Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juferdy Kurniawan
"HIV coinfection in HCV-infected patients accelerates the course of disease and affects the outcome of Peg-IFN/RBV combination treatment. HCV-HIV coinfected patients are suspected to have HCV mutation in NS5A-ISDR/PKR-BD region that had a role to the successfulness of Peg-IFN/RBV therapy. SNP IL-28B polymorphism is predicted to have an effect on the HCV quasi-species evolution. However, until now the effect of HCV NS5A mutation and SNP IL-28B of the host to the response of treatment is still unclear.
This study aimed to determine the presence and role of HCV NS5A-ISDR/PKR-BD region mutation and host SNP IL-28B on the succes of Peg-IFN/RBV combination treatment in HCV-HIV coinfected patients.
Prospective cohort study design was conducted in this study. Plasma sample was collected from 22 monoinfected and 134 HCV-HIV coinfected patients prior to therapy. All of them were treated with Peg-IFN/RBV for 48 weeks. The examination of HCV RNA was performed 24 weeks after the end of therapy. PCR nucleotide sequencing was performed after the RNA virus extraction and cDNA synthesis had been performed. Analysis of secondary structure and prediction of mutation function were assessed by PredictProtein (PP) program.
Sixteen from thirthy HCV-HIV co-infection patients and none from eight HCV patients achieved SVR. Nonneutral mutation ≥ 1 was found in 23/30 subjects with HCV-HIV co-infection. The presence of nonneutral mutation ≥ 1 was observed more frequent in SVR group than non-SVR group. Nonneutral mutation ≥ 1 was associated with SVR achievement, regardless the monoinfection or coinfection status (p = 0.04). Interaction of CC gene and nonneutral mutation was not associated with SVR. Secondary structure transformation of VHC NS5A was not associated with SVR in coinfected subjects. NS5A binding site structure was different from consensus in SVR group, while the structure was similar to consensus in non-SVR group.
Nonneutral mutation ≥ 1 has the most important role on the SVR achievement in patients treated with Peg-IFN/RBV. The interaction of CC-gene and nonneutral mutation was not associated with SVR. The change of secondary structure was also not associated with SVR achievement, however, the changes of NS5A binding site structure were found in HCV-HIV coinfected patients who achieved SVR.

Koinfeksi HIV pada pasien dengan infeksi VHC dapat memperberat perjalanan penyakit dan memengaruhi keberhasilan terapi kombinasi Peg-IFN/RBV. Pasien koinfeksi VHC-HIV diduga mengalami mutasi VHC pada regio NS5A-ISDR/PKR-BD yang mempunyai peran terhadap keberhasilan terapi Peg-IFN/RBV. Polimorfisme SNP IL-28B diprediksi berpengaruh terhadap evolusi quasi-spesies VHC, namun hingga saat ini keberadaan dan peran mutasi VHC NS5A serta SNP IL-28B pejamu pada koinfeksi VHC-HIV terhadap keberhasilan terapi masih belum diketahui secara jelas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan peran mutasi VHC NS5A-ISDR/PKR-BD serta SNP IL-28B pejamu terhadap keberhasilan terapi dengan kombinasi Peg-IFN/RBV pada pasien koinfeksi VHC-HIV.
Penelitian ini menggunakan desain studi kohort prospektif. Sampel plasma dikumpulkan dari 22 subjek monoinfeksi dan 134 subjek koinfeksi sebelum menjalani terapi. Seluruh pasien mendapatkan terapi Peg-IFN/RBV selama 48 minggu. Pemeriksaan VHC RNA setelah 24 minggu dari akhir terapi dilakukan untuk menilai respons terapi (sustained virological response/SVR 24). Sekuensing nukleotida menggunakan PCR dilakukan setelah ekstraksi RNA virus dan sintesis cDNA dari sampel plasma. Analisis struktur sekunder dan prediksi fungsi mutasi menggunakan program PredictProtein (PP).
Sebanyak 16 pasien dari 30 pasien koinfeksi VHC-HIV yang mengalami SVR serta tidak ada dari 8 pasien monoinfeksi VHC yang mengalami SVR. Mutasi nonnetral ≥ 1 ditemukan pada 23/30 pasien koinfeksi VHC-HIV. Keberadaan mutasi nonnetral ≥ 1 didapatkan lebih tinggi pada kelompok SVR (14 pasien) dibandingkan dengan non-SVR (9 pasien). Mutasi nonnetral ≥1 berhubungan dengan kejadian SVR, tanpa memandang status monoinfeksi dan koinfeksi (p = 0,04). Interaksi antara gen CC dan mutasi nonnetral tidak berhubungan dengan SVR. Perubahan struktur sekunder NS5A tidak berhubungan dengan SVR pada pasien koinfeksi. Struktur binding site NS5A pada kelompok SVR didapatkan berbeda dengan konsensus, sedangkan pada kelompok non-SVR mirip dengan konsensus.
Mutasi nonnetral ≥ 1 berperan terhadap kejadian SVR pada pasien yang mendapat terapi Peg-IFN/RBV. Interaksi mutasi nonnetral dan gen CC tidak berhubungan dengan pencapaian SVR. Perubahan struktur sekunder juga tidak berhubungan dengan pencapaian SVR, akan tetapi perubahan struktur binding site NS5A-ISDR/PKR-BD ditemukan pada pasien koinfeksi VHC-HIV yang mencapai SVR dengan terapi Peg-IFN/RBV."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azzaki Abubakar
"Pendahuluan: Prevalensi sirosis tinggi di Indonesia yang mayoritas populasinya adalah muslim. Pada saat menjalani puasa Ramadhan yang merupakan kewajiban umat muslim terjadi berbagai proses metabolik yang dapat mempengaruhi keadaan klinis, nutrisi dan bokimiawi pasien sirosis hati . Penelitian tentang efek puasa Ramadhan pada pasien sirosis hati di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan status nutrisi, status fungsi hati, pembentukan badan keton dan keseimbangan nitrogen pada pasien sirosis hati yang menjalankan puasa Ramadhan.
Metode: Penelitian "pre dan post" dengan consecutive sampling dilakukan pada pasien sirosis hati yang berpuasa Ramadhan. Penilaian status fungsional hati dengan skor Child-Pugh (CP), antropometrik dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT), ketebalan triceps skinfold (TSF) menggunakan kaliper Holtain, mid-arm muscle circumference, asupan makanan 24 jam, kadar 3-β-hidroksi butirat darah, serta pengukuran ekskresi nitrogen urin 24 jam, dilakukan pada minggu ke-4 Ramadhan dan 4 minggu pasca Ramadhan.
Hasil: Didapatkan 24 pasien sirosis hati, 16 orang (66,7%) laki-laki dan 8 orang (33,3%) perempuan yang menjalankan puasa Ramadhan dengan rerata umur 60 tahun. Etiologinya virus hepatitis B 54,2%, hepatitis C 20,8%, dan penyebab yang tidak diketahui 25%. Status fungsi hati CP A 19 orang (79,2%), CP B 2 orang (8,3%), dan CP C 3 orang (12,5%). Tidak ada perubahan skor CP pasca Ramadhan. Rerata (SD) IMT, ketebalan TSF, MAMC saat puasa Ramadhan berturut-turut adalah 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm dan pasca Ramadhan berturut-turut 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Kadar 3-β-hidroksi butirat darah saat Ramadhan adalah 0,14 (0.07) mmol/L, pasca Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Rerata (SD) keseimbangan nitrogen saat puasa Ramadhan 2,44 (2,93) gram/24 jam, pasca Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 jam (p=0,037).
Simpulan: Tidak ada pebedaan status fungsi hati dan kadar 3-β-hidroksi butirat darah pada saat dan pasca Ramadhan. Indeks massa tubuh dan ketebalan TSF membaik pasca Ramadhan. Keseimbangan nitrogen lebih positif saat Ramadhan. Puasa Ramadhan tampaknya tidak membahayakan pasien sirosis hati terutama pada kondisi fungsi hati yang terkompensasi.
......Introduction: The prevalence of cirrhosis is high in Indonesia which most of are predominantly moslems. There were various metabolic changes happened in Ramadhan fasting that obligated for moslems that could influence clinical, nutritional, and biochemistry condition of cirrhotic patients.The study of effects of Ramdhan fasting in cirrhotics patients (pts) in Indonesia has never been investigated.
Aim of Study: To evaluate changes of liver functional status, nutritional status, serum 3-β-hidroxy butyric and nitrogen balance in cirrhotic patients during Ramadhan fasting.
Methods: This was a ‘pre and post’ study with consecutive sampling conducted in cirrhotic patients during Ramdhan fasting. Assessment of liver functional status by Child-Pugh (CP) score, anthropometric by measuring body mass index (BMI), triceps skinfold (TSF) thickness measured by Holtain caliper, and mid-arm muscle circumference, 24-hours food intake, serum 3-β-hidroxi butyric, and 24-hours urine nitrogen excretion, were performed at fourth week and four weeks after the end of Ramadhan fasting.
Results: Of 24 cirrhotic patients, 16 male (66,7%) dan 8 female (33,3%) who performed Ramadhan fasting were 60 years old in this study. Etiologies were hepatitis B viral (54,2%), hepatitis C ( 20,8%), and unknown (25%). Liver functional status were CP A 19 pts (79,2%), CP B 2 pts (8,3%), and CP C 3 pts (12,5%). No changes of this status after Ramadhan. Mean (SD) of BMI, TSF thickness, MAMC at Ramadhan concecutively were 25,112 (4,05) kg/m2, 7,40 (3,61) mm, 25,77 (3,077) cm and after Ramadhan 25,25 (4,01) kg/m2 (p = 0,438), 7,89 (4,33) mm (p=0,024), 25,96 (3,42) cm (p=0,228). Mean (SD) of serum 3-β-hidroxy butyric at Ramadhan was 0,14 (0.07) mmol/L, after Ramadhan 0,11 (0.09) mmol/L (p=0,166). Mean (SD) of nitrogen balance at Ramadhan was 2,44 (2,93) gram/24 hour, after Ramadhan 0,51 (3,16) gram/24 hour (p=0,037).
Conclusion: No difference of liver functional status and serum 3-β-hidroxy butyric during and after Ramadhan. Body mass index and triceps skinfold were better after Ramadhan. Nitrogen balance was more positive during Ramadhan compared to after Ramadhan. Ramadhan fasting is likely harmless especially in compensated liver cirrhosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library