselerasi perolehan devisa melalui penerobosan dan penguasaan pasar ekspor. Perubahan patron perdagangan dunia sebagai dampak dari globalisasi telah mengangkat persaingan menjadi semakin tajam. Pengambilan keputusan semakin dituntut untuk melibatkan berbagai variabel, baik ekonomi maupun non ekonomi seteliti mungkin, agar tidak terjadi economic turbulance tetapi sebaliknya justru dapat mencapai economic miracle.
Furnitur memiliki kecenderungan pertumbuhan permintaan yang bergerak searah dengan pertumbuhan penduduk dan income. Apabila dikaitkan dengan pasar Uni Eropa (UE) tentu hal ini merupakan peluang yang harus segera dimanfaatkan agar tidak didahului oleh negara pesaing. Potensi Indonesia dari faktor endowment cukup memiliki prospek walaupun tingkat upah yang rendah dan sumber daya alam bukanlah satu-satunya modal keunggulan bersaing tetapi yang menjadi permasalahannya bagaimana formulasi dan implementasi strategi yang efektif dan efisien dengan memperhatikan aspek Iingkungan internal dan eksternalnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan ekspor non migas khususnya komoditi fumitur ke UE dan menelaah faktor yang mempengaruhi ekspor furnitur serta mengkaji peluang ekspor furniture ke UE. Dalam memecahkan masalah digunakan beberapa pendekatan baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif seperti pendekatan Revealed Comparative Advantage, Acceleration Ratio, Indeks Spesialisasi Perdagangan, Regresi Linear Berganda, Analisis SWOT, Strategi Keunggulan Bersaing "Diamond Porter" Matriks BCG.
Berdasarkan analisis beberapa pendekatan ternyata furnitur masih memiliki keunggulan komparatif dan dengan kondisi faktor yang ada, telah memberikan suatu pertumbuhan pasar dan pangsa pasar yang cukup tinggi terutama jenis furnitur kayu (SITC 8215) dan Furnitur bahan Lainnya (SITC 8217). Walaupun demikian penanganan sektor furnitur masih belum optimal sehingga masih kalah bersaing dengan negara maju bahkan dengan beberapa negara berkembang Oleh sebab itu perlu ?Indonesia Incorporated" dalam mewujudkan perolehan devisa melalui peningkatan ekspor furnitur. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Kuntoro Kangrahardja
"ABSTRAK
Kinerja pertumbuhan ekonomi suatu negara memerlukan dukungan dari
berhagai hal, salah satunya adalah sumber pendanaan yang memadai,
baik yang disediakan oleh pemerintah maupun dunia swasta. Kondisi
ini juga berlaku di Indonesia dimana keterbatasan sumber pendanaan
pemerintah dalam menunjang pertumbuhan nasional memerlukan
sumber pendanaan alternatif.
Salah satu sumber pendanaan yang saat ini berkembang pesat di
Indonesia dilihat dari kapitalisasi dana yang berhasil dihimpun
adalah "Pasar Modal". Pasar Modal memiliki tiga macam pendanaan
yaitu: saham, obligasi dan derivatives-derivatives yang masing-
masing mempunyai variasinya sendiri.
Berdasarkan data yang didapatkan penulis, IPO (Initial Public
Offering), Right dan Obligasi merupakan metode pendanaan di pasar
modal yang saat ini paling banyak diminati perusahaan publik
dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Karena itu penulis
tertarik untuk meneliti kinerja metode pendanaan ini dengan
pendapatan nasional berupa Produk Domestik Bruto, tingkat bunga
nasional dengan IHSG dan volume perdagangan di Bursa, sampai
berapa jauh sumbangannya pada pendanaan.
Didalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data melalui
studi lapangan sebagai "data utama" dan studi kepustakaan sebagai
"data penunjang" studi lapangan menggunakan metode kwantitatif
dengan melakukan penelitian data pada lembaga pasar modal,
lembaga Pengawas Pasar Modal, Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek
Surabaya (perwakilan) bagi data kwantitatif selama 10 tahun.
Sedangkan studi kepustakaan dilakukan dengan cara menelaah huku
teori ekonomi, keuangan serta bacaan lain yang dapat mendukung
penelitian ini. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan (Koefisien Korelasi) 85%
antara PDB dengan IPO, Right, Ohligasi dengan demikian Ho tesis
diterima. Hubungan bunga bank swasta dengan Indeks Harga Saham
Gabungan koefisien korelasinya moderat, berlawan arah, sedangkan
hubungan bunga bank swasta dengan volume perdagangan korelasinya
moderat berlawan arah. Dan pada bagian tertentu karena sistem pasar
modal ini terbuka bagi asing maka ada gap waktu, karena pengaruh dari investor luar
dan dunia. Hasil analisa empiris diskriptif pendanaan perusahaan
melalui pasar modal merupakan hal yang mendukung pertumbuhan
pendanaan perusahaan dan sumber yang relatif besar bagi Kinerja
Pasar Modal dan Produk Domestik Bruto. Selanjutnya hasil dari
penelitian yang dilakukan hahwa IPO, Right Issue dan Obligasi
dapat dianggap sebagai cara mobilisasi dana yang potensial mudah
dan relatif cepat untuk "waktu dan kondisi" normal dipasar modal.
Normal adalah kondisi ekonomi dan politik yang kondusif baik.
Dengan dikeluarkan Undang-undang Pasar Modal No.8 tahun 1995,
berlaku 1 Januari 1996. Pelaku-pelaku pasar modal akan terjamin
beroperasi dan mendapat bimbingan yang lebih transparan tegas
sesuai perundang-undangan yang ada.

"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, L. Rumiris
"Kanker payudara merupakan salah sam jenis kanker yang teroapat pada wanita dan masih merupakan masalah kesehatan pada wanita, karena selain merupakan salah satu penyakit keganasan kedua terbanyak juga sering menyebabkan kematian. Di Indonesia kanker payudara adalah kanker nomor dua tersering. dan di Rurmah Sakit Kanker Dharmais merupakan angka kunjungan tertinggi setiap tahunnya. Salah satu faktor protektif yang berperan menurunkan risiko kanker payudara pada wenita adalah menyusui. Tujuan penelitian ini adalah untuk rnengeta.hui hubungan antara menyusui dengan kanker payudara pada pasien Rumnh Sakit Kanker Dharmais Jakarta yang berkunjung pada periode bulan Mei - Juli 2007.
Penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol dengan sampel peneiitian wanita melahirkan semua kelompok umur yang menderita kanker dan berkunjung ke poliklinik onkologi Rumah Sakit Kanker Dhannais Jakarta periode bulan Mei - Juli 2007. lumlah sampe1266 orang terdiri dari 127 orang kasus penderita kanker payudara dan 139 orang kontrol penderita kanker lainnya. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara o1eh perawat yang telah diberikan penjelasan mengenai daftar pertanyaa-pertanyaan da1am kuesioner. Data diuji dengan unconditional logistic regressiQu dengan program Stata versi 7,0.
Hasil penelitian diperoleh : proporsi responden yang menyusui selama >6 bulan sebesar 75,19 0/0, sisanya 24,81% menyusui selama 0 - 6 bulan; karakteristik responden rata-rata berumur 46,5 tahun, usia m£l1larche 13,5 tahun dan usia saat paritas pertama 25 tahun. Rata-rata jUn1Iah paritas adalah 2,5 kali dan rata~rata jumlah anak yang disusui adalah 2/6 anak. Rata~rata lama menyusui tiap anak adalah 12.04 bulan dan rata~rata lama menyusui sepanjang hidup adalah 32,62 bulan.
Disimpulkan terdapat hubungan dosis respon antara lama menyusui dengan risiko kanker payudara yaitu sema"kin lama menyusui sernakin kecil risiko untuk menderita kanker payudara. Hasil penelitian juga menunjukkan efek protektif lama menyusui tiap anak selaroa>6 bulan terhadap penurunan risiko kanker payudara setelah dikontrol dengan variabel umur, riwayat kanker payudara pada keluarga, usia saat menarche, jumlah paritas dan usia saat paritas pertama dengan (OR Adjusted 0,43; 95% CI : O.24~OJ80;). Efek protektif ini lebih kuat pada wanita postmenopause dibandingkan wanita premenopausal pada responden yang menyusui tiap anaknya selama >6 bulan (OR Adjusted ~ 0,14; 95% CI ; 0,03 ... 0,62) setelah dikendalikan dengan variabel umur, usia saat menopause. jumlah paritas dan usia saat paritas pertama. Disarankan pada wanita yang pemah melahirkan untuk menyusui tiap anaknya >6 bulan untuk menurunkan risiko terkena kanker payudara.

Breast cancer is cancer found in women and poses serious health problem. it rank second as the most frequent cancer and usually fatal. In Indonesia, among other cancers. breast cancer ranks second in frequency and Dharmais Cancer Hospital has highest visit each year. One known protective factor of breast cancer is breastfeeding. The aim of this study is to understand the association between breastfeeding and breast cancer among Dharmais Cancer Hospital patients in May - July 2007 period.
The study employs case-control design with sampJes of delivered mothers at all age groups who visit oncology polyclinic Dhannais Cancer Hospital during May - July 2001 period. Total sample was 266 consisted of 127 breast cancer patients and 139 other cancer controls. Primary data were coHected through interview conducted by nurse who had been explained about the questionnaire. Data were tested using unconditional logistic regression using Stata version 1.0.
The results shows that proportion of respondents who breastfed between 0--6 months was 75.190/0, 24.81% for breasfed for >6 months; average age of respondent 'WaS 46.5 years. average menarche was 13.5 years. and average first parity age of 25 years. Average parity was 2.5 times and average number of breastfed children was 2.6 children. The average duration of breasfeeding was 12.04 months and average longlife duration of breastfeeding was 32.62 months.
It is concluded that there is a significant relationship between breastfeeding and breast cancer among those who has average breastfeeding of >6 months after controlled by age, famity cancer history. menarche age, parity, and first parity age with adjusted OR of 0.43 (95% CI : 0.24-0.80). The study also concludes that breasfeeding has stronger protective effect among postmenopausal women with adjusted OR of 0.14 (95% CI : 0,03 - 0,62) after controlled by age, menopause age, parity. and first parity age. It is suggested that every mothers should breastfeed their children at least 7 months to reduce the risk of breast cancer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibowo
"ABSTRAK
Investasi yang diharapkan oleh semua investor, adalah investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian atau return secara optimal. Namun investor juga dihadapkan pada ketidakpastian dari investasi tersebut, atau risiko dari investasi. Salah satu bentuk investasi yang menarik minat investor, adalah investasi dalam bentuk saham. Melalui investasi dalam bentuk saham investor berharap mendapatkan tingkat pengembalian (return) berupa capital gain, yaitu selisih antara harga jual dari harga bell saham, serta dividen.
Sebagai komoditas investasi, saham perusahaan go public sangat peka terhadap perubahan-perubahan atau peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu bentuk risiko pasar, adalah peristiwa politik diantaranya berupa proses pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu). Peristiwa Pemiiu 7 Juni 1999, adalah peristiwa politik dengan skala nasional yang dilaksanakan tidak sebagaimana biasanya dalam kurun waktu lima tahun sekali. Kekalahan Partai Golkar dan menangnya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam Pemilu tersebut, menimbulkan berbagai spekulasi dikalangan pelaku pasar khususnya investor asing, karena menyangkut kelangsungan investasinya.
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan yang dikenal dengan istilah event study, yaitu pengamatan terhadap pergerakan harga dan aktivitas volume perdagangan saham. Penelitian dimulai dengan menyusun suatu hipotesis, kemudian menghitung return dan aktivitas volume perdagangan saham sampel. Selanjutnya dilakukan pengujian secara statistik terhadap hipotesis yang disusun, guna mengetahui tingkat signifikansinya untuk menolak atau menerima hipotesis dengan menggunakan statitstik uji t.
Dari hasil pengujian secara statistik, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1
2
3
Secara umum dari hasil penelitian ini menunjukkan, bahwa Bursa Saham Indonesia dalam hal ini Bursa Efek Jakarta bereaksi terhadap informasi politik yang diterima berupa Pemilu.
Bursa Saham Indonesia bereaksi terhadap Peristiwa Pemilu 7 Juni 1999, yang ditunjukkan oleh adanya abnormal return yang signifikan yang diterima investor pads periode kejadian.
Rata-rata return saham yang diterima investor sebelum dengan setelah terjadinya peristiwa Pemilu, secara signitikan tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.
Aktivitas volume perdagangan saham sebelum dengan setelah terjadinya peristiwa Pemilu, secara signifikan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>